Anda di halaman 1dari 24

LP DBD

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat
gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan,
hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya
renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma
yang dapat menyebabkan kematian. (Soegijanto, 2002 : 45)

Demam berdarah dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan dewasa dengan
gejala utama demam, nyeri sendi dan atau nyeri otot, yang bioasanya
memburuk setelah dua hari pertama (Hendarwanto, 2001 : 417)
DBD adalah penyakit demam akut dengan ciri ciri demam,
manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian. (Arif Mansyoer, 2000 : 419)
Jadi dapat disimpulkan, DHF adalah penyakit pada anak dan dewasa
yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dengan gejala demam
akut, nyari sendi dan atau nyeri otot, manifestasi perdarahan,
hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya
renjatan (Dengue Shock Syndrom).

2. Etiologi
Etiologi DBD atau DHF dapat ditinjau dari dua faktor yaitu :
a) Faktor pencetus :
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
nyamuk Aedes aegypti. Virus dengue berbentuk batang, bersifat
termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium
dioksikolat, stabil pada suhu 70
o
C, dan jarak terbang 40 100 meter.
5
6
Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang
(multiple biters), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian
dalam waktu singkat.
b) Faktor pendukung :
1) Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperluan
sehari-sehari
2) Sanitasi lingkungan yang kurang baik
3) Penyediaan air bersih yang langka
4) Perubahan musim, yaitu musim hujan

3. Anatomi Fisiologi
a. Darah
1) Sel Darah Merah (Eritrosit)
Bentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 8,6 m, tidak mempunyai
nukleus, yang terdiri dari membran luar, hemoglobin (protein yang
mengandung zat besi) dan karbonik anhidrase (enzim yang terlibat
dalam transport karbondioksida). Jumlah sel darah kira-kira 5
juta/mm
3
dan berumur 120 hari. Pembentukannya dirangsang oleh
hormon glikoprotein dan eritropoetin dari ginjal, dan
pematangannya dipengaruhi oleh zat besi, vitamin B
12
, asam folat,
asam amino tertentu, kobal, kuprum.
Hemoglobin dalam sel darah merah berfungsi sebagai pengangkut
oksigen dan karbondioksida, serta sebagai bagian dari penyangga
sistim pengontrolan pH tubuh.
Volume sel-sel darah merah dalam 100 ml (1 dl) darah yang
dihitung dalam persen disebut hematokrit.
2) Sel Darah Putih (Leukosit)
Jumlah sel darah putih pada dewasa sekitar 4 10.10
3
/mm
3
, terdiri
dari :


7
a) Granulosit
- Netrofil atau Leukosit Polimorfonuklear (PMN) : granula
berwarna merah jambu samar-samar, jumlah 55% dari total,
sebagai sistem pertahanan primer tubuh melawan infeksi
dengan cara fagositosis.
- Eosinofil : berwarna merah, jumlahnya 1 2 %, berfungsi
pada reaksi antigen antibodi.
- Basofil : berwarna biru, jumlahnya 0,5 1 %, berfungsi
membawa heparin, faktor faktor pengaktifan histamine
dan platelet dalam granula-granulanya untuk menimbulkan
peradangan pada jaringan.
b) Limfosit
Memiliki inti bulat, berukuran 7 10 m, berasal dari sel induk
pluripotensial dalam sumsum tulang yang bermigrasi ke
kelenjar limfe, limpa, timus dan permukaan mukosa traktus
gastrointestinal dan traktus respiratorius. Terdiri dari 2 jenis,
yaitu : Limfosit T yang bertanggung jawab atas respon
kekebalan selular melalui pembentukan sel yang reaktif
antigen, Limfosit B yang menghasilkan imunoglobin.
c) Monosit
Berbentuk oval, berdiameter sampai 20 m dan terbentuk
dalam sumsum tulang belakang. Berfungsi sebagai fagosit,
membuang sel-sel cedera dan mati, fragmen-fragmen sel, dan
mikroorganisme.
3) Trombosit
Merupakan pecahan granula sel, berbentuk piringan dan tidak
berinti, berjumlah antara 150-400.10
3
/mm
3
, 30 405 disimpan
dalam limpa dan sisanya bersirkulasi dalam darah berdekatan
dengan endothelium, kemudian diabsorbsi pada membran
trombosit adalah faktor V, VIII, dan IX, protein kontraktif
aktomosin, atau trombostenin, dan berbagai protein serta enzim
8
lain. Granula mengandung serotonin vasokonstriktor yang kuat,
faktor agregasi adenosine difosfat (ADP), fibrinogen, faktor 3 dan
4 trombosit (faktor penetral heparin), dan kalsium serta enzim-
enzim lain. Semua faktor faktor ini dilepaskan dan diaktifkan
akibat respon terhadap cedera.
Trombosit berperan dalam hemostatis (dengan menyumbat lubang
dinding pembuluh darah yang rusak) dan pembekuan (dengan
membentuk tromboplastin yang membantu memecahkan
protombin menjadi trombin).
Adhesi trombosit : apabila dinding pembuluh darah terluka,
trombosit melekat pada kolagen, lamini dan faktor von Willebrand,
tetapi tidak memerlukan aktifitas metabolik trombosit.
Agregasi trombosit : pengikatan pada kolagen memicu aktifitas
trombosit yang kemudian melekat pada trombosit yang kemudian
melekat pada trombosit lain. Proses agregasi dirangsang oleh
faktor pengaktif trombosit.
4) Plasma
Merupakan bagian cair dari darah, dan membentuk 5% dari berat
badan. Plasma terdiri dari 91-92 % air dan 7-9% terdiri dari zat
padat (albumin, globulin dan fibrinogen). Berfungsisebagai media
sirkulasi elemen-elemen darah (sel darah merah, sel darah putih,
trombosit), media transportasi bahan-bahan organik dan anorganik.
Albumin berfungsi mempertahankan volume darah dengan menjaga
tekanan osmotic koloid, pH dan keseimbangan elektrolit, serta
transport ion-ion logam, asam lemak, steroid, hormone, dan obat-
obatan. Globulin bertanggung jawab atas pembentukan antibody
dan protombin. Fibrinogen penting untuk pembekuan darah.
5) Proses pembekuan darah :
Protombin + Ca + Trombokinase Trombin
Trombin + Fibrinogen Fibrin
Fibrin + sel darah bekuan
9
b. Limpa
Merupakan organ yang berwarna ungu muda berukuran kira-kira
satu genggaman seseorang. Terletak di dalam rongga abdomen kiri
atas, costae ke 9, 10, 11. Limpa terdiri dari : kapsula yang
terbentuk dari jaringan fibroelastik, folikel limfe (massa dari
jaringan limfe), pulp merah merupakan jaringan penunjang, sel-sel
darah merah, sel darah putih, dan sebagainya.
Fungsi limpa diantaranya menghasilkan limfosit, menghancurkan
sel-sel darah merah yang sudah tua, membentuk imunoglobin.
Karena rangsangan virus, organ penghasil limfosit kadang
membesar, termasuk juga limpa.
c. Pembuluh Darah
Terdapat beberapa jenis pembuluh darah yaitu :
1) Arteri dan arteriol yang membawa darah berisi oksigen (kecuali
arteri pulmoner) keluar dari jantung.
2) Vena dan venula yang membawa darah ke jantung, kecuali
vena pulmonalis membawa darah berisi oksigen.
3) Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat kecil
Struktur pembuluh darah :
1) Tunika adventisia merupakan lapisan terluar, jaringan ikat yang
fibrosis, dan merupakan lapisan pelindung.
2) Tunika media merupakan lapisan tengah yang berotot dan
elastis, dan merupakan lapisan yang kuat.
3) Tunika intima merupakan lapisan dalam endothelial,
merupakan lapisan yang sangat licin dibatasi oleh selaput
tunggal, sel epitel gepeng.
Sel Retikulo Endotel pada dinding pembuluh darah berfungsi
membuang partikel benda-benda asing, menghancurkan sel-sel
darah merah yang sudah tua, dan menghancurkan beberapa sel
lainnya.

10
4. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan
terbentuklah kompleks virus-antibodi, dalam sirkulasi akan
mengaktivasi sistem komplemen. Dampak aktivasi C3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a, dua peptide yang berdaya melepaskan histamine
dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
melalui endotel dinding itu. Kompleks virus-antibodi mengaktifkan
agregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia yang
merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama
perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Reaksi lain dari infeksi
virus ini adalah kerusakan sel endotel pembuluh darah akan
merangsang/mengaktivasi faktor pembekuan. Yang menentukan
beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Hilangnya plasma dapat menyebabkan shock hipovolemik, dan bila
tidak segara ditangani akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik
dan kematian.











11
Rangsangan dihantarkan
ke thalamus

Menurunkan ambang
nyeri


Nyeri dipersepsikan
Secara bagan dapat dilihat dibawah ini :


Virus Dengue
Compleks virus-antibody
Aktivasi sistem komplement
C3 dan C5 dilepaskan
Histamin dilepaskan
Mediator u/ me
permeabilitas pemb.
darah
Menghilangkan
plasma mll endotel
Agregasi
Trombosit
Trombositopenia
Perdarahan hebat
Aktivasi Faktor
Pembekuan darah
Syock Hipovolemik
Hipotensi
Anoreksia Jaringan
Asidosis metaboli
Kematian
Sumber : Silvia A. Price. 1998
5. Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF.
Menurut WHO (2005), DHF dibagi menjadi 4 derajat :
a. Derajat I : Demam disertai dengan gejala umum nonspesifik; satu
satunya manifestasi perdarahan ditunjukkan melalui uji turniket yang
positif.
b. Derajat II : Selain manifestasi yang dialami pasien derajat satu,
perdarahan spontan juga terjadi biasanya dalam bentuk perdarahan
kulit dan / atau perdarahan lain
c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut nadi yang
lemah dan cepat, penurunan tekanan denyut nadi ( 20 mmHg atau
kurang ) atau hipotensi, disertai dengan kulit lembab dan dingin serta
gelisah.
d. Derajat IV : Syok yang sangat berat dengan tekanan darah dan denyut
nadi yang tidak terdeteksi.
Pada anak besar dan dewasa dikenal sindrom trias dengue berupa demam
tinggi mendadak, nyeri pada anggota badan (kepala, bola mata, punggung
dan sendi), dan timbul ruam makulopapular. (Mansyoer, 2000:420)
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan
masa inkunasi antara 13-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam
akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil, saat demam
pasien compos mentis.
Gejala klinis lain yang timbul adalah terjadinya perdarahan pada saat
demam atau setelah penderita bebas dari demam, perdarahan dapat berupa
:
a. Perdarahan pada kulit (ptekie, ekimosis)
b. Perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuri dan melena
Gambaran klinis yang dijumpai pada penderita DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit menelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, tidak nafsu
makan, diare, konstipasi.
c. Keluhan sistem tubuh lain seperti nyeri atau sakit kepala, nyeri pada
otot, tulang dan sendi (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri

ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit,
kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi, dan fotofobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan
pergerakan bola mata terasa pegal.
d. Pembesaran hati (hepatomegali) dan kelenjar getah bening yang akan
kembali normal pada masa penyembuhan.
e. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill time > 2 detik, nadi cepat dan lemah).
Diagnosa klinis DHF sudah dapat ditegakkan bila ditemukan dua gejala
klinis disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan
hematokrit. (Soegijanto, 2002 : 55)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
1) Hemoglobin
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah hemoglobin dalam volume
darah tertentu ( dinyatakan dalam per dl )
Hasil : Hb meningkat
2) Leukosit
Tujuan : Mengetahui jumlah sel darah putih dalam 1 mm
3
darah
Hasil : Leukosit menurun
3) Trombosit
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah trombosit dalam 1 mm
3

darah
Hasil : Trombositopenia (<100.000/mm
3
)
4) Hematokrit
Tujuan : Untuk mengukur konsentrasi sel-sel darah merah dalam
darah
Hasil : Hematokrit meningkat >20% atau lebih
5) Ig G
Tujuan : Menunjukkan adanya reaksi antigen dengan antibodi Ig
G
Hasil : Ig G positif

6) SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT
(Serum Glutamic Pyruvic Transaminase). Dapat dijumpai
SGOT/SGPT meningkat.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
1) Hemoglobin
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah hemoglobin dalam volume
darah tertentu ( dinyatakan dalam per dl )
Hasil : Hb meningkat
2) Leukosit
Tujuan : Mengetahui jumlah sel darah putih dalam 1 mm
3
darah
Hasil : Leukosit menurun
3) Trombosit
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah trombosit dalam 1 mm
3

darah
Hasil : Trombositopenia (<100.000/mm
3
)
4) Hematokrit
Tujuan : Untuk mengukur konsentrasi sel-sel darah merah dalam
darah
Hasil : Hematokrit meningkat >20% atau lebih
5) Ig G
Tujuan : Menunjukkan adanya reaksi antigen dengan antibodi Ig
G
Hasil : Ig G positif
6) SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT
(Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)
Dapat dijumpai SGOT/SGPT meningkat.
7) Protein dan Natrium
Dapat dijumpai hipoproteinemia dan hiponatremia
b. Uji Serologi
Mencari kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali
c. Pemeriksaan Urin
Dapat dijumpai albuminuria ringan

d. Foto Thoraks
Dilakukan bila ada komplikasi DHF yaitu efusi pleura
e. Ultrasonografi Hepar dan Limpa
Tujuan : Untuk menentukan ukuran, struktur dan posisi hepar dan
limpa dan untuk mengidentifikasikan massa di limpa.
Hasil : Adanya pembesaran hepar dan atau limpa.
8. Dampak Masalah Terhadap Sistem Tubuh Lain
a. Sistem Pernapasan
Dapat terjadi efusi pleura
b. Sistem Kardiovaskular
Dapat terjadi hipotensi, nadi cepat dan lemah, ekstremitas dingin,
shock hipovolemik.
c. Sistem Pencernaan
Biasanya ditemukan melena dan hematemesis pada perdarahan lebih
lanjut, pembesaran hati.
d. Sistem Muskuloskeletal
Ditemukan nyeri otot, sendi, pegal-pegal.
e. Sistem Neurologis
Ditemukan renjatan dan penurunan kesadaran bila terjadi shock
hipovolemik akibat kebocoran plasma dan perdarahan yang hebat.
f. Sistem Integumen
Ditemukan ekimosis dan purpura multiple bila trombosit semakin
menurun.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring
b. Diit makanan lunak
c. Minum banyak (2 2,5 liter / 24 jam) dapat berupa : susu, teh manis,
sirop dan oralit.
d. Pemberian cairan intravena ringer laktat atau dextrosa 5% dalam
larutan Ringer laktat (D5/RL), NaCl 0,9% atau dekstrosa dalam larutan
garam Faali (D5/GF)

e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan).
Jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat setiap jam.
f. Periksa Hb, Ht, trombosit, setiap hari.
g. Berikan antipiretik jika terdapat demam
h. Berikan antibiotik jika dicurigai ada infeksi sekunder.

B. Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengenal
masalah-masalah pasien dan mencarikan alternatif pemecahan masalah
kesehatan atau keperawatan pasien, merencanakan dan melaksanakan
pelayanan keperawatan secara sistematis serta menilai hasilnya.
(Depkes.RI.1998 : 151)
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan Dengue
Haemorrhagic Fever dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan. Teori
dan konsep keperawatan diaplikasikan secara terpadu melalui lima tahapan,
meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi yang saling berkesinambungan.
1. Pengkajian
Merupakan dasar konsep keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi mengenai pasien yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dan masalah keperawatan yang meliputi kebutuhan
fisik, psikologi dan sosial. Pengumpulan data dapat diperoleh melalui
wawancara langsung dengan klien (auto anamnesa), keluarga (allo
anamnesa) atau status klien. Pengkajian menghasilkan data dasar.
a. Data Umum
1) Identitas klien meliputi : nama, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama, alamat, diagnosa medis, nomor register, tanggal
masuk, dan tanggal pengkajian.
2) Identitas penanggung jawab adalah orang terdekat atau yang sangat
bertanggung jawab dalam perawatan klien / penanggung jawab
finansial, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama, alamat, hubungan dengan klien.


b. Lingkup Masalah Keperawatan
Pada klien DHF sering ditemukan peningkatan suhu tubuh/demam,
nyeri pada anggota tubuh (sendi, otot, kepala, kelopak mata),
manifestasi perdarahan (petekie, ekimosis, eptaksis, melena), mual,
muntah, anorexia.
c. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan data perjalanan penyakit sampai beberapa saat
sebelum dikaji ditambah data saat dikaji. Keluhan yang sangat
dirasakan dikaji dengan menggunakan teknik PQRST :
a) P = Provokatif/paliative, yaitu hal-hal yang dapat
menyebabkan bertambah atau berkurangnya keluhan utama
b) Q = Quality/quantity, yaitu bagaimana gambaran dan sejauh
mana tingkat keluhan utama.
c) R = Region, yaitu lokasi keluhan utama
d) S = Severity, yaitu intensitas dari keluhan utama
e) T = Timing, kapan mulai muncul dan berapa lama
berlangsung
Biasanya keluahan yang terjadi pad klien DHF adalah adanya
pusing/sakit kepala, nyeri uluh hati, mual dan muntah, pada
kondisi lanjut dapat terjadi perdarahan baik epitaxis maupun
perdarahan pada lambung (hematomisis dan melena)
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi penyakit yang pernah dialami
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Meliputi penyakit yang pernah diderita/masih diderita oleh
anggota keluarga, penyakit menular, penyakit keturunan, atau
apakah ada anggota keluarga yang tinggal serumah menderita
penyakit yang sama dengan klien.
d. Riwayat Psikologi
Berisi tentang konsep diri meliputi citra tubuh, identitas diri, fungsi
peran, ideal diri dan harga diri.


e. Riwayat Sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat. Apakah
klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
f. Riwayat Spiritual
Pada aspek spiritual ditemukan adanya gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan beribadah karena kondisi yang lemah, bagaimana keyakinan
klien terhadap penyakitnya.
g. Kebiasaan Sehari-hari
Perlu dikaji kebiasaan klien ketika di rumah/sebelum sakit dan
bandingkan dengan kebiasaan di rumah sakit. Pada klien DHF
biasanya ditemukan penurunan asupan nutrisi, konstipasi atau diare,
penurunan haluaran urin, gangguan tidur, kebutuhan personal hygiene
tidak terpenuhi.
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Keadaan umum
Kesadaran bisa composmentis sampai coma, tanda-tanda vital
pada klien DHF dapat ditemukan hipotensi, nadi teraba lemah,
nafas cepat, dan adanya peningkatan suhu tubuh sebagai ciri yang
khas.
2) Sistem Pernapasan
Ditemukan adanya influenza, batuk, perdarahan hidung atau
epitaksis, pernapasan dangkal dan cepat.
3) Sistem Kardiovaskular
Denyut nadi cepat, kecil dan lemah, tekanan darah menurun,
ekstremitas dingin, sianosis pada ujung-ujung perifer dan bibir
konjungtiva anemis.
4) Sistem Pencernaan
Ditemukan mual, muntah, anorexia, hematmesis, mukosa mulut
kering, sakit menelan, nyeri ulu hati, nyeri tekan epigastrik, diare,
konstipasi, melena, pembesaran hati.



5) Sistem Perkemihan
Ditemukan penurunan pengeluaran haluaran urin, albuminuria
ringan.
6) Sistem Persarafan
Kesadaran compos mentis sampai koma, kaji nervus kranialis I
XII.
7) Sistem Penglihatan
Biasanya ditemukan pembengkakan sekitar mata, lakrimasi, dan
fotofobia, otot otot sekitar mata sakit bila disentuh dan
pergerakan bola mata terasa pegal.
8) Sistem Pendengaran
Kaji kemampuan pendengaran
9) Sistem Muskuloskeletal
Ditemukan pegal-pegal seluruh badan, nyeri otot, nyeri sendi,
lelah, penurunan kekuatan otot, aktifitas berkurang.
10) Sistem Integumen
Ditemukan petekie, ekimosis, purpura, ekstremitas dingin, tanda
dehidrasi
11) Sistem Endokrin
Ditemukan pembesaran kelanjar limfe
i. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : Hb dan leukosit menurun, trombosit <
100.000 mm
3
, hematokrit meningkat 20%, Ig G positif.
2) Pemeriksaan urin : albuminuria ringan
3) Pemeriksaan serologi : adanya kenaikan antibody antidengue
4) Foto toraks : kesan efusi pleura
5) USG : kesan hepatomegali, splenomegali

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penyakit Dengue
Haemorrhagic Fever adalah :
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
(viremia)

b. Gangguan rasa nyaman : nyeri pada anggota badan b.d. mekanisme
patologis (proses penyakit)
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d. mual, muntah, anorexia
d. Gangguan aktivitas sehari-hari b.d. kelemahan, bedrest
e. Gangguan pola tidur b.d. sakit kepala dan pegal-pegal seluruh tubuh.
f. Risiko tinggi perdarahan lebih lanjut b.d. trombositopenia
g. Kekurangan volume cairan b.d. kebocoran plasma sekunder akibat
peningkatan permeabilitas dinding vascular
h. Risiko tinggi syok hipovolemik b.d. kurangnya volume cairan tubuh
i. Kurangnya pengetahuan tentang prose penyakit, diit, dan perawatan
DHF b.d. kurangnya informasi
3. Perencanaan
a. Peningkatan suhu tubuh b.d. proses penyakit (viremia)
1) Tujuan : Peningkatan suhu tubuh tidak terjadi
2) Kriteria hasil : - Suhu tubuh normal (36 37
o
C)
- Pasien bebas dari demam
Intervensi Rasional
1 2
1. Kaji saat timbulnya demam

2. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi,
pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering
3. Berikan penjelasan tentang penyebab demam
atau peningkatan suhu tubuh

4. Berikan penjelasan kepada pasien/keluarga
tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi demam dan anjurkan untuk
kooperatif.
5. Jelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien
dan akibatnya jika hal tersebut dilakukan

6. Anjurkan pasien untuk banyak minum 2,5
liter per 24 jam dan jelaskan manfaatnya bagi
pasien

7. Berikan kompres hangat


8. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan
pakaian yang tebal
9. Catat intake dan output
1. Untuk mengidentifikasi pola demam
pasien
2. Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien
3. Penjelasan tentang kondisi yang dialami
pasien dapat membantu pasien / keluarga
mengurangi kecemasan yang timbul.
4. Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam
proses penyembuhan pasien di rumah sakit


5. Penjelasan yang diberikan pada pasien /
keluarga akan memotivasi pasien untuk
kooperatif
6. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh yang meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak
7. dengan pemberian kompres hangat akan
terjadi evaporasi sehingga suhu tubuh akan
turun.
8. Pakaian yang tipis akan membantu
mengurangi penguapan tubuh.
9. Untuk mengetahui adanya keseimbangan

1 2

10. Berikan terapi cairan intravena dan obat-
obatan sesuai dengan program dokter
(kolaborasi)
cairan tubuh.
10. Pemberian cairan sangat penting bagi
pasien dengan suhu tinggi. Pemverian
cairan merupakan wewenang dokter
sehingga perawat perlu berkolaborasi
dalam hal ini .

b. Gangguan rasa nyaman : nyeri pada anggota badan b.d. mekanisme
penyakit (proses penyakit)
1) Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi
2) Kriteria hasil : - Nyeri berkurang atau hilang
- Wajah tampak rileks
Intervensi Rasional
1 2
1. Kaji keluhan nyeri, catat intensitas
(dengan skala 0-10), karakteristiknya,
lamanya, faktor yang memperberat atau
meredakan.
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Ajarkan teknik distraksi atau napas
dalam

4. Kolaborasi pemberian analgetik
1. Untuk memilih intervensi yang cocok
dan untuk mengevaluasi keefektifan dari
terapi yang diberikan.

2. Menambah rasa nyaman klien

3. Merupakan teknik mengatasi nyeri
dengan mengalihkan perhatian terhadap
nyeri yang dirasakan.
4. Obat analgetik dapat menekan atau
mengurangi rasa nyeri.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d.
mual, muntah, anoreksia.
1) Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2) Kriteria hasil : - Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang diberikan
- Peningkatan berat badan
Intervensi Rasional
1 2
1. Kaji keluhan mual, sakit menelan dan
muntah yang dialami oleh pasien.
2. Kaji cara / bagaimana makanan
dihidangkan
3. Berikan makanan yang mudah ditelan
seperti bubur, tim dan dihidangkan saat
masih hangat.
1. Untuk menetapkan cara mengatasinya
2. Cara menghidangkan makanan dapat
mempengaruhi nafsu makan pasien

3. Membantu mengurangi kelelahan pasien
dan meningkatkan asupan makanan
karena mudah ditelan
4. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi 4. Untuk menghindari mual dan muntah

1 2
sering
5. Jelaskan manfaat makanan / nutrisi
bagi pasien terutama saat pasien sakit.

6. Berikan umpan balik positif karena
berusaha menghabiskan makanannya
7. Catat jumlah / porsi makanan yang
dihabiskan oleh pasien setiap hari
8. Berikan nutrisi parenteral (kolaborasi
dengan dokter)



9. Berikan obat-obatan
antimetik/cimetidine sesuai program


10. Timbang berat badan pasien setiap hari
(jika mungkin)


5. Meningkatkan pengetahuan pasien
tentang nutrisi sehingga motivasi
untuk makan meningkat
6. Memotivasi dan meningkatkan
semangat pasien
7. Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi
pasien
8. Nutrisi parenteral sangat bermanfaat /
dibutuhkan pasien terutama jika intake
per oral sangat kurang. Jenis dan
jumlah pemberian nutrisi parenteral
merupakan wewenang dokter.
9. Untuk membantu pasien mengurangi
rasa mual dan muntah. Dengan
pemberian obat tersebut diharapkan
intake nutrisi pasien meningkat.
10. Untuk mengetahui status gizi pasien

d. Gangguan aktifitas sehari hari b.d. kelemahan, bedrest
Tujuan : Aktivitas sehari-hari terpenuhi secara mandiri
Kriteria hasil : Klien melaporkan dapat beraktifitas tanpa keluhan
Intervensi Rasional
1 2
1. Kaji hal-hal yang mampu atau tidak
mampu dilakukan klien berhubungan
dengan kelemahan fisiknya
2. Bantu klien memenuhi aktifitas sehari-
hari sesuai dengan tingkat keterbatsan
klien
3. Bantu klien untuk mandiri sesuai
dengan perkembangan kemajuan
fisiknya

4. Letakkan barang-barang yang
diperlukan di tempat yang mudah
dijangkau oleh klien
5. Libatkan keluarga dalam memenuhi
aktifitas klien sehari-hari.
1. Untuk mengetahui tingkat
ketergantungan klien dalam memenuhi
kebutuhannya.

2. Meminimalkan bantuan total


3. Dengan melatih kemandirian maka klien
tidak mengalami ketergantungan pada
perawat.
4. Memudahkan klien untuk memenuhi
kebutuhan sendiri tanpa bantuan orang
lain.
5. Perlunya kerja sama dengan keluarga
dalam intervensi keperawatan.

e. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur b.d. sakit kepala dan
pegal-pegal seluruh tubuh.
Tujuan : Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi

Kriteria hasil : Klien melaporkan kepuasan keseimbangan istirahat
tidur dan aktifitas


Intervensi Rasional
1. Ajarkan teknik relaksasi
2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
nyaman
3. Anjurkan klien minum susu hangat
atau air hangat biasa sebelum tidur
4. Anjurkan klien untuk segera tidur jika
mengantukl
5. Anjurkan untuk menghindari kafein
1. Relaksasi dapat menenangkan pikiran
dan meregangkan otot-otot yang akan
memudahkan klien untuk tidur.
2. Menurunkan stressor dari lingkungan
3. Membuat segar saat bangun
4. Mencegah insomnia
5. Kafein dapat merangsang otak untuk
tetap dalam keadaan terjaga.

f. Risiko tinggi perdarahan lebih lanjut b.d. trombositopenia
Tujuan : Perdarahan lebih lanjut tidak terjadi
Kriteria hasil : - Tidak terdapat tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
(secara klinis)
- Jumlah trombosit normal
Intervensi Rasional
1 2
1. Monitor tanda-tanda penurunan
trombosit yang disertai dengan
tanda-tanda klinis.




2. Observasi tanda-tanda vital
1. Penurunan jumlah trombosit
merupakan tanda-tanda adanya
kebocoran pembuluh darah yang
pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda-tanda klinis
berupa perdarahan (nyata) seperti
epitaksis, petekie, dll.
2. Tekanan darah yang menurun, nadi
cepat dan lemah menunjukkan
adanya gangguan sirkuasi akibat
perdarahan
3. Memberikan penjelasan tentang
pengaruh trombositopenia pada pasien.


4. Monitor jumlah trombosit setiap hari

5. Anjurkan klien untuk banyak
beristirahat


6. Anjurkan klien untuk :
- gunakan sikat gigi yang lunak
- berikan tekanan 5-10 menit setiap
3. Menambah pengetahuan klien
/keluarga sehingga dapat membantu
mengantisipasi perdarahan akrena
trombositopenia.
4. Mengetahui kemungkinan perdarahan
yang dapat dialami klien
5. Aktivitas klien yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.
6. Tindakan ini dapat mencegah
perlukaan atau perdarahan

kali selesai mengambil darah



g. Kekurangan volume cairan b.d. kebocoran plasma sekunder akibat
peningkatan permeabilitas dinding vascular
Tujuan : Perdarahan lebih lanjut tidak terjadi
Kriteria hasil : - Turgor kulit baik
- Tanda-tanda vital stabil/dalam batas normal
- Intake-output seimbang
- Tidak terdapat perdarahan
Intervensi Rasional
1 2
1. Observasi tanda-tanda vital


2. Inspeksi kulit / membran mukosa,
ptekie, ekimosis, melena, epitaksis

3. Catat masukan dan haluaran urin.
4. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler
dan kondisi umum membrane mukosa
5. Berikan cairan 2-2,5 l/hari
6. Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai
indikasi
7. Awasi pemeriksaan laboratorium
contoh trombosit, Hb, Ht.
1. Perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipovolemia
(perdarahan/dehidrasi)
2. Menunjukkan penurunan trombosit
yang mempunyai risiko perdarahan
spontan dan tak terkontrol
3. Menghitung keseimbangan cairan
4. Indikator langsung status
cairan/hidrasi

5. Meningkatkan hidrasi
6. Mempertahankan keseimbangan
cairan/elektrolit
7. Mengetahui tingkat kebocoran
pembuluh darah dan kemungkinan
perdarahan yang dapat dialami klien

h. Risiko tinggi syok hipovolemik b.d. kurangnya volume cairan tubuh
Tujuan : Tidak terjadi shock hipovolemik
Kriteria hasil : - Tanda-tanda vital stabil
- Keadaan umum baik
Intervensi Rasional
1 2
1. Monitor keadaan umum klien


2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-3
jam

3. Monitor tanda-tanmda perdarahan
1. Mengetahui dengan segera jika terjadi
tanda-tanda preshock/shock sehingga
dapat segera ditangani
2. Memastikan tidak terjadi penurunan
kesadaran/shock
3. Mencegah terjadinya shock yang lebih
berat

1 2

4. Jelaskan pada klien/keluarga tentang
tanda-tanda perdarahan yang mungkin
dialami klien

5. Cek Hb, Ht, trombosit (cyto)




6. Kolaborasi pemberian cairan IV

7. Berikan terapi oksigen sesuai
kebutuhan



8. Berikan transfusi sesuai dengan advis
dokter
4. Diharapkan tanda-tanda perdarahan
dapat diketahui lebih cepat dank
lien/keluarga menjadi kooperatif
selama klien dirawat
5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran
pembuluh darah yang dialami pasien
dan untuk acuan dilakukan tindakan
yang lebih lanjut terhadap perdarahan
tersebut
6. Untuk mengatasi kehilangan cairan
tubuh yang hebat/shock
7. Membantu oksigenisasi jaringan
karena dengan terjadinya perdarahan
hebat maka suplai oksigen ke jaringan
terganggu
8. Untuk menggantikan volume darah
serta komponen darah yang hilang.

i. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diit, dan perawatan
DHF b.d. kurangnya informasi
Tujuan : Pengetahuan klien/keluarga meningkat
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit, diit,
perawatan dan pengobatan
Intervensi Rasional
1 2
1. Kaji tingkat pengetahuan
klien/keluarga tentang penyakit DHF
2. Berikan penyuluhan tentang proses
penyakit, diit, perawatan dengan
bahasa dan kata-kata yang mudah
dimengerti
3. Berikan kesempatan pada
klien/keluarga untuk menanyakan hal-
hal yang ingin diketahui sehubungan
dengan penyakit yang dialami klien
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan
klien/keluarga tentang penyakit DHF
2. Agar informasi dapat diteriam dengan
mudah dan tepat sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman
3. Mengurangi kecemasan dan
memotivasi klien untuk kooperatif
selama masa perawatan












DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (2000). Rencana Asuhan Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. Alih bahasa Monica Ester,SKp. EGC. Jakarta

Depkes RI, (2000). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
di Rumah Sakit, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Rumah
Sakit Umum dan Pendidikan Depkes RI, Jakarta

Doenges, Marlyn E.et al (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 4. Alih
bahasa I Made Katiasa,SKp. EGC. Jakarta

Gibson, John MD. (2000). Anatomi dan Fisiologi Modern Untuk Perawat. Edisi 3
Alih Bahasa Ni Luh Gede Yasmin Asih, SKp. EGC. Jakarta

Ganong, William F.(2003). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 18. Editor
Edisi Bahasa Indonesia dr.M. Djauhari Midjajakusumah, EGC. Jakarta

Hall dan Guyton. (2000). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 16 EGC. Jakarta

Mansjoer, Arief, dkk (2004). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 5 Media
Aesculapius FKUI Jakarta.

Ngastiyah (2002). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta

Price, Sylvia Anderson and Wilson M. Lorraine. (1999). Patofiologi Klinis
Preses-proses Keperawatan. Jilid I, Edisi 5. Alih Bahasa, dr Peter
Anugrah. EGC. Jakarta

Sandi, dan Rita Yuliana, (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi I EGC.
Jakara.

Soegijanto, Soegeng H (A). (2002). Ilmu penyakit Anak Diagnosa dan
Penatalaksanaan. Salemba medika. Jakarta.

Soeparman, dkk (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Media Aesculapius FKUI
EGC. Jakarta.

http\\www.wikipedia.com, DBD menjadi masalah Nasional, diakses pada tanggal
05 Januari 2008, pukul 19.05 WIB






Analisis Data DBD

No. Data Etiologi Masalah
1. 2 3 4
1. DS : - Klien mengeluh
mual jika makan
- Klien mengatakan
nyeri pada ulu hati
DO : - Klien makan hanya 2
- 3 sendok makan
- Mukosa bibir kering
- Bau mulut
- Klien tampak lemah
Infeksi virus dengue

Viremia

Kompleks virus antibodi

Aktivasi komplemen

Anafilatoksin (C3a + C5a)

Peningkatan kadar histamin

Merangsang sekresi asam
lambung

Mual, anorexia

Intake nutrisi kurang
Resiko gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
2 DS : - Klien mengatakan
nyeri pada ulu hati
DO : - Bising usus 12x
dalam satu menit
- Skala nyeri 6 (1- 10)
- Klien terlihat lemah
- Meringis kesakitan
bila bangun tidur

Infeksi virus dengue

Aktivasi komplemen

Anafilatoksin (C3a + C5a)

Merangsang sekresi asam
lambung

Merangsang pengeluaran zat
bradikinin, histamin dn serotonin

Rangsangan dihantarkan ke
thalamus

Menurunkan ambang nyeri


Nyeri dipersepsikan
Gangguan rasa
nyaman : Nyeri

3.

DS : - Menurut ibu klien;
pada malam hari
klien sulit tidur
karena badanya
terasa pegal-pegal
- Klien mengatakan

Pegal-pegal seluruh badan

Stressor bagi klien

Merangsang saraf simpatis


Gangguan
pemenuhan
kebutuhan istirahat
tidur

1. 2 3 4
tidur malam < 5 jam
dan tidak bisa tidur
siang.
DO : - Mata klien cekung
- Klien terjaga pada
siang hari
- Tidur malam < 5 jam
- TD = 100/70 mmHg
- P = 90 x / menit
Mendorong RAS
mengaktifkan kerja organ
tubuh

REM menurun

Klien sering terjaga

Istirahat tidur terganggu



4.

DS : - Menurut ibu klien,
anaknya baru
pertama kali
dirawat di rumah
sakit dan pertama
kali terserang DHF
DO : - Ayah klien banyak
bertanya tentang
DHF .


Infeksi virus Dengue

Terjangkit Demam Berdarah
Dengue


Pertama kali terjangkit


Tingkat pendidikan rendah


Kurang informasi


Kurang pengetahuan.


Kurang pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai