FARMAKOKINETIKA
SIMULASI MODEL IN VITRO FARMAKOKINETIK OBAT
SETELAH PEMBERIAN SECARA INTRAVENA
Kelompok 2B
Anggota :
Rian Destiyani P
1111102000035
Ati Maryanti
1111102000037
Moh. Al Fattah
1111102000053
Rachma Ayunda
1111102000054
Syaima
1111102000056
Sonia Ulfah
1111102000116
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memplot data kadar obat dalam fungsi waktu pada skala
semilogaritmik
1.2
Landasan teori
Paracetamol (paracetamolum, asetaminofen)
Berat molekul
: 151,16
Rumus molekul
: C8H9NO2
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
Dosis penggunaan :
1-5 tahun
: 1x = 50-100 mg ; 1h = 200-400 mg
Farmakokinetika Parasetamol
Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses
absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme
atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan
proses eliminasi obat(Gunawan, 2009).
2.1
Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat
adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain.
Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat
absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang
sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai
dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubu
h,melalui jalurnya hingga masuk kedalam sirkulasi sistemik. Pada levelseluler,
obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dantransport
pasif.
a.
Metode absorpsi
Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan
proses difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi
tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Transport aktif terjadi selama
Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari
daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat
tinggi
b.
Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya
sedikit sel. Absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level
pengobatan dalam tubuh.
- Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
- Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
- Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.
c.
d.
Kecepatan Absorpsi
o Diperlambat oleh nyeri dan stress : Nyeri dan stress mengurangi aliran
darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster
o Makanan tinggi lemak :
2.2
Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik
Ke jaringan dan cairan tubuh.
a. Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ
berdasarkan jumlah alrian darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar
adalah jantung, hepar, ginjal, sedangkan distribusi ke organ lain seperti
kulit, lemak dan otot lebih lambat.
b. Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat
terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat
bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan
berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein
2.3
Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah
komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar
tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit,
juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau
empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi
sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1.
Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit hepar
seperti sirosis.
2.
Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme
obat dengan cepat, sementara yang lain lambat.
3.
Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok,
Keadaan stress, Penyakit lama, Operasi, Cedera
4.
Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs orang
tua.
5.
Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian
besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat
dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan
taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi
melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam
bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal.
Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi
aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan
setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah
melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru
terutama untuk eliminasi gas anastetik umum (Gunawan, 2009).
a.
Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari
obat dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah
absorpsi, metabolism dan ekskresi. Waktu paruh penting diketahui untuk
menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b.
Parameter-parameter
farmakokinetik
kemudian
dihitung
secara
matematis, meliputi tetapan kecepatan absorpsi (Ka), kadar puncak obat dalam
darah/serum/plasma (Cmax), waktu untuk mencapai kadar puncak (Tmax),
tetapan kecepatan eliminasi (Kel), waktu paro eliminasi (T1/2) dan luas daerah
di bawah kurva kadar obat vs. waktu (AUC).
a)
puncak
adalah
kadar
tertinggi
yang
terukur
dalam
c)
d)
e)
g)
Klirens (Clearance)
Di atas telah diuraikan, bahwa parameter-parameter yang lazim
digunakan untuk menggambarkan proses eliminasi adalah nilai T1/2 atau Kel
(T 1/2 lebih disukai). Namun, sebenarnya nilai-nilai tersebut hanya merupakan
apa yang terlihat saja (penampakan luar), dan didapatkan dari perhitungan
matematis yang diturunkan dari perubahan kadar obat dalam darah dari waktu
ke waktu. Sebenarnya Kel dan T1/2 tersebut merupakan hasil dari suatu proses
yang dinamakan klirens (CL = Clearance), yakni kemampuan tubuh untuk
membersihkan darah dari obat yang termuat di dalam tubuh (= Vd). Bila
diformulasikan hubungan antara CL dengan Kel atau T1/2, akan didapatkan
persamaan berikut:
CL = Vd x Kel
Klirens, yang secara definitif diartikan sebagai kemampuan tubuh
untuk membersihkan darah dari obat per satuan waktu, dapat dibedakan
menjadi 3 hal, yakni 1) klirens yang berasal dari kerja hepar sebagai organ
metabolisme utama, 2) klirens yang berasal dari kerja ginjal sebagai organ
ekskresi utama dan 3) klirens yang berasal dari organ-organ lain.
CL(tubuh total) = CLhepar + Cginjal + CLlain-lain
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
Beker glass
Pipet tetes
Vial
Spuit
Batang pengaduk
Spektrofotometer
3.1.2 Bahan
Larutan induk parasetamol
Aquadest
Parasetamol
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
SIMULASI MODEL IN VITRO FARMAKOKINETIKA
Table pengukuran spektrofotomete UV Vis paracetamol
konsentrasi
(ppm)
4.572
4.283
4.044
4.065
waktu (menit)
15
30
45
60
absorbansi(243)
0.304
0.285
0.269
0.271
log
konsentrasi
0.6601
0.6317
0.6068
0.609
log konsentrasi
0.6601
0.6317
0.6068
0.609
log C
3.1
0,67
0,66
0,65
0,64
0,63
0,62
0,61
0,6
Series1
20
40
Waktu (menit)
a = 0.6715
b = - 0.0012
60
80
r = 0.8584
Jadi persamaan kurva regresi linier y = a + bx
Y = 0.6715 0.0012 x
=
Jadi, =
log =
log = 0.6715
= , /
b=
2,303
0,0012 =
2,303
Ke = 0.0012 x 2.303
= , /
t1/2 =
0, 693
t1/2 =
0, 693
0.0027
/ = .
Do =
Do = 250 4, 693 /
= . , = ,
Cl =
dan
Cl =
0.00276
250 mL
menit
= ,
0,61
0,6
0,59
Series1
0,58
0,57
0
20
40
60
80
waktu (menit)
0,815
0,81
0,805
Series1
0,8
0,795
0
20
40
60
80
waktu (menit)
0,82
0,81
0,8
Series1
0,79
0
20
40
waktu (menit)
60
80
log C
0,25
0,2
0,15
Series1
0,1
0,05
0
0
20
40
60
80
waktu (menit)
3.2
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini akan dilakukan pengamatan perubahan konsentrasi obat
parasetamol terhadap waktu yang dilakukan secara in-vitro untuk melihat profil
farmakokinetik dari suatu obat. Percobaan disimulasikan dengan keadaan yang ada di
dalam tubuh dimana obat diberikan dalam bentuk injeksi intravena. Parasetamol
dimasukkan ke dalam beaker glass (dianggap sistem tubuh) yang telah diisikan
aquades sebanyak 250 mL, kemudian setiap 5 menit sampai menit ke-60 diambil
cuplikannya sebanyak 2 mL dengan menggunakan spluit dan cairan yang diambil
akan diganti dengan aquades sesuai dengan volume yang diambil. Pada menit ke-5,
10, 20, 25, 35, 40, dan 55 cuplikan yang diambil sebanyak 2 mL dan akan digantikan
dengan aquades sebanyak 2 mL. Namun, pada menit ke-15, 45, 30, dan 60 cuplikan
yang diambil sebanyak 5 mL dan digantikan dengan aquades 5 mL juga. Cuplikan
yang diambil pada menit ke 15, 45, 30, dan 60 menit akan ditentukan
kadar
Jika obat diberikan secara intravena, maka obat masuk ke dalam darah dan
secara cepat terdistribusi ke jaringan. Penurunan konsentrasi obat dalam plasma dari
waktu ke waktu (yaitu kecepatan eliminasi obat) dapat diukur dengan mengambil
sampel darah berulang. Pada awalnya seringkali konsentrasi menurun secara cepat,
namun kemudian kecepatan penurunan berkurang secara progresif. Kurva tersebut
disebut eksponensial, dan hal ini berarti pada waktu tertentu terdapat eliminasi fraksi
konstans obat dalam satu satuan waktu. Banyak obat menunjukan suatu penurunan
eksponensial dalam konsentrasi plasma karena kecepatan kerja proses eliminasi obat
biasanya proporsional terhadap konsentrasi obat dalam plasma (M. J. Neal. 2006).
Obat yang diberikan secara intravena langsung masuk ke dalam sirkulasi dan
tidak diabsorbsi terlebih dahulu. Cara ini digunakan saat dibutuhkan efek obat yang
cepat, untuk pemberian obat yang kontinu, untuk volume yang besar, untuk obat-obat
yang menyebabkan kerusakan jaringan lokal bila diberikan melalui cara lain (M. J.
Neal. 2006).
Pada percobaan yang normal, data absorbansi di tiap perubahan waktu
mengalami penurunan secara konstan. Hal ini menunjukan konsentrasi obat di dalam
tubuh semakin berkurang secara konstan karena obat dieliminasi oleh tubuh dengan
kecepatan konstan 2 mL setiap 5 menit, dan cairan diganti 2 ml hingga volume cairan
tetap, kecuali pada menit ke-15, 45, 30, dan 60 cuplikan yang diambil sebanyak 5 mL
dan digantikan sebanyak 5 mL.
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan konsentasi di tiap perubahan waktu
mengalami penurunan namun pada menit ke-60, nilai konsentrasinya naik. Hal ini
dikarenakan pada saat pengambilan cuplikan yang terakhir tidak ditambahkan lagi
aquades sebanyak yang diambil yaitu 5 mL yang meyebabkan volume cairan tidak
tetap. Faktor lain yang mungkin menyebabkan kesalahan-kesalahan dalam percobaan
meliputi ketidakcampuran obat, pengambilan cuplikan yang tidak benar, atau
kesalahan metode pada saat penentuan kadar obat dengan menggunakan
spektofotometri.
Beberapa parameter farmakokinetik dengan cara pemberian obat secara bolus
intravena yang didapatkan dari hasil percobaan yaitu, laju eliminasi (ke atau k ),
volume distribusi (VD), waktu paruh (t ), klirens (Cl) dan konsentrasi awal (Co).
BAB IV
KESIMPULAN
Suatu obat diberikan dalam bentuk injeksi intravena cepat (IV bolus), seluruh dosis
obat masuk ke dalam tubuh dengan segera.
DAFTAR PUSTAKA
M. J. Neal. 2006. At a Glance Farmakologi Medis edisi kelima. Penerbit Erlangga : Jakarta
Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Gambar
Keterangan
Larutan induk parasetamol 2 ml dimasukkan ke dalam
beker glass yang berisi aquadest
Pembuangan cuplikan 2 ml