Anda di halaman 1dari 20

Ketuban Pecah Dini

Ricky Johnatan 112013275

A. Pendahuluan
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial
dalam ilmu kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu
berubah. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan
mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian
perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan,
dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan
yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif.
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses
persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada
KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan
janin yang cukup.
Likuor amnii atau yang disebut dengan air ketuban adalah cairan yang terdapat di
dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion dan korion.
Volume likuor amnii pada hamil cukup bulan 1000 - 1500 ml, warna putih, agak keruh serta
mempunyai bau yang khas agak manis dan amis. Cairan ini dengan berat jenis 1,008 terdiri
dari 98% air. Sisanya terdiri dari garam anorganik serta bahan organic dan bila diteliti benar
terdapat rambut lanugo, sel-sel epitel serta vernik caseosa. Protein ditemukan rata-rata 2,6%
gram per liter sebagian besar sebagai albumin.
Kadang-kadang pada partus warna air ketuban menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur mekonium. Berat jenis likuor menurun dengan tuanya kehamilan. Dari mana asal
likuor belum diketahui dengan pasti. Telah banyak teori dikemukakan antara lain, ketuban
berasal dari lapisan amnion terutama dari bagian pada plasenta. Teori lain mengatakan
kemungkinan berasal dari plasenta.
Dikemukakan bahwa peredaran likour amnii cukup baik. Dalam 1 jam didapatkan
perputaran lebih kurang 500 ml. janin menelan 8-10 cc air ketuban atau 1 % dari seluruh
volume air ketuban tiap jam. Air ketuban mempunyai fungsi:

1.

melindungi janin terhadap trauma dari luar

2.

memungkinkan janin untuk bergerak dengan bebas

3.

melindungi suhu janin

4.

meratakan tekanan didalam uterus pada partus sehingga serviks membuka

5.

membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan yang steril dan
mempengaruhi keadaan didalam vagina, sehingga bayi kurang mengalami infeksi.
Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini
pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan. Pada
laporan kasus ini akan dibahas tentang bagaimana cara diagnosis dan penatalaksanaan yang
tepat pada penderita ketuban pecah dini yang ada di RS.

B. LAPORAN KASUS
I.

ANAMNESIS

Identitas Pasien
Nama : Ny. O W
Umur : 26 tahun
Alamat : Jl. Baru No. 9 RT 05/RW 09
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. R.M : 00-24-45-66
MRS : 11 Febuari 2014
Identitas Suami
Nama : Tn. P D
Umur : 24 tahun
Alamat : Jl. Baru No. 9 RT 05/RW 09
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Pekerjaan : Satpam
Keluhan Utama : Keluar cairan dari kemaluan (Dirujuk oleh bidan Puskesmas)
Keluhan tambahan : Perut mulas-mulas

Riwayat Kehamilan Sekarang : Pasien datang dengan rujukan Puskesmas Cilincing, pasien
mengaku jam 3 pagi keluar air-air dari jalan lahir. Cairan berwarna jernih, tidak berbau,
disertai sedikit darah. Pasien mengaku tidak terjatuh atau melakukan koitus sebelum keluar
air-air. Saat dalam perjalanan menuju rumah sakit, pasien merakan mulas-mulas, dan air
masih keluar. Pasien tidak merasakan demam. Selama kehamilan Os mengaku tidak pernah
mengalami keputihan, tidak ada gatal dan bau pada daerah kemaluan. Os mengaku ini
merupakan kehamilan yang pertama dan belum pernah keguguran sebelumnya.
Riwayat Kehamilan
Hamil anak pertama, ANC rutin ke bidan
Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid 28 hari teratur dan tidak nyeri
Lama haid 7-10 hari
HPHT : 5 Mei 2014
TP : 12 Febuari 2015
Riwayat Penggunaan KB
Belum pernah
Riwayat Persalinan Sebelumnya
Belum pernah
Riwayat Perkawinan
1 kali, umur 25 tahun lamanya 1 tahun
Riwayat Penyakit Dahulu
DM (-), Ginjal (-), Jantung (-), Hati (-), Hipertensi (-), Asma (-), Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
DM (-), Ginjal (-), Jantung (-), Hati (-), Hipertensi (-), Asma (-), Alergi (-)
Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dengan keadaan sosial ekonomi rendah. Pasien tidak
memiliki kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol, ataupun mengkonsumsi obat
terlarang.
II.

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
3

Tekanan Darah : 130/80 mmHg


Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,1 0C
Kepala : Normocephali
Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : tidak pucat
Leher : KGB tidak membesar, Tiroid tidak membesar
C/P : dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/Berat Badan : 83 kg
Tinggi Badan : 165 cm
Status Obstetrik :
Inspeksi
Payudara : pembesaran payudara (+), pengeluaran ASI (-), hiperpigmentasi areola mamae (+),
puting susu menonjol(+)
Abdomen : Membuncit membujur, terdapat linea nigrae (+), striae lividae (-), Striae albicans
(-), bekas operasi (-)
Vulva : cairan jernih (+), lendir darah (-), bekas jahitan (-)
Palpasi
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri 2 jari di bawah processus xiphoideus, teraba bagian bulat
besar dan lunak, tidak melenting, baoletement (-) (bokong)
Leopold II : teraba tahanan keras memanjang di sebelah kiri, teraba bagian kecil kecil di
sebelah kanan (puki)
Leopold III : teraba bagian bulat besar, keras, baolettement (+) (kepala)
Leopold IV : konvergen
His : 1 x 10 = 10
Auskultasi
BJA : 130 x/menit
TBJ : (35-12) x 155 = 3565 gram
Pemeriksaan Dalam
VT : Portio tebal, lunak, cairan ketuban (+-) jernih, portio 1cm kepala H I
4

Pemeriksaan Penunjang
Test Lakmus : (+) berubah warna
Laboratorium :
Hb : 12,9 g/dl
Leukosit : 7,70 ribu
Hematokrit : 37,6
Trombosit : 214 ribu

III.

Diagnosis

Ibu : G1 P0 A0 usia kehamilan 39 minggu, PK I masa laten dengan ketuban pecah dini
Bayi : Janin tunggal, presentasi kepala, letak memanjang, hidup interauterine
Dasar Diagnosis :
A : pecahnya ketuban 8 jam SMRS, 1 jam SMRS terasa mulas
P : VT : Porsiso tebal, lunak, cairan ketuban (+-) warna jernih, portio 1cm kepala H I
Test lakmus : (+) berubah warna

IV.

Rencana Penatalaksanaan

1. Rencana diagnostik
CTG
USG
Observasi TTV
Observasi DJJ
Obserevasi cairan ketuban
2. Rencana Terapi
Terapi Non farmakologik
Mobilisasi
Terapi famakologik
IVFD RL
Amoksisilin 1gr iv (skin test)
3. Rencana Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai kondisi pasien dan tindakan
terapi yang akan dijalani atau dilakukan

V.
Ibu

Prognosis
: ad bonam

Anak : ad bonam

VI.

Follow up

11 Febuari 2014
S : Air ketuban masih keluar (+), BAB (-) BAK (+), perut mulas jarang jarang
O : Keadaan umum : baik
5

Kesadaran : Compos mentis


Tekanan darah : 110/70 mHg
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 0C
Djj : 134 x/menit
VT : portio tebal lunak, pembukaan 1cm, ket (-) jernih, kep H I
A : Ibu : G1 P0 A0 usia kehamilan 39 minggu, PK I masa laten dengan ketuban pecah dini
Janin : Janin tunggal, presentasi kepala, letak memanjang, hidup interauterine
P : IVFD RL
Amoksisilin 1 gr iv
Observasi
Jam 13.00 14.00

CM

T.110/70 mmHg

his : jarang-jarang
Jam 14.00 15.00

CM

Jam 15.00 16.00

CM

Jam 16.00 17.00

CM

Jam 17.00 18.00

CM

Jam 18.00 19.00

CM

Jam 19.00 20.00

CM

Jam 19.00 20.00

CM

Jam 21.00 22.00

CM

Jam 22.00 23.00

CM
CM

15 20

T.110/60 mmHg

his : 8 9
Jam 23.00 00.00

15 20

T.90/60 mmHg

his : 8 9

15 20

T.100/60 mmHg

his : 8 9

R 22 x/m

N. 78 x/m

R 22 x/m

N. 74 x/m

R 22 x/m

N. 76 x/m

R 20 x/m

Djj : 132 x/menit

T.110/60 mmHg

his : 8 9

N. 76 x/m

Djj : 134 x/menit

T.100/60 mmHg

his : jarang-jarang

R 21 x/m

Djj : 128 x/menit

T.110/70 mmHg

his : jarang-jarang

N. 78 x/m

Djj : 139 x/menit

T.110/70 mmHg

his : jarang-jarang

R 20 x/m

Djj : 122 x/menit

T.110/70 mmHg

his : jarang-jarang

N. 84 x/m

Djj : 140 x/menit

T.120/70 mmHg

his : jarang-jarang

R 22 x/m

Djj : 134 x/menit

T.110/60 mmHg

his : jarang-jarang

N. 82 x/m

15 20

N. 74 x/m

R 20 x/m

Djj : 132 x/menit


N. 80 x/m

R 22 x/m

Djj : 138x/menit
N. 82 x/m

R 21 x/m

Djj : 153 x/menit


N. 84 x/m

R 21 x/m

Djj : 148 x/menit


6

Jam 00.00 01.00

CM

T.110/70 mmHg

his : 8 9
Jam 01.00 02.00

CM

T.100/80 mmHg

his : 7 8
Jam 02.00 03.00

CM
CM
CM
CM
CM

20 25

T.110/70 mmHg

his : 6 7
Jam 06.00 07.00

20 25

T.100/70 mmHg

his : 7 8
Jam 05.00 06.00

20 25

T.110/60 mmHg

his : 7 8
Jam 04.00 05.00

20 25

T.110/60 mmHg

his : 7 8
Jam 03.00 04.00

15 20

25 30

T.110/80 mmHg

his : 6 7

25 30

N. 80 x/m

R 20 x/m

Djj : 140 x/menit


N. 80 x/m

R 22 x/m

Djj : 130 x/menit


N. 84 x/m

R 22 x/m

Djj : 126 x/menit


N. 78 x/m

R 20 x/m

Djj : 137 x/menit


N. 74 x/m

R 20 x/m

Djj : 142 x/menit


N. 76 x/m

R 21 x/m

Djj : 127 x/menit


N. 76 x/m

R 21 x/m

Djj : 132 x /menit

12 Febuari 2014
S : Os mengatakan mulas-mulas BAB (-), BAK (+)
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mHg
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 0C
Djj : 134 x/menit
VT : portio tebal lunak, pembukaan 2 cm, ket (-) jernih, kep H I
A : Ibu : G1 P0 A0 usia kehamilan 39 minggu, PK I masa laten dengan ketuban pecah dini
Janin : Janin tunggal, presentasi kepala, letak memanjang, hidup interauterine
P : Dilakukan SC

Pada jam 10.45 WIB dilakukan SCTP


O : Tekanan darah : 100/70 mHg
Nadi : 80 x/menit
P : Oxtecid 2x1
Asam Mefenamat 3x1
7

Inbion 2x1
13 Febuari 2014
S : Nyeri luka post operasi, BAK (+), BAB (-), Flatus (+)
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 90/60 mHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,0 0C
Hb : 13,5 g/dl
A : P1 A0 Post SCTP hari ke-1
P : Terapi lanjutkan, Besok Pulang
14 Febuari Pasien dipulangkan

C. Tinjauan Pustaka
Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan (sebelum onset
persalinan berlangsung)
dibedakan

: - PPROM (pre term premature rupture of membranes)


Ketuban pecah pada saat usia kehamilan < 37 mgg
: - PROM (premature rupture of membranes) :
Ketuban pecah pada saat usia > 37 mg

Dalam beberapa literatur Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
baik dalam kehamilan maupun persalinan sebelum pembukaan 3cm atau sebelum fase aktif
berlangsung, KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan. KPD akan membuat volume likour amni menurun bila berlangsung
terus menerus. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, sehingga dapat menimbulkan gangguan fungsi baik pada janin itu sendiri ataupun
terhadap ibu.
Epidemiologi
Beberapa peneliti melaporkan insidensi KPD berkisar antara 8 10 % dari semua
kehamilan. Hal ini menunjukkan, KPD lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan
dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup
bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran prematur.

KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan
mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang
bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu bertujuan untuk
menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan Respiratory Distress Syndrom
(RDS).

Etiologi
Etiologi terjadinya ketuban pecah dini tidak jelas dan tidak dapat ditentukan secara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD,
namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi
faktor predesposisi adalah :

1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Penelitian menunjukkan
infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada
serviks uteri (akibat persalinan, kuretase).
3. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya tumor,
hidramnion, gemelli.
4. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya
KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi
5. Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas
panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal,
penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan Neisseria
gonorrhoeae.
7. Faktor lain yaitu:
Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum
Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C

Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi
kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak mikroorganisme
servikovaginal, menghasilkan fosfolipid A2 dan fosfolipid C yang dapat meningkatkan
konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan
PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan
produk sekresi akibat aktivasi monosit/ makrofag, yaitu sitokin, interleukin 1, factor nekrosis
tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan
ginjal janin yang ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi
pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk ke dalam cairan amnion juga akan merangsang
sesl-sel desidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan
dimulainya persalinan.

10

Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial dan atau produk
host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan
ruptur kulit ketuban. Banyak flora servikovaginal komensal dan patogenik mempunyai
kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tegangan
kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe
III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi
karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan
menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, dan kolagenase yang
dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel inflamasi
manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi
plasmin, potensial menjadi penyebab ketuban pecah dini.

Diagnosis
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena diagnosa yang positif
palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkakn bayi terlalu awal atau melakukan
seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti
akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan
janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosis
KPD didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Diagnosa KPD
ditegakkan dengan cara :

1.Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba
dari jalan lahir, terus menerus atau tidak. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan
warna keluanya cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran
lendir darah. Dari anamnesis 90% sudah dapat mendiagnosa KPD secara benar.

11

2. Pemeriksaan fisik
Periksa tanda-tanda vital pasien yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
badan. Apakah ada tanda infeksi, seperti suhu badan meningkat dan nadi cepat.

3.Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru
pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.

4.Pemeriksaan dengan spekulum.


Pemeriksaan inspekulo secara steril merupakan langkah pemeriksaan pertama terhadap
kecurigaan KPD. Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari
orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan,
penderita diminta batuk, megejan atau lakukan manuver valsava, atau bagian terendah
digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks
anterior/posterior.
5.Pemeriksaan dalam
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang
kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam karena
pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim
dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi
patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan
atau yang dilakukan induksi persalinan, dan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi
kehamilan), dan dibatasi sedikit mungkin.
Tabel 1. Diagnosis cairan vagina
Gejala dan tanda
Selalu ada
- Keluar cairan

Gejala dan tanda

Diaganosis

Kadang kadang ada


Ketuban pecah

Kemungkinan
- Ketuban pecah dini

12

ketuban

tiba-tiba
Cairan tampak di

introitus
- Cairan vagina

Tidak ada his

berbau
- Demam /menggigil
- Nyeri perut

- Amnionitis

dalam 1 jam
- Riwayat Keluarga
cairan

- Vaginitis/serviks

- Uterus nyeri
- Cairan vagina

- Denyut jantung janin

berbau

cepat

- tidak ada riwayat


- Perdarahan
- Gatal

antepartum

- Keputihan
- cairan vagina

- Nyeri perut

berdarah

- Disuria
- Awal persalinan
- Nyeri perut
- Gerak janin

- Cairan berupa

berkurang

darah

- Perdarahan banyak

aterm
atau preterm

Lender
- Pembukaan dan
pendaftaran serviks
- Ada his

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan
yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina.
1.Tes Lakmus (tes Nitrazin).
yaitu dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas yang sensitive,
pH ini akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan basa. pH normal vagina selama
13

kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik adalah 7-7,5. Tempatkan sepotong kertas
nitrazin pada mata pisau spekulum setelah menarik spekulum dari vagina, jika kertas lakmus
merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
2. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.

b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada
kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada
penderita oligohidromnion.
Penatalaksanaan
Rawat di Rumah Sakit, jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan
antibiotika sama halnya jika terjadi amnionitis.
Konfirmasi usia gestasi :
jika tidak ada infeksi dan kehamilan kurang dari 37 minggu :
a. Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin, Antibiotika profilaktik
spektrum luas terlihat dapat memperpanjang masa laten pada kasus PPROM. Ampisilin 4 x
500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 3 x 250 mg selama 7 hari peroral
b. Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru dari janin
Betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam Atau Deksametason 6 mg IM dalam 4
dosis setiap 6 jam serta dilakukan pemeriksaan kadar lesitin dan sfingomielin.
c. Tokolitik merupakan kontra indikasi relatif pada pasien ini.
d. Dilakukan pemantauan janin karena resiko pada janin dapat terkena infeksi yang bersifat
ascenden, cedera tali pusat, dan mungkin insufisiensi uteroplasenta. Pilihan yang ada
termasuk non stress test dan atau profil biofisik, tetapi tidak satupun terbukti lebih naik
dibandingkan dengan grafik tendangan bayi fetal kick chart.
e. Berikan Vitamin C Dosis tinggi.
f. lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
14

Jika terdapat HIS dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm. Jika tidak
terdapat infeksi dan kehamilan lebih dari 37 minggu, berikan antibiotik profilaksis untuk
mengurangi resiko infeksi streptokokus grup B dan Jika tidak ada infeksi pasca persalinan
hentikan antibiotika.
Nilai serviks, jika serviks sudah matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin.
Jika serviks belum matang, matangkan dengan prostaglandin ( misoprostol ) dan infuse
oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesaria. Untuk dapat melakukan induksi persalinan
perlu dipenuhi beberapa faktor, hendaknya serviks sudah mendatar dan menipis serta sudah
dapat dilalui sedikitnya satu jari dan posisis sumbu serviks mengarah ke depan, selanjutnya
tidak ada disproporsi sefalo pelvik, kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan, dan
kepala bayi sudah mulai turun melewati rongga panggul. Kemungkinan induksi persalinan
akan berhasil bila skor bishop lebih dari 6.
Nilai pelvik menurut Bishop :
SKOR

Pembukaan

1-2

3-4

5-6

Pendataran

<30%

< 50%

< 70%

80%

Penurunan

-3

-2

-1 0

+1 +2

Konsistensi

Keras

Sedang

Lunak

Posisi

Posterior

Mid

Anterior

Kepala dari
Hodge III

Ketika tidak ada kontraindikasi terhadap tata laksana observasi seperti Infeksi intra
amnion, gawat janin, hasil pemeriksaan janin yang tidak meyakinkan, perdarahan
pervaginam, dan proses persalinan aktif maka tata laksana observasi maupun augmentasi
persalinan segera merupakan pilihan yang bisa diterima.

15

Ketuban Pecah Dini


Kehamilan (<37 Minggu)

Konservatif

Terdapat tanda tanda infeksi


Atau kehamilan mencapai 36 minggu

Aktif

Kehamilan (32 minggu)

Janin Mati

Kehamilan (32 36 minggu)

Janin Hidup

Janin Mati

Partus pervaginam
Partus
dengan
pervaginam
induksi
Seksio sesarea
dengan
oksitosin
induksi
Setelahoksitosin
diskusi dengan
Letak memanjang
keluarga

Janin Hidu

Letak lintang Letak memanjang

gagal induksi oksitosin

gagal

Partus pervaginam dengan


Partus
induksi
pervaginam
oksitosin
Partus
dgn pervaginam
embriotomi induksi oksi
Se

16

KPD
Hamil > 37 mg

Skor pelvik > 5

Skor pelvik < 5

Ketuban pecah 6-8 jam

Inpartu

Pematangan serviksKonservatif maksimal 48 jam (24 jam sudah mulai dinilai

Belum in partu

Skor pelviks > 5


Skor pelviks < 5 Skor pelviks > 5

Partus pervaginam

Skor pelviks < 5

Induksi
Oksitosin

Seksio Belum InpartuIn partu

Pematangan serviks

Sesarea

Berhasil

Gagal
Induksi
Partus Pervaginam

Lihat

Partus PervaginamSeksio
Sesarea

Berhasil

Gagal

Pervaginam

Seksio
Sesarea

17

Komplikasi
Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan bayi adalah meningkatnya mortalitas
dan morbiditas perinatal. Pengaruh KPD terhadap janin dan ibu yaitu :
1. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena
infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala
pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal. Janin yang
mengalami takhikardi mungkin mengalami infeksi intrauterin.
2. Terhadap ibu
Karena jalan terlalu terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering
diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis dan
septikemia, serta dry labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus
akan menjadi lama, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan
meninggikan angka kematian dan angka morbiditas pada ibu
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam
rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi ascenden. Salah satu fungsi selaput ketuban
adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga
mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan
infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian
kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim (Manuaba, 1998). Tanda adanya
infeksi bila suhu ibu 38oC, air ketuban yang keruh dan bau, lekosit darah >15.000/mm3.

Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin
timbul serta umur dari kehamilan, Semakin cepat dan tepat penanganannya semakin baik
prognosisnya. Begitu juga dengan umur kehamilan, semakin cepat terjadinya Ketuban pecah
dini pada kehamilan kurang dari 37 minggu semakin buruk prognosisnya baik bagi ibu
maupun janinnya.
18

Pembahasan
Berdasarkan tinjauan pustaka, untuk mendapatkan diagnosa ketuban pecah dini adalah
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti tes lakmus,
laboratorium dan USG. Dari anamnesa didapatkan data seorang ibu hamil dengan G1P0A0
bernama Ny OW, berusia 26 tahun datang ke RSUD KOJA tanggal 11 Febuari 2015 jam
12.30 WIB dengan keluhan keluar air-air dari kemaluan sejak 10 jam SMRS. Cairan tersebut
jernih, tidak berbau, terdapat sedikit lendir darah. 1 jam SMRS pasien merasakan mulesmules. Usia kehamilan ny. OW adalah 39 minggu.
Keadaan umum pasien tampak baik, compos mentis, TD 130/80 mmHg. ANC rutin dilakukan
di Puskesmas, pada pemeriksaan fisik didapatkan perut tampak membuncit, periksa luar
didapatkan tinggi fundus 2 jari dibawah PX (35cm), presentasi kepala, DJJ 130x/menit dan
his jarang-jarang. Pada inspeksi terdapat cairan yang keluar dari OUE tidak berbau dan jernih,
pemeriksaan dalam portio konsistensi lunak, tebal 3cm, pembukaan 1cm, ketuban (-), kepala
Hodge I. Pada pemeriksaan lakmus didapatkan (+) berubah warna, dan hasil laboratorium
leukosit 7,7 ribu.
Sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan,
maka diagnosis ketuban pecah dini. Penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus ini sudah
sesuai dengan tinjauan pustaka. Pada kasus KPD dengan kehamilan > 37 minggu, dilakukan
pemberiaan antibiotika profilaksis untuk mencegah Amnionitis. Lalu kita menghitung skor
pelvik. Pada kasus ini skor pelvik(Bishop) 3, dan dianjurkan dilakukan observasi selama 48
jam. Pada follow up tanggal 12 febuari jam 07.00 WIB, belum ditemukan kemajuan partus
pada pasien. Oleh karena itu, dilakukan Sectio cesaria pada jam 10.45.
Kesimpulan
Pemeriksaan dan diagnosis kasus ini dapat diterima dan sesuai dengan literatur yang ada.
Saran
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan
dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Makin lama terjadi, makin besar
19

kemungkinan infeksi dalam rahim, prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian


kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim. Oleh karana itu tata laksana nya
memerlukan tindakan yang rinci dan tepat.
Pada pemeriksaan dalam dilakukan dengan hati hati sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan infeksi ascenden dan persalinan
prematuritas.
Penjaringan kasus dengan risiko tinggi dan pengawasan antenatal yang teratur dan
baik, sangat menentukan morbiditas dan mortalotas penderita kehamilan dengan ketuban
pecah dini.
Daftar Pustaka
1.

Wiknjosastro. H., Ilmu Kebidanan, edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2007.

2.

Cunningham F. G., Paul C. Macdonald, Norman F. Gant, Williams Obstetrics, 18th


edition; Prentice-Hall International Inc, 1989.

3.

Mochtar R., Sinopsis Obstetri, jilid 1 edisi 2, EGC, Jakarta 1998.

4.

Sastrawinata S., Obstetri Patologi, bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran, Penerbit Elstar, Bandung 1984.

5.

Hobel JC. Premature Rupture of membrane (PPROM). In : Essentials of Obstetry and


Gynecology. 5th edition. Saunders Elsevier. California 2010

6.

Norwitz E. Ketuban pecah dini dalam : At a glance obstetri & ginekologi. Ed. 2.
Jakarta. Erlangga, 2008

7.

Fraser D. M., Cooper M. A., Myles Buku ajar bidan 14th Edition, EGC, 2009.
Manuaba Ida Bagus Gde, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga berencana,
EGC, 1998

20

Anda mungkin juga menyukai