Anda di halaman 1dari 22

Karsinoma Mamae Sinistra

Avena Athalia Alim


102011031
greenochaken@yahoo.com
FAKULTAS KEDOKTERAN KRISTEN KRIDA WACANA
Kampus II Ukrida Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

Pendahuluan
Karsinoma mamae merupakan salah satu tumor ganas yang paling sering
ditemukan pada wanita disamping kanker mulut rahim. Masalah etiologi yang
belum diketahui, masalah usaha-usaha pencegahan yang sukar dilaksanakan serta
perjalanan penyakit yang sukar diduga dan apabila sudah dalam keadaan lanjut
penderita akan masuk dalam era penderitaan nyeri dan disability yang
menakutkan menjelang akhir dari suatu kehidupannya. Namun demikian usahausaha

untuk

penemuan

dini

dapat

dilakukan

dengan

baik

dengan

mengikutsertakan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan. Kebanyakan pada


usia setengah baya dan lansia. Jarang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun,
sedangkan yang kurang dari 20 tahun sangat jarang. Belakangan ini insiden
karsinoma mammae cenderung meningkat, sedangkan mortalitas cenderung
menurun.1,2

Anamnesis
Pada anamnesis, selain data-data pribadi seperti jenis kelamin, umur,
pekerjaan, dan keluhan utama, perlu ditanyakan riwayat penyakit dulu dan
sekarang. Riwayat penyakit dulu meliputi pertanyaan yang menanyakan apakah
pasien dulu pernah mengalami penyakit-penyakit tertentu yang memungkinkan
adanya hubungan dengan penyakit yang dialami sekarang. Sedangkan riwayat
penyakit sekarang biasanya merupakan cerita yang kronologis, terinci, dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien
1

datang berobat. Kemudian ditanyakan riwayat pengobatan, apakah sudah pernah


berobat atau atau apakah sedang menggunakan obat-obatan tertentu.3
Pada kasus keganasan payudara, hal-hal penting yang perlu ditanyakan
adalah status haid, perkawinan, pertus, laktasi, riwayat keluarga kanker, penyakit
ginekologik. Dalam riwayat penyakit sekarang terutama harus perhatikan waktu
timbulnya massa, kecepatan, pertumbuhan, dan hubungan dengan haid.1
Berdasarkan hasil anamnesis, pada kasus ditemukan :
1. Pasien seorang wanita berusia 55 tahun
2. Terdapat benjolan pada payudara kirinya yang semakin mmebesar sejak 1
tahun yang lalu.
3. Awalnya benjolan tersebut hanya berukuran sebesar 2 cm, akan tetapi
semakin membesar dan terasa sakit.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan selain kesadaran umum dan TTV adalah
pemeriksaan kelenjar mamae yang terdiri dari inspeksi dan papasi.
Inspeksi. Matai ukuran, simetri kedua mamae, perhatikan apakan ada
benjolan tumor atau perubahan patologik kulit (missal cekungan, kemerahan,
udem, erosi, nodul satelit, dan lain-lain). Perhatikan kedua papilla mamae apakah
simetri, ada retraksi, distorsi, erosi, dan kelainan lain.4
Palpasi. Umumnya dalam posisi berbaring, juga dapat kombinasi duduk
dan baring. Waktu periksa gunakan ujung bantalan jari 2, 3, dan 4, bukan ujung
kuku, palpasi secara lembut dilakukan berlawanan arah jarum jam atau searah
jarum jam, atau dari luar ke delam dan sebaliknya, dilarang meremas mamae.
Kemudian dengan lembut pikat areola mamae, papilla mamae, lihat apakah keluar
secret. Jika terdapat tumor, harus secara rinci periksa dan catat lokasi, ukuran,
bentuk, konsistensi, kondisi batas, permukaan, mobilitas, nyeri tekan dari massa
tersebut. Ketika memeriksa apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta
lengan pasien ke sisi lesi bertolak pinggang, agar m. pektoralis mayor berkerut.
2

Jika tumor dan kulit atau dasar melekat, mobilitas terkekang, kemungkinan kanker
sangat besar. Jika terdapat secret papilla mamae, harus buat sediaan apus untuk
pemeriksaan sitologi.4
Pemeriksaan kelenjar limfe regional paling baik posisi tidur. Ketika
memegang aksila kanan, dengan tangan kanan topang siku kanan pasien, ujung
jari kiri paspasi seluruh fosa aksila secara berurutan. Waktu memeriksa fosa aksila
kiri sebaliknya. Akhirnya periksa kelenjar supraklavikula.5
Dapat juga dilakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan
posisi berdiri atau tiduran. Gerakan palpasi payudara dilakukan secara memutar
atau dari atas ke bawah atau dari luar ke dalam. (Lihat Gambar 1)
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan benjolan pada kuadran lateran atas dari
payudara kiri berukuran 4x3 cm, konsistensi keras, batas tidak tegas, melekat pada
kulit, terdapat retraksi papil, nyeri tekan (+), terdapat pembesaran KGB aksila dan
infraklavikularis sinistra.

Gambar 1. SADARI
Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci pemeriksaan
payudara sendiri

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah mamografi, USG,
MRI mamae, pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus, dan pemeriksaan biopsi.
Mamografi. Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit
dipalpasi atau terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae
yang tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk
analisis diagnostik dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnostik sekitar
80%.1,2,4 (Lihat Gambar 2)

USG. Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya


dapat membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat
mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar
diagnosis yang sangat baik.1,2
MRI mamae. Karena tumor mamae mengandung densitas mikrovaskular
(MVD) abnormal, MRI mamae dengan kontras memiliki sensitivitas dan
spesifisitas tinggi dalam diagnosis karsinoma mammae stadium dini.1
Pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus. Metode ini sederhana, aman,
akurasi mencapai 90% lebih. Data menunjukkan pungsi aspirasi jarum tidak
mempengaruhi hasil terapi.1
Pemeriksaan biopsi. Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi,
tapi umumnya dengan biopsi eksisi. Di RS yang menyediakan dapat dilakukan
pemeriksaan potong beku saat operasi. Bila tak ada perlengkapan itu, untuk
karsinoma mamae yang dapat dioperasi tidak sesuai dilakukan insisi tumor, untuk
menghindari penyebaran iatrogenik tumor.1,2

Gambar 2. Mamografi normal (kiri) dan mamografi dengan tumor payudara (kanan)
Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci mammografi

Diagnosis Kerja
Dari hasil anamsesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang serta
menyesuaikan dengan gejala-gejala yang ada, maka pasien diduga menderita
karsinoma mamae sinistra.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk kasus karsinoma mamae sinistra adalah
karsinoma duktal invasif dan karsinoma lobular mamae.
Karsinoma Duktal Invasif, umumnya juga dikenal sebagai karsinoma
duktal infiltratif, adalah kanker payudara invasif yang ditandai dengan penyebaran
sel-sel kanker dari saluran air susu ke jaringan payudara dan kelenjar getah bening
di sekitarnya. Ini merupakan bentuk kanker payudara yang paling umum yang
terjadi terutama pada wanita. Hampir 80% kanker payudara merupakan karsinoma
duktal invasif. Stadium awal dari karsinoma duktal invasif mungkin tidak
menimbulkan gejala apapun. Namun seiring dengan perkembangannya, akan
terbentuk benjolan atau massa pada payudara yang dapat dirasakan. Payudara
akan membengkak dan tampak merah. Pada kasus-kasus dimana kanker telah
menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, mungkin akan ada benjolan pada
daerah ketiak.1,2
Karsinoma lobular mamae atau karsinoma lobular invasif adalah jenis
kanker payudara yang berawal dari kelenjar penghasil susu (lobules) payudara.
Karsinoma lobular invasif adalah kanker invasif, yang berarti sel kanker yang
telah rusak keluar dari lobulus dan memiliki potensi untuk menyebar ke area lain
dari tubuh. Karsinoma lobular invasif merupakan jenis yang jarang dari semua
kanker payudara. Karsinoma lobular invasif biasanya tidak membentuk benjolan.
Sebaliknya, karsinoma lobular invasif lebih sering menyebabkan penebalan
jaringan atau kepenuhan/bengkak di salah satu bagian dari payudara. Selain itu
dapat terjadi perubahan tekstur atau kondisi kulit payudara seperti berkerut atau
menebal dan putting tertarik ke dalam (nipple retraction).1,2

Anatomi
Payudara (mamae) wanita terletak pada dinding anterior toraks dan
membentang ke bawah mulai dari tulang klavikula serta iga ke-2 hingga iga ke-6,
dan dari sternum melintasi linea midaksilaris. Umumnya daerah permukaannya
lebih berbentuk persegi disbanding berbentuk bundar.4 (Lihat Gambar 3)
Untuk menguraikan hasil pemeriksaan klinis, payudara sering dibagi
menjadi empat kuadran menurut garis horizontal dan vertikal yang bersilangan
pada papila mamae. Sebagai alternatif, hasil-hasil temuan berupa benjolan dapat
ditentukan lokasinya seperti angka-angka pada sebuah jarum jam dan jaraknya
dinyatakan dalam ukuran sentimeter dari papila mamae.4 (Lihat Gambar 4)
Payudara merupakan jaringan yang secara hormonal sensitive dan
responsive terhadap perubahan dalam siklus bulanan dan pertambahan usia.
Jaringan kelenjar, yaitu kelenjar sekretorik tubule-alveolaris serta salurannya
membentuk 12-20 buah lobus bersekat yang menyebar di sekeliling putting susu
(papila mamae). Dalam setiap lobus terdapat banyak lobules yang berukuran lebih
kecil. Lobules ini mengalirkan ASI ke dalam duktus dan sinus yang memproduksi
ASI serta bermuara pada permukaan areola atau outing susu.4 (Lihat Gambar 5)

Gambar 3. Anatomi payudara (mamae)


Sumber : Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan bates. Edisi 8. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.303-21.

Gambar 4. Pembagian kuadran payudara


Sumber : Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan bates. Edisi 8. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.303-21.

Gambar 5. Jaringan kelenjar, lobus, dan duktus


Sumber : Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan bates. Edisi 8. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.303-21.

Klasifikasi
Secara garis besar kanker payudara dibagi menjadi noninvasif dan invasif.
Kanker payudara noninvasif secara umum dibagi menjadi dua tipe besar yaitu
LCIS dan DCIS. Sedangkan kanker payudara invasif dibagi secara histologi
menjadi lobular dan duktal. Kanker duktus invasif atau karsinoma duktus
infiltrative adalah gambaran tersering kanker payudara, merupakan 50% sampai
70% dari seluruh kanker payudara invasif. Karsinoma lobular invasif merupakan
10% sampai 15% dari seluruh kanker payudara.6
Noninvasif terdiri dari6 :

Karsinoma lobular in situ (LCIS)

Karsinoma duktus in situ (DCIS) atau karsinoma intraduktus

Tipe papilla, kribiformis, solid, komedo

Tipe invasif terdiri dari6 :

Karsinoma lobular invasif

Karsinoma duktus invasif

Karsinoma invasif, NOS (Nothing Otherwise Spesified)

Karsinoma tubular, karsinoma musinosa atau koloid

Karsinoma medulla

Kribiformis invasif

Papilla invasif

Karsinoma kistik adenoid

Karsinoma metaplastik

Etiologi
Kanker payudara ialah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan
payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya tumbuh infiltrative
dan destruktif dan dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif, dan relatif
cepat membesar.7
Etiologi karsinoma mamae masih belum jelas, tapi data menunjukkan
terdapat kaitan erat dengan faktor berikut1,8 :
1. Riwayat keluarga dan gen terkait karsinoma mamae : probabilitas terkena
karsinoma mamae lebih tinggi 2-3 kali disbanding wanita tanpa riwayat
keluarga. Gen utama yang terkait dengan timbulnya karsinoma mamae
adalah BRCA-1 dan BRCA-2.
2. Reproduksi : usia menarke kecil, henti haid lanjut dan siklus haid pendek
merupakan faktro resiko tinggi karsinoma mamae. Selain itu, yang seumur
hidup tidak menikah atau belum menikah, partus pertama berusia lebih
dari 30 tahun dan setelah partus belum menyusui, berinsiden relatif tinggi.
3. Kelainan kelenjar mamae : penderita kistadenoma mamae hiperplastik
berat berinsiden lebih tinggi.

10

4. Penggunaan obat di masa lalu : penggunaan jangka panjang hormone


insidennya lebih tinggi.
5. Radiasi pengion : kelenjar mamae relatif peka terhadap radiasi pengion,
paparan berlebih menyebabkan peluan kanker lebih tinggi.
6. Diet dan gizi : diet tinggi lemak dan kalori berkaitan langsung dengan
timbulnya karsinoma mamae. Terdapat data menunjukkan orang yang
gemuk sesudah usia 50 tahun berpeluang lebih tinggi terkena kanker
payudara. Penelitian lain menunjukkan diet tinggi selulosa, vitamin A, dan
protein kedele dapat menurunkan insiden karsinoma mamae.
Epidemiologi
Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setetah
karsinoma serviks uterus. Di Amerika Serikat, karsinoma payudara merupakan
28% kanker pada warna kulit putih, dan 25% pada wanita kulit hitam. Kurva
insidens usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali
ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia
45-66 tahun. Insidens karsinoma mammae pada lelaki hanya 1% dari kejadian
pada perempuan.2

Patofisiologi
Jaringan payudara yang diambil dari mastektomi profilaksis pasien yang
mengalami mutasi gen BRCA-1 menunjukkan banyaknya jumlah Lob 1, bahkan
pada wanita yangtelah melahirkan. Produk gen BRCA-1 normal adalah inhibitor
pertumbuhan yang mengontrol proliferasi sel payudara. Produk ini hilang ketika
gen ini mengalami mutasi. Selain itu ada kemungkinan karsinoma mamae terjadi
akibat stimulasi estrogen sehingga menyebabkan over-eskpresi produksi faktor
pertumbuhan dan/atau reseptor mengakibatkan proliferasi sel yang tidak
terkontrol.8
Jalur penyebaran karsinoma mamae1 :

11

1. Invasi lokal : kanker mamae sebagian besar timbul dari epitel duktus
kelenjar. Tumor pada mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi
dinding duktus dan ke sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, posterior ke
otot pektoralis hingga dinding toraks.
2. Metastasis kelenjar limfe regional : metastasis tersering karsinoma mamae
adalah ke kelenjar limfe aksilar. Semakin lanjut stadiumnya, diferensiasi
sel kanker makin buruk, angka metastasis makin tinggi. Kelenjar limfe
mamaria interna juga merupakan jalur metastasis yang penting.
3. Metastasis hematogen : sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya
masuk ke pembuluh darah, juga dapat langsung masuk pembuluh darah
hingga timbul metastasis hematogen. Hasil metastasis menunjukkan lokasi
tersering metastasis adalah paru, tulang, hati, pleura, dan adrenal.

Klasifikasi Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian
dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah
sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau
jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Banyak sekali cara untuk
menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium
kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC
(International Union Against Cancer dari World Health Organization)/AJCC
(American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer
Society dan American College of Surgeons). TNM merupakan singkatan dari "T"
yaitu tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu node atau kelenjar getah bening
regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan
M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan
dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA).1,2
Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut1,2:
T (tumor size), ukuran tumor:
12

TX: tumor primer tidak dapat ditentukan

Tis: karsinoma in situ dan penyakit paget pada papilla tanpa teraba tumor

T 0: tidak ditemukan tumor primer

T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang

T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm

T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm

T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran langsung ke


dinding toraks atau ke kulit dengan tanda udem, tukak, atau peau dorange.

N (node), kelenjar getah bening regional:

NX: kelenjar regional tidak dapat ditentukan

N 0: tidak teraba kelenjar aksila

N 1: teraba kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat

N 2: teraba kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau
melekat pada jaringan sekitarnya

N 3: terdapat pada kelenjar getah bening di mammary interna homolateral

M (metastasis), penyebaran jauh:

MX: tidak dapat ditentukan metastasis jauh

M 0: tidak terdapat metastasis jauh

M 1: terdapat metastasis jauh termasuk ke kelenjar supraklavikuler

13

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor


tersebut kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai
berikut1,2,6:

Stadium 0: Tis N0 M0
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non-invasive Cancer, yaitu kanker
tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjarkelenjar (lobules) susu pada payudara.

Stadium I: T1 N0 M0
Tumor masih sangat kecil, diameter tumor terbesar kurang dari atau sama
dengan 2 cm dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional
ketahanan hidup lima tahun adalah 85%

Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0


Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tetapi terdapat metastasis
kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral. Diameter tumor lebih kecil
atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan metastasis kelenjar limfe
mobil di fosa aksilar ipsilateral. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi
tidak lebih dari 5 cm dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional
ketahanan hidup lima tahun adalah 65%

Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Diameter tumor lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan terdapat
metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral. Diameter tumor

14

lebih dari 5 cm, tetapi tidak terdapat metastasis kelenjar limfe regional
ketahanan hidup lima tahun adalah 65%

Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T3 N2 M0


Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar
limfe di fosa aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain.
Diameter tumor lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di
fosa aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain ketahanan
hidup lima tahun adalah 40%

Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0


Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan
bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory
Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh
getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain
dari organ tubuh ketahanan hidup lima tahun adalah 40%

Stadium III C: T apapun, N3, M0


Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat
metastasis kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe
aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
ketahanan hidup lima tahun adalah 40%

Stadium IV: T apapun, N apapun, M1

15

Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh,
yaitu : tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk ketahanan hidup lima
tahun adalah 10%

Manifestasi Klinis
Sebagian besar bermanifestasi sebagai massa mamae yang tidak nyeri dan
sering kali ditemukan secara tak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran
lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas,
permukaan tidak licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke
dinding toraks). Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan
bertambah besar secara jelas.1
Perubahan kulit yang terjadi adalah adanya tanda lesung (kulit setempat
menjadi cekung), perubahan kulit jeruk (peau dorange), nodul satelit kulit (secara
klinis disebut tanda satelit), invasi (tampak perubahan berwarna merah atau merah
gelap), ulserasi (ulserasi dapat membentuk bunga terbalik yang disebut tanda
kembang kol), dan perubahan inflamatorik (kulit mamae berwarna merah
bengkak).1
Perubahan papila mamae adalah retraksi, distorsi papilla mamae, sekret
papilar yang umumnya sanguineus, dan adanya perubahan eksematoid. Perubahan
eksematoid ini ditandai dengan tampak areola, papilla mame tererosi, berkrusta,
secret, deskuamasi, sangat mirip eksim.1
Serta terjadinya pembesaran kelenjar limfe regional. Pembesaran kelenjar
limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau multiple. Pada awalnya mobile,
kemudian dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan sekitarnya.
Seiring dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga
menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan adalah ada sebagian kecil pasien
kanker mamae hanya tampil dengan limfadenopati aksilar tapi tak teraba massa
mamae. Hal ini disebut karsinoma mamae tipe tersembunyi.1
Penatalaksanaan
16

Terapi bedah, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal menempati posisi


sangat penting dalam terapi kanker mamae, dan selalu harus digunakan secara
kombinasi. Terhadap setiap kasus kanker mamae harus ditentukan strategi terapi
menyeluruh karena strategi menyeluruh tersebut akan langsung berpengaruh pada
hasil terapi.1
Terapi bedah. Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II, dan
sebagian stadium III disebut kanker mamae operable. Pola operasi yang sering
dipakai adalah1,2 :
1. Mastektomi radikal : lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal
3 cm dari tumor, seluruh kelenjar mamae, m. pektoralis mayor, m.
pektoralis minor, dan jaringan limfatik dan lemak subscapular, aksilar
secara kontinu enblok direseksi. Namun sekitar 20 tahun belakangan ini,
penggunaan mastektomi radikal konvensional telah makin berkurang.
2. Mastektomi radikal modifikasi : lingkup reseksi sama dengan teknik
radikal, tapi mempertahankan m. pektoralis mayor dan minor (model
Auchincloss) atau mempertahankan m. pektoralis mayor, mereseksi m.
pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini memiliki kelebihan antara
lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan
kelenjar limfe aksilar superior.
3. Mastekstomi total : hanya membuang seluruh kelenjar mamae tanpa
membersihkan kelenjar limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma
in situ atau pasien lanjut usia.
4. Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar : secara umum
ini disebut dengan operasi konservasi mamae (BCT). Biasanya dibuat dua
insisi terpisah di mamae dan aksila. Mastektomi segmental bertujuan
mereseksi sebagian jaringan kelenjar mamae normal di tepi tumor.
Lingkup diseksi kelenjar limfe aksilar biasanya juga mencakup jaringan
aksila dan kelenjar limfe aksilar kelompok tengah.
5. Mastektomi segmental plus biopsi kelenjar limfe sentinel : metode reseksi
segmental sama dengan di atas. Kelenjar limfe sentinel adalah terminal
pertama metastasis limfogen dari karsinoma mamae. Saat operasi
17

dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe
sentinel, dibiopsi. Bila patologik negatif maka operasi dihentikan, bila
positif maka dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar.
Untuk terapi kanker mamae terdapat banyak pilihan pola operasi. Yang
mana yang terbaik masih kontroversial. Secara umum dikatakan harus
berdasarkan stadium penyakit dengan syarat dapat mereseksi tuntas tumor,
kemudian baru memikirkan sedapat mungkin konservasi fungsi dan kontur
mamae. Dewasa ini lingkup operasi karsinoma mamae cenderung semakin kecil.
Dari mastektomi radikal konvensional digantikan mastektomi radikal modifikasi,
opersi konservasi mamae semakin banyak dikerjakan, operasi biopsi kelenjar
limfe sentinel tampaknya akan semakin menggantikan diseksi kelenjar limfe
aksilar. Secara umum, terhadap lesi kurang dari 3 cm, dan kelenjar limfe tidak
jelas membesar, harus lebih mempertimbangkan terapi kombinasi konservasi
mamae, kalau tidak lebih mempertimbangkan operasi radikan modifikasi.1
Radioterapi. Radioterapi terutama mempunyai tiga jenis1 :
1. Radioterapi murni kuratif : radioterapi murni terhadap kanker mamae
hasilnya kurang ideal, survival 5 tahun 10-37%. Terutama digunakan
untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak operasi.
2. Radioterapi adjuvant : menjadi bagian integral penting dari terapi
kombinasi. Menurut pengaturan waktu radioterapi dapat dibagi menjadi
radioterapi pra-operasi dab pasca operasi. Radioterapi pra-operasi terutama
untuk pasien stadium lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker
mamae non-operabel menjadi kanker mamae yang operabel. Radioterapi
pasca operasi adalah radioterapi seluruh mamae pasca operasi konservasi
mamae dan radioterapi adjuvant pasca mastektomi.
3. Radioterapi paliatif : terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut
dengan rekurensi, metastasis. Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat
baik.
Kemoterapi. Kemoterapi yang dapat dilakukan adalah1,9 :

18

1. Kemoterapi pra-operasi : terutama kemoterapi sistemik, bila perlu dapat


dilakukan kemoterapi intra-arterial, mungkin dapat membuat sebagian
kanker mamae lanjut lokal non-operabel menjadi kanker mamae operabel.
2. Kemoterapi adjuvant pasca operasi : indikasi kemoterapi adjuvant pasca
operasi relatif luas, terhadap semua pasien karsinoma invasif dengan
diameter terbesar tumor lebih besar atau sma dengan 1 cm harus
dipikirkan kemoterapi adjuvant.
3. Kemoterapi terhadap kanker mamae stadium lanjut atau rekuren dan
metastatik : kemoterapi adjuvant karsinoma mamae selain sebagian kecil
masih memakai regimen CMF (Cyclophosphamide, Methotrexate, dan 5Fu), semakin banyak yang memakai kemoterapi kombinasi berbasis
golongan antrasiklin (daunorubisin, epirubisin) seperti kombinasi FEC (5Fu, Epirubisin, dan Cyclophosphamide).
Terapi hormonal. Sebagian besar kejadian dan perkembangan kanker
mamae memiliki kaitan tertentu dengan hormon terutama estrogen (ER) dan
progesteron (PR). Pasien dengan hasil pemeriksaan ER dan PR positif tergolong
kanker mamae tipe bergantung hormon serta hasil terapi hormonal naik.
Sedangkan bagi pasien dengan hasil pemeriksaan negative tergolong kanker
mamae tipe tak bergantung hormon sehingga efek terapi hormonal agak kurang.
Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon.1
Obat yang dewasa ini digunakan di klinis terutama adalah1,9 :
1. Obat antiestrogen : tamoksifen merupakan penyekat reseptor estrogen,
mekanisme utamanya adalah berikatan dengan ER secara kompetitif. Ia
adalah obat terapi hormonal yang paling luas dipakai dewasa ini.
Efek samping : trombosis vena dalam, karsinoma endometrium.
2. Inhibitor aromatase : obat inhibitor aromatase hanya digunakan untuk
pasien pasca menopause dengan reseptor hormon positif. Mekanisme
kerjanya ialah menghambat kerja enzim aromatase sehingga menghambat
atau mengurangi perubahan androgen menjadi estrogen. Aminoglutetimid
adalah inhibitor aromatase generasi pertama. Namun ia kurang selektif

19

karena menghambat sintesis hormon adrenokortikal sehingga sewaktu


memakainya harus menambahkan hormon adrenokortikal. Kini inhibitor
aromatase yang digukan adalah generasi ketiga golongan non steroid
selektif seperti anastrozol dan letrozol.
Efek samping : insufisiensi adrenal, mielosupresi, dan reaksi alergi.
3. Obat sejenis LH-RH (Luteinizing Hormone-Releasing Hormone) : obat
jenis ini terutama adalah goserelin. Efeknya menghambat sekresi
gonadotropin, menghambat fungsi ovarium secara keseluruhan sehingga
kadar estradiol serum menurun.
Efek samping : ruam kulit, rasa panas seperti terbakar.
4. Obat

sejenis

progesteron

yang

digunakan

di

klinis

adalah

medroksiprogesteron asetat (MPA) dan megesterol asetat (MA). Terutama


digunakan bagi pasien pasca menopause. Mekanisme kerjanya adalah
melalui umpan balik hormon progestin menyebabkan inhibisi aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal, androgen menurun, sehingga mengurangi
sumber perubahan menjadi estrogen dengan hasil turunnya kadar estrogen.
Efek samping : mual, lemas, hirsutisme, rasa lunak pada payudara,
galaktore.
Pencegahan
Mencegah karsinoma mamae dapat dimulai dari menghindarkan faktor
penyebab, kemudian menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan pengobatan
kuratif, promosi kesehatan, dan deteksi dini. Salah satunya ialah dianjurkan
melakukan periksa payudara sendiri (SADARI) oleh seorang wanita sebulan
sekali sekitar hari ke 7-10 dari hari menstruasi pertama karena saat ini pengaruh
hormonal estrogen progresteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat
itu dalam keadaan tidak oedem/tidak membengkak sehingga lebih mudah meraba
danya tumor atau kelainan. Pemeriksaan oleh dokter bila ada yang dicurigai, dan
bila seseorang tergolong dalam risiko tinggi, diperlukan pada waktu tertentu,
terutama bila usianya di atas 35 tahun.1,2,8

20

Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis. Tapi yang paling jelas dan
berpengaruh terbesar atas prognosis adalah kondisi kelenjar limfe dan stadium
kanker itu sendiri. Dalam kondisi dewasa ini untuk meningkatkan angka
kesembuhan kanker mamae kuncinya adalah penemuan dini, diagnosis dini, terapi
dini, dan tepat. Untuk mencapai temuan dini, diseminasi pengetahuan tentang
kanker mamae, pendidikan wanita untuk memeriksa payudara sendiri merupakan
tndakan efektif yang sungguh praktis.1
Pada penerita stadium I, angka harapan hidup 5 tahunan adalah 95% dan untuk
stadium II adalah 80%, dengan angka kekambuhan local sekitar 6% menggunakan
pengobatan adjuvant seperti dianjurkan. Prognosis untuk stadium III telah
meningkat dari 20% menjadi 40% pada 5 tahun dengan adanya pengobatan
adjuvant.7

Penutup
Kanker payudara ialah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan
payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya tumbuh infiltrative
dan destruktif dan dapat bermetastase.
Secara garis besar, dibagi menjadi dua yaitu non-invasif dan invasif.
Kanker payudara noninvasif secara umum dibagi menjadi dua tipe besar yaitu
LCIS dan DCIS. Sedangkan kanker payudara invasif dibagi secara histologi
menjadi lobular dan duktal. Kanker duktus invasif atau karsinoma duktus
infiltrative adalah gambaran tersering kanker payudara, merupakan 50% sampai
70% dari seluruh kanker payudara invasif. Karsinoma lobular invasif merupakan
10% sampai 15% dari seluruh kanker payudara. Faktor reproduksi, kelainan
kelenjar mamae, radiasi pengion, diet dan gizi menjadi beberapa hal yang dpat
meningkatkan resiko terkena kanker payudara.
Terapi dilakukan dengan bedah, radioterapi, kemoterapi, dan terapi
hormonal. Prognosis tergantung pada kondisi kelenjar limfe dan stadium kanker.
Jadi, wanita berusia 55 tahun menderita karsinoma mamae sinistra.
21

Daftar Pustaka
1.

Desen W, editor. Buku ajar onkologi klinis. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.h.366-83.

2.

Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.h.388-402.

3.

Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Edisi 1. Surabaya:


Erlangga; 2007.h.7-23.

4.

Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan bates. Edisi
8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.303-21.

5.

Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Edisi 1. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.h.24-5.

6.

Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Buku saku ilmu
bedah sabiston. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2005.h.411-30.

7.

Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah.
Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.h.227-36.

8.

Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC; 2008.h.127-34.

9.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.h.743-56.

22

Anda mungkin juga menyukai