Disusun Oleh :
1. Ahmad Fahmi Fahrobi
2. Enda Meditika Karisa
3. Faiqotul Kumala Ayuna Kahfi
4. Intan Kumala Sari
5. Mardha Ade Pritia
6. Marzuki Akbar J. Dundu
7. Raisa Rosi
8. Riezqia Ayu Wulandari
9. Rizqi Ammaliyyah
10. Rizqi Wahyu Lestari Suwarto
11. Kardinah Puspita
31101300333
31101300347
31101300349
31101300353
31101300359
31101300360
31101300376
31101300377
31101300380
31101300381
31101300389
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan laporan hasil SGD 3
Myofasial Pain. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah
dilaksanakan.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah bersusah payah membantu baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan laporan ini ini.
Kami berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi kita bersama.
Penyusun
Lembar Persetujuan......................................................................................................... 1
Kata Pengantar........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
I. Latar Belakang..................................................................................................
4
5
regionya......................................................................................................
6
B. Karakteristik dari Myofacial Pain................................................................
6
C. Penyebab Myofacial Pain
D. Tanda-tanda Myofasial Pain
E. Mekanisme Myofasial Pain beserta hubungan Tenderness,Spasm
dan Nyeri ketika dipalpasi
F. Mekanisme nyeri pada daerah m.masseter dan m.tmporalis kanan saat
dipalpasi
G. Mekanisme Tenderness
H. Pengaruh stress dengan Myofasial Pain
I. Jarak normal dan batas ketika membuka mulut dan mekanismenya
J. Menegement dan Penatalaksanaan Myofasial Pain
K. Mengapa setelah terapi farmakologi tidak memberikan efek nyeri pada
pasien
L. Bagaimana cara pemeriksaan Ekstra Oral pada myofasial pain
M. Indikasi pada tmj yang tidak ada rasa hangat pada pipi sebelah kanan
N. Penyebab Myofacial Pain...........................................................................
6
O. Tanda-tanda Myofacial Pain.......................................................................
7
P. Mekanisme Myofacial Pain beserta hubungan Tenderness,Spasm dan nyeri
ketika dipalpasi...........................................................................................
Terapi Nyeri Neuropatik.............................................................................
Hubungan Penyakit Sistemik dengan Rongga Mulut................................
Pemeriksaan Ekstra Oral dan Intra Oral..................................
Vital Sign....................................................................................................
7
8
12
15
17
I. Kerangka konsep..............................................................................................
21
Q.
R.
S.
T.
22
Daftar Pustaka........................................................................................................
24
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Miofacial Pain adalah suatu kondisi nyeri dimana, nyeri tersebut dapat
dirasakan atau terlokalisasi, penurunan aktifitas fungsional, terkadang
menimbulkan keterbatasan fungsi gerak. Dengan mekanismenya adalah saat otot
mengalami penggunaan berlebih dan kontraksi terus menerus saat kontraksi bisa
timbul gangguan pada otot dan menstimulasi nosiseptor, semakin nosiseptor
mengalami ketegangan, kekurangan oksigen, pengumpulan sisa-sisa metabolisme.
Merangsang ujung saraf nosiseptor tipe c untuk melepaskan substansi p,
merangsang PG, bradikinin, serotonin sebagai teknikal stimuli. Adapun stres
menjadi sangat berpengaruh terhadap nyeri dikarenakan adanya peningkatan saraf
simpatisnya bisa meningkatkan neuron afferen gamma, pada spindel bisa
berkontraksi.
Sehingga penatalaksanaan dari miofacial pain sendiri dengan cara microwave
diatermi dg stressor energi elektromagnetik, penyemprotan CE spray terdapat
trigger point, dan akan terblok dan efek spasme mestimulasi otot merenggang,
ketegangan otot menurun.
II. Skenario
Judul : Daerah sekitar telingaku kok sakit ya?
Seorang laki-laki berusia 49 tahun mengeluh nyeri pada daerah pipi kanan depan
telinganya. Nyeri yg dirasakan muncul spontan dan menyebar, terkadang disertai pusing.
Ia menceritakan bahwa nyeri dirasakan sejak ia mengalami kebangkrutan perusahaannya
sekitar 1 tahun lalu sehingga menyebabkan sulit tidur dan depresi pada awalnya nyeri
terasa ringan tetapi sekarang nyeri semakain hebat dan sudah sangat menggangu. Pasien
pernah meminum obat penghilang sakit dan obat pusing tetapi tidak mengurangu keluhan
nyeri.
Setelah dilakukan pemeriksaan ekstraoral diketahui bahwa pasien hanya mampu
membuka mulut 15 mm, ketika dipalpasi tidak ditemukan pembengkakan pada wajah,
tidak ada rasa hangat,tidak ada kliking maupun krepitasi pada area TMJ. Adanya
tenderness, spasm, dan nyeri ketika dilakukan palpasi pada muskulus masseter dan
temporalis kanan. Hasil pemeriksaan intraoral tidak ada kelainan pada gigi geligi serta oral
higyene sedang, radiografi menunjjukan tidak ada kelainan pada TMJ maupun gigi geligi.
Dokter gigi melakukan perawatan awal terhadap keluhan pasien tersebut
II.
Identifikasi Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Landasan Teori
A. Macam-macam Myofacial Pain berdasarkan regionya
B. Karakteristik dari Myofasial Pain
Nyeri terlokalisasi
Adanya Taut Band pada grup otot/otot tertentu
Nyeri menyebar
Kelemahan pada otot tertentu/sekelompok otot
Nyeri satu sisi pada trigger point (titik tertentu)
Autonomic Dysfunction
Kemungkinan nyeri aktif (pada saat bergerak) atau laten (nyeri pada saat di
palpasi
Prevalensi anatara usia 20-49 tahun
Nyeri (terbakar atau periodik)
Kaku biasanya dirasakan pada malam hari
Kelelahan pada otot yang berlebihan
Penurunan ROM
Kelemahan tanpa disertai atrofi otot
Penurunan sensitifitas terhadap rasa dingin
Sakit yang dalam dan konstan dapat menyebabkan efek eksitator (perangsangan) sentral
pada area yang jauh.
Stres emosional yang meningkat.
Kelainan tidur.
Sakit kepala yg sering
Penurunan ROM
Adanya stifness atau kekakuan
Adanya taut band pada otot-otot
Faktor-faktor lokal
Beberapa kondisi lokal yang mempengaruhi aktivitas otot seperti kebiasaan, sikap badan
yang salah, keseleo, dan aktivitas otot yang berlebihan dapat menghasilkan nyeri
myofacial.
Faktor-faktor sistemik
Beberapa faktor sistemik dapat mempengaruhi atau bahkan menghasilkan nyeri miofasial.
Faktor-faktor sistemik seperti hipovitaminosis, kondisi fisik yang rendah, lelah, dan
infeksi virus.
Adanya trigger point dan terlokalisasi
Adanya nyeri alih dengan adanya stimulasi penekan trigger point
Menurut John Halford terdapat 3 jenis trigger point yang berkembang
dalam otot,ligamen
dan kapsul sendi :
- Inactive trigger point :
- Latent trigger point
:
- Active trigger point
:
E. Mekanisme Myofasial Pain beserta hubungan Tenderness,Spasm dan
Nyeri ketika dipalpasi
Pada myofascial umumnya dicirikan dengan adanya spasme otot, tenderness,
stifness(kekakuan), keterbatasan gerak bahkan sampai kelemahan otot. Pada kondisi ini
apabila dilakukan palpasi maka akan ditemukan adanya taut band yaitu berbentuk seperti
tali yang membengkak pada badan otot, yang membuat pemendekan serabut otot yang terusmenerus, sehingga terjadi peningkatan ketegangan serabut otot. Otot yang mengalami
ketegangan terus-menerus jika berlangsung lama akan mengakibatkan jaringan miofascial
terjadi penumpukan zat-zat asam laktat dan karbondioksida ke jaringan dan menimbulkan
iskemik.
Nyeri didalam kasus myofascial merupakan otot yang mengalami
ketegangan terus-menerus jika berlangsung lama akan mengakibatkan jaringan
miofascial terjadi penumpukan zat-zat asam laktat dan karbondioksida ke
jaringan dan menimbulkan iskemik. Keadaan iskemik ini membuat jaringan
mengalami mikrosirkulasi karena vasokonstriksi pembuluh darah, mengalami
kekurangan nutrisi dan
Oksigen serta menumpuknya zat-zat sisa metabolisme dan timbul viscous
circle. Keadaan ini akan merangsang ujung-ujung saraf tepi nosiseptife C untuk
melepaskan suatu neuropeptida yaitu substansi P. Karena adanya pelepasan
substansi P akan membebaskan prostaglandin dan diikuti juga dengan
pembebasan bradikinin, potassium ion, serotonin yang merupakan noxius stimuli
sehingga dapat menimbulkan nyeri.
pointpada taut band tersebut ketika trigger point dalam keadaan aktif
saat dipalpasi akan menimbulkan stimulus berupa mekanik
kemudian akan mengakibatkan kerusakan jaringan sehingga
mengeluarkan mediator nyeri mengaktifkan nosiseptor dikirim
melalui serabut A delta dan serabut C ke medulla spinalis
mengalami modulasi ke kortex cerebri persepsi nyeri.
G. Mekanisme Tenderness
H. Pengaruh stress dengan Myofasial Pain
Ketika kita dalam keadaan tegang atau stress, akan mengakibatkan aktivitas saraf
sympathetic meningkat, sehingga akan menyebabkan otot-otot menjadi tegang. Karena pada
kondisi saraf sympathetic dominan, tubuh dalam keadaan fight or flight. Ketegangan ini
lebih dominan pada otot-otot stabilisator scapulae, seperti rhomboideus, levator scapula,
upper trapezius. Ketegangan/spasm otot yang berkepanjangan akan mengakibatkan
mikroischemic pada otot oleh karena suplay darah dari mikrovaskuler terhambat oleh
kontraksi otot, selain itu pada kondisi ini akan muncul myofascial trigger point. Dengan
keadaan tersebut, maka timbulah nyeri.
I.
J.
MASSAGE
Prinsip efek terapeutik massage adalah menghancurkan perlengketan pada Trigger point,
memperbaiki sirkulasi darah local dan relaksasi otot. Teknik "deep friction" dari Cyriax
cukup efektif dan mudah dikerjakan untuk merusak TrP tersebut. Kemudian dilanjutkan
dengan "effleurage" dan atau "stroking".
Terapi panas
Terapi panas superficial seperti kompres panas (hot pack), lampu infra merah (infra red),
tidak dapat menenangkan TrP. Terapi panas-dalam (baik berupa Shortwave diathermy atau
Microwave Diathermy) lebih efektif untuk TrP dengan mekanisme memperbaiki
mikrosirkulasi pada serabut otot yang letaknya dalam sehingga menimbulkan efek relaksasi.
Yang paling efektif adalah ultrasound therapy, dengan mekanisme mikromassage akan
menghancurkan perlengketan pada trigger point tanpa menimbulkan reaksi nyeri seperti
halnya ketika dilakukan "deep friction".
Banyak kegagalan terapi MTPS karena tidak memasukkan program terapi latihan di dalam
paket manajemen. Terapi latihan yang utama adalah latihan peregangan setelah terapi fisik
(terapi Diathermy, terapi Ultrasound, infra red terapi), yang juga bisa digunakan sebagai
home exercise/home programe. Lewit melaporkan hasil studinya mengenai efektifitas
prosedur terapi latihan berupa "isometric relaxation" untuk menenangkan nyeri miofascial.
Krauss memberikan beberapa model latihan peregangan dan relaksasi yang dapat digunakan
di dalam manajemen MTPS. Metode Terapi latihan yang lebih efektif berupa hold relax and
contract relax yang diambil dari teknik-teknik Propioceptive Neuromusculer Fasilitation
(PNF).
K. Mengapa setelah terapi farmakologi tidak memberikan efek nyeri pada
pasien
L.
Inspeksi
Lateral movement
Protrusio movement
Palpasi :
Cara 1: dengan palpasi bimanual pada area depan telinga kanan dan
kiri, selanjutnya instruksikan pasien untuk membuka dan menutup
mulut. Periksa kelancaran pergerakan TMJ.
Cara 2: Masukan jari kelingking pada meatus acusticus (telinga) pada
kanan dan kiri, selanjutnya instruksikan pasien untuk membuka dan
menutup mulut.
Pemeriksaan Muskulus Trapezius
Dengan cara melakukan palpasi pada muskulus trapezius kemudian pasien disuruh
memutar kepalanya dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa). Kemudian tanyakan
kepada pasien sensasi apa yang dirasakan saat dipalpasi.
M. Indikasi pada tmj yang tidak ada rasa hangat pada pipi sebelah kanan
Tidak ada rasa hangat pada pipi sebelah kanan menandakan tidak
adanya inflamasi,
karena jika terjadi inflamasi maka akan terjadi vasodilatasi pada
kerusakan jaringan yang ada dan menimbulkan rasa hangat pada
daerah inflamasi . Tanda-tanda adanya inflamasi yaitu sebagai berikut:
II.
Kerangka konsep
NYERI
NEUROPATIK
NYERI
NOSISEPTIK
MANAJEMEN
NYERI
FARMAKOLOGI
NON
FARMAKOLOGI
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen nyeri suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang
berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan, pada orang lain ataupun diri
sendiri. Adapun tujuan dari manajemen nyeri diantaranya:
- Untuk menentukan terapinya
- Memberikan kenyamanan pada pasien
- Menjaga pasien agar dalam kondisi yang senyaman mungkin
- Untuk menentukan diagnosa sebelum melakukan terapi
- Dll.
Prosedur Manajemen Nyeri : Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan
khusus dan objektif, Pemeriksaan penunjang, Menentukan diagnosis dan terapi.
Dalam melakukan penatalaksanaan nyeri terdapat beberapa hambatan yaitu :
Ketakutan akan timbulnya ketagihan dan pengetahuan yang tidak memadai dalam
manajemen nyeri . Terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri neuropatik,
ada 2 cara yaitu: secara farmakologi (dengan menggunakan obat-obatan seperti :
anti depresan trisiklik, anti konvulsan, karbamasepin, dll) dan non farmakologi
(salah satunya dengan menggunakan fisioterapi seperti : therapy musik, massage
atau pijatan, guided imaginary, dll).
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
STIKES A YANI
Parrott T.2002. Pain Management in Primary-Care Medical Practice. In: Tollison
CD, Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rd ed.
[3]
[4]
[5]
[6]
URL : http://www.medscape.com/viewprogram/2361.htm
Argoff CE. Managing Neuropathic Pain: New Approaches For Today's Clinical
Practice. [online] 2002 [cited 2008 February 8] : [31 screens]. Available from:
[7]
URL : http://www.medscape.com/viewprogram/2361.htm
Zeltzer L. The use of topical analgesics in the treatment of neuropathic pain:
mechanism of action, clinical efficacy, and psychologic correlates. [online] 2004
[cited 2008 Februari 8] : [2 screens]. Available from: URL:
[8]
http://www.medscape.com
Beydoun, A., Kutluay, E. 2002. Oxcarbazepin, Expert Opinion in Pharmacotherapy,
[9]
3(1):59-71
Dworkin, RHH., OConnor, BB., Backonja, M., Farrar, JTT., Finnerup, NBB.,
Jensen, TSS., Kalso, EAA., Loeser, JDD., Miaskowski, C., Nurmikko, TJJ.,
Portenov, RKK., Rice, ASCS., Stacey, BRR., Trede, RDD., Turk, DCC., Wallace,