Anda di halaman 1dari 26

1 | P a g e

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna.
Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal.
Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari
55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan
riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah
tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat
diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Kebanyakan orang asimptomatis
dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka
menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal.
Kanker kolon biasanya dimulai dengan pembengkakan seperti kancing pada
permukaan lapisan usus atau pada polip. Kemudian kanker akan mulai memasuki dinding
usus. Kelenjar getah bening didekatnya juga bisa terkena. Karena darah dari dinding usus
dibawa ke hati, kanker kolon biasanya menyebar (metastase) ke hati segera setelah menyebar
ke kelenjar getah bening di dekatnya.
Penyebab nyata dari kanker kolon tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi, termasuk riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat penyakit
usus, inflamasi kronis, dan diet tinggi lemak, protein, dan daging serta rendah serat. Pada
makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan klien dengan kanker
kolon.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep kanker kolon?
2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada pasien kanker kolon?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada pasien kanker kolon

2 | P a g e

1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi kanker kolon
2. Mengetahui etiologi kanker kolon
3. Mengetahui manifestasi klinis kanker kolon
4. Mengetahui patofisiologi kanker kolon
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik kanker kolon
6. Mengetahui penatalaksanaan kanker kolon
7. Mengetahui komplikasi kanker kolon
8. Mengetahui asuhan keperawatan pasien kanker kolon

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu dan mengerti tentang kanker kolon
2. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien kanker kolon




















3 | P a g e

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Neoplasma atau kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak
normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan.
Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai
kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Kanker kolon atau usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus
besar. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa
disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat). (www.republika.co.id).
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan kanker kolon adalah tumbuhnya sel-sel
ganas di permukaan dalam usus besar (kolon). Lokasi tersering timbulnya kanker kolon
adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah
dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces. Penyakit ini termasuk
penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang
lebih parah. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker colon.

Gambar 2.1 Kanker Kolon


4 | P a g e

2.2 Etiologi
Penyebab dari ca kolon tidak diketahui secara pasti, namun terdapat faktor-faktor
predisposisi yang terdiri dari:
1. Usia lebih dari 40 tahun
2. Riwayat keluarga
3. Riwayat kanker di bagian tubuh yang lain
4. Polip Benigna, Polip Kolorektal, Polip Adematosa, adenoma di kolon (degenerasi
maligna menjadi adenokarsinoma)
5. Kolitis ulseratif lebih dari 20 tahun. Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai
risiko terkena karsinoma kolon
6. Sedentary Life style, merokok, Obesitas
7. Kebiasaan makan tinggi kolesterol atau lemak dan protein (konsumsi daging) serta
rendah serat atau Karbohidrat Refined yang mengakibatkan perubahan pada flora feses
dan perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan
lemak yang bersifat karsinogenik.

2.3 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik. Bisa dijumpai tanpa keluhan
sampai adanya keluhan berat dan tergantung pada lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan
defekasi. Adanya darah dalam feses gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga anemia
yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau penurunan berat badan dan keletihan.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen
dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah
kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses,
konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses.
1. Kanker kolon kanan
Isi kolon berupa cairan
Obstruksi
Anemia
5 | P a g e

Mucus jarang terlihat
Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada
stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan
kadang-kadang pada epigastrium
2. Kanker kolon kiri dan rectum
Menderung menyebabkan perubahan defekasi
Nyeri kejang
Kembung
Sering timbul gangguan obstruksi
Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita
Mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses
Anemia
Keinginan defekasi atau sering berkemih

2.4 Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan
faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang
rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan
makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam
stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip
dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak
menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan
pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari
usus besar.
Kanker kolon 95% terutama adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus,
endotel). Dimulai sebagai polip jinak yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup
serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan
6 | P a g e

obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat
menyebabkan perforasi relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat
reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastase ke kelenjar limfe. Kanker kolon
dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu:
1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe, limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah
balik ke sistem portal.
Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini
tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak
membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin menyebar
dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan mesenterik fat.
Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya, kemudian meluas ke
dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem
sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar
melalui limpa, setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju
liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat
metastase yang lain termasuk:
Kelenjar Adrenalin
Ginjal
Kulit
Tulang
Otak

Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem
sirkulasi, tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan
tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari
tumor pecah menuju ke rongga peritonial.


7 | P a g e

2.5 Klasifikasi
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI,
2001 : 209):
A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai
empat buah.
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
dan tidak dapat dioperasi lagi.

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus
besar (lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan
mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak
terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau
bahkan ke organ-organ lain.

Gambar 2.2 Stadium Pada Ca Colon
8 | P a g e

2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan
jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah: foto dada
dan foto kolon (barium enema).
3. Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan
mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan
pada isi perut, di mana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang
kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum
dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
4. Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker
pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon
dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu struktura.
5. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya
metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
6. Histopatologi. Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa
tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambar
histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan
diferensiansi sel.
7. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolon, walaupun
demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor
marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA.
8. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
9. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari
penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh
yang sudah metastasis.

2.7 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai
berikut:
9 | P a g e

1. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk kanker kolon yang
diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker
telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar
jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau
paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi
laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk
meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai
pedoman dalam membuat keputusan dikolon, massa tumor kemudian dieksisi. Reseksi usus
diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan
kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi
ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar,
operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut:
Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor
dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi
Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak
dapat direseksi)
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X,
atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic,
sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat,
antaralain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh
menyebabkan lemas, perubahan kulit, dan kehilangan nafsu makan.
3. Kemotherapy
Kemotherapy memakai obat anti kanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada
10 | P a g e

kira-kira 50 jenis. Biasanya diinjeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam
obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211).
4. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat
bersifat sementara atau permanen.
Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah untuk tindakan dekompresi usus pada kasus
sumbatan atau obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum
karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan
tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
Jenis-Jenis Kolostomi:
a. Sementara
Indikasi untuk kolostomi sementara:
1). Hirschprung disease
2). Luka tusuk atau luka tembak
3). Atresia ani letak tinggi
4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus setelah tindakan operasi
(mengistirahatkan usus).
5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan tindakan operasi
anastomosis.
b. Permanen
Indikasi untuk kolostomi permanen:
Penyakit tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan tindakan operasi reseksi-
anastomosis usus.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
11 | P a g e

5. Memberikan informasi tentang proses atau kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.

c. Penatalaksanaan Diet
1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat
melancarkan pencernaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan
kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama
mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama
yang terdapat pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat
memicu sel karsinogen atau sel kanker.
5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

2.8 Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor
atau melelui penyebaran metastase. Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap diikuti
penyempitan lumen akibat lesi
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen, dan penyebaran langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis dapat terjadi dan mengakibatkan
pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses
7. Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina.
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan
pendarahan. Tumor tumbuh ke dalam usus besar dan secara berangsur-angsur
membuntu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor
12 | P a g e

melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya (Uterus,
urinary bladder, dan ureter) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.































13 | P a g e

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KOLON

Kasus Kanker Kolon
Tn. A (35 thn) masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 Mei 2012 jam 12.45 WIB. Klien
sudah 2 hari di RS dengan keluhan: nyeri hebat pada bagian perut saat BAB seperti ditusuk
jarum, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna kehitaman dan
kadang disertai darah merah segar. Sudah 2 bulan ini BB klien turun 11 kg (BB awal 67kg),
tidak nafsu makan, mual, dan cepat letih. Saat pemeriksaan fisik di dapat data: KU lemah,
TTV 110/90 mmHg, N: 70 x/menit, suhu 36,5
0
C , RR: 26x/menit, konjungtiva anemis, nyeri
tekan di abdomen.

3.1 Pengkajian
1. Biodata
Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 35 th
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Kalirejo, Lampung Tengah
No. Register : 123
Tanggal Masuk RS : Sabtu, 05 Mei 2012
Diagnosa Medis : Ca. Colon

Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 30 tahun
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kalirejo, Lampung Tengah

14 | P a g e

2. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri hebat pada bagian perut dan susah BAB disertai adanya darah pada
feses.

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang:
Klien masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 Mei 2012 jam 12.45 WIB akibat mengalami penyakit
Ca. Colon. Klien datang ke RSUD Pringsewu diantar oleh istrinya melalui IGD, pada tanggal
5 Mei 2012, dengan keluhan nyeri pada abdomen saat BAB seperti ditusuk jarum, kram
perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna kehitaman dan kadang
disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, mual, penurunan berat badan, dan cepat letih.

b. Riwayat Penyakit Dahulu:
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan, hanya saja
tidak terlalu suka sayuran. + 4 tahun yang lalu klien pernah terkena penyakit thypoid sampai
diopname. Klien pernah mengalami kecelakaan motor namun tidak fatal. Keluarga klien
mengatakan bahwa klien hampir setiap hari mengkonsumsi daging hewan, jarang makan
sayur, dan klien mempunyai riwayat peminum / alkoholic.

c. Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga klien menjelaskan anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
keturunan yang umumnya menyerang, seperti DM, Asma, Hipertensi.

4. Basic Promoting Physiology of Health
1. Aktifitas dan latihan
Pekerjaan Tn. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di rumah
dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya bisa
berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya.
2. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam karena
klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien
hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah
sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah.
3. Kenyamanan dan nyeri
15 | P a g e

Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa
menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang saat klien beristirahat.
Region nyeri yaitu pada abdomen bagian bawah (dessendens bawah). Skala nyeri klien 5,
raut muka klien tampak menahan nyeri.
4. Nutrisi
Sebelum sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja yang
mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 68 kg. Berat badan dalam 2 bulan
terakhir turun drastis menjadi 57 kg. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien
yaitu daging hewan dan makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan
tidak memiliki pantangan terhadap makanan apapun. Klien tidak pernah mengalami operasi
gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi
jarang habis karena klien mual, tidak nafsu makan, dan klien tidak makan yang pedas &
berminyak. Diet di rumah sakit adalah diet rendah lemak hewani dan tinggi serat. Kebutuhan
pemenuhan nutrisi dibantu oleh keluarganya.
5. Cairan, elektrolit, dan asam basa
Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien + 2-3
gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien mendapat support IV Line jenis RL 20 tetes/menit
6. Oksigenasi
Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien tidak
batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang oksigen.
7. Eliminasi fekal/bowel
Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning, konsistensi
padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan.
Saat sakit, klien kesulitan BAB dan terasa nyeri, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat
di RS, feses berwarna kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar,
berbau anyir.
8. Eliminasi urin
Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak
menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan ADL dengan bantuan keluarga.
9. Sensori, persepsi, dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan
kognitif


16 | P a g e

5. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Keadaan Umum
Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 110/90 mmHg, Nadi 70x/menit, irama reguler
kekuatan sedang, Respirasi 26x/menit, irama regular, Suhu 36,5
0
C
b. Kepala: kulit kepala normal, tidak ada hematoma, lesi atau kotor. Rambut mudah patah
saat dicabut, hitam tanpa uban, dan bersih.
Mata: mata klien secara umum normal, bentuk simetris, konjungtiva tampak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil dapat merespon terhadap cahaya, palpebra normal, tidak ada oedema.
Lensa mata normal, jernih, visus mata kanan dan kiri normal. Tampak garis kehitaman pada
kelopak mata klien bagian bawah.
Hidung: Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, polip, epistaksis, gangguan indera
pencium, atau secret.
Mulut: Mulut klien normal, dimana gigi klien normal, tidak ada lubang, dan tidak ada gigi
palsu. Bibir klien kering, tidak stomatitis, dan tidak sianosis. Gusi klien berwarna merah,
lidah klien tampak kotor.
Telinga: telinga klien simetris, bersih, dan tidak ada gangguan pendengaran.
Leher: leher klien normal, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk, tidak ada
hematoma, tida ada lesi.
Tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri tekan, tidak hipremis, dan tidak ada pembesaran
tonsil.
c. Dada: bentuk dada klien normal.
Pulmo:
Inspeksi: Pengembangan dada simetris.
Palpasi: Fremitus taktil kanan sama dengan kiri.
Perkusi: Pulmo kanan dan kiri sonor.
Auskultasi: Vesikuler pada pulmo kanan dan kiri
Cor:
Inspeksi: Ictus cordis tidak nampak.
Palpasi: Ictus cordis teraba pada mid clavicula sic 5,
Perkusi: Menunjukkan batas jantung normal.
Auskultasi: Bunyi jantung I (SI) di ruang intercosta V sebelah kiri, Bunyi jantung II
(SII) di ruang intercosta II sebelah kanan, Bunyi jantung III (SIII) tidak ada, murmur
tidak ada.
17 | P a g e

d. Abdomen:
inspeksi: Bentuk agak cembung.
Palpasi: adanya nyeri tekan pada perut bawah.
Auskultasi: peristaltik permenit.
e. Genetalia: Laki-laki: normal, tidak ada perdarahan.
f. Rektum : Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada prolaps, dan tidak ada tumor.
g. Ekstremitas:
- atas: Kekuatan otot ka/ki : 4/4, ROM ka/ki : aktif/aktif
- bawah: Kekuatan otot ka/ki: 4/4, ROM ka/ki : aktif/aktif

Psikologis, Sosial, Budaya, dan Spiritual
Psikologis:
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah gelisah. Cara mengatasi gelisahnya
klien dihibur keluarga. Dukungan yang diberikan oleh keluarga sangat baik, keluarga
memberikan semangat kepada klien agar klien selalu berdoa supaya cepat sembuh. Rencana
klien setelah masalah terselesaikan adalah istirahat di rumah. Klien juga mengatakan sedikit
cemas dengan penyakitnya. Klien takut akan perubahan status kesehatannya.
Sosial:
Aktivitas atau peran di masyarakat adalah sebagai anggota RT 5 Kalirejo. Kebiasaan
lingkungan yang tidak disukai adalah lingkungan yang kotor. Cara mengatasinya dengan
melakukan kegiatan kerja bakti.
Budaya:
Budaya yang diikuti klien adalah budaya jawa. Kebudayaan yang dianut tidak merugikan
kesehatannya.
Spiritual :
Aktivitas ibadah sehari-hari sholat 5 waktu. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan adalah
yasinan. Keyakinan klien tentang masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami: klien
yakin akan dirinya pasti sembuh.





18 | P a g e

6. Pemeriksaan Penunjang
Tes Diagnostik: (05 Mei 2012)

Hematologi Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hb 11,5 12-18 g/dL Turun
Ht/PVC 42 40-52% Normal
Leukosit 7.000 4.000-10.000 /uL Normal
Trombosit 253.000 150.000-450.000 /uL Normal
Masa protrombin 13.0 11.0-17.0 detik Normal

Radiologi:
Foto colon ( Barium Enema)
Endoskopi

Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Normal
05-05-2012


Endoskopi


Ditemukan kanker

Tidak ada kerusakan
struktur dan fungsi


7. Terapi Medis
Bed rest
IVFD RL 20 tetes/menit
Kemoterapi
Leukovorin
5-FU, Levamisol, Leuvocorin
Pembedahan / Laparaskop

3.2 Analisa Data

Nama Klien : Tn. A No. Register : 123
Umur : 35 tahun Diagnosa Medis : Ca. Colon
Ruang Rawat : Paviliun Asri 3 Alamat : Kalirejo,

19 | P a g e

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
05/05/12
12.50 WIB
DS:
- Klien mengatakan perutnya
sangat sakit bagian bawah
- Klien mengatakan perutnya
bertambah sakit saat bergerak
- Pasien mengatakan nyeri saat
BAB (tenesmus) seperti ditusuk-
tusuk
DO:
- KU lemah
- TTV:
RR: 26 x/mnt
TD: 110/90 mmHg
N: 70x/menit
S: 36,5C
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien tampak gelisah
- Skala nyeri klien 5
P: nyeri bertambah saat ingin
BAB dan beraktivitas
Q: sakit seperti tertusuk
R: letak nyeri di abdomen
bagian bawah
S: nyeri sedang
T: saat BAB dan beraktivitas

Ca. Colon

Invasi jaringan dan
efek kompresi oleh
tumor
Kompresi saraf lokal
Nyeri
abdomen

Nyeri

Nyeri
20 | P a g e

05/05/12
13.15 WIB
DS:
- Klien mengatakan tidak
nafsu makannya
- Klien mengatakan merasa mual
saat makan
Do:
- BB klien menurun 11 kg selama
2 bulan
- Klien terlihat lemas
Ca. Colon

Invasi jaringan dan
efek kompresi oleh
tumor
Anoreksia

Intake nutrisi tidak
adekuat
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
05/05/12
13.25 WIB
DS:
- Pasien mengatakan pusing
- Pasien mengatakan mudah lelah
- Pasien mengatakan susah
beraktivitas, karena perut akan
terasa nyeri
DO:
- KU lemah
- TTV
TD: 110/90 mmHg
N: 70 x/menit,
S: 36,5C
RR: 26 x/menit
- Hasil Hb: 11,5 g/dL
- Pasien terlihat conjungtiva
anemis
- Kekuatan tonus otot
- atas: Kekuatan otot ka/ki : 4/4,
ROM ka/ki : aktif/aktif
- bawah: kekuatan otot ka/ki: 4/4,
ROM ka/ki : aktif/aktif
Ca. Colon

Invasi jaringan dan
efek kompresi oleh
tumor
Kerusakan jaringan
vascular lokal
Perdarahan intestinal
feses bercampur
darah
Anemia

Kelemahan

Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas


21 | P a g e

3.3 Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri b.d. spasme otot sekunder akibat obstruksi pada usus besar
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake nutrisi tidak adekuat karena gangguan
absorbs nutrient
3. Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik akibat anemia
4. Resiko defisit volume cairan b.d. hilangnya cairan tubuh secara tidak normal
5. Gangguan eliminasi BAB: konstipasi b.d. obstruksi pada kolon sigmoid akibat
mekanisme kanker kolon
6. Ansietas b.d. rencana pembedahan dan diagnosis kanker

Post Operasi
1. Resiko infeksi b.d. tindakan kolostomi
2. Gangguan citra diri b.d. tindakan radiasi dan kemoterapi
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tindakan radiasi dan kemoterapi.

3.4 Intervensi
Diagnosa 1: Nyeri b.d. spasme otot sekunder akibat obstruksi pada usus besar
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang
atau skala nyeri berkurang
Kriteria Hasil:
Pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang
Pasien tampak rileks
Dapat beristirahat dan melakukan pergerakan sesuai toleransi

Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri, lokasi, karakteristik
dan intensitas (skala 1-10)

2. Kaji TTV


3. Lakukan reposisi sesuai petunjuk,
1. Membantu mengevaluasi derajat
ketidaknyamanan dan keefektifan
analgesik
2. Memonitoring keadaan umum klien dan
sebagai indikator dalam menentukan
tindakan selanjutnya
3. Posisi semifowler dapat mengurangi
22 | P a g e

misalnya posisi semifowler, miring,
lutut fleksi, dll..

4. Bantu penggunaan teknik relaksasi
mis, bimbingan imajinasi, visualisasi,
ataupun teknik nafas dalam

5. Kolaborasi pemberian analgetik IV
sesuai kebutuhan.
tegangan otot abdominal dan otot
pungguung artritis, sedangkan miring
mengurangi tekanan dorsal
4. Membantu pasien untuk istirahat lebih
efektif dan memfokuskan kembali
perhatian sehingga menurunkan nyeri dan
ketidaknyamanan
5. Analgetik IV akan dengan segera
mencapai pusat rasa sakit, menimbulkan
penghilang yang lebih efektif dengan obat
dosis kecil

Diagnosa 2: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake nutrisi tidak adekuat
karena gangguan absorbsi nutrien
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil:
Menunjukkan peningkatan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
Klien mengerti dan mengikuti anjuran diet.
Adanya peningkatan intake makanan
Tidak ada mual dan muntah

Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi


2. Auskultasi bising usus

3. Pertahankan tirah baring selama fase
akut/pasca terapi

4. Bantu perawatan kebersihan rongga
mulut (oral hygiene)
1. Mengidentifikasi kekurangan atau
kebutuhan nutrisi untuk membantu
memilih intervensi
2. Kembalinya fungsi usus menunjukkan
kesiapan untuk memulai makan lagi
3. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk
mencegah penurunan kalori dan simpanan
energi
4. Meningkatkan kenyamanan dan selera
makan
23 | P a g e

5. Berikan diet TKTP, sajikan dalam
bentuk yang sesuai perkembangan
kesehatan klien (lunak, bubur kasar,
nasi biasa)
6. Timbang berat badan secara berkala
7. Anjurkan makan sedikit tapi sering

8. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian makanan yang bervariasi
9. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian suplemen dan obat-obatan

10. Bila perlu, kolaborasi pemberian
nutrisi parenteral.
5. Asupan kalori dan protein tinggi perlu
diberikan untuk mengimbangi status
hipermetabolisme klien keganasan.

6. Mengawasi keefektifan intervensi
7. Meminimalkan anoreksia dan mengurangi
iritasi gaster dan usus
8. Makanan yang bervariasi dapat
meningkatkan nafsu makan klien
9. Menstimulasi nafsu makan dan
mempertahankan intake nutrisi yang
adekuat
10. Pemberian peroral mungkin dihentikan
sementara untuk mengistirahatkan saluran
cerna

Diagnosa 3: Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik akibat anemia
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan intoleransi aktivitas
dapat teratasi
Kriteria Hasil:
Dapat memenuhi standar nilai kekuatan otot seharusnya
Dapat melakukan aktivitas secara mandiri

Intervensi Rasional
1. Atur interval waktu antara aktivitas
untuk istirahat dan latihan yang dapat
ditolerir
2. Bantu aktivitas perawatan mandiri
ketika pasien berada dalam keadaan
lelah


3. Sarankan klien untuk tirah baring
1. Mendorong aktivitas sambil memberikan
kesempatan untuk mendapatkan istirahat
yang adekuat
2. Memberi kesempatan pada pasien untuk
berpartisipasi dalam aktivitas perawatan
mandiri dan mengurangi pemakaian
energi sampai kekuatan pasien pulih
kembali
3. Tirah baring akan meminimalkan energi
24 | P a g e




4. Pantau respons pasien terhadap
peningkatan aktivitas

yang dikeluarkan sehingga metabolisme
dapat digunakan untuk penyembuhan
penyakit
4. Menjaga pasien agar tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan atau kurang




























25 | P a g e

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Neoplasma atau kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak
normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan.
Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai
kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Kanker kolon adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus
besar. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa
disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat). (www.republika.co.id).
Kanker kolon biasanya dimulai dengan pembengkakan seperti kancing pada
permukaan lapisan usus atau pada polip. Kemudian kanker akan mulai memasuki dinding
usus. Kelenjar getah bening didekatnya juga bisa terkena. Karena darah dari dinding usus
dibawa ke hati, kanker kolon biasanya menyebar (metastase) ke hati segera setelah menyebar
ke kelenjar getah bening di dekatnya.
Penyebab nyata dari kanker kolon tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi, termasuk riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat penyakit
usus, inflamasi kronis, dan diet tinggi lemak, protein, dan daging serta rendah serat.

4.2 Saran
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Namun
manusia tidaklah ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan
guna memperbaiki makalah ini.








26 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2010. Asuhan Keperawatan Kanker Colon Ca.
(http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/10/asuhan-keperawatan-kanker-
colon-ca.html). Diakses pada tanggal 26 September 2014.
Anonimus. Asuhan Keperawatan Klien dengan Carsinoma Colon Ca Colon.
(http://www.scribd.com/doc/15814138/ASUHAN-KEPERAWATAN-KLIEN-
DENGAN-CARSINOMA-COLON-CA-COLON). Diakses pada tanggal 26
September 2014.

Anda mungkin juga menyukai