RSUD
EMBUNG FATIMAH
Halaman
No. Dokumen
No. Revisi
PPK
Ka. SMF.
Ditetapkan
Tanggal Terbit
Direktur RSUD EF
Anamnesis
Identitas pasien
Perkembangan gejala
Gangguan psikiatrik
Usia awitan
Perkembangan gejala
Gangguan medik
Terapi
Jenis zat
Terapi
Semasa kandungan
Cacat bawaan
Pemeriksaan Fisik
Riwayat pendidikan
Riwayat pekerjaan
Kehidupan beragama
Riwayat keluarga
Keadaan umum
Kesadaran
Tensi
Nadi
Suhu badan
Frekuensi pernafasan
Bentuk badan
1. Harus ada satu gejala berikut yang jelas, atau dua atau lebih apabila
Kriteria Diagnosa
kurang jelas
a. Isi pikiran :
Pikiran disiarkan
b. Waham dikendalikan :
Waham dipengaruhi
Diagnosa Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan LAB
Pemeriksaan radiologi
Terapi
Clozapin
Dosis awal :
Hari pertama : 12,5 mg
1-2 x sehari
Hari kedua
: 25-50
mg/ hari PO
Naikan dosis 25-50 mg
hingga 300-450 mg/hari
PO dosis terbagi dalam
14-21
hari.
Jika
diperlukan naikan dosis
selanjutnya 50-100 mg
setiap minggunya atau
dua
kali
seminggu
hingga dosis makisimal
900 mg per hari. Jika
respon
terapeutik
tecapai dosis secara
bertahap diturunkan ke
dosis pemeliharaan 200
450 mg / hari PO
Reaksi
yang
merugikan:
- Lihat klorpromazin
-Granulositopeni
dan
granulositosis
pada
kebanyakan
kasus
terjadi
dalam
18
minggu
pertama
pengobatan,
perlu
monitoring jumlah sel
leukosit (WBC)
Capek,
mengantuk,sedasi,
pusing, sakit kapala
mulut
kering,
hipersalivasi,
penurunan
ambang
kejang,
takikardia,
hipotensi
ortostik,
pereubahan
EKG,hipertensi,sinko
p,kontipasi, kenaikan
berat badan, diare,
rasa perut sebah,
mual-mual.
- EPS termasuk Tardif
diskinesia
jarang
terjadi, demikain juga
efek pada sekresi
prolaktin
Petunjuk Khusus :
Sebelum
memulai
dengan
clozapin,
WBC dengan hitung
jenis harus dilakukan,
hanya pasien dengan
jumlah WBC yang
normal 3.500/mm 3
dan jumlah neotrofil
absolute
(ANC)
2.000/mm3
dapat
diberkan obat
- Pasien dengan epilepsi
yang tidak terkontrol,
psikotik alkoholik atau
toksik, riwayat gagal
sirkulasi
atau
intoksikasi
obat,
supresi
sumsum
tulang,
gangguan
mieloproliferasi atau
ketidaknormalan sel
darah
putih
atau
diferensial
- Pasien dengan riwayat
neutropenia
atau
agranulositosis yang
diindikasi oleh obat,
pasien
dengan
gangguan ginjal berat,
penyakit hati atau
gagal jantung berat.
-
Hati-hati
penggunaan
pada pasien dengan
gangguan
fungsi
ginjal ringan sedang
Olanzapin
Tablet 5 mg,
Dosis awal :
10 mg PO sekali sehari.
Dapat dinaikkan secara
bertahap 5 mg sesuai
respon pasien.
Dosis : 5-20 mg/hari
Dosis maksimal : 20
mg/hari
Short acting IM
Dosis awal 5 10 mg
IM dosis tunggal
Dilanjutkan dengan 5-10
mg IM setelah 24 jam
Dosis maksimal : 3 Inj/
24 jam untuk jangka
waktu 3 hari.
Dilanjutkan dengan dosis
Reaksi merugikan
Sama
dengan
klorpromazin.
10 mg, Vial
- Insidensi rendah EPS,
sedasi, dapat terjadi
10 mg
efek
antimuskarinik
ringan dan sementara.
- Mengantuk, pening,
peningkatan
nafsu
makan, kenaikan berat
badan
edema,
hipotensi
ortostatik,
hiperprolaktinemia
dapat terjadi tetapi
pada
ummnya
asimptomatik, glucose
hemostasis yang tidak
dikatahui penyebabnya
peroral
namun jarang terjadi.
Petunjuk khusus :
sama
seperti
klorpromazin
- Pasien yang menerima
injeksi
IM
harus
dipantau
ketat
sehubungan
dengan
efek
hipotensi,
perlambatan
ritme
jantung dan hiventilasi
2-4
jam
setelah
disuntik.
Zotepine
Dosis awal :
Reaksi merugikan:
Tablet salut 25 mg PO 3 x sehari
sama
dengan
gula
Dosis dapat dinaikkan
klorpromazin
25 mg, 50 mg sesuai respons pasien - Pemanjangan interval
setiap 4 hari
QT,
penurunan
ambang kejang
Dosis maksimal : 300
- Astenia, sakit kepla,
mg/har PO dalam dosis
hipotensi,
kenaikan
berat badan, urikosuri
terbagi
Petunjuk Khusus :
Sama
denagan
klorpromazin
- Pasien dengan riwayat
pemanjanangan QT ,
Gout atau hiperurisemia
- Monitor EKG dan
Elektrolit
selama
pegobatan
- Hati-hati pemberian pada
pasien dengan risiko artiia,
asien dengan riwayat
penyakit arteri koronaria
dan hipertensi berat.
Risperidon
Dosis awal :
2 mg/hari PO sekali
sehari atau 2 kali
sehari
Hari ke 2 : dapat
dinaikkan menjadi 4
mg/hari PO. Sesuai
dosis
12
mg
tergantung
respons
pasien;
beberapa
pasien
mungkin
membutuhkan
kenaikan dosis yang
lebih lambat.
Rentang dosis lazim 46 mg/hari PO
Dosis maksimal : 16
mg/hari
Long acting IM 25 mg
setiap 2 minggu
Reaksi merugikan :
Sama
dengan
klorpromazin
- Insidensi EPS dan sedasi
lebih rendah dari pada
klorpromazin
tetapi
agitasi dapat terjadi lebih
sering.
- Dispepsia, nausea, sakit
perut,
cemas,
sulit
berkonsentrasi,
insomnia, sakit kepala,
cemas agitasi, hipertensi,
hipotensi
ortostatik,
takikardia,
fatigue,
pening dan gelisah.
Petunjuk khusus :
Sama
seperti
klorpromazin
Sulpirid
Reaksi merugikan :
Sama
dengan
klorpromazin
- Gangguan tidur, agitasi,
stimulasi
yang
berlebihan, EPS dapat
terjadi sesering seperti
pada klorpromazin. tapi
lebih ringan
- Kurang menyebabkan
sedasi dan hipotensi,
efek
antimuskarinik
minimal
- dapat mencetuskan mania
atau hipomania
Petunjuk khusus:
Sama seperti
klorpromazin
- Hati-hati penggunaan
pada pasien mania atau
hipomania.
Haloperidol
Dosis 0,5 5 mg PO
2-3 kali sehari
Dosis dapat dinaikkan
sampai
ke
dosis
maksimal 100 mg/hari
Dosis pemeliharaan; 3
-10 mg/hari PO
Short acting IM/IV : 210 mg IM/IV setiap 48 jam hingga 1 jam
atau sesuai kebutuhan
Pemberian Depo:
Dosis awal : 10-20 kali
pemberian PO
diberikan dengan IM
100 mg/dosis jika
dosis awal 100 mg
Loxapin
Pimozid
Dosis awal : 2 mg PO
sekali sehari
Dapat dinakan sesuai
respons pasien 2-4 mg
setiap minggu
Dosis pemeliharaan :
2-12 mg/hari PO
Dosis maksimal : 20
mg/hari
Klorpromazin
Reaksi merugikan
Sama
seperti
klorpromazin
-Kurang menyebabkan
sedasi,hipotensi dan efek
antimuskarinik daripada
klorpromazin, tetapi EPS
lebih sering
Reaksi merugikan :
Sedasi,
efek
antikolinergis
(Mulut
kering, retensi ringan,
pandangan
kabur,
konstipasi) takikarrdia,
aritmia jantung hipotensi
(umumnya
ortostatik)
EPS (Distonia akut
akatisia,
sindroma
malignan neoroleptik),
diskinesia tardif, kejang,
efek endokrin (galaktore
dan
oligomenore,
kenaikan berat badan,
gangguan fungsi seksual,
rashes alergi, disfungsi
hati,
efek
pada
hematologi
(agranulositosis,
leukopenia) efek pada
mata
(retinopati
pigmentosa,
opasiti
korenea),
ketidaknormalan EEG,
dan penurunan ambang
kejang.
- Reaksi fotosensitivitas
lebih sering terjadi pada
klorpromazin dibanding
antipsikotik lain.
Petunjuk khusus:
- Kontraindikasi pada
pasien dengan depresi
SSP atau coma, supresi
sumsum
tulang,
pheokromasitoma, tumor
prolactin-dependen.
- Penggunaan yang berhatihati pada pasien dengan
gangguan hati, ginjal,
kardiovaskular,
cerebrovaskular
dan
fungsi
respirasi,
glaucoma sudut tertutup,
riwayat penyakit jaundis,
penyakit
Parkinson,
hipotiroid,
miastenia
gravis, ileus paralitik,
hyperplasia
prostate,
retensi urin, eplepsi,
kejang, pada keadaan
infeksi
akut
atau
leukopenia.
- efek sedatif lebih
dirasakan pada beberapa
hari
pertama
pengobatan.
- pemeriksaan mata secara
regular dianjurkan bagi
pasien
dengan
pengobatan
jangka
panjang.
- memonitoring hitung
darah lengkap pada
pasien dengan demam
atau infeksi yang tidak
jelas penyebabnya.
- pasien harus dalam posisi
terlentang sekuranya 30
menit setelah injeksi
klorpromazin; monitor
tekanan darah selama
pemberian obat.
- hindari penghentian yang
tiba-tiba.
M/inj.
Perfenazin
Reaksi merugikan :
Sama
seperti
klorpromazin
- Kurang menyebabkan
sedasi
dibandigkan
klorpromazin, tetapi EPS
lebih sering.
- Petunjuk khusus :
- Sama seperti
klorpromazin
Trifluperazin
Tablet 1 mg
Tablet 5 mg
Terapi elektro
Bagi
penderita
konvulsi
skizofrenia
katatonik
gaduh
gelisah
atau
stupor katatonik
Psikoterapi
Psikotrerapi
suportif
lebih
bersosialisasi.
Manipulasi
Dilakukan
lingkungan
lingkungan dapat :
-
agar
Memahami
dan
menerima
keadaan pasien
-
Membimbing,
memberi,
kesibukan
dan
pekerjaan seharihari
pasien
kepada
Mengawasi
minum
obat
Edukasi
Psikoedukasi
Prognosa
Kepustakaan