Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kasus cedera medulla spinalis diperkirakan terjadi sekitar sepuluh ribu dalam satu
tahun di Indonesia, terutama pada pria muda. Meskipun penyakit ini didominasi oleh
kalangan pria muda, penyakit ini juga dapat dialami siapapun dan kapanpun. Kematian pada
anak-anak dan lansia lebih tinggi presentasenya daripada kelompok usia yang lain. Hal ini
dikarenakan kerentanan kelompok usia tersebut terhadap eek dari multi trauma yang berat.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan rehabilitasi dan cacat sangat besar. Beberapa
contoh penyebab cedera adalah jatuh dari pohon, jatuh dari atap rumah biasanya dialami oleh
orang yang bekerja sebagai kuli bangunan, akibat kecelakaan mobil, diikuti oleh cedera
medulla spinalis karena olahraga. Kecelakaan pada olahraga kontak isik dan menyelam
merupakan penyebab utama kuadriplegia.
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada klien sebagai akibat dari cedera medulla
spinalis. Lesi cedera medulla spinalis dapat terjadi pada bagian cer!ical, torakal, lumbal
maupun sacrum dari spinalis. "etiap bagian tersebut dipersarai oleh sara-sara tertentu yang
memiliki tugas tertentu pula dalam mengatur kerja organ maupun sistem organ baik
pernaasan, sirkulasi, pencernaan, perkemihan, dan sebagainya. #entunya kerusakan pada
salah satu ataupun beberapa bagian tersebut dapat membahayakan nya$a klien dalam jangka
$aktu dekat maupun jauh. "alah satu komplikasi cedera medulla spinalis yang paling banyak
ditangani terutama dari sistem pencernaan dan perkemihan adalah neurogenic bo$el and
bladder yaitu sebanyak %&'. (eurogenic bo$el and bladder yang dimaksud disini adalah
gangguan neurologic pada bo$el maupun bladder yang menyebabkan klien tidak dapat
merasakan keinginan untuk berkemih sehingga pasien berkemih tanpa sadar yang akan
mengakibatkan rasa malu pada klien terhadap lingkungan sekitarnya. )ntuk mengatasi ini,
biasanya klien akan memakai kateter pada jangka $aktu yang sangat lama ataupun seumur
hidup. Inkontinensia ekal dan konstipasi umum terjadi pada klien dengan kondisi neurogical
dimana terjadi menurunnya mobilitas, kehilangan kontrol dari otot dasar pel!is, dan
kehilangan sensasi B*B atau kekurangan motilitas dari kolon. (eurogenic bo$el lebih
mengarah pada keadaan konstipasi atau inkontinensia ekal yang berhubungan dengan
keadaan neurological. "elain itu, komplikasi dari cedera medulla spinalis yang ditangani
adalah ileus paralitik yang terjadi &+' - %&' pada kasus cidera medula spinalis. Ileus
1
paralitik merupakan suatu keadaan akut abdomen berupa kembung karena usus tidak
berkontraksi akibat adanya gangguan motilitas usus. Ileus paralitik berhubungan dengan
bo$el neurogenic. Maniestasi klinis yang muncul pada klien dengan ileus paralitik
umumnya adanya distensi abdomen, bising usus yang menurun, namun tidak ada ketegangan
abdomen, nyeri abdomen sedang dan menyebar, dan konstipasi absolute.
,enanganan akut pada penderita cedera medulla spinalis dimulai pada saat dicurigai
timbulnya cedera dan diokuskan pada tujuan primer pengobatan yaitu memaksimalkan
pulihnya neurologic, memulihkan alignment normal, dan mencegah terjadinya komplikasi
sekunder. #ujuan ini dapat dicapai hanya dengan menggabungkan usaha sebuah tim yang
terdiri dari berbagai latar belakang ilmu pengetahuan -multidisipliner..
"ebagai pera$at proessional dituntut untuk mampu memberikan asuhan kepera$atan
yang tepat pada klien."ehingga penting kiranya mahasis$a kepera$atan memiliki
pengetahuan tentang cedera medulla spinalis pada umumnya dan bladder bo$el neurologic
serta ileus paralitik khususnya yang merupakan komplikasi paling banyak ditangani pada
klien cedera medulla spinalis.
1./ #ujuan )mum
1./.1 Menjelaskan asuhan kepera$atan pada klien dengan cedera medulla spinal.
1.0 #ujuan Khusus
1.0.1 Menjelaskan secara komprehensi cedera medulla spinalis.
1.0./ Mengelola asuhan kepera$atan pada klien cedera medulla spinalis dengan
komplikasi neurogenic bo$el bladder serta ileus paralitik
1.0.0 Management dan implementasi asuhan kepera$atan pada klien cedera medulla
spinalis dengan komplikasi neurogenic bo$el bladder serta ileus paralitik
1.0.1 Menjelaskan mekanisme cedera medulla spinalis -234.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cedera Medula Spinalis
/.1.1 5einisi
4edera medula spinal - "pinal 4ord Injury . adalah injuri6cedera6trauma yang
terjadi pada spinal, meliputi spinal collumna maupun spinal cord, dapat mengenai
elemen tulang, jaringan lunak, dan struktur sara pada cer!icalis, !ertebralis dan
lumbalis akibat trauma berupa jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan olah raga, dan sebagainya. #rauma spinalis menyebabkan ketidakstabilan
kolumna !ertebral -raktur atau pergeseran satu atau lebih tulang !ertebra. atau injuri
sara yang aktual maupun potensial -kerusakan akar-akar sara yang berada sepanjang
medula spinalis sehingga mengakibatkan deicit neurologi..
7ambar /.1 Medula "pinalis dan bagian tubuh yang dipersyarai
3
7ambar /./ "usunan Medula "pinalis dan Bagiannya
7ambar/.0 ,ersyaraan ,ada #ubuh Manusia
4
2.1.2 Mekanise Cedera Medula Spinalis
"umsum tulang belakang terdiri atas beberapa traktus atau jalur sara yang
memba$a inormasi motorik -desenden. dan sensorik -asenden.. #raktus
kortikospinal adalah jalur motorik desenden yang terletak di anterior sumsum tulang
belakang. Kolumna dorsal adalah traktus sensorik asenden yang memba$a inormasi
raba, propriosepsi dan !ibrasi ke korteks sensorik. #raktus spinotalamikus lateral
memba$a sensasi nyeri dan suhu. #raktus spinotalamikus anterior memba$a sensasi
raba. 8ungsi otonom diba$a oleh traktus interomedial anterior.
#rauma traktus kortikospinal atau kolumna dorsal berakibat terjadinya
paralisis ipsilateral atau hilangnya sensasi raba, propriosepsi, dan getar. "edangkan
trauma pada traktus spinotalamikus lateral menyebabkan hilangnya sensasi suhu dan
nyeri kontralateral. #rauma sumsum tulang belakang anterior menyebabkan paralisis
dan hilangnya sensasi raba inkomplit. 8ungsi otonom dijalankan melalui traktus
interomedial anterior. "ara simpatis keluar dari sumsum tulang belakang di antara
4%-L1, sedangkan sara parasimpatis keluar di antara "/ dan "1. 3leh karena itu lesi
atau trauma sumsum tulang belakang dapat menyebabkan disungsi otonom.
"yok neurogenik ditandai dengan disungsi otonom, seperti hipotensi,
bradikardi relati!e, !asodilatasi perier, dan hipotermi. Hal ini biasanya tidak terjadi
pada trauma sumsum tulang belakang di ba$ah #9. "yok spinal dideinisikan sebagai
hilangnya seluruh ungsi neurologis komplit, termasuk releks dan tonus otot, dan
terkait dengan disungsi otonom. "yok neurogenik mengacu pada terjadinya trias
hipotensi, bradikardi dan !asodilatasi perier akibat disungsi otonom dan gangguan
pada sistem kontrol sara simpatis pada trauma sumsum tulang belakang akut.
"uplai darah sumsum tulang belakang terdiri atas satu arteri spinalis anterior
dan dua arteri spinalis posterior. *rteri spinalis anterior mensuplai dua pertiga anterior
sumsum tulang belakang. #rauma iskemik pada arteri ini berdampak terjadinya
disungsi traktus kortikospinal, spinotalamikus lateral, dan interomedial anterior.
"indrom arteri spinalis anterior meliputi paraplegia, hilangnya sensasi nyeri dan suhu
dan disungsi otonom. *rteri spinalis posterior mensuplai kolumna dorsalis. #rauma
!askular dapat menyebabkan lesi sumsum tulang belakang pada le!el segmen yang
lebih tinggi daripada le!el trauma tulang belakang. #rauma !askular mengakibatkan
iskemik pada ser!ikal yang tinggi. #rauma hiperekstensi ser!ikal dapat menyebabkan
trauma iskemik sumsum tulang belakang.
5
#rauma sumsum tulang belakang bisa primer atau sekunder. #rauma primer
merupakan akibat dari gangguan mekanis elemen neural. #rauma ini biasa terjadi
pada raktur dan atau dislokasi tulang belakang. *kan tetapi, dapat juga terjadi tanpa
adanya raktur atau dislokasi tulang belakang. #rauma penetrasi seperti trauma
tembak juga dapat menyebabkan trauma primer. Kelainan ekstradural juga dapat
menyebabkan trauma primer. Hematom epidural spinal atau abses menyebabkan
trauma dan kompresi sumsum tulang belakang akut. #rauma !askular sumsum tulang
belakang yang disebabkan gangguan arteri, trombosis arteri atau hipoperusi yang
menyebabkan syok adalah penyebab utama trauma sekunder.
"indrom sumsum tulang belakang dapat komplit atau inkomplit. "indrom
sumsum tulang belakang komplit ditandai hilangnya ungsi motorik dan sensorik di
ba$ah le!el lesi. "indrom sumsum tulang belakang inkomplit meliputi #he *nterior
4ord "yndrome, #he Bro$n-":;uard "yndrome, dan #he 4entral 4ord "yndrome.
"indrom lainnya meliputi #he 4onus Medullaris "yndrome, #he 4auda <;uina
"yndrome, dan "pinal 4ord 4oncussion. #rauma inkomplit berarti seseorang
memiliki beberapa ungsi di ba$ah le!el trauma, meskipun ungsi tersebut tidak
normal. "ebagai contoh, seseorang dapat mengalami kelemahan bahu tetapi masih
dapat menggerakkannya. "eseorang dapat kehilangan kemampuan untuk
menggerakkan otot di ba$ah kehilangan sensasi nyeri dan suhu. #he International and
*merican "pinal Injury *ssociation -*"I*. mendeinisikan trauma sumsum tulang
belakang inkomplit sebagai suatu keadaan dimana seseorang masih memiliki ungsi
sumsum tulang belakang di ba$ah sakrum -di ba$ah "&.. #rauma komplit berarti
terjadi kehilangan komplit dari sensasi dan kontrol otot di ba$ah le!el trauma.
Hampir separuh dari trauma sumsum tulang belakang adalah komplit. "ebagian besar
trauma sumsum tulang belakang, termasuk trauma komplit, merupakan akibat luka
dari sumsum tulang belakang atau kehilangan darah yang mengalir ke sumsum tulang
belakang dan bukan dari terpotongnya sumsum tulang belakang.
#rauma sumsum tulang belakang seperti stroke, merupakan proses yang
dinamis. Lesi sumsum tulang belakang inkomplit dapat menjadi komplit. Kaskade
kompleks dari patoisiologi yang terkait dengan radikal bebas, edema !asogenik, dan
penurunan aliran darah mengakibatkan terjadinya maniestasi klinis. 3ksigenasi yang
normal, perusi dan keseimbangan asam basa dibutuhkan untuk mencegah
perburukan.
6
Klasiikasi tingkat keparahan cedera medulla spinalis -rankle.=
a. 7rade * = motoris --., sensoris --.
b. 7rade B = motoris --., sensoris ->.
c. 7rade 4 = motoris ->. dengan ?3M / atau 0, sensoris ->.
d. 7rade 5 = motoris ->. dengan ?3M 1, sensoris ->.
e. 7rade < = motoris ->. normal, sensoris ->.
2.1.! Pena"alaksanaan Cedera Medula Spinalis
1. Immobilisasi
#indakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadian6kecelakaan
sampai ke unit ga$at darurat.. @ang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher
dalam posisi normalA dengan menggunakan Bcer!ical collarB. 4egah agar leher tidak
terputar -rotation.. Baringkan penderita dalam posisi terlentang -supine. pada
tempat6alas yang keras. ,asien diangkat6diba$a dengan cara C1 men litC atau
menggunakan B?obinsonBs orthopaedic stretcherB.
/. "tabilisasi Medis
#erutama sekali pada penderita tetraparesis6tetraplegia=
a. ,eriksa !ital signs
b. ,asang Bnasogastric tubeB
c. ,asang kateter urin
d. "egera normalkan B!ital signsB.
,ertahankan tekanan darah yang normal dan perusi jaringan yang
baik. Berikan oksigen, monitor produksi urin, bila perlu monitor *75 -analisa
gas darah., dan periksa apa ada neurogenic shock. ,emberian megadose
Methyl ,rednisolone "odium "uccinate dalam kurun $aktu 9 jam setaleh
kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis.
0. Mempertahankan posisi normal !ertebra -C"pinal *lignmentC.
Bila terdapat raktur ser!ikal dilakukan traksi dengan 4ruthield tong atau
7ardner-2ells tong dengan beban /.& kg perdiskus. Bila terjadi dislokasi traksi
diberikan dengan beban yang lebih ringan, beban ditambah setiap 1& menit sampai
terjadi reduksi.
1. 5ekompresi dan "tabilisasi "pinal
7
Bila terjadi BrealignmentB artinya terjadi dekompresi. Bila BrealignmentB
dengan cara tertutup ini gagal maka dilakukan Bopen reductionB dan stabilisasi dengan
BapproachBanterior atau posterior.
&. ?ehabilitasi.
?ehabilitasi isik harus dikerjakan sedini mungkin. #ermasuk dalam program
ini adalah Bbladder trainingB, Bbo$el trainingB, latihan otot pernaasan, pencapaian
optimal ungsi D ungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita
paraparesis6paraplegia.
2.1 Neur#$eni% B#&el and Bladder
/.1.1 5einisi
Merupakan disungsi blader -laksid atau spastik. yang terjadi akibat lesi
neurologi dengan tanda utama inkontinensia relek. (eurogenic Bo$el and Bladder
adalah kondisi kandung kemih dimana sara yang seharusnya memba$a pesan dari
kandung kemih ke otak tidak bekerja dengan benar, menyebabkan kesulitan atau
ketidakmampuan untuk buang air kecil tanpa menggunakan kateter atau metode
lainnya. 5i kandung kemih pasokan eeren, yang mengatur kontraksi kandung
kemih, berasal dari kabel sakral di "/-"1 dan perjalanan ke kandung kemih melalui
sara panggul. ,engaruh stimulasi parasimpatik adalah kontraksi detrusor. "ara
eeren simpatis, yang meningkatkan penyimpanan kandung kemih, berasal di #11-
L/ dan perjalanan ke kandung kemih dan uretra melalui sara hipogastrikus.Eenis
disungsi kandung kemih yang dapat menyebabkan kebocoran urin,
ketidakmampuan untuk buang air kecil, dan ineksi kandung kemih atau ginjal
sering disebabkan oleh penyakit pada system sara pusat, seperti spina biida, tetapi
juga dapat disebabkan oleh cedera tulang belakang. "edangkan neurogenic bo$el
adalah salah satu gejala sisa yang paling merusak dari spinal cord injury , karena
tidak hanya mempengaruhi morbiditas tetapi juga bisa sangat mengganggu kualitas
hidup seseorang.
8
/.1./ <tiologi
(eurogenic bladder bisa terjadi akibat=
1. ,enyakit
/. 4edera
0. 4acat ba$aan pada otak, medula spinalis atau sara yang menuju ke kandung
kemih, sara yang keluar dari kandung kemih maupun keduanya."uatu kandung
kemih neurogenik bisa kurang akti, dimana kandung kemih tidak mampu
berkontraksi dan tidak mampu menjalankan pengosongan kandung kemih dengan
baik, atau menjadi terlalu akti -spastik. dan melakukan pengosongan berdasarkan
releks yang tak terkendali.
/.1.0 ,atoisiolgi
Kondisi yang mempengaruhi bladder dan signal sara aerent dan eerent menyebabkan
neurogenik bladder, yaitu =
a. 4(" -stroke, injury spinal, sklerosis o!er amiotropik,tumor.
b. "ara perier -diabetes, alkoholik, neuropati, deisiensi !itamin B1/, kerusakan
akibat pembedahan pel!is, herniasi piringan sendi spinal.
c. Keduanya -syndrome parkinson, sklerosis multiple, siphylis..
Kandung kemih yang kurang akti biasanya terjadi akibat gangguan pada sara lokal
yang mempersarai kandung kemih.,enyebab tersering adalah cacat ba$aan pada
medula spinalis -misalnya spinal biida atau mielomeningokel.."uatu kandung
kemih yang terlalu akti biasanya terjadi akibat adanya gangguan pada
pengendalian kandung kemih yang normal oleh medula spinalis dan otak.
,enyebabnya adalah cedera atau suatu penyakit, misalnya sklerosis multipel pada
medula spinalis yang juga menyebabkan kelumpuhan tungkai -paraplegia. atau
kelumpuhan tungkai dan lengan -kuadripelegia.. 4edera ini seringkali pada a$alnya
menyebabkan kandung kemih menjadi kaku selama beberapa hari, minggu atau
bulan -ase syok.. "elanjutnya kandung kemih menjadi o!erakti dan melakukan
pengosongan yang tak terkendali.
9
Cidera Medula
Spinalis
( Spinal Cord
/.1.& #ipe neurogenik bladder
a. 8laksid -hipotonik. !olume banyak, tekanan rendah, tidak ada
kontraksi. ,enyebab =Kerusakan sara perier atau korda spinalis pada
"/ sampai "1. "etelah kerusakan akut korda spinalis segera terjadi
lateriditas dan spastisitas yang lama, atau ungsi bladder membaik
setelah berhari-hari, bahkan berbulan-bulan.
b. "pastik !olume normal dan kecil, terjadi kontraksi in!olunter.
,enyebab=Kerusakan otak atau kordaspina di atas #1/. 7ejalanya
ber!ariasi tergantung lokasi dan keparahan lesi. Kontraksi bledder dan
relaksasi spincter urinary eFterna tidak terkoordinasi
-disungsispincter..
10
Fraktu
Dislokasi
C4
Ekstreitas
atas
( Deltoid a7
!o"ilisas
i
#aralisis
le$er
%esadaran
Sekret
nupuk di
ulut
&esiko
#neonia
'u"
#aralisis
ektreit
as
"a(a$
!o"ilisa
si
De)sit
#era(atan
diri
*$orakal 7+
12
S,ara-
."doin
al
.kti/ita
s
Sekreto
ri 0 Stiula
si
luinal1
distensi Motilitas
usus
#eni"un
an
Munta
%onstipa
si
#ola na-as
ine-ekti-
Elektrol
it
#er-usi
2arin3an
*idak E-ekti-
Sa4ru
%ontrol
5o(el0
5ladder
6an33ua
n 5.%
#easa
n3an
%ateter
&esiko !S%
#eru"a$an
7utrisi
*ira$
5arin3
'aa
8ipotensi
9rt$ostatik
Deku"itus
c. 4ampuran penyebab= "iphylis, diabetes, tumor otak atau spinal cord,
stroke, rupture piringan sendi inter!ertebra, kelainan degenerati, atau
demielinasi -sklerosismultple, sclerosislateral amiotropik..
/.1.9 Maniestasi Klinis
1. )tama inkontinensia relek dengan blader spatik atau laksid.
/. )rin tertumpuk di blader, menetes konstan.
0. 5isungsi ereksi
1. ,ada blader spastic terjadi rekuensi, nokturia, urgency atau paralysis
spastic dengan deicit sensori.
/.1.% Komplikasi
1. Ineksi saluran kemih berulang dan batu urinarius.
/. Bisa terjadi hidronerosis dengan reluk !esiko ureter karena !olume
urine yang besar meningkatkan tekanan pada percabangan !esiko
ureter, menyebabkan disungsi dengan reluks, pada kasus yang berat
terjadi neropati.
0. ,ada lesi korda spinal thoraF tinggi atau ser!ikal terjadi disreleksia
otonomik -syndrome hipertensi maligna yang mengancam ji$a,
Bradikardi atau takikardi, nyeri kepala, keringat berlebihan akibat
hiperakti!itas simpatis yang tidak teratur.. Kelainan ini dipicu distensi
bledder akut -retensi urine. atau distensi usus -akibat konstipasi atau
impaksi ekal..
1. *da komplikasi gastrointestinal berbagaiusus disungsi, termasuk
ileus, borok lambung, reluks gastroesophageal, dysreleFia otonom,
nyeri, distensi,di!ertikulosis, $asir, mual, kehilangan nasu makan,
impaksi, sembelit, diare.
/.1.G #est 5iagnostik
1. Holume risidu post miksi.
/. )"7 renal untuk mendeteksi hidronerosis.
0. "erum kreatinin untuk mengkaji ungsi renal.
1. "istograi untuk menge!aluasi kapasitas bladder dan mendeteksi
reluks.
11
&. "istoskopi untuk menge!aluasi durasi dan keparahan retensi -dengan
mendeteksi turborkulasi blader. dan untuk memeriksa obstruksi
saluran luar bladder.
9. "istometograi = Menentukan !olume dan tekanan bladder jika
dilakukan selama ase leko!ery pada bladder yang raksid sesudah
trauma corda spinal, bias membantu e!aluasi kapasitas ungsional
detensor dan memprediksi prospek rehabilitasi.
a.#esturo dinamik terhadap cairan urine rata-rata dengan
elektromiograi spingter bias menunjukkan apakah kontraksi bladeer
dan relaksasi spincter terkoordinasi.
/.1.I ,enatalaksanaan
a. ,enanganan I"K- Ineksi "aluran Kencing .
"ecara umum urin ber$arna kuning. )rin encer $arna kuning pucat
-kuning jernih., urin kental ber$arna kuning pekat, dan urin baru 6 segar
ber$arna kuning jernih. *dapun bakteri atau kuman yang paling sering
mengakibatkan I"K antara lain <scherichia coli atau <. coli, Klebsiella,
dan ,seudomonas. Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat
pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau kristal-kristal mineral.
,emakaian kateter yang terlalu lama dapat meningkatkan resiko Ineksi
"aluran Kencing-I"K.. Kateterisasi pada blader laksid terutama jika
disebabkan trauma korda spinal, dilakukan kateterisasi menetap atau
intermitten. Kateterisasi intermitten dipilih daripada kateterisasi
ind$elling, karena kateterisasi ind$elling lebih beresiko terjadi ineksi
saluran kemih -I"K. berulang, pada laki-laki beresiko tinggi terjadi
ureteritis, perinetritis, absesprostat, istula uretra. Kateterisasi supra pubik
dipasang jika pasien tidak bias melakukan kateterisasi mandiri.
1. ,enatalaksanaan umum =
a. ,enga$asan ungsi renal
b. Mengontrol I"K
c. *supan cairan adekuat untuk menurunkan I"K dan batu urinarius
-meskipun bisa memperoleh inkontinensia.
d. *mbulasi dini
e. ,enggantian posisi yang sering
12
. ?est
g. ruksi diet 4a untuk menghambat pembentukan batu.
/. ,embedahan
Merupakan pilihan terakhir. Indikasinya jika pasien mengalami kejadian
akut yang parah atau kronis kedua atau jika kondisisosial, spastisitas atau
kuadriplegi tidak memungkinkan kateterisasi intermitten maupun
menetap.
a. "pingterotomy -pada laki-laki. mengubah blader menjadi saluran
drainage terbuka
b. ?iJotomi sacral -"0 dan "1. mengubah blader spastic menjadi
laksid
c. 5i!ersi urinarius meliputi saluran ileum atau ureterostomy
d. ,emasangan spingter urin buatan yang dikontrol secara mekanis
dilakukan pada pasien yang memiliki kapasitas blader adekuat,
pengosongan blader yang baik dan tergolong kelainan kemampuan
motorik ekstremitas atas -)M(., pasien bias memahami
penggunaan obat. Eika pasien tidak mengikuti instruksi bias terjadi
situasi mengancam ji$a -gagal ginjal, urosepsis.. Kadang
dilakukan pembedahan untuk mengalirkan air kemih ke suatu
lubang eksternal -ostomi. yang dibuat di dinding perut atau untuk
menambah ukuran kandung kemih.
e. *ir kemih dari ginjal dialirkan ke permukaan tubuh dengan
mengambil sebagian kecil usus halus, yang dihubungkan dengan
ureter dan disambungkan ke ostomiA air kemih dikumpulkan dalam
suatu kantung.
. "itoplasti augmentasi merupakan penambahan ukuran kandung
kemih dilakukan dengan menggunakan sebagian usus disertai
pemasangan kateter oleh penderita sendiri. "ebagai contoh, sautau
hubungan dibuat diantara kandung kemih dan lubang di kulit
-!erikostomi. sebagai tindakan sementara sampai anak cukup
de$asa untuk menjalani pembedahan deiniti. #indakan-tindakan
tersebut dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya batu ginjal.
5ilakukan penga$asan ketat terhadap ungsi ginjal. Eika terjadi
13
ineksi, segera diberikan antibiotik. 5ianjurkan untuk minum air
putih sebanyak 9-G gelas6hari.
0. Kandung kemih yang kurang akti
Eika penyebabnya adalah cedera sara, maka dipasang kateter melalui
uretra untuk mengosongkan kandung kemih, baik secara
berkesinambungan maupun untuk sementara $aktu. Kateter dipasang
sesegera mungkin agar otot kandung kemih tidak mengalami kerusakan
karena peregangan yang berlebihan dan untuk mencegah ineksi kandung
kemih.,emasangan kateter secara permanen lebih sedikit menimbulkan
masalah pada $anita dibandingkan dengan pria. ,ada pria, kateter bisa
menyebabkan peradangan uretra dan jaringan di sekitarnya.
1. Kandung kemih o!erakti
Eika kejang pada saluran keluar kandung kemih menyebabkan
pengosongan yang tidak sempurna, maka bisa dipasang kateter.,ada pria
lumpuh yang tidak dapat memasang kateternya sendiri, dilakukan
pemotongan singter -otot seperti cincin yang melingkari lubang. di
saluran keluar kandung kemih sehingga proses pengosongan bisa terus
berlangsung dan dipasang penampung air kemih.Bisa diberikan
rangsangan listrik pada kandung kemih, sara yang mengendalikan
kandung kemih atau medula spinalisA supaya kandung kemih berkontraksi.
#etapi hal ini masih dalam tara percobaan.
&. ,emberian obat-obatan
5apat memperbaiki ungsi penampungan air kemih oleh kandung
kemih.,engendalian kandung kemih o!erakti biasanya bisa diperbaiki
dengan obat yang mengendurkan kandung kemih, seperti obat
anticholinergik.
#etapi obat ini bisa menimbulkan eek samping berupa mulut kering dan
sembelit.
b. ,encegahan 5ekubitus
)lkus dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur, kekhususannya
terletak pada insidens kejadiannya yang erat kaitannya dengan
imobilitas, paien dengan cidera medulla spinalis umumnya mengalami
imobilisasi yang cukup lama sehingga berpotensi mengalami
14
dekubitus. #indakan selanjutnya yang berguna baik untuk pencegahan
maupun setelah terjadinya dekubitus adalah=
a.Meningkatkan status kesehatan penderita=
)mum= memperbaiki dan menjaga keadaan umum penderita, misalnya
anemia diatasi, hipoalbuminemi dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang
cukup,!itamin 4. dan mineral -Kn. ditambahkan.
Khusus= mengatasi cidera medulla spinalisnya terlebih dahulu dan
tetap melakukan pencegahan terhadap dekubitus.
Mengurangi6meratakan aktor tekanan yang mengganggu aliran darah.
*lih posisi6alih baring6tidur selang-seling, paling lama tiap dua jam.
Keberatan cara ini adalah ketergantungan pada tenaga pera$at yang
kadang-kadang sudah sangat kurang dan dapat mengganggu istirahat
penderita bahkan menyakitkan.
d. ,encegahan ,nemonia
e. ,encegahan Hipotensi 3rtostatik
2.2 Ileus Parali"ik
/./.1 5einisi
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal 6 tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik
ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer,
tindakan -operasi. yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan
yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.
15
Ileus ,aralitik adalah istilah ga$at abdomen atau ga$at perut menggambarkan
keadaan klinisakibat kega$atan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak
dengan nyeri sebagai keluhan utama
Ileus ,aralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai sara otonom
mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi
sepanjang usus
/././ <tiologi
1. (eurogenik=
a. ,asca operasi
b. #rauma medula spinalis
c. Keracunan timbal
d. Kolik ureter
e. Iritasi persaraan splanknikus
. ,ankreatitis
/. Metabolik
a. 7angguan keseimbangan elektrolik-hipokalemi.
b. )remia
c. Komplikasi 5M
d. ,enyakit sistemik seperti "L<, sklerosis multipel
0. 3bat-obatan
a. (arkotika
b. *ntikolinergik
c. Katekolamin
d. 8enotiasin
e. *ntihistamin
1. Ineksi
a. ,neumonia
b. <mpiema
c. )rosepsis
d. ,eritonitis
&. Iskemia )sus
/./.0 ,atoisiologi
,enyebab ileus paralitik salah satunya adalah cidera trauma misal
raktur spinal. *kti!itas-akti!itas sekretorik dan motorik traktur
gastrointestinal dikendalikan oleh berbagai sistem hormonal dan neural, dan
banyak akti!itas tersebut dikendalikan oleh relek-relek gastrointestinal lokal
16
yang dia$ali oleh sejumlah stimuli luminal, seperti distensi, osmolaritas, pH
dan produk digesti tertentu. "timuli- stimuli ini bekerja pada reseptor-
reseptor di dinding traktus gastrointestinal dan memicu relek- relek yang
mempengaruhi otot-otot polos dan kelenjar endokrin dan eksokrin.
,engendalian neural bersiat eksitatorik dan inhibitorik. #iga sistem syara
berperan dalam mengatur motilitas gastrointestinal yaitu syara simpatik dan
parasimpatik yang mengatur motilitas dan sara intrinsik.
"yara parasimpatik meningkatkan motilitas sedangkan sara simpatik
menghambatnya. #idak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan
intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan
dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan danelektrolit. ,engaruh
atas kehilangan ini adalah penyempitan ruang cairan ekstrasel
yangmengakibatkan syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan
perusi jaringan danasidosis metabolik. ,eregangan usus yang terus menerus
mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan
sekresi cairan ke dalam usus. Ileus paralitik mungkin terjadi karena aktiitas
syara parasimpatik yang berkepanjangan. Kerusakan dan gangguan pada
relek neural menentukan motilitas usus yang terkoordinir dan kejadian
inlamasi otot-otot intestinal yang dianggap pusat patogenesis ileus yang
dipicu tindakan manipulasi usus.
/./.& M*(I8<"#*"I KLI(I"
a. ,erut kembung-abdominal distention)
b. *noreksia, mual, muntah dan obstipasi
c. Bisa disertai diare atau tidak bisa B*B
d. ,erkusi timpani dengan bising usus lemah bahkan tidak terdengar
e. (yeri
f. 5emam
g. ,enurunan kesadaran
h. ?asa tidak nyaman di perut
i. Katabolisme meningkat karena asupan oral yang terbatas
j. Imobilisasi
k. ,asase eses atau latus yang terlambat
/./.9 ,<(*#*L*K"*(**(
#erapi suporti
17
a. ,emberian cairan elektrolit untuk hidrasi
b. ,emberian ("*I5-(on "teroid *nti Inlamasi 5rugs.
c. Memberikan diet enteral sea$al mungkin untuk mempercepat
perbaikan ileus.
d. ,emberian 7um che$ing pasca operati menunjukkan percepatan
perbaikan ileus pasca operasi
/./.% ,<M<?IK"**( 5I*7(3"#IK
a. 4olok dubur= ?ektum tidak kolaps,tidak ada kontraksi.
b. *uskultasi abdomen berupa silent abdoment yaitu bising usus hilang
c. 8oto polos abdomen didapatkan pelebaran udara usus halus atau besar
tanpa air-luid le!el.
/./.G ,<M<?IK"**( ,<()(E*(7
1. *nalisis gas darah
*milase-lipase- Kadar gula darah.- Kalium serum Leukositosis
menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanyaterjadi pada
0G' - &+' obstruksi strangulasi dibandingkan /%' - 11' pada obstruksi
nonstrangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi.
"elain itu dapat ditemukanadanya gangguan elektrolit. *nalisa gas darah
mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan
metabolik asidosis bila ada tanda D tanda shock, dehidrasi dan ketosis.
/. 8oto abdomen
posisi tampak dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai rektum.
,enebalan dinding usus halus yangdilatasi memberikan gambaran herring
bone appearance -gambaran seperti tulang ikan., karenadua dinding usus
halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran !ertebra dan
muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambar penebalan usus
besar yang juga distensi tampak di tepi abdomen. #ampak gambaran air
luid le!el pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step
ladder appearance di usus halus dan air luid le!el panjang-panjang di
kolon.
/./.I ,?37(3"I"
"aat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien sebelumnya.
"etelah pembedahan dekompresi, prognosisnya tergantung dari penyakit
yang mendasarinya. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau
jika terjadi strangulasi atau komplikasilainnya akan meningkatkan
18
mortalitas sampai sekitar 0&' atau 1+'. ,rognosisnya baik bila diagnosis
dan tindakan dilakukan dengan cepat.
BAB !
ASUHAN KEPE'A(ATAN
Kasus Seu
#n. L jatuh dari ketinggian &+ m. Kedua tungkai dan tangan tidak dapat
digerakkan. "aat di ?" klien mengalami penurunan Kesadaran, 74" /-0-L, #=
I+61+mmHg, (= %+ F6m, ??= 0/ F6m, "uhu M 0G
+
4, terpasang kateter M /++ cc6 & jam,
$arna urine pekat. Hasil 4# "can menunjukkan raktur dislokasi 41.
,ertanyaan = Berdasarkan kasus diatas inter!ensi kepera$atan yang dapat dilakukan pada
#uan LN
!.1 Asu)an Kepera&a"an pada pasien Neur#$eni% B#&el and Bladder
!.1.1 Pen$ka*ian
*. *namnesa
1. Identitas ,asien
/. ,enyakit "ekarang
0. Keluhan )tama = Kedua tungkai dan tangan tidak dapat digerakkan
1. ?i$ayat ,enyakit "ekarang = #n. L jatuh dari ketinggian &+ m. Kedua tungkai
dan tangan tidak dapat digerakkan
&. ?i$ayat ,enyakit 5ahulu
a. Kaji ri$ayat pribadi atau keluarga
b. Kaji ri$ayat pekerjaan pasien.
B. ,emeriksaan 8isik
a. B1 -Breath.
??= 0/ F6m
b. B/ -Blood.
#= I+61+mmHg
c. B0 -Brain.
penurunan Kesadaran, 74" /-0-L
d. B1 -Bladder.
terpasang kateter M /++ cc6 & jam
$arna urine pekat
e. B& -Bo$el.
19
. B9 -Bone.
raktur dislokasi 41
0.1./ *nalisis 5ata
N# Da"a E"i#l#$i Masala)
1. 5ata "ubjekti =
#n. L mengalami
penurunan kesadaran
5ata 3bjekti =
Kedua tungkai dan tangan
#n. L tak dapat digerakkan
74" /-0-L
8raktur dislokasi 41

,aralisis bagian leher sampai bagian


ekstremitas ba$ah

?esiko kerusakan integritas kulit


?esiko kerusakan
integritas kulit
2. 5ata "ubjekti = -
5ata 3bjekti =
( = %+F6m
#5 = I+61+ mmHg
2arna urin pekat
# = 0G
+
4
)rine 3utput /++ cc6 & jam
?? = 0/F6m
,emasangan kateter

Ineksi

5emam

5eisit !olume cairan


5eisit !olume cairan
!. 5ata subjekti = -
5ata 3bjekti =
8raktur 5islokasi 41
8raktur dislokasi 41

Kontrol syara pada Bladder


terganggu

7angguan B*K
7angguan B*K
+. 5ata "ubjekti =
#n. L mengalami
penurunan kesadaran
5ata 3bjekti =
74" /-0-L
8raktur dislokasi 41
8raktur dislokasi 41

Imobilitas

7erakan peristaltic usus menurun

Konstipasi
Konstipasi
,. 5ata "ubjekti =
#n. L mengalami
penurunan Kesadaran
,aralisis ke empat anggota gerak >
penurunan Kesadaran

5eisit pera$atan diri


20
5ata 3bjekti =
74" /-0-L
Ketergantungan total

5eisit ,era$atan 5iri


0.1.0 5iagnosa dan Inter!ensi Kepera$atan =
1. ?esiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan denganpenurunan
immobilitas, penurunan sensori.
Tu*uan = Mempertahankan integritas kulit
Kri"eria Hasil = Keadaan kulit #n. L utuh, bebas dari kemerahan bebas dari ineksi
pada lokasi yang tertekan.
N#. In"er-ensi 'asi#nal
1. Kaji aktor resiko terjadinya gangguan integritas
kulit
"alah satunya imobilisasi, hilangnya sensasi,
inkontinensia bo$el6 bladder
2. Kaji keadaan pasien setiap G jam Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus
!. 7unakan tempat tidur khusus -dengan busa. Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi
resiko dekubitus
+. 7anti posisi setiap / jam dengan sikap anatomis 5aerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia,
perubahan posisi
meningkatkan sirkulasi darah.
,. ,ertahankan kebersihan dan kekeringan tempat
tidur dan tubuh pasien.
Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah
terjadinya
kerusakan kulit
.. Lakukan pemijatan khusus 6 lembut diatas
daerah tulang yang menonjol
setiap / jam dengan gerakan memutar.
Meningkatkan sirkulasi darah
/. Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan
dengan tinggi protein
Mempertahankan integritas kulit dan proses
penyembuhan
0. Lakukan pera$atan kulit pada daerah yang lecet
6 rusak setiap hari
Mempercepat proses penyembuhan
/. 5eisit !olume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam
Tu*uan 1"etelah dilakukan tindakan kepera$atan selama 1F/1 jam deisit !olume
cairan teratasi
Kri"eria Hasil 1
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, berat jenis urine
normal.
b. #ekanan darah-1/+6G+ mmHg., nadi -9+-G+ F6menit., suhu tubuh -09,&4 D
0%,&4. dalam batas normal
c. Eumlah dan irama pernaasan normal -19-/+ F6menit.
d. Intake IH pada #n. L adekuat
21
e. #idak ada tanda-tanda dehidrasi
N#. In"er-ensi 'asi#nal
1. Kaji kebutuhan cairan pada #n. L Membantu pemenuhan cairan pada #n. L secara
akurat
2. Kolaborasi pemberian cairan IH )ntuk memenuhi kebutuhan cairan pada #n. L yang
ada pada keadaan penurunan kesadaran
!. Kolaborasi pemasangan (7# 7una memenuhi kebutuhan nutrisi maupun cairan
yang dibutuhkan #n. L mengingat #n. L ada pada
keadaan raktur dislokasi 41 dan menurunnya
kemampuan menelan.
+. Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
-&+-1++cc6jam.
)ntuk mencegah hilangnya cairan secara berlebihan,
mengingat #n. L telah terpasang kateter.
,. Monitor intake dan urine output setiap G jam
dan satus hidrasi #n. L
Mmepertahankan catatan intake dan output yang
akurat. "tatus hidrasi dapat dipantau melalui
kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik.
0. 7angguan B*K berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap
cedera medulla spinalis
Tu*uan 1,eningkatan eliminasi urin
Kri"eria Hasil 1
a. #n. L dapat mempertahankan pengosongan bladder tanpa residu dan distensi
b. Keadaan urine jernih
c. Kultur urin negati!e
d. Intake dan output cairan seimbang
N# In"er-ensi 'asi#nal
1. Kaji tanda-tanda ineksi saluran kemih <ek dari tidak eektinya bladder adalah adanya
ineksi saluran kemih selain itu pemasangan kateter
pada #(. L menyebabkan resiko ineksi lebih tinggi.
2. Kaji intake dan output cairan Mengetahui adekuatnya unsi gnjal dan eektinya
bladder.
!. Lakukan pemasangan kateter sesuai program <ek trauma medulla spinalis adalah adanya gangguan
releks berkemih
sehingga perlu bantuan dalam pengeluaran urine.
"elain itu ,enggunaan kateter mempermudah
22
monitoring output urin.
+. ,enuhi kebutuhan cairan #n. L sesuai dengan
!olume -ml. per berat badan
Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya
)#I
,. 4ek bladder pasien setiap / jam Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic
hyperreleksia
.. Lakukan pemeriksaan urinalisa, kultur dan
sensitibilitas
Mengetahui adanya ineksi
/. Monitor temperatur tubuh setiap G jam #emperatur yang meningkat indikasi adanya ineksi.
1. Konstipasi berhubungan dengan deek stimulasi syara, otot dasar pel!ic lemah dan
imobilitas sekunder akibat raktur dislokasi 41
Tu*uan 1Memperbaiki ungsi usus
Kri"eria Hasil 1
a. #n. L bebas konstipasi
b. Keadaan eses lembek dan berbentuk
N# In"er-ensi 'asi#nal
1. ,engkajian pola eliminasi bo$el Menentukan adanya perubahan eliminasi
2. Berikan diet tinggi serat "erat meningkatkan konsistensi eses sehingga eses
lebih mudah untuk dikeluarkan
!. Berikan minum 1G++ D /+++ ml6hari jika tidak
ada kontraindikasi
Mencegah konstipasi
+. *uskultasi bising usus, kaji adanya distensi
abdomen
Bising usus menentukan pergerakan peristaltic pada
usus
,. Hindari penggunaan laktasi oral Kebiasaan menggunakan laktasi akan tejadi
ketergantungan selain itu, #n. L juga mengalami
kesulitan menelan dikarenakan raktur dislokasi 41
.. Lakukan mobilisasi jika memungkinkan Meningkatkan pergerakan peristaltic, untuk #n. L
dapat dilakukan dengan cara ?3M pasi
/. Berikan suppositoria sesuai program ,elunak eses sehingga memudahkan eliminasi
0. <!aluasi dan catat adanya perdarah pada saat
eliminasi
Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan
suppositoria
&. 5eisit pera$atan diri berhubungan dengan paralisis total akibat raktur dislokasi 41
Tu*uan 1Kebutuhan aktiitas sehari-hari6 pera$atan diri terpenuhi
Kri"eria Hasil 1
a. #idak adanya bau badan pada #n. L
23
b. 7igi bersih, rambut bersih, tempat tidur bersih
c. #idak timbulnya iritasi pada kulit #n. L
N# In"er-ensi 'asi#nal
1. Kaji kebutuhan akti!itas sehari-hari #erpenuhinya kebutuhan akti!itas sehari-hari secara
adekuat dapat membantu proses penyembuhan
2. Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktiitas , B*B6B*K,
membersihkan tempat tidur dan
kebersihan diri juga oral hygiene.
Mempertahankan status kesehatan dan kebersihan diri
pasien.
!. Libatkan keluarga dalam pera$atan diri sehari-
hari
Keluarga dapat meningkatkan moti!asi pasien untuk
melakukan akti!itas kebersihan diri
!.2 Asu)an Kepera&a"an pada Pasien Ileus Parali"ik
!.2.1 PEN2KAJIAN
*. *namnesa
1. Identitas pasien
a. Meliputi nama
b. )mur
c. jenis kelamin
d. ,endidikan
e. *gama
. *lamat
g. status perka$inan
h. suku bangsa.
/. ?i$ayat Kepera$atan.
a. ?i$ayat kesehatan sekarang meliputi apa yang dirasakan klien saat
pengkajian
b. ?i$ayat kesehatan masa lalu meliputi penyakit yang diderita, apakah
sebelumnya pernah sakit sama
c. ?i$ayat kesehatan keluarga meliputi apakah dari keluarga ada yang
menderita penyakit yang sama
d. ?i$ayat psikososial dan spiritual meliputi pola interaksi, pola pertahanan
diri, pola kogniti, pola emosi dan nilai kepercayaan klien.
e. Kondisi lingkungan meliputi bagaimana kondisi lingkungan yang
mendukungkesehatan klien.
. ,ola akti!itas sebelum dan di rumah sakit Meliputi pola nutrisi, pola eliminasi,
personal hygiene, pola akti!itas sehari D hari dan pola akti!itas tidur.
/././ ,emeriksaan 8isik
1. B1 -Breath.
24
pernaasan tidak normal normal - ?? M 0/ F permenit .. 5idapatkan
masalah kepera$atan pola naas tidak eekti.
/. B/ -Blood.
,ada pasien ditemukan tekanan darah menurun yaitu I+61+ mmHg. 5an
nadi normal,tetapi perlu di$aspadai terjadi tachicardi saat pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh karena pasien demam. 5idapatkan masalah kepera$atan
perusi jaringan tidak eekti.
0. B0 -Brain. "istem persyaraan
,ada pasien didapatkan data 74" /-0-L. Mata berespon jika dirangsang
nyeri. Herbal, bicara tidak nyambung dan tidak jjelas. Motorik tidak dapat dinilai
karena tidak bisa digerakkan. 5idapatkan masalah kepera$atan (yeri.
1. B1 -Bladder.
,asien terpasang kateter dan didapatkan pengukuran pengeluaran urin /++
cc6 & jam, $arna urine pekat. 5idapatkan masalah kepera$atan pola eliminasi urin
tidak eekti dan resiko ineksi.
&. B& -Bo$el.
,asien mengalami trauma jadi memerlukan nutrisi yang lebih - diet
#K#, .. ,asien mengalami raktur yang mengharuskan bed rest jadi bisa
menyebabkan ileus paralitik.
9. B9 -Bone.
5idapatkan pemeriksaan isik pasien kedua tungkai dan tangan tidak dapat
digerakkan dan hasil 4# "can menunjukkan raktur dislokasi 41. Eadi pasien
harus bedrest. 5idapatkan masalah kepera$atan imobiitas aktiitas, resiko
dekubitus, dan deisit pera$atan diri.
25
/./.0 5iagnosa dan Inter!ensi Kepera$atan
1. ,ola naas tidak eekti berhubungan dengan cedera tulang belakang
#ujuan = pola pernapasan eekti.
Kriteria hasil =
1. ,asien akan mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal dalam
/F/1 jam.
Inter!ensi =
Inter!ensi ?asional
1. ,emantauan pernapasan
- kecepatan,irama, kedalaman, pola
dan usaha respirasi .
/. *jarkan teknik relaksasi
0. Kolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian bronkodilator, nebuliJer,
sesuai program.
)ntuk mengetahui keadaan a$al pasien
sehingga dapat mengetahui kemajuan
pasien
)ntuk memberi kenyamanan pada klien
)ntuk meningkatkan pola pernapasan
/. Ketidakeektian perusi jaringan perier berhubungan dengan perubahan tekanan
darah - hipotensi .
#ujuan = pasien mampu menunjukkan perusi jaringan yang eekti
Kriteria hasil =
1. ,asien menunjukkan keseimbangan cairan.
/. ,asien menunjukkan integritas jaringan kulit dan membrane mukosa yang baik.
Inter!ensi =
Inter!ensi ?asional
1. Kaji #5, nadi, ??, suhu
/. ,era$atan sirkulasi perier secara
komprehensi - nadi perier,
edema,pengisian kapiler,suhu,dan
ekstremitas.
0. *jarkan pada pasien pera$atan kaki
1. )ntuk mengetahui keadaan klien.
/. *gar sirkulasi perier berjalan
dengan baik.
0. "upaya tidak terjadi statis !ena dan
untuk meningkatkan aliran darah balik
!ena.
26
yang tepat misal tidak menyilangkan
kaki, meninggikan lutut tanpa
menekuk lutut, dan latian

0. (yeri berhubungan dengan cedera raktur
#ujuan = nyeri dapat berkurang atau hilang
Kriteria hasil =
1. ,asien dapat menunjukkan teknik relaksasi yang eekti untuk mencapai
tingkat kenyamanan.
/. ,asien dapat mempertahankan atau menurunkan tingkat nyeri.
0. ,asien dapat mengenali actor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
mencegah nyeri.
Inter!ensi =
Inter!ensi ?asional
1. Lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensi menggunakan ,O?"#
-,ro!oke,Ouality,?egion,"e!ere,#ime
.
/. Inormasikan pada pasien tentang
prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan ta$arkan saran koping
0. *jarkan penggunaan teknik
nonarmakologi untuk mengatasi
nyeri -hypnosis,relaksasi,
distraksi,kompres hangat6dingin .
1. Kolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian obat anti nyeri
1. )ntuk mengetahui keadaan
klien sehingga dapat menentukan
inter!ensi berikutnya
/. )ntuk menghindari kecemasan
pasien
0. Memberikan kenyamanan pada
klien
1. Mengatasi6 Mengurangi nyeri
1. ?esiko ineksi berhubungan dengan terpasangnya kateter
#ujuan = actor resiko hilang atau actor resiko terkendali.
Kriteria hasil A
1. ,asien akan terbebas dari tanda dan gejala ineksi
/. ,asien dapat menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat.
0. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria,dan
imun dalam batas normal.
1. ,asien melaporkan tandan dan gejala ineksi.
Inter!ensi =
Inter!ensi ?asional
27
1. ,antau tanda dan gejala ineksi
serta hasil laboratorium
- peningkatan suhu tubuh, protein
serum dan albumin, penampilan
urin dan luka .
/. Instruksikan untuk menjaga
hygiene pribadi untuk
melindungi tubuh terhadap
ineksi.
0. *jarkan kepada pasien dan
keluarga untuk mengenali tanda
dan gejala ineksi.
1. Kolaborasikan dengan dokter
untuk pemberian terapi
antibiotic.
1. Mengetahui keaadaan klien
/. Mengajarkan pasien dan
keluarga secara mandiri dalam
menjaga personal hygiene
0. "ebagai antisipasi pasien dan
keluarga terhadap ineksi
1. Mencegah terjadinya ineksi
&. ,erubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kebutuhan metabolic tinggi - ada luka .
#ujuan = kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil =
1. ,asien dapat mempertahankan berat badannya dalam batas normal.
/. ,asien menyatakan keinginan untuk mengikuti diet.
0. (ilai laboratorium - transerin,albumin,dan elektrolit . dalam batas normal.
Inter!ensi =
Inter!ensi ?asional
1. ,antau kebiasaan makan dan
makanan yang disukai pasien.
/. #entukan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
0. ,antau kandungan nutrisi dan kalori
pada catatan asupan.
1. Kolaborasikan dengan ahli giJi
untuk diet #K#, - tinggi kalori
tinggi protein ..
1. Mengetahui keadaan nutrisi pasien
untuk pemenuhan nutrisinya
/. )ntuk mengetahui tindakan yang
tepat terhadap pasien
0. Memastikan pasien mendapatkan
nutrisi yang sesuai
1. Memantau status giJi pasien untuk
mempercepat proses penyembuhan

&. 5eisit pera$atan diri berhubungan dengan bed rest akibat raktur
#ujuan = pasien dapat melakuakn pera$atan dirinya sendiri.
Kriteria hasil A
1. ,asien akan menerima bantuan atau pera$atan total dari pemberi pera$atan jika
diperlukan.
28
/. ,asien mampu mengungkapkan secara !erbal kepuasan tentang kebersihan tubuh
dan hygiene mulut.
0. ,asien mampu membersihkan dan meneringkan tubuh, pera$atan tubuh,dan
menggunakan deodorant.
1. #idak ditemukan tanda-tanda dekubitus atau iritasi
Inter!ensi A
Inter!ensi ?asional
1. Kaji kemampuan pasien untuk
menggunakan alat bantu.
/. ,antau kebersihan kuku,
berdasarkan kemampuan
pera$atan diri pasien dan
ajarkan pasien untuk mandi dan
hygiene mulut.
0. Memberikan bantalan air di
daerah punggung.
1. )ntuk mengetahui perkembangan
pasien
/. Memastikan pera$atan diri pasien
terjaga
0. Mencegah terjadinya dekubitus dan
iritasi
BAB I3
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
(eurogenic Bo$el and Bladder adalah kondisi kandung kemih dimana sara
yang seharusnya memba$a pesan dari kandung kemih ke otak tidak bekerja
dengan benar, menyebabkan kesulitan atau ketidakmampuan untuk buang air kecil
tanpa menggunakan kateter atau metode lainnya.
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal 6 tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus
paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai
penyakit primer, tindakan -operasi. yang berhubungan dengan rongga perut,
toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.
1./ "aran
29
"etelah membaca makalah tentang asuhan kepera$atan pada pasien dengan
neurogenic bo$el and bladder dan ileus paralitik, maka kita sebagai mahasis$a
kepera$atan harus bisa memahami penyakit tersebut dan mengaplikasikan dalam
asuhan kepera$atan di ?umah "akit secara terapetik. "ebagai pera$at,kita harus
member penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya dari penyakit neurogenic
bo$el and bladder dan ileus paralitik dan memberitahu apa saja hal D hal yang
dapat menimbulkan penyakit tersebut. ,encegahan dalah hal terbaik, tetapi apabila
gangguan sudah mengineksi, kita harus memberikan asuhan kepera$atan yang
tepat dan eekti kepada pasien dengan mengurangi segala resiko yang dapat
terjadi.
DA4TA' PUSTAKA
4arpenito, L. #, 1IIG. Buku 5iagnosa Kepera$atan. <disi 9. Eakarta=<74
5ongoes, Marilyn <,et all.1II0. (ursing 4are ,lans= 7uidelines or ,lanning and
5ocumenting ,atient 4are, <dition 0, 8.* 5a!is 4ompany, ,hiladelphia
LuckmanP "oresen .1II+. Mdical "urgical (ursing. ,hiladelphia= 2.B "auders 4ompany
(euroscience (ursing <udence DBased ,ractice <dited by "ue $ood$ard and*nn-Manie
Mestecky. 2iley-Black * Eohn 2iley and "ons, Ltd ,ublication 1st edition /+11
,rice, *. "yl!ia , Lorraine M. 2ilson./++&. ,atoisiologi= konsep klinis ,roses D ,roses
,enyakit. <disi 9. Eakarta= <74
?ani, *JiJ,et all./+11. Buku *jar 7astrointestinal.Eakarta=Interna ,ublishing
30
31

Anda mungkin juga menyukai