Anda di halaman 1dari 7

BANK SAMPAH (GIVE CLEAN GREEN AND FRESH)

Pengelolaan sampah yang ramah lingkungan harus diawali dengan perubahan cara pandang
dan perlakuan kita terhadap sampah. Sudah saatnya kita memandang sampah memiliki nilai
manfaat baik ekonomis maupun lingkungan sehingga tidak layak dibuang percuma. Salah
satu upaya nyata dalam rangka perubahan paradigma pengelolaan sampah adalah melalui
pelaksanaan Bank Sampah dan Gerakan 3R (Reuse, Reduce dan Recycle). Bank sampah
merupakan strategi untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat berkawan dengan
sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Bank sampah tidak
dapat berdiri sendiri melainkan harus diintegrasikan dengan gerakan 3R, sehingga manfaat
langsung yang dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan lingkungan yang bersih,
hijau dan sehat.
Konsep Bank Sampah terwujud sesuai dengan Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2012
yang dikeluarkan oleh UNEP (United Nations Environment Programme) adalah Green
Economy: Does it include you? Ekonomi hijau yang dimaksud disini adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dan kesetaraan sosial yang juga dimaksudkan untuk
mengurangi resiko kerusakan lingkungan. Berdasarkan tema tersebut, disesuaikan dengan
konteks Indonesia maka Tema Hari Lingkungan Hidup Indonesia 2012 menjadi Ekonomi
Hijau: Ubah Perilaku, Tingkatkan Kualitas Lingkungan. Makna utama dari tema ini adalah
pentingnya kita merubah paradigma dan juga perilaku kita sehingga kualitas lingkungan
hidup yang lebih baik akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.Banyak nilai
positif yang didapatkan dari pengelolaan sampah secara terpadu dan berkelanjutan untuk
peningkatan kualitas lingkungan dalam mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik.
Bank Sampah GIVE GREEN milik Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
diresmikan pada 9 Pebruari 2013 oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup Drs. Waluyo Dwi
Basuki, M.M. Nasabah bank sampah ini adalah pegawai/karyawan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar.
Mekanisme bank sampah, tidak terlalu rumit. Nasabah menyetor/menabung sampah yang
sudah dipilah-pilah berdasarkan bahan baku dan jenis setiap hari Sabtu. Sampah yang dapat
ditabung yaitu jenis sampah plastik, kertas dan logam. Sampah akan ditimbang dan dicatat
berdasarkan jenis bahan baku. Kemudian pengurus akan menulis nilai nominal sampah

tersebut di buku tabungan. Jika sewaktu-waktu nasabah memerlukan uang, mereka dapat
mencairkan dana di buku tabungan tersebut.

Dengan pendirian Bank Sampah ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
khususnya pegawai/karyawan Badan Lingkungan Hidup untuk mulai memilah, mendaur
ulang dan memanfaatkan sampah guna membangun lingkungan yang lebih baik sesuai
dengan semboyan Bank Sampah Give Green yaitu CLEAN, GREEN, FRESH sekaligus
membangun ekonomi kerakyatan.
presented by Tim Pusat Informasi Lingkungan BLH Kra

Bank Sampah, Mengubah Pandangan tentang Sampah


Menyimpan sampah, terdengar paradoks. Sebab sampah adalah sesuatu yang biasanya kita
buang. Tapi inilah yang dilakukan warga Badegan, Bantul, Yogyakarta. Mereka
mengumpulkan, menyimpan lalu bahkan menabung sampahnya.

Pukul 4 sore, warga terlihat berkerumun di sebuah bangunan sederhana yang berukuran 8 kali
12 meter. Lantainya tanah, tanpa pintu dan jendela. Di tembok tak bercat terpampang

spanduk besar bertuliskan Bank Sampah Gemah Ripah. Sedangkan di kiri kanan dinding
tertempel tulisan ajakan membuang sampah dan tumpukan puluhan kantong sampah. Mereka
yang berkumpul adalah nasabah bank sampah gemah ripah. Bukan bank biasa, tidak ada
lantai keramik, perangkat komputer maupun petugas berseragam.
Ismiyati dan beberapa warga menunggu dalam antrian sambil ngobrol di depan meja petugas
bank. Tangannya menenteng 2 kantong berisi sampah kertas dan plastik yang sudah dipilah.
Ismiyati disambut Galuh dan Sita, dua petugas bank yang biasa disebut teller. Ismiyati lalu
menyerahkan tabungannya. Bukan dalam bentuk uang, melainkan sampah yang ditentengnya.
Dengan cekatan, Galuh menimbang dan melabeli tas isi sampah itu, sementara Sita mencatat
berat sampah di buku tabungan. Hanya butuh waktu 3 menit, Ismiyati sudah menerima bukti
penyetoran sampah. Semua pencatatan dilakukan dengan tangan.
Setiap kantong sampah milik nasabah atau penabung diberi label agar tidak tertukar dengan
nasabah lain. Kemudian kantong sampah itu disimpan dalam bilik penyimpanan sampah
sesuai jenisnya. Teller mencatat dan mencocokkan lagi semua penyetoran nasabah dalam
buku besar yang disebut buku induk.
Lalu apa yang terjadi dengan sampah yang dibawa nasabah ini? Menurut petugas bank Galuh,
dalam seminggu sampah yang terkumpul bisa mencapai 70 kilogram. Sampah ini secara
berkala disetor ke tukang barang rongsokan. Mereka disebut pengepul rosok. Merekalah nanti
yang akan menghitung nilai ekonomis setiap sampah yang ditabung nasabah. Jadi petugas
bank tidak menentukan berapa nilai sampah nasabahnya. Demikian dijelaskan Galuh.
Memang yang mengetahui nilai sampah adalah para pengepul rosok. Mereka yang sehari-hari
melakukan jual beli sampah, seperti Nasrulloh. Ia memang harus meluangkan waktu datang
ke bank sampah untuk menaksir nilai sampah tiap nasabah. Tapi sebagai pedagang, ia juga
diuntungkan dengan adanya bank sampah. Baginya, tidak telalu susah mencari barang.
Tak ada batasan berat sampah yang ditabung nasabah. Sampah yang dikumpulkan lebih dulu
harus dipilah. Setiap penabung mendapat tiga kantong sampah gratis yang telah diberi nama
dan nomor rekening. Kantong 1 untuk sampah plastik, kantong 2 sampah kertas, dan kantong
3 untuk sampah kaleng dan botol. Jadi sebelum ditabung, setiap nasabah diharuskan memilah
sampah terlebih dahulu sesuai jenisnya, baik kertas, kaleng dan botol.
Bank Sampah Gemah Ripah dibuka tiga hari seminggu, Senin, Rabu, dan Jumat jam 4 sore
hingga 8 malam.
Bagaimana pengalaman para nasabah? Ismiyati mengaku senang menjadi nasabah bank
sampah. Meski pada awalnya ia merasa malu menenteng sampah untuk ditabung.
Adanya bank sampah menambah kesadaran warga tentang pengelolaan sampah. Kalau dulu
warga membuang sampah sembarangan saja, karena kesulitan mencari tempat pembuangan
resmi. Kata Ismiyati yang sekarang menjadi nasabah bank sampah.
Gagasan awal pendirian bank sampah ini datang dari Bambang Suwerda, dosen Politeknik
Kesehatan Yogyakarta. Ia ingin mengubah pandangan masyarakat tentang sampah, bahwa
sampah bisa dimanfaatkan jika dikelola dengan benar.

Pengelolaan bank sampah dilakukan secara sukarela. Petugas teller bank sampah, Galuh dan
Sita bekerja tanpa dibayar.
Di bank sampah sekarang ada 10 orang yang sekarang bertugas. Bank sampah memotong
dana 15 persen dari nilai sampah yang disetor nasabah. Dana itu digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional. Berbeda dengan bank biasa, nasabah hanya bisa mengambil tabungan
tiga bulan sekali.
Penggagas bank sampah Bambang Suwerda menjelaskan mengapa:
Dengan pertimbangan supaya nilai nominal dari para penabung terutama sampahnya itu
besar rupiahnya, kalau diambil tiap hari itu nanti mungkin lama-lama tidak bersemangat
untuk menabung karena rupiahnya sangat kecil. Tapi dengan jangka menengah ini, Ternyata
bisa mendatangkan income lumayan .
Di dusun Badegan ada sekitar 600 kepala keluarga. Sampai sekarang nasabah bank sampah
baru 60 orang. Tapi Bambang Suwerda yakin, jumlah penabung akan bertambah. Memang
kesadaran warga tentang masalah sampah masih rendah. Untuk itu, penjelasan tentang cara
kerja dan gagasan bank sampah sekarang dilakukan secara rutin.
Untuk menjangkau warga yang tinggalnya jauh, ada sistem pengumpulan komunal. Petugas
bank berkeliling mengambil sampah milik warga dititik yang sudah ditentukan. Tidak semua
sampah yang ditabung nasabah disetor ke tukang rosok. Sebagian di antaranya, yakni jenis
plastik sachet dan gabus, diolah menjadi aneka aksesori rumah tangga, seperti tas, dompet,
hingga rompi, atau pot bunga. Barang-barang tersebut lalu dijual dengan harga 20 ribu
Rupiah.
Bank Sampah Gemah Ripah milik warga Badegan adalah salah satu alternatif mengajak
warga peduli dengan sampah, yang konsepnya mungkin dapat dikembangkan juga di wilayah
lain

Bank Sampah Pedukuhan Badegan

Sampah telah menjadi bagian yang tak terelakan yang dihasilkan dari
aktivitas manusia, salah satunya rumah tangga. Volume sampah rumah
tangga cenderung dirasa kecil oleh sebagian orang,
namun bila tidak menjadi perhatian ternyata menimbulkan masalah bagi
lingkungan bahkan kesehatan. Penumpukan sampah menjadikan sarang
nyamuk sehingga kasus demam berdarah yang menduduki peringkat atas
sebagaimana terjadi di wilayah kerja Puskesmas Bantul II. Ditambah lagi
banyak warga membakar sampah. Berangkat dari permasalahan
kesehatan lingkungan pedukuhan yang kompleks, masyarakat pedukuhan

Badegan Kabupaten Bantul terinspirasi untuk menyelesaikan masalah


kesehatan lingkungan dengan mendirikan Bengkel Kerja Kesehatan
Lingkungan (Bengkel Kesling). Program program dalam BengkPel
Kesling yang di gagas oleh Bambang Suwerda, S.ST., M.Si ini diantaranya
adalah pengolahan sampah organik & anorganik, pengolahan sterofoam,
dan bank sampah dengan menerapkan prinsip Tekonologi Tepat Guna
(TTG). Sampah - sampah organik diolah menjadi kompos dengan
komposter. Dengan cara seperti berikut :
Untuk sampah basah :

Masukkan jerami / rumput (2-5cm)


Masukan sisa makanan, sayur, dan buah

Beri serbuk gergaji, sekam atau kompos yang sudah jadi

Kompos yang sudah jadi dapat dipanen dari bawah

Untuk sampah kering (daun daunan )

Masukkan jerami atau rumput (2-5cm)


Masukkan pupuk kandang (10-15cm)

Masukkan sampah dedaunan bila perlu dipotong-potong.

Taburi pupuk kandang setiap memasukkan sampah dedaunan.

Perciki air bila terlalu kering atau beri serbuk gergaji bila terlalu
basah.

Kompos yang sudah jadi dapat dipanen dari bawah.

Sampah anorganik seperti plastik, kertas, botol, kaleng, sterofoam, dan


lain-lain dikelola dengan cara sebagai berikut :

Untuk sampah plastik dapat dapat didaur ulang menjadi aneka kerajinan
seperti tas, dompet, payung dll. Pengolahan ini dilakukan secara
berkelompok yang terdiri dari ibu PKK, Karang taruna, dan tokoh
masyarakat. Sedangkan untuk sampah plastik yang tidak dapat diproses
dikumpulkan pada bank sampah.Untuk sampah sterofoam atau gabus
sterofoam, sampah ini dapat didaur ulang menjadi kerajinan seperti pot
bunga, patung, dudukan bendera dll. Pengolahan ini dilakukan dengan
cara individu pada orang yang mempunyai kreatifitas atau seni.
Pengolahanya menggunakan dua sistem yaitu : sistem cetakan dan sistem
flestering ( dibentuk dengan dikurangi atau ditambah bahan ).
Untuk sampah yang tidak dapat diolah dapat dikumpulkan di bank
sampah.
Bank sampah adalah suatu tempat yang menampung berbagai macam
sampah, khususnya sampah anorganik. Kegiatan pengelolaan sampah
dimulai dari pemilahan untuk mengetahui sampah yang masih bisa diolah
akan dijadikan kerajinan, sedangkan sampah yang tidak bisa diolah dibeli
oleh pengepul. Bank Sampah yang diberi nama Gemah Ripah yang berdiri
pada tanggal 5 Juni 2008 dengan mekanisme sebagai berikut :
1. Cara mendirikan Bank Sampah harus ada syarat antara lain : Ada
Penabung sampah, Pengelola bank sampah (masyarakat), dan
pengepul.
2. Sebagai sebuah lembaga yang terorganisir, Bank Sampah Gemah
Ripah mempunyai struktur managemen dengan susunan : Direktur,
Wakil Direktur, Sekretaris, Bendahara dan Koordinator/Teller.
3. Sistem Penabungan ada 2 yaitu Sistem Individual (sampah yang
sudah dipilah oleh warga langsung diantar ke bank sampah untuk
ditimbang, dicatat pada buku induk), Sistem Komunal ( meliputi
tempat tempat seperti Paud, Warga per RT, tong sampah terpilah
yang ada dibeberapa titik lokasi)
4. Sampah di pilah menjadi 3 kantong, kantong I berisi sampah plastik,
kantong ke II berisi sampah kertas dan kantong III berupa kaleng
dan boto.
5. Pada saat nasabah menyetorkan sampah, nasabah mendapatkan
bukti setoran dari teller yang kemudian di catat dalam buku
tabungan. Harga sampah bervariasi tergantung jenisnya. Agar
nominal tabungannya cukup besar nilai rupiahnya, tabungan baru
dapat diambil 3 bulan sekali.
Metode pengelolaan sampah dengan menerapkan prinsip 3R yang sudah
diterapkan di pedukuhan Badegan sangat baik untuk dicontoh.
Setidaknya, dengan adanya pengelolaan sampah tersebut penyebaran
vektor-vektor penyakit dapat terkendali.
(Azir Alfanan).

Anda mungkin juga menyukai