Anda di halaman 1dari 29

STATUS MAHASISWA

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH
SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Kasus

: Cedera Kepala Ringan

Nama Mahasiswa

: Djarum Mareta Saputri

NIM

: H2A009017

IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. AY

Umur

: 10 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pekerjaan

: Pelajar

Alamat

: Pundensari RT 08/II, Kec Tugu Semarang

Status

: Belum menikah

Dirawat di ruang

: Alamanda Kelas III bed 2.5

Tgl masuk RS

: 5 Agustus 2014

Tgl keluar RS

: 9 Agustus 2014

No RM

: 453935

DAFTAR MASALAH
NO

Masalah Aktif

Tanggal NO

Masalah Tidak Aktif

Tanggal

1 Cedera Kepala Ringan

I. SUBYEKTIF
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Ruang Alamanda RSUD Dr.
Adhyatma Semarang
Tanggal

: 6 Agustus 2014

Jam

: 15.00 WIB

1. Keluhan Utama

: post KLL

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Lokasi

: terdapat luka terbuka di kepala bagian samping

kanan

Onset

: 1 hari yang lalu

Kualitas

: nyeri kepala

Kuantitas

: ADL tidak mandiri

Kronologis

Pada tanggal 5 Agustus 2014, p asien datang ke


IGD

RSUD

Adhyatma

Semarang

diantar

oleh

k e l u a r g a n ya d a l a m k e a d a a n s a d a r s e t e l a h d i t a b r a k
oleh sepeda motor. Pasien ditabrak oleh sepeda motor
ketika akan menyeberang jalan dan jatuh ke sisi
kanan

dengan

kepala

membentur

aspal.

Menurut

penuturan keluarga, sesaat setelah ditabrak pasien


pingsan

selama

15

menit

dan

kejang

selama

beberapa detik namun tidak sampai muntah. Setelah


tersadar

pasien

langsung
2

menangis.

Akibat

dari

benturan pada kepala tersebut, pasien mengalami luka


terbuka di kepala bagian s amping kanan. Kemudian di
IGD luka terbuka tersebut dijahit. Pasien tidak pernah
m e n g a l a m i k e j a n g s e b e l u m n ya . P a s i e n j u g a m e n g e l u h
n ye r i k e p a l a , d a n , k e l u h a n n ye r i k e p a l a d i r a s a m a k i n
b e r a t . BAK (warna, frekuensi) normal tidak ada keluhan. BAB
(warna, frekuensi, konsistensi) normal.

Faktor memperberat

:-

Faktor memperingan

:-

Gejala penyerta

: nyeri kepala, muntah (-), kejang (+)

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang sebelumnya

: disangkal

Riwayat trauma sebelumnya

: disangkal

Riwayat nyeri kepala

: disangkal

Riwayat opname

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat hipertnsi

: disangkal

5. Riwayat Sosial Ekonomi dan Pribadi


Pasien tinggal bersama dengan 7 orang anggota keluarga. Pasien
merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara. Ayah pasien bekerja sebagai
petani dan ibu pasien bekerja sebagai penjual di pasar. Biaya pengobatan
ditanggung sendiri. Kesan ekonomi kurang.

II. OBYEKTIF
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 6 Agustus 2014, jam 15.15 WIB
1. Status Pasien
KU

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis, GCS : E4 M6 V5: 15

TD

: 100/60 mmHg
3

Nadi

: 92x / menit, regular, isi dan tegangan cukup

RR

: 24x / menit, regular

Suhu

: 36,7 oC

Status gizi

: BB : 25 kg, TB : 125 cm IMT = 0,16 (kesan gizi cukup)

Kepala

: Kesan mesochepal. Terdapat vulnus laseratum di temporal


dextra post hecting

Leher

: Pembesaran limfonodi (-) dan tiroid (-)

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS V linea midklavikularis


kiri, tidak kuat angkat, thrill (-)

Perkusi

Auskultasi : Suara jantung (SI dan SII normal) reguler, gallop (-)

: Konfigurasi jantung dalam batas normal

Paru-paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris

Palpasi

: Stem fermitusnormal, nyeri tekan (-) dan massa (-)

Perkusi

: Sonor diseluruh lapang paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler, ronkhi (-) dan wheezing (-)

Abdomen

Inspeksi : Permukaan datar, warna seperti kulit sekitar.

Auskultasi : Peristaltik 7 kali/ menit (Normal)

Perkusi

: Timpani seluruh regio abdomen

Palpasi

: Nyeri tekan diseluruh regio abdomen (-), Massa (-)

2. Status Psikis

Tingkah laku

: normoactive

Perasaan hati

: euthymic

Orientasi

: orientasi baik

Daya ingat

: baik

Kecerdasan

: baik

3. Status Neurologis
A. Kepala
Bentuk

: Kesan mesosefal

Nyeri tekan

: (+)

Simetris

: (+)

B. Leher
Sikap

: normal

Gerakan

: normal

Kaku kuduk

: (-)

C. Nervi Cranialis
N I. (OLFAKTORIUS)

Kanan

Kiri

Subjektif

Normal

Normal

Dengan bahan

Kopi dan Teh

Kopi dan Teh

N II. (OPTIKUS)

Kanan

Kiri

Tajam Penglihatan

Tdl

Tdl

Lapang Pengelihatan

Tdl

Tdl

Penglihatan Warna

Tdl

Tdl

Pem. Fundus okuli

Tdl

Tdl

N III.

Kiri

(OKULOMOTORIUS)

Kanan

Palpebra

Normal

Normal

Pergerakan bulbus

Normal

Normal

Strabismus

(-)

(-)

Nystagmus

(-)

(-)

Exophtalmus

(-)

(-)

Pupil, besarnya

3 mm

3 mm

Bentuknya

Bulat isokor

Bulat isokor

Reflek cahaya langsung

(+)

(+)

Reflek cahaya tak langsung

(+)

(+)

Diplopia

(-)

(-)

N IV. (TROKHLEARIS)

Kanan

Kiri

Pergerakan mata

Normal

Normal

(kebawah keluar)

(-)

(-)

Sikap bulbus

Normal

Normal

N V. (TRIGEMINUS)

Kanan

Kiri

Membuka mulut

(+)

(+)

Mengunyah

(+)

(+)

Menggigit

(+)

(+)

Sensibilitas muka

(+)

(+)

N VI. (ABDUSEN)

Kanan

Pergerakan mata ke

Normal

Normal

Sikap bulbus

(-)

(-)

Diplopia

(-)

(-)

Kiri

lateral

N VII. (FASIALIS)

Kanan

kiri

Kerutan kulit dahi

Normal

Normal

Menutup mata

Normal

Normal

Memperlihatkan gigi

Normal

Normal

Lipatan naso-labia

Normal

Normal

N VIII. (AKUSTIKUS)

Kanan

kiri

Suara bisik

Normal

Normal

Tes Weber

Lateralisasi (-)

Lateralisasi (-)

Tes Rinne

Normal

Normal

N IX.

Kanan

kiri

Perasaan lidah

Normal

Normal

Bagian belakang

Normal

Normal

Sensibilitas pharynx

Normal

Normal

N X. (VAGUS)

Kanan

kiri

Simetris

Simetris

Bicara

(+)

(+)

Bersuara

(+)

(+)

Menelan

(+)

(+)

Kanan

kiri

kontur otot tegas

kontur otot tegas

dan konsistensi

dan konsistensi

keras, adekuat

keras, adekuat

mengangkat bahu

adekuat

adekuat

Sikap bahu

simetris

simetris

(-)

(-)

(GLOSOFARINGEUS)

Arcus faring

N XI. (AKSESORIUS)
Memalingkan kepala

trofi otot bahu

N XII. (HIPOGLOSUS)

Kanan

Kiri

deviasi (-)

deviasi (-)

kuat (+)

kuat (+)

jelas

jelas

trofi otot lidah

(-)

(-)

Tremor lidah

(-)

(-)

lurus (+)

lurus (+)

Sikap lidah
kekuatan lidah
Artikulasi

Menjulurkan lidah

D. ANGGOTA GERAK ATAS


Kanan

Kiri

Drop hand

(-)

(-)

Claw hand

(-)

(-)

Pitchers hand

(-)

(-)

Kontraktur

(-)

(-)

Warna kulit

Normal

Normal

Tidak ada

Tidak ada

kelainan

kelainan

Tidak ada

Tidak ada

kelainan

kelainan

Gerakan

Normal

Normal

Kekuatan

5-5-5

5-5-5

Tonus

Normal

Normal

Trofi

Eutrofi

Eutrofi

Taktil

(+)

(+)

Nyeri

(+)

(+)

Motorik
Inspeksi:

Palpasi:
Lengan atas

Lengan bawah dan tangan

Sensibilitas

Reflek fisiologik

(+)

(+)

Bisep

(+)

(+)

Reflek Patologis

(-)

(-)

Reflek Hofman

(-)

(-)

Kanan

kiri

Drop foot

(-)

(-)

Claw foot

(-)

(-)

Pitchers foot

(-)

(-)

Kontraktur

(-)

(-)

Warna kulit

Normal

Normal

Gerakan

Normal

Normal

Kekuatan

5-5-5

5-5-5

Tonus

Normal

Normal

Trofi

eutrofi

eutrofi

Taktil

(+)

(+)

Nyeri

(+)

(+)

Patella

(+)

(+)

Achilles

(+)

(+)

Perluasan reflek

(-)

(-)

Babinski

(-)

(-)

Chaddock

(-)

(-)

Trisep

Reflek Trommer

E. ANGGOTA GERAK BAWAH


Motorik
Inspeksi:

Sensibilitas

Reflek Fisiologik

Reflek Patologis

Oppenheim

(-)

(-)

Gordon

(-)

(-)

Schaeffer

(-)

(-)

Gonda

(-)

(-)

Rossolimo

(-)

(-)

Mandel- Bechtrew

(-)

(-)

F. FUNGSI VEGETATIF
Miksi

: retensio urin (-), anuria (-), dan poliuria(-)

Defekasi : inkontinentia alvi (-), retensio alvi (-)

III. RINGKASAN
Pasien datang k e

IGD

dengan keluhan p o s t

KLL

tanggal 5 Agustus 2014. Pasien datang dalam kondisi


sadar. Pasien ditabrak oleh sepeda motor ketika akan
m e n ye b e r a n g j a l a n d a n j a t u h k e s i s i k a n a n d e n g a n
kepala membentur aspal. Saat kejadian pasien pingsan
selama 15 menit dan kejang selama beberapa detik
namun tidak sampai muntah. Akibat dari benturan
pada kepala tersebut, pasien mengalami luka terbuka
di kepala bagian samping kanan. Kemudian di IGD
luka terbuka tersebut dijahit. Pasien tidak pernah
m e n g a l a m i k e j a n g s e b e l u m n ya . P a s i e n j u g a m e n g e l u h
n ye r i k e p a l a , d a n , k e l u h a n n ye r i k e p a l a d i r a s a m a k i n
b e r a t . BAK (warna, frekuensi) normal tidak ada keluhan. BAB
(warna, frekuensi, konsistensi) normal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
compos mentis, GCS 15, TD

100/60 mmHg, Nadi 92x/menit, RR

24x / menit, Suhu 36,7 oC. Status generalisata tidak ada kelainan. Pada

10

pemeriksaan neurologi (motorik, sensorik, reflek fisiologis, reflek


patologis, nervus cranial) tidak ada kelainan.
IV. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik :

Vulnus laseratum

Diagnosis Topik :

Regio temporal dextra

Diagnosis Etiologik :

Cedera kepala ringan

V. RENCANA AWAL

Daftar Masalah
Cedera kepala ringan

Rencana Terapi
Farmakoterapi :
Infus NaCl 15 tpm
Inj cefotaxim 2x 250 mg IV
Inj citicolin 2x500 mg IV
Novalgin syr 3x1 cth PO
Depakene syr 2x1 cth PO
Fisioterapi

Rencana Diagnosis
CT scan kepala tanpa contras

Monitoring
Monitoring KU dan TV
Monitoring kejang dan penurunan kesadaran
Monitoring vulnus laseratum (post hetting)

Edukasi
Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit,
komplikasi serta penanganannya
Memberitahu pemeriksaan penunjang yang diberikan.
Memberitahu pasien untuk fisioterapi
11

Menyarankan kepada keluarga untuk memberikan dukungan kepada


pasien.

Prognosis
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

Ad sanam

: dubia ad bonam

12

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEPALA
1.

Anatomi Kepala
a. Kulit Kepala

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau
kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea
aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan
pericranium Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis
kranii.
Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal,
temporal dan oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis,
namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak
rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses
akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu :
fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa
posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan serebelum.

13

b. Meningen

Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri


dari 3 lapisan yaitu :
1. Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan
yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Dura mater
merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrisa
yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium.Karena
tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka terdapat
suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara dura
mater dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan
subdural.Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang
berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di
garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan
dan menyebabkan perdarahan subdural.Sinus sagitalis superior
mengalirkan darah vena ke sinus

transversus

dan sinus

sigmoideus.Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan


perdarahan hebat.
Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan
permukaan dalam dari kranium (ruang epidural).Adanya fraktur
dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini

14

dan menyebabkan perdarahan epidural.Yang paling sering


mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada
fosa temporalis (fosa media).
2. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus
pandang.Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam
dan dura mater sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini
dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut spatium
subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi
oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid umumnya
disebabkan akibat cedera kepala.
3. Pia mater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia
mater adarah membrana vaskular yang dengan erat membungkus
otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling
dalam.Membrana ini membungkus saraf otak dan menyatu dengan
epineuriumnya.Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak
juga diliputi oleh pia mater
c. Otak

Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat


pada orang dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian
yaitu; Proensefalon (otak depan) terdiri dari serebrum dan

15

diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan rhombensefalon (otak


belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan serebellum.
Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus
frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat
ekspresi bicara.Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik
dan orientasi ruang.Lobus temporal mengatur fungsi memori
tertentu.

Lobus

oksipital

bertanggungjawab

dalam

proses

penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem


aktivasi

retikular

kewapadaan.Pada

yang

berfungsi

medula

dalam

oblongata

kesadaran
terdapat

dan
pusat

kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab dalam fungsi


koordinasi dan keseimbangan.
d. Cairan Serebrospinal (CSS)
Cairan

serebrospinal

(CSS)

dihasilkan

oleh

plexus

khoroideus dengan kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS


mengalir dari dari ventrikel lateral melalui foramen monro menuju
ventrikel III, akuaduktus dari sylvius menuju ventrikel IV. CSS
akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio
arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya
darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga
mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan
intrakranial. Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa
volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per
hari.
e. Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi
ruang supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii
media) dan ruang infratentorial (berisi fosa kranii posterior).

f. Vaskularisasi otak

16

Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri
vertebralis.Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan
inferior otak dan membentuk circulus Willisi.Vena-vena otak tidak
mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang sangat tipis dan
tidak mempunyai katup.Vena tersebut keluar dari otak dan
bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.

2.

Fisiologi Kepala
Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah
intrakranial, cairan secebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan
normal TIK orang dewasa dalam posisi terlentang sama dengan
tekanan CSS yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 4 10 mmHg.
Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau
memperberat iskemia.Prognosis yang buruk terjadi pada penderita
dengan TIK lebih dari 20 mmHg, terutama bila menetap. Pada saat
cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus
bertambah sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat
pengaliran CSS dan darah intravaskuler mencapai titik dekompensasi
maka TIK secara cepat akan meningkat. Sebuah konsep sederhana
dapat menerangkan tentang dinamika TIK.Konsep utamanya adalah
bahwa volume intrakranial harus selalu konstan, konsep ini dikenal
dengan Doktrin Monro-Kellie. Otak memperoleh suplai darah yang
besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16% dari cardiac output, untuk
menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup . Aliran darah otak (ADO)
normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100
gram jaringan otak per menit. Pada anak, ADO bisa lebih besar
tergantung pada usainya. ADO dapat menurun 50% dalam 6-12 jam
pertama sejak cedera pada keadaan cedera otak berat dan koma. ADO
akan meningkat dalam 2-3 hari berikutnya, tetapi pada penderita yang
tetap koma ADO tetap di bawah normal sampai beberapa hari atau

17

minggu setelah cedera. Mempertahankan tekanan perfusi otak/TPO


(MAP-TIK) pada level 60-70 mmHg sangat rirekomendasikan untuk
meningkatkan ADO.

B. CEDERA KEPALA
1. Definisi
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak
yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi
otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.
Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala bukan bersifat
congenital ataupun degenerative, tetapi disebabkan serangan/benturan fisik
dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera
kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena
trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neorologis
terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia dan pengaruh massa
karena hemoragig, serta edema cereblal disekitar jaringan otak.
2. Etiologi
Cedera kepala disebabkan oleh
a. Kecelakaan lalu lintas
b. Jatuh
c. Trauma benda tumpul
d. Kecelakaan kerja
e. Kecelakaan rumah tangga
f. Kecelakaan olahraga
g. Trauma tembak dan pecahan bom

18

3. Patofisiologi
Adanya cedera kepala dapat mengakibatkan kerusakan struktur,
misalnya

kerusakan

pada

paremkim

otak,

kerusakan

pembuluh

darah,perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak seperti penurunan


adenosis tripospat,perubahan permeabilitas faskuler.
Patofisiologi cedera kepala dapat di golongkan menjadi 2 yaitu
cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder. Cedera kepala primer
merupakan suatu proses biomekanik yang dapat terjadi secara langsung
saat kepala terbentur dan memberi dampak cedera jaringan otak. Cedera
kepala primer adalah kerusakan yang terjadi pada masa akut, yaitu terjadi
segera saat benturan terjadi. Kerusakan primer ini dapat bersifat ( fokal )
local, maupun difus. Kerusakan fokal yaitu kerusakan jaringan yang terjadi
pada bagian tertentu saja dari kepala, sedangkan bagian relative tidak
terganggu. Kerusakan difus yaitu kerusakan yang sifatnya berupa disfungsi
menyeluruh dari otak dan umumnya bersifat makroskopis.
Cedera kepala sekunder terjadi akibat cedera kepala primer,
misalnya akibat hipoksemia, iskemia dan perdarahan.Perdarahan cerebral
menimbulkan hematoma, misalnya Epidoral Hematom yaitu adanya darah
di

ruang

Epidural

diantara

periosteum

tengkorak

dengan

durameter,subdural hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang


antara durameter dengan sub arakhnoit dan intra cerebal hematom adalah
berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral.
4. Klasifiaksi
Cedera kepala diklasifikasikan dalam 3 deskripsi :
a.

Mekanisme Cedera
Mekanisme cedera kepala dibagi :
-

Cedera kepala tumpul, berkaitan dengan kecelakaan mobil-motor,


jatuh atau pukulana benda tumpul

19

Cedera kepala tembus, disebabkan oleh peluru atau tusukan


Adanya penetrasi selaput dura menentukan suatu cedera tembus
atau cedera tumpul.

b. Beratnya Cedera
GCS penelaian secara kuantitatif kelainan neurologis dan dipakai
secara umum untuk menilai beratnya cedera kepala.
-

GCS 3 8 dikatakan koma dimana penderita tidak mampu


melaksanakan perintah, tidak dapat mengeluarkan suara dan
tidak dapat membuka mata.

GCS 15 dikatakan sadar dimana penderita mampu membuka


kedua

mata

dengan

spontan,

mematuhi

perintah

dan

berorientasi baik.
c. Morfologi
Secara morfologi cedera kepala dibagi atas :

Fraktur kranium,
Dapat terjadi pada dasar atau atap tengkorak, dapat berbentuk
garis / bintang dan dapat pula terbuka atau tertutup.
Fraktur dasar tulang tengkorak ditandai :
-

Racoon eyes sign

Battles sign

Kebocoran CSS (rembesan cairan CSS di hidung atau di


telinga)

Paresis nervus fasialis

Lesi intra kranial


Keadaan yang mungkin terjadi pada trauma kepala
a. Perdarahan epidural (hematoma epidural)
Terjadi karena pembuluh darah antara duramater
dan permukaan dalam tengkorak robek, umumnya akibat
robekan arteri meningeal media. Trauma akibat dari

20

kecepatan lemah misanya ; kena tinju, bola baseball,


robekan arteri countercoup atau akibat lacerasi karena
duramaternya tertarik dan robek
Epidural hematom cepat menghasilkan peninggian
ICP, gejalanya ; hemiparese berlawanan dengan kepala
yang terkena, mengeluh rasa pusing dan mengantuk.
b. Perdarahan subdural
Biasanya terjadi kerusakan otak dibawahnya.
1.

Acut Subdural hematoma, memberi gejala dalam 24


jam, umumya akibat kecelakaan dengan kecepatan
tinggi.

2. Subacute Subdural hematoma, memberi gejala 25 65


jam setelah kejadian, akibat high velocity impact.
3. Chronic Subdural hematoma, bisa mulai bergejala
beberapa minggu sampai bulan setelah kejadian trauma
ringan atau trauma yang tidak disadari oleh penderita.
c. Kontusio (memar otak)
Akibat decelerasi atau accelerasi yang hebat sering
mengakibatkan kerusakan jaringan otak atau pembuluh
darah atau bahkan laserasi. Bila jaringan otak yangb memar
cukup luas, maka peninggian ICP bisa terjadi. Kehilanagn
kesadaran 5 menit bahkan lebih.
Ada defisit memori dan defisit neulogis.
Fractur (Retak tulang tengkorak)
Mekanisme trauma kepala perlu diketahui
dengan baik untuk memprediksi berat ringannya atau
fraktur tengkorak, karena diagnosa dengan X-ray cukup

21

sulit. Fraktur Basis kranii didaerah muka atau depan


menyebabkan racoons eyes, didaerah basis belakang
ditandai dengan battles sign. Tanda lain dari fractur
basis cranii adalah adanya rembesarn liquor atau darah
dari hidung dan telinga.
Hematom intracerebral
Gejala yang paling umum adanya kejang. Umunya
karena luka penetrasi seperti luka tembak atau dasar
otak terseret di dasar tulang tengkorak.
Contusio ( Commosio cerbri = gegar otak )
Akibat otak yang dikocok (gegar), tanpa disertai
kerusakan

otak

yang

berarti.

Ditandai

dengan

kehilangan kesadaran sebentar, penderita kelihatan


cemas dan bertanya pada hal-hal yang tidak perlu.
1. Pemeriksaan penunjang

Foto polos kepala

CT scan kepala, dilakukan dengan indikasi :

Nyeri kepala hebat

Adanya tanda-tanda fraktur basis crania

Adanya riwayat cedera berat

Muntah > 1 kali

Lansia (>65 tahun) dengan penurunan kesadaran atau amnesia

Kejang

Riwayat gangguan vaskuler atau mengkonsumsi obat anti-koagulan

Amnesia, gangguan orientasi, berbicara, membaca dan menulis

Rasa baal pada tubuh

Gangguan keseimbangan ata berjalan

MRI kepala

22

Positron Emission Tomography (PET) dan single Photon Emission


Coputer Tomography (SPECT) dapat memperlihatkan abnormalitas
pada fase akut dan kronis yang tidak tampak pada CT scan maupun
MRI.

Namun

penggunaannya

untuk

kasus

CKR

belum

dirkomendasikan
2. Penatalaksanaan
a.

Cedera kepala ringan (GCS = 14 15 )

Idealnya semua penderita cedera kepala diperiksa dengan CT scan,


terutama bila dijumpai adanya kehilangan kesadaran yang cukup
bermakna, amnesia atau sakit kepala hebat.
3 % penderita CKR ditemukan fraktur tengkorak

Klinis :
a. Keadaan penderita sadar
b. Dapat disertai dengan hilangnya kesadaran yang singkat
(Pembuktian kehilangan kesadaran sulit apabila penderita
dibawah pengaruh obat-obatan / alkohol)
c. Sebagain besar penderita pulih sempurna, mungkin ada gejala
sisa ringan

Tidak terdapat kelainan pada CT scan kepala

Tidak memerlukan tindakan operasi

Fractur tengkorak sering tidak tampak pada foto rontgen kepala

Pemeriksaan laboratorium :
a.

Darah rutin tidak perlu

b.

Kadar alkohol dalam darah, zat toksik dalam urine untuk

diagnostik / medikolagel

Therapy :
a.

Obat anti nyeri non narkotik

b.

Toksoid pada luka terbuka

Lama dirawat di RS < 48 jam

23

c. Cedera kepala sedang ( GCS : 9 - 13 )

Ditemukan kelainan pada CT scan kepala

Memerlukan tindakan operasi untuk lsi intracranial

Dirawat di RS setidaknya 48 jam

Pada 10 % kasus :

Masih mampu menuruti perintah sederhana

Tampak bingung atau mengantuk

Dapat disertai defisit neurologis fokal seperti hemi paresis

Pada 10 20 % kasus :
-

Mengalami perburukan dan jatuh dalam koma

Harus diperlakukan sebagai penderita CKB

Tindakan di UGD :
-

Anamnese singkat

Stabilisasi kardiopulmoner dengan segera sebelum pemeriksaan


neulorogis

Pemeriksaan CT. scan

Penderita harus dirawat untuk diobservasi

Penderita dapat dipulangkan setelah dirawat bila :


-

Status neulologis membaik

CT scan berikutnya tidak ditemukan adanya lesi masa yang


memerlukan pembedahan

Penderita jatuh pada keadaan koma, penatalaksanaanya sama dengan


CKB

Airway harus tetap diperhatikan dan dijaga kelancarannya

d. Cedera kepala berat ( GCS: 3 8 )


Jika dalam waktu 48 jam stelah trauma GCS < 9
Kondisi penderita

tidak mampu melakukan perintah sederhana

walaupun status kardiopulmonernya telah distabilkan


CKB mempunyai resiko morbiditas sangat tinggi

24

Diagnosa dan therapy sangat penting dan perlu dengan segara


penanganan
Tindakan stabilisasi kardiopulmoner pada penderita CKB harus
dilakukan secepatnya.

Primary survey
1.

Airway

2.

Breathing

3.

Circulation

4.

Defisit Neurologis
Dinilai dengan menilai tingkat kesadaran (GCS), ukuran dan reaksi
pupil

5.

Eksposure
Semua pakaian dilepas sehingga luka terlihat. Anak sering datang

dengan keadaan hipotermi ringan karena permukaan tubuh yang lebih


luas. Pasien dapat dihangatkan dengan alat pemancar panas, selimut
hangat maupu pemberian cairan IV (yang telah dihagatkan sampai 39oC)
Seconady Survey
Obsrvasi ketat penting pada jam-jam prtama sejak kejadian cedera. Jika
dipastikan penderita CKR tidak mmiliki masalah dengan jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi maka tindakan selanjutnya adalah penanganan
luka disertai observasi tanda vital dan devisit neurologis.
Jika setelah 24 jam tidak ditemukan kelainan neurologis berupa :
-

Penurunan ksadaran

Gangguan daya ingat

Nyeri kepala hebat

Mual muntah

Kelainan neurologis fokal (pupil anisokor, reflek patologis)

Fraktur melalui foto kepala maupun CT scan

25

Abnormalitas anatomi otak berdasarkan CT scan

Maka penderita dapat rawat jalan


Terapi medikamentosa untuk trauma kepala
Tujuan utama perawatan intensif ini adalah mencegah terjadinya cedera
sekunder terhadap otak yang telah mengalami cedera

Cairan Intravena
Cairan intra vena diberikan secukupnya untuk resusitasi penderita
agar tetap normovolemik. Perlu diperhatikan untuk tidak memberikan
cairan berlebih. Penggunaan cairan yang mengandung glucosa dapat
menyebabkan hyperglikemia yang berakibat buruk pada otak yangn
cedera. Cairan yang dianjurkan untuk resusitasi adalah NaCl o,9 %
atau RL. Kadar Natrium harus dipertahankan dalam batas normal,
keadaan hyponatremia menimbulkan odema otak dan harus dicegah
dan diobati secara agresig

Hyperventilasi
Tindakan hyperventilasi harus dilakukan secara hati-hati, HV dapat
menurunkan PCo2 sehingga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah otak. HV yang lama dan cepat menyebabkan iskemia otak
karena perfusi otak menurun PCo2 < 25 mmHg , HV harus dicegah.
Pertahankan level PCo2 pada 25 30 mmHg bila TIK tinggi.

Manitol
Dosis 1 gram/kg BB bolus IV. Indikasi penderita koma yang semula
reaksi cahaya pupilnya normal, kemudian terjadi dilatasi pupil dengan
atau tanpa hemiparesis. Dosis tinggi tidak boleh diberikan pada
penderita hypotensi karena akan memperberat hypovolemia

Furosemid
Diberikan bersamaan dengan manitol untuk menurunkan TIK dan
akan meningkatkan diuresis. Dosis 0,3 0,5 mg/kg BB IV

26

Steroid
Steroid tidak bermanfaat. Pada pasien cedera kepala tidak dianjurkan

Barbiturat
Bermanfaat untuk menurunkan TIK. Tidak boleh diberikan bila
terdapat hypotensi dan fase akut resusitasi, karena barbiturat dapat
menurunkan tekanan darah

Anticonvulasan
Penggunaan anticonvulsan profilaksisi tidak bermanfaat untuk
mencegaah terjadinya epilepsi pasca trauma
Phenobarbital & Phenytoin sering dipakai dalam fase akut hingga
minggu ke I. Obat lain diazepam dan lorazepam

Penatalaksanaan pembedahan
A. Luka Kulit kepala
Hal penting pada cedera kepala adalah mencukur rambut disekitar luka
dan mencuci bersih sebelum dilakukan penjahitan
Penyebab infeksi adalah pencucian luka dan debridement yang tidak
adekuat
Perdarahan

pada

cedera

kepala

jarang

mengakibatkan

syok,

perdarahan dapat dihentikan dengan penekanan langsung, kauteraisasi


atau ligasi pembuluh besar dan penjahitan luka
Lakukan insfeksi untuk fraktur dan adanya benda asing, bila ada CSS
pada luka menunjukan adanya robekan dura. Consult ke dokter ahli
bedah saraf
Lakukan foto teengkorak / CT Scan
Tindakan operatif

27

B. Fractur depresi tengkorak


Tindakan operatif apabila tebal depresi lebih besar dari ketebalan
tulang di dekatnya
CT Scan dapat menggambarkan beratnya depresi dan ada tidaknya
perdarahan di intra kranial atau adanya suatu kontusio
C. Lesi masa Intrakranial
Trepanasi dapat dilakukan apabila perdarahan intra kranial dapat
mengancam jiwa dan untuk mencegah kematian
Prosedur ini penting pada penderita yang mengalami perburukan
secara cepat dan tidak menunjukan respon yang baik dengan terapy
yang diberikan
Trepanasi dilakukan pada pasien koma, tidak ada respon pada intubasi
endotracheal , hiperventilasi moderat dan pemberian manitol

IX. PROGNOSIS
Penderita lansia mempunyai kemungkinan lebih rendah untuk pemuluhan
dari cedera kepala. Penderita anak-anak memiliki daya pemulihan yang baik

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Ilmu Penyakit Saraf FK UNIKA ATMAJAYA. 2009.


Panduan praktis diagnosis dan tata laksana penyakit saraf. Jakarta: egc
2. Price sa, wilson lm. 2005. Anatomi dan fisiologi sistem saraf.
Jakarta : EGC
3. Harsono. 2005. Kapita selekta neurologi. Yogyakarta: gadjah mada
universiti press
4. Mahar mardjono, priguna sidharta. 2004. Neurologi klinis dasar. Jakarta:
dian rakyat

29

Anda mungkin juga menyukai