PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Ketulian mendadak dapat menjadi pengalaman yang sangat menakutkan
bagi seorang pasien. Kelainan ini harus segera mendapat perhatian dokter.
Penyebabnya dapat diketahui ataupun idiopatik. Ketulian dapat ringan atau berat,
sementara atau permanen. Gangguan ini hanyalah suatu kompleks gejala dan tidak
terlalu sering ditemukan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui
patofisiologi atau keberhasilan relatif dari berbagai regimen terapi.1
Dalam mendekati pasien dengan ketulian mendadak, harus diusahakan
untuk menyingkap penyabab ketulian mendadak dan menentukan keparahannya.
Dengan perhatian penuh harus dapat disingkirkan penyebab kardiovaskuler,
diabetik atau sebab sistemik lainnya. Suatu pemeriksaan otologi dan audiologi,
demikian pula suatu CT-scan mungkin perlu dilakukan.1
Namun lebih sering penyebab tidak dapat ditemukan. Pasien harus
diberitahu mengenai prognosis serta pilihan pengobatan. Prognosis terbaik bila
pasien segera mencari pengobatan dalam 24 jam setelah awitan dan bila
pendengaran masih pada tingkat yang relatif baik. Prognosis mundur secara
drastis pada pasien tua dengan masa-masa ketulian berat berlangsung cukup lama
dan disertai pusing.1
Pengobatan diarahkan pada beberapa penyebab idiopatik ketulian
mendadak yang potensial. Suatu tesis mengemukakan bahwa penyebab
1
tromboemboli pada pembuluh darah kecil telinga. Pendukung teori ini mengobati
pasien mereka dengan vasodilator, plasma ekspander, atau antikoagulan. Tesis lain
mengusulkan suatu virus yang tidak diketahui atau suatu peristiwa imunologik
sebagai penyebab ketulian mendadak. Pendukung teori ini mengusulkan
pemberian steroid dosis tinggi untuk mengurangi produk radang. Obat digunakan
untuk waktu yang singkat. Namun secara keseluruhan, angka kesembuhan
tampaknya lebih tinggi pada pasien-pasien yang diharuskan tirah baring dan
mendapat pengobatan daripada mereka yang tidak diobati.1
I.2. Rumusan Masalah
Paper ini membahas tentang definisi, etiologi, insidensi, patogenesis,
diagnosis, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan dari Tuli Mendadak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
ANATOMI TELINGA
Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah
Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga (aurikula) dan liang
telinga sampai membran timpani. Rangka daun telinga ini terdiri dari
tulang rawan elastik dan kulit yang berfungsi untuk mengumpulkan
getaran suara menuju saluran telinga luar. Liang telinga berbentuk huruf S,
dengan 1/3 bagian luar dengan rangka tulang rawan dan 2/3 bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang. Panjang liang telinga luar ini 2,5-3 cm.
Saluran ini memiliki sejenis kelenjar sebaceae (sejenis minyak) yang
menghasilkan kotoran telinga (serumen). Serumen dan rambut telinga ini
dapat mencegah masuknya benda asing ke dalam telinga.2
II.1.B. Telinga Tengah (Middle Ear)
: Membran timpani
Batas depan
: Tuba eustachius
Batas dalam
udara yang terdiri atas tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas maleus
(martil), inkus (landasan) dan stapes (sanggurdi). Pada bagian telinga
tengah ini juga terdapat saluran eustacius yang menghubungkan telinga
bagian tengah dengan faring. Antara telinga bagian dalam dan telinga
bagian tengah dibatasi oleh tingkap oval (fenestra ovalis) dan tingkap bulat
(venestra rotundra).
lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat
pula otolit yang mengandung kalsium dan dengan berat jenis yang lebih
besar daripada endolimfe. Karena pengaruh gravitasi, maka gaya dari
otolit akan membengkokkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan
rangsangan pada reseptor. Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui
suatu duktus sempit yang juga merupakan saluran menuju sakus
endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang yang tegak lurus
terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada
utrikulus. Masing-masing kanalis mempunyaiseatu ujung yang melebar
membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut Krista. Sel-sel rambut
menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe dalam kanalis
semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya akan
membengkokkan silia sel-sel rambut Krista dan merangsang sel reseptor.3
II.2.
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa
pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner
10
II.3.
II.4.
(unilateral) dan hanya 1,7% - 2% kasus terjadi pada dua telinga (bilateral ). Di
Amerika
Serikat
terjadi
5-20
kasus
tuli
mendadak
per
100.000
11
II.5.
12
13
meningokokus meningitis
Penyakit gondok
Demam Lassa
Mycoplasma
Meningitis kriptokokal
Toksoplasmosis
14
Sipilis
Rubeola
Rubella
Manusia spumaretrovirus
Vertebrobasilar insufisiensi
Penyakit Cardiopulmonary
15
Kolitis ulserativa
Kambuh polychondritis
Lupus eritematosus
Poliarteritis nodosa
Sindrom Cogan
Wegener Granulomatosis
16
Diuretik
Manitol
Salisilat
Kinin
17
Klorokuin
Bleomisin
Antineoplastik
Nitrogen mustard
Cis-platinum
Pentobarbital
Lain-lain
Heksadin
Mandelamin
Praktolol
Karbon monoksida
Zat kimia
Minyak chenopodium
Nikotin
Zat warna anilin
Alkohol
Kalium bromat
Air raksa
Logam berat
Emas
Timbale
Arsen
18
II.6.
PATOGENESIS
Terdapat 4 teori yang dipostulasikan bagi terjadinya tuli mendadak yaitu
terjadi pada
mekanisme penyebab
tuli.
Ruptur
membran
intrakoklea
II.7.
Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat disertai dengan tinitus atau
vertigo.
Pada infeksi virus, timbulnya tuli mendadak biasanya pada satu telinga,
dapat disertai dengan tinnitus dan vertigo. Kemungkinan ada gejala dan tanda
penyakit virus seperti parotis varisela, variola atau pada anamnesis baru sembuh
dari penyakit virus tersebut. Pada pemeriksaan klinis/otoskopis tidak terdapat
kelainan telinga.5
Pada iskemia koklea, tuli dapat bersifat mendadak atau menahun secara
tidak jelas. Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan,
tetapi biasanya menetap. Tuli yang bersifat sementara biasanya tidak berat dan
tidak berlangsung lama. Kemungkinan sebagai pegangan harus diingat bahwa
perubahan yang menetap akan terjadi sangat cepat. Tuli dapat unilateral atau
bilateral, dapat disertai dengan tinitus dan vertigo.5
II.8.
fisik dan THT, audiologi dan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.5
II.8.1. Anamnesis
1.
21
2.
3.
4.
5.
6.
7.
CMV,influenza B.12
8. Riwayat hipertensi.10
9. Riwayat penyakit metabolik seperti DM.
10. Telinga terasa penuh, biasanya pada penyakit meniere. 1 3
11. Riwayat berpergian dengan pesawat atau menyelam ke
dasar laut. 1 2
12. Riwayat trauma kepala dan bising keras. 1 2
22
Audiometri khusus
a. Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index) dengan skor : 100%
atau kurang dari 70%, kesan :dapat ditemukan rekrutmen.
b. Tes Tone decay atau reflek kelelahan negatif. Kesan : Bukan tuli
retrokoklea.
Audiometri tutur (speech audiometry) : SDS ( speech discrimination
paresis kanal.5
Pemeriksaan tomografi computer (CT-scan) dan pencitraan resonansi
magnetic (MRI) dengan kontras diperlukan untuk menyingkirkan
diagnosis seperti neuroma akustik dan malformasi tulang temporal.
Bila diduga kemungkinan adanya neuroma akustik, pasien dikonsulkan
ke bagian Saraf. Pemeriksaan arteriografi diperlukan untuk kasus yang
diduga akibat thrombosis.5
II.9.
23
mendekati normal menyulitkan evaluasi pengobatan untuk tuli mendadak. Tak ada
studi terkontrol yang dilakukan yang dapat membuktikan bahwa suatu obat secara
bermakna menyembuhkan tuli mendadak. Seperti diketahui angka penyembuhan
secara spontan tuli mendadak terjadi antara 40-70% kasus. Ada pendapat ahli
menyatakan bahwa sebagian besar kasus tuli mendadak mengalami proses
penyembuhan secara partial terutama selama 14 hari pertama setelah onset
penyakit.
untuk
menghilangkan
atau
mengurangi
stress
yang
24
25
Hipoksia menginduksi ekspresi intercellular adhesion molecule-1 (ICAM1) sehingga terjadi adesi lekosit pada endotel. Pemberian OHB dapat
mengurangi ekspresi ICAM-1 ini. Mekanisme penghambatan ICAM-1 adalah
melalui induksi eNOS. OHB menginduksi sintesis endothelial nitric oxide
synthase (eNOS). Ekspresi ICAM-1 dihambat oleh eNOS. Batas ambang PO2
untuk penghambatan ICAM-1 adalah 2-2,5 ATA. O2 normobarik tidak
mempengaruhi ICAM-1. OHB mempunyai manfaat menghambat proses
inflamasi.
Pada
pasien
diabetes
perlu
diperhatikan,
sebaiknya
diberikan
kortikosteroid injeksi dan bila perlu dilakukan pemeriksaan gula darah secara
rutin setiap hari serta konsultasi ahli penyakit dalam. Apabila hasil konsultasi
dengan Sub Bagian hematologi Penyakit Dalam dan Bagian kardiologi ditemukan
kelainan, terapi ditambah sesuai dengan nasehat bagian tersebut.5
Tuli mendadak akibat infeksi virus dapat diterapi OHB. Mekanisme
pertahanan tubuh terhadap infeksi virus lebih banyak melibatkan imunitas seluler
yaitu lekosit. OHB dapat meningkatkan fungsi fagositosis lekosit sehingga
meningkatkan imunitas.
Trauma mengakibatkan kerusakan sel. OHB dapat menghasilkan efek
hiperoksigenasi dan menghambat inflamasi sehingga kerusakan sel dihambat.
Kerusakan jaringan dapat diperbaiki melalui proses angiogenesis. Efek OHB
adalah meningkatkan angiogenesis sehingga memperbaiki vaskularisasi area
trauma.
26
27
BAB III
PENUTUP
28
Kesimpulan
Tuli mendadak adalah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis ketuliannya
adalah sensorineural, penyebabnya tidak langsung dapat diketahui, biasanya
terjadi pada satu telinga. Tuli mendadak dimasukkan ke dalam keadaan darurat
otologi, oleh karena kerusakannya terutama di daerah koklea dan biasanya bersifat
permanen walaupun bisa kembali normal atau mendekati normal.
Penyebab pasti kadang sulit untuk diketahui, umumnya diakibatkan
gangguan pada saraf telinga ( pada rumah siput / koklea ) oleh berbagai hal seperti
trauma kepala, bising yang keras, infeksi virus, perubahan tekanan atmosfir dan
adanya kelainan darah., autoimun, obat ototoksik, sindroma Meniere dan neroma
akustik. Tetapi yang biasanya dianggap sebagai etiologi adalah iskemia koklea
dan infeksi virus.
Terdapat faktor predisposisi pada kasus-kasus tuli mendadak saat ini
masih banyak diperdebatkan. Penggunaan alkohol yang berlebihan, kondisi
emosional penderita,
kelelahan,
penyakit
metabolik
(diabetes
melitus,
29
Gejala klinis tuli mendadak berupa tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat
disertai dengan tinitus atau vertigo. Pada infeksi virus, timbulnya tuli mendadak
biasanya pada satu telinga, dapat disertai dengan tinnitus dan vertigo. Pada
iskemia koklea, tuli dapat bersifat mendadak atau menahun secara tidak jelas.
Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan, tetapi biasanya
menetap.
Diagnosis tuli mendadak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan THT, audiologi dan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Terapi untuk tuli mendadak adalah tirah baring sempurna (total bed rest)
istirahat fisik dan mental selama 2 minggu, Vasodilatansia yang cukup kuat,
Prednison, Vitamin C, Neurobion, Diit rendah garam dan rendah kolesterol,
Inhalasi oksigen, Obat antivirus sesuai dengan virus penyebab, Hiperbarik
oksigen terapi (OHB).
Prognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
-
umumnya
makin
cepat
diberikan
pengobatan
makin
besar kemungkinan untuk sembuh, bila telah lebih dari 2 minggu kemungkinan
sembuh menjadi lebih kecil. Penyembuhan dapat sebagian atau lengkap, tetapi
dapat juga tidak sembuh.
30
DAFTAR PUSTAKA
2011.
Sudden
Deafness.
Diakses
dari
http://emedicine.medscape.com/article/856313-overview.
7. Abdilah F. 2004. Penatalaksanaan Satu Kasus Tuli Mendadak Unilateral
dengan Sindrom Anti Phospholipid. Jakarta. Bagian THT FK-UI RSUPN
Dr.CiptoMangunkusumo.
8. Alviandi W, Soetirto I. 2006. Tuli Mendadak dan Implikasinya. Jakarta.
Bagian THTFK-UI RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.
9. Deafness Research. 1999. Sudden sensorineu ral hearing loss.
UK.
Diakses
dari:http://www.deafnessresearch.org.uk/Sudden
%20sensorineural%20hearing%20loss+1627.twl
10. Anias CR. 2007. Otorhinolaryngology. Sudden Deafness. University of
RioDe
janeiro.
Diakses
dari:
http://www.medstudents.com.br/otor/otor4.htm.
11. Danesh AA and Andreasen WD. 2007. Sudden hearing loss.
Audilogical diagnosis and management. Denver, colorado: prepared for
American
academyof
audiology
convention.
Diakses
dari:
www.coe.fau.edu/csd/SSHLPresAAA.pdf.
12. Griffith RW. 2004. Sudden Deafness On One Side Is It Diabetes. Diakses
dari:http://www.healthandage.com/public/health-center/16/articlehome/2926/Sudden-Deafness-on-One-Side-Is-It-Diabetes.html.
13. Betesda,
2003.
Sudden
Deafness.
Diakses
dari:
http://www.asha.org/public/hearing/disorders/prevalence_adults.htm
32
33