PENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai
di klinik di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Diperkirakan
lebih dari 30% jumlah penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita
anemia. Kelainan ini mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan
sosial dan ekonomi serta kesehatan fisik.
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri, tetapi
merupakan gejala dari berbagai macam penyakit dasar. Oleh karena itu
penentuan penyakit dasar juga penting dalam pengelolaan kasus
anemia, karena tanpa mengetahui penyebab yang mendasari, anemia
tidak dapat diberikan terapi yang tuntas.
Berdasarkan standar kompetensi dokter Indonesia yang dibuat
oleh Divisi Standar Pendidikan Kolegium Dokter Indonesia, dokter
umum diharapkan dapat menegakkan diagnosis anemia (defisiensi besi,
megaloblastik, aplastik, hemolitik) berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan laboratorium. Untuk anemia defisiensi besi, dokter umum
harus mampu melakukan penanganan. Untuk anemia megaloblastik,
aplastik, hemolitik, dokter umum hanya sampai tahap merujuk serta
mengetahui komplikasi penyakit tersebut. Oleh karena itu, dalam referat
ini akan dibahas mengenai keempat jenis anemia tersebut.
M.Septian Saad
Page 1
BAB II
ANEMIA
2.1 Definisi
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan
jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer.
2.2 Kriteria
Parameter yang paling umum untuk menunjukkan penurunan
massa eritrosit adalah kadar hemoglobin, disusul oleh hematokrit dan
hitung eritrosit. Harga normal hemoglobin sangat bervariasi secara
fisiologis tergantung jenis kelamin, usia, kehamilan dan ketinggian
tempat tinggal.
Kriteria anemia menurut WHO adalah:
2.3 Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan etiologi.
Klasifikasi morfologi didasarkan pada ukuran dan kandungan
hemoglobin
Menurut etiologinya, anemia dapat diklasifikasikan menjadi 3
macam yaitu gangguan produksi sel darah merah pada sumsum tulang
(hipoproliferasi), gangguan pematangan sel darah merah (eritropoiesis
M.Septian Saad
Page 2
yang tidak efektif), dan penurunan waktu hidup sel darah merah
(kehilangan darah atau hemolisis).
1. Hipoproliferatif
Hipoproliferatif merupakan penyebab anemia yang terbanyak. Anemia
hipoproliferatif ini dapat disebabkan karena:
a. Kerusakan sumsum tulang
Keadaan ini dapat disebabkan oleh obat-obatan, penyakit
infiltratif (contohnya: leukemia, limfoma), dan aplasia sumsum tulang.
b. Defisiensi besi
c. Stimulasi eritropoietin (EPO) yang inadekuat. Keadaan ini terjadi
pada gangguan fungsi ginjal
d. Supresi produksi EPO yang disebabkan oleh sitokin inflamasi
(misalnya: interleukin 1)
e.
keadaan hipotiroid)
Pada jenis ini biasanya ditemukan eritrosit yang normokrom
normositer, namun dapat pula ditemukan gambaran eritrosit yang
hipokrom mikrositer, yaitu pada defisiensi besi ringan hingga sedang
dan penyakit inflamasi. Kedua keadaan tersebut dapat dibedakan
melalui pemeriksaan persediaan dan penyimpanan zat besi.
M.Septian Saad
Page 3
2. Gangguan pematangan
Pada keadaan anemia jenis ini biasanya ditemukan kadar
retikulosit yang rendah, gangguan morfologi sel (makrositik atau
mikrositik), dan indeks eritrosit yang abnormal. Gangguan pematangan
dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu:
a. Gangguan pematangan inti
Pada keadaan ini biasanya ditmukan kelainan morfologi berupa
makrositik. Penyebab dari gangguan pematangan inti adalah defisiensi
asam folat, defisiensi vitamin B12, obat-obatan yang mempengaruhi
metabolisme DNA (seperti metotreksat, alkylating agent), dan
myelodisplasia.
Alkohol
juga
dapat
menyebabkan
gangguan
M.Septian Saad
Page 4
M.Septian Saad
Page 5
Page 6
a. Ukuran sel
b. Anisositosis
c. Poikolisitosis
d. Polikromasia
3. Hitung Retikulosit ( N: 1-2%)
4. Persediaan Zat Besi
a. Kadar Fe serum ( N: 9-27mol/liter )
b. Total Iron Binding Capacity ( N: 54-64 mol/liter)
c. Feritin Serum ( N : 30 mol/liter ; : 100 mol/liter)
5. Pemeriksaan Sumsum Tulang
a. Aspirasi
- E/G ratio
- Morfologi sel
- Pewarnaan Fe
b. Biopsi
- Selularitas
- Morfologi
M.Septian Saad
Page 7
M.Septian Saad
Page 8
lain
bila
ditemukan
pelepasan
retikulosit
prematur
Page 9
M.Septian Saad
Page 10
BAB III
ANEMIA DEFISIENSI BESI
A. Definisi
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering
ditemukan terutama di negara berkembang. Penyebabnya antara lain:
o Faktor nutrisi: rendahnya asupan besi total dalam makanan atau
bioavailabilitas besi yang dikonsumsi kurang baik (makanan
banyak serat, rendah daging, dan rendah vitamin C).
o Kebutuhan yang meningkat, seperti pada bayi prematur, anak dalam
pertumbuhan, ibu hamil dan menyusui.
o Gangguan absorpsi besi: gastrektomi, colitis kronik, atau
achlorhydria.
o Kehilangan besi akibat perdarahan kronis, misalnya: perdarahan
tukak peptik, keganasan lambung/kolon, hemoroid, infeksi cacing
tambang, menometrorraghia, hematuria, atau hemaptoe.
A. Metabolisme Besi
Total besi dalam tubuh manusia dewasa sehat berkisar antara 2
gram (pada wanita) hingga 6 gram (pada pria) yang tersebar pada 3
kompartemen,
yakni
hemoglobin,
Page 11
20% dari total besi dalam tubuh, seperti feritin dan hemosiderin. 3).
Besi transport, yakni besi yang berikatan pada transferin.
Sumber besi dalam makanan terbagi ke dalam 2 bentuk:
1. Besi heme, terdapat dalam daging dan ikan. Tingkat absorpsinya
tinggi (25% dari kandungan besinya dapat diserap) karena tidak
terpengaruh oleh faktor penghambat.
2. Besi non-heme, berasal dari tumbuh-tumbuhan. Tingkat absorpsi
rendah (hanya 1-2% dari kandungan besinya yang dapat diserap).
Mekanisme absorpsinya sangat rumit dan belum sepenuhnya
dimengerti. Absorpsi sangat dipengaruhi oleh adanya faktor
pemacu absorpsi (meat factors, vitamin C) dan faktor
penghambat (serat, phytat, tanat).
Proses absorpsi besi dibagi menjadi 3 fase:
o Fase Luminal: besi dalam makanan diolah oleh lambung (asam
lambung menyebabkan heme terlepas dari apoproteinnya) hingga siap
untuk diserap.
o Fase Mukosal: proses penyerapan besi di mukosa usus. Bagian usus
yang berperan penting pada absorpsi besi ialah duodenum dan jejunum
proksimal. Namun sebagian kecil juga terjadi di gaster, ileum dan
kolon. Penyerapan besi dilakukan oleh sel absorptive yang terdapat
pada puncak vili usus. Besi heme yang telah dicerna oleh asam lambung
langsung diserap oleh sel absorptive, sedangkan untuk besi nonheme
M.Septian Saad
Page 12
M.Septian Saad
Page 13
mononuklear
(makrofag
monosit)
dan
berasal
dari
Page 14
M.Septian Saad
Page 15
M.Septian Saad
Page 16
Page 17
serum feritin, peningkatan absorpsi besi dari usus, dan pengecatan besi
pada apus sumsum tulang berkurang.
2. Iron deficient Erythropoiesis
Cadangan besi dalam tubuh kosong, tetapi belum menyebabkan
anemia secara laboratorik karena untuk mencukupi kebutuhan terhadap
besi, sumsum tulang melakukan mekanisme mengurangi sitoplasmanya
sehingga normoblas yang terbentuk menjadi tercabik-cabik, bahkan
ditemukan normoblas yang tidak memiliki sitoplasma (naked nuclei).
Selain itu kelainan pertama yang dapat dijumpai adalah penigkatan
kadar free protoporfirin dalam eritrosit, saturasi transferin menurun,
total iron binding capacity (TIBC) meningkat. Parameter lain yang
sangat spesifik adalah peningkatan reseptor transferin dalam serum.
Page 18
dan
M.Septian Saad
Page 19
M.Septian Saad
Page 20
E. Pemeriksaan Laboratorium
Kelainan laboratorium yang dapat dijumpai adalah:
1. Kadar hemoglobin dan indek eritrosit:
Anemia hipokrom mikrositer (penurunan MCV dan MCH)
MCHC menurun pada anemia defisiensi besi yang lebih berat dan
berlangsung lama
Bila pada SADT terdapat anisositosis, merupakan tanda awal
terjadinya defisiensi besi
Pada anemia hipokrom mikrositer yang ekstrim terdapat
poikilositosis (sel cincin, sel pensil, sel target)
2. Konsentrasi besi serum menurun dan TIBC meningkat
TIBC menunjukkan tingkat kejenuhan apotransferin terhadap besi,
sedangkan saturasi transferin dihitung dari:
Page 21
M.Septian Saad
Page 22
Page 23
G. Terapi
1. Terapi kausal, untuk mencari penyebab kekurangan besi yang
diderita. Bila tidak dapat menyebabkan kekambuhan.
2. Pemberian preparat besi:
Oral: merupakan pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman,
terutama sulfas ferosus. Dosis anjuran 3x200mg/hari yang dapat
meningkatkan eritropoiesis hingga 2-3 kali dari normal. Pemberian
dilakukan sebaiknya saat lambung kosong (lebih sering menimbulkan
efek samping) paling sedikit selama 3-12 bulan. Bila terdapat efek
samping gastrointestinal
(mual,
muntah,
konstipasi)
pemberian
Page 24
M.Septian Saad
Page 25
BAB IV
ANEMIA MEGALOBLASTIK
A. Definisi
Anemia megaloblastik adalah anaemia yang disebabkan
abnormalitas hematopoesis dengan karakteristik dismaturasi nukleus
dan sitoplasma sel mieloid dan eritroid sebagai akibat gangguan sintesis
DNA.1
B. Etiologi
1. Defisiensi asam folat
a. Asupan Kurang
- Gangguan Nutrisi : Alkoholisme, bayi prematur, orang tua,
hemodialisis, anoreksia nervosa.1
- Malabsorbsi : Alkoholisme, celiac dan tropical sprue, gastrektomi
parsial, reseksi usus halus, Crohns disease, skleroderma, obat anti
konvulsan
(fenitoin,
fenobarbital,
karbamazepin),
sulfasalazine,
M.Septian Saad
Page 26
arabinose,
dll),
prokarbazin,
hidroksiurea,
acyclovir,
zidovudin.
f. Gangguan metabolik (jarang) : asiduria urotik herediter, sindrom
Lesch-Nyhan.
reseksi
ileum),
Crohn's
disease,
parasit
M.Septian Saad
Page 27
Page 28
5'-deoxyadenosyl-Cbl
berperan
dalam
mengkonversi
M.Septian Saad
Page 29
Page 30
sintesis
myelin
pada
susunan
saraf
pusat.
Proses
M.Septian Saad
Page 31
tulang
gagal
berproliferasi
dengan
cepat,
sehingga
menghasilkan sel darah merah yang lebih besar dari normal. Sel eritrosit
ini mempunyai membran yang tipis dan seringkali berbentuk tidak
teratur, besar, dan oval, berbeda dengan bentuk bikonkav yang biasa.
M.Septian Saad
Page 32
M.Septian Saad
Page 33
Bisanya
penderita
datang
berobat
karena
keluhan
M.Septian Saad
Page 34
Leukemia akut
Eritroleukemia
Hipotiroidisme
Nefritis kronis
H. Terapi
1. Suportif : - transfusi bila ada hipoksia
- suspensi trombosit bila trombositopenia mengancam jiwa
2. Defisiensi B12 : Pemberian sianokobalamin atau hidroksokobalamin.
3.Defisiensi asam folat : Pemberian asam folat 1mg/hari selama 2-3
minggu, kemudian dosis pemeliharaan 0,25-0,5 mg/hari
4. Terapi penyakit dasar
5. Menghentikan obat-obat penyebab anemia megaloblastik.
M.Septian Saad
Page 35
BAB V
ANEMIA APLASTIK
A. Definisi
Anemia anaplastik merupakan anemia yang ditandai dengan
pansitopenia (penurunan jumlah sel-sel darah yaitu eritrosit, leukosit,
dan trombosit) dan hiposelularitas dari sumsum tulang. Anemia aplastik
merupakan kegagalan hemopoiesis yang jarang ditemukan namun
berpotensi membahayakan jiwa
B. Epidemiologi
Insidesi anemia aplastik didapatkan bervariasi di seluruh dunia
dan berkisar antara 2 sampai 6 kasus per satu juta penduduk per tahun.
Anemia aplastik yang didapat umumnya uncul pada usia 15 sampai 25
tahun dan puncak insiden kedua yaitu setelah usia 60 tahun. Pada
umumnya resiko bagi pria dan wanita untuk menderita anemia aplastik
adalah sama.
C. Etiologi
Penyebab anemia aplastik pada umumnya adalah idiopatik
(kurang lebih pada 75% kasus), namun selain itu anemia aplastik juga
dapat disebabkan oleh:
a. Didapat
1. Radiasi
2. Bahan Kimia : benzen, arsen
M.Septian Saad
Page 36
3.
Obat-obatan
klorampenikol,
obat-obat
kemoterapi
(6-
Page 37
M.Septian Saad
Page 38
M.Septian Saad
Page 39
M.Septian Saad
Page 40
2. Sumsum tulang
Diharuskan dilakukan biopsi sumsum tulang pada setiap
tersangka kasus anemia aplastik. Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan
keadaan hiposelularitas dan peningkatan jaringan lemak.
Page 41
Page 42
Imunosupresif
4. ATG (Anti Thymocyte Globulin)
Dosis : 10-20 mg/kgBB/hari, diberikan selama 4-6 jam dalam
larutan NaCl dengan filter selama 8-14 hari, lakukan skin test terlebih
dahulu. Untuk mencegah serum sickness, diberikan Prednison
40mg/m2/hari selama 2 minggu, kemudian dilakukan tappering off.
Efek samping: demam, menggigil, rash, trombositopenia, serum
sickness, hipotensi.
Catatan :
Jika trombosit <50.000/mm3 sebelum dan sesudah ATG, perlu
transfusi suspensi trombosit
Jika ada serum sickness : metilprednisolon 10/mg/kgBB/hari IV
atau kortikosteroid yang setara
5. Cyclosporin A
Dosis : 3-7mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, penyesuaian dosis
dilakukan setiap minggu untuk mempertahankan kadar dalam darah
400-800 mg/ml.
Pengobatan diberikan minimal selama 3 bulan, bila ada respon,
diteruskan sampai respon maksimal, kemudian dosis diturunkan dalam
beberapa bulan.
6. Kombinasi ATG dan Cyclosporin A
M.Septian Saad
Page 43
prednison
1-2
mg/kgBB/hari
diberikan
maksimum 3 bulan
J. Prognosis
Tergantung pada tingkatan hipoplasia, makin berat prognosis
makin jelek. Pada umumnya penderita meninggal karena infeksi,
perdarahan atau akibat dari komplikasi transfusi.
Prognosa dari anemia aplastik akan menjadi buruk bila
ditemukan 2 dari 3 kriteria berupa jumlah neutrofil <500/uL, jumlah
platelet <20,000/uL, and corrected reticulocyte count <1% (atau
absolute reticulocyte count <60,000/uL).
Perjalanan penyakit bervariasi, 25% penderita bertahan hidup
selama 4 bulan, 25% selama 4-12 bulan, 35% selama lebih dari 1 tahun,
10-20% mengalami perbaikan spontan (parsial/komplit)
M.Septian Saad
Page 44
BAB VI
ANEMIA HEMOLITIK
A. Definisi
Anemia
hemolitik
adalah
anemia
yang
disebakan
adanya
Page 45
M.Septian Saad
Page 46
M.Septian Saad
Page 47
Gambar 9 : Glikolisis
1. Pemeliharaan integritas integritas membran eritrosit bergantung pada
kemampuan eritrosit menghasilkan ATP dan NADPH dari glikolisis.
2. NADPH dihasilkan dari jalur pentosa fosfat
3.NADPH digunakan untuk mereduksi glutation teroksidasi menjadi
glutation tereduksi, glutation penting untuk menyingkirkan H2O2
dan peroksida lemak yang terbentuk oleh spesies oksigen reaktif
(ROS)
4. Pada eritrosit individu yang sehat, pembentukan ion superoksida
yang terjadi terus menerus dari oksidasi nonenzimatik hemoglobin
M.Septian Saad
Page 48
M.Septian Saad
Page 49
sel darah
merah
mengikat
kapasitas
methaemalbumin.
Hati
berperan
penting
dalam
Page 50
E. Bukti Hemolisis
Peningkatan destruksi sel darah merah menyebabkan:
1. Peningkatan bilirubin serum (unconjugated)
2. Kelebihan urobilinogen urin ( akibat pemecahan bilirubin di
intestinal)
3. Penurunan haptoglobin plasma
4. Kenaikan LDH serum
Peningkatan produksi sel darah merah menyebabkan ;
1. retikulositosis
2. hiperplasia eritroid dari sumsum tulang
Pada beberapa anemia hemolitik terdapat sel darah merah abnormal
seperti ;
1. sferosit
2. sickle sel
3. fragmen sel darah merah
F. Tanda dan Gejala Klinis
Dapat asimptomatik maupun akut dan berat. Pada bentuk berat dan
akut, pada umumnya berupa :
M.Septian Saad
Page 51
M.Septian Saad
Page 52
bulan.
Beberapa
kasus
memerlukan
prednison
dosis
Page 53
umur
optimal
6-7
thn,
Kl
limfopeni,
hipogamaglobulinemi
M.Septian Saad
Page 54
M.Septian Saad
Page 55
M.Septian Saad
Page 56