stadium primer, tidak dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan, hasil dapat
negative pada sifilis dini dan sangat lanjut, sehingga bukan merupakan tes pilihan utama.
2. Tes Flourescent Treponemal Antibody (FTA-Abs)
Sebagai pengganti tes TPI digunakan tes FTA Abs sebagai tes konfirmasi terhadap sifilis
yang lebih luas penggunaannya saat ini terutama bila tidak ada persesuaian antara hasil
pemeriksaan tes treponema Pallidum Hemaglutination (TPHA) dan tes VDRL dibutuhkan
tes FTA Abs sebagai penentu dalam menegakkan diagnosis. Hasil positif bila dijumpai
kuman yang bersinar pada pemeriksaan mikroskop flouresensi. Tes ini sangat sensitive
sedangkan spesifisitasnya pada permulaan dianggap menyerupai tes TPI tetapi ternyata
kemudian dapat terjadi positif semu. Positif semu dapat dijumpai pada penyakit
autoimmune atau penyakit jaringan ikat seperti systemic lupus erythematosus, rheumatoid
arthritis, skleroderma, kadang-kadang dijumpai pada wanita hamil, herpes genitalis,
setelah vaksinasi cacar dan pemakaian obat bius. Intensitas flouresensi pada positif semu
ternyata lemah dan tidak tetap. Baertschy dkk menjumpai 2 % dari 23000 sera yang
diperiksa menunjukkan positif semu terhadap pemeriksaan FTA Abs.
3. Tes FTA Abs IgM
Pada mulanya penentuan antibodi IgM spesifik terhadap T Pallidum, dianjurkan untuk
menunjang diagnosis sifilis kongenital dini, untuk menunjukkan aktifitas penyakit dan
untuk dapat menentukan apakah diperlukan pengobatan ulang. Antibodi IgM dapat
ditentukan dengan modifikasi tes FTA Abs sebagai FTA Abs IgM. Ternyata kadangkadang masih terjadi reaksi non-spesifik atau positif semu maupun negatif semu,
sehingga penggunaan tes ini untuk menegakkan sifilis pada orang dewasa dan bayi masih
menimbulkan masalah.
Positif semu mungkin terjadi pada serum yang mengandung rheumatoid factor dan
antibodi IgM anti Ig G. Pada bayi yang menderita sifilis kongenital ternyata terbentuk
sejumlah besar antibodi IgM anti IgG , sebab pembentukan antibodi IgM terhadap
Treponema pallidum akibat infeksi yang terjadi tidak cukup.
Negatif semu terutama terjadi akibat persaingan oleh IgG untuk menghalangi IgM diikat
oleh antigen. Dengan demikian hasil pemeriksaan tes FTA Abs IgM yang menunjukkan
positif maupun negatif harus dipertimbangkan dengan hati-hati dan dengan demikian
penggunaan tes ini masih terbatas.
4. Tes FTA Abs IgM (19S)
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencoba menghindari agar jangan terjadi
positif semu, maupun negatif semu dengan cara memisahkan fraksi imunoglobulin dari
serum sebelum diperiksa dan dengan memisahkan fraksi IgM (19 S) dapat digunakan tes
FTA Abs IgM (19S). Dilakukan dengan cara imunoflouresensi yang tidak langsung
dengan conjugat U Chain spesific (anti human IgM) dengan menggunakan fraksi 19S
yang diisolasi dengan filtrasigel, sehingga fraksi 19S bebas dari IgG. Tes FTA Abs IgM
(19S) hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih dan berpengalaman dan hanya dilakukan
di dalam laboratorium yang besar dengan peralatan yang serba lengkap. Cara melakukan
tes ini agak lama dan masih terbatas penggunaannya pada serum yang merupakan
masalah.
pengobatan pada sifilis dini dan di dalam waktu 12 bulan setelah pemberian pengobatan
sifilis lanjut.
Saat ini telah dikembangkan tes treponemal berdasarkan Enzym Immuno Assay (EIA)
yang baru berdasarkan antigen spesifik T.Pallidum rekombinant, dan telah dievaluasi
sebagai tes treponemal untuk sifilis. Serodia Treponema .Pallidum Particle Agglutination
(TPPA) dari Fujirebio Tokyo, adalah alternatif terhadap TPHA, menggunakan gelatin
sebagai pembawa partikel yang disensitisasi dengan T. Pallidum patogen untuk
mendeteksi antibodi terhadap T.Pallidum di serum.
Murex Syphilis ICE adalah sebuah EIA yang menggunakan tiga antigen T.Pallidum
rekombinan (TpN15, TpN17, TpN47) dan mendeteksi IgG dan IgM. Tes ini menunjukkan
sebagai tes treponemal yang paling sensitif dengan spesifisitas yang tinggi, membutuhkan
waktu 2,5- 3 jam untuk pemeriksaan.
Enzywell TP adalah jenis EIA baru yang lebih cepat, dengan menggunakan 2 antigen
rekombinan dan mendeteksi IgG dan IgM, hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam.
Aktas dkk melakukan evaluasi Serodia TPPA, Murex Syphilis ICE dan Enzywell TP .
Hasil penelitian menunjukkan untuk Syphilis ICE mempunyai spesifisitas 99,9% dan
sensitifitas 99,4 %. Enzywell TP mempunyai spesifisitas 99,7% dan sensitifitas 100%.
Sedangkan untuk TPPA sensitifitas dan spesifisitasnya 99,4%. Kesamaan hasil dengan
TPHA pada Serodia TPPA mencapai 96,7%, Murex Syphilis ICE 100% dan Enzywell TP
mencapai 99,1 %. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa salah satu dari ketiga tes
tersebut bisa digunakan sebagai skrining untuk sifilis.
11
Keuntungan utama dari tes EIA ini adalah kemampuan untuk memeriksa sampel
dalam jumlah besar dan dapat dibaca secara otomatis dengan spektrofotometric
sedangkan TPHA dan FTA Abs dievaluasi secara subjektif.
11
KESIMPULAN
Untuk menegakkan diagnosis sifilis diperlukan pemeriksaan serologik yaitu Tes
Serologik Sifilis (TSS). Selain itu TSS juga diperlukan untuk evaluasi pengobatan.
Sebagai ukuran untuk mengevaluasi tes serologik adalah sensitivitas dan spesifisitas.
Tes treponemal terdiri dari 2 jenis yaitu tes untuk menentukan gugusan antibodi
yg terdiri dari RPCFT dan RPCIE dan tes untuk menentukan jenis antibody anti
Treponema spesifik yang terdiri dari TPI, FTA Abs, FTA Abs IgM, FTA Abs IgM (19S),
TPHA dan SPHA
Serodia TPPA, Murex Syphilis ICE dan Enzywell TP telah dievaluasi sebagai tes
treponemal dan menunjukkan sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi, sehingga dapat
digunakan sebagai skrining diagnosis sifilis.