REFERAT
Dss
Disusun oleh :
wf
201320401011114
Pembimbing :
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Definisi
2. Etiologi
3. Epidemiologi
4. Patofisiologi
5. Patogenesis
6. Klasifikasi
7. Manifestasi Klinis
11
8. Pemeriksaan Penunjang
13
9. Penatalaksanaan
16
BAB 1V PEMBAHASAN
28
DAFTAR PUSTAKA
30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi virus dangue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi klinis
yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile
illness), deman dangue, demam berdarah dangue, sampai demam berdarah disertai
syok (dengue shock syndrome). Gambaran manifestasi klinis yang bervariasi ini
memperlihatkan sebuah fenomena gunung es yang terlihat di atas permukaan laut,
sedangkan kasus dengue ringan (silent dengue infection dan demam dengue)
merupakan dasarnya. (1)
Tanda patognomonik antara demam dangue dan demam berdarah dengue
adalah peningkatan permeabilitas kapiler darah yang menyebabkan adanya
kebocoran dari intravaskuler ke kompartemen ekstravaskuler. Pada DBD yang
parah hilangnya plasma sangat penting, pasien menjadi hipovolemik, tanda-tanda
circulatory compromise, dan dapat menjadi syok. Demam berdarah dengue
mempunyai kemungkinan 5% menyebabkan kematian, tetapi bila berkembang
menjadi sindrom syok dengue akan meningkat menjadi 40%. (2)
Sindrom syok dengue merupakan salah satu kegawatan di bidang infeksi.
Masalah yang berkembang di Indonesia belakangan ini adalah kecenderungan
pasien yang menderita demam berdarah dengue jatuh pada keadaan yang lebih
berat, yaitu sindrom syok dengue.(2)
Penanganan DSS adalah resusitasi dengan pemberian cairan secara parenteral,
dengan tujuan untuk memulihkan dan mempertahankan kebutuhan cairan selama
periode meningkatnya permeabilitas kapiler. Perawatan khusus diperlukan untuk
menghindari overload cairan dengan semua komplikasiny. Bila resusitasi cairan
dimulai sejak tahap awal, syok bisa reversibel, dan masalah kebocoran plasma
teratasi, pasien dapat sembuh dengan baik. (6)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Sindrom syok dengue adalah derajat terberat dari karena peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga cairan keluar dari intravaskuler ke
ekstravaskuler, sehingga terjadi peningkatan penurunan volume intravaskuler
dan hipoksemia .
Syok yang biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun,
antara hari ke 3 sampai hari ke 7 disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga
pleura dan peritonium hipoproteinemia, hemokosentrasi dan hipovolemia
yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, preload miokard,
volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi sirkulasi dan
penurunan perfusi organ. (1,2)
Pada fase awal sindrom syok dengue fungsi organ vital dipertahankan
dari
hipovelemia
oleh
sistem
homeostasisdalam
bentuk
takikardi
sindroma syok dengue kompensasi, curah jantung dan tekanan darah normal
kembali.
Penurunan tekan darah merupakan manifestasi lambat sindrom syok
dengue, berarti sistem homeostatis
(infekti). Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari
(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari
manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia
yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari
setelah demam timbul
DBD
DBD
Grad
Laboratorium
Trombositopenia
(<150.000
sel/
3
mm )
Hematokrit
meningkat (5-10%)
Trombositopenia
(<100.000
sel/
3
)
mm
II
Trombositopenia
(<100.000
sel/
3
)
mm
Hematokrit
meningkat (20%)
Hematokrit
meningkat (20%)
DBD
(DSS)
II
DBD
III
(DSS)
Trombositopenia
(<100.000
sel/
mm3 )
Hematokrit
meningkat (20%)
Trombositopenia
(<100.000
sel/
3
mm )
Hematokrit
meningkat (20%)
4. Manifestasi Klinis
Pada DBD setelah masa inkubasi, dilanjukan dengan 3 fase yaitu
fase demam, kritis, dan resolusi/pemulihan.
a) Fase Demam
Demam tinggi mendadak, terus menerus, berlangsung 2-7 hari,
naik turun tidak berpengaruh pada antipirektik, suhu tubuh bisa mencapai
40
membaik
keadaannya,
sedangkan
yang
mengalami
Bila dalam waktu 24-48 jam pasien berhasil melewati fase kritis,
keadaan umum dan nafsu makan membaik, status hemodinamik
stabil.
5. Patofisiologi
Virus dangue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan
infeksi pertama kali mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi
tubuh memberikan reaksi berbeda ketika seseorang mendapat infeksi yang
berulang dengan serotipe Virus Dengue yang berbeda. Hal ini merupakan
dasar teori yang disebut the seceondary heterologous infection atau the
sequential infection hypothesis. Infeksi virus yang berulang atau re-infeksi ini
akan menyebabkan suatu reaksi anamestik antibodi, sehingga menimbulkan
kompleks antigen- antibodi (kompleks virus anti bodi) dengan konsentrasi
tinggi.(5) Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang
berlainan pada tiap pasien, respon antibodi anamnestik yang akan terjadi
dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi
limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Replikasi
virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat
terdapatnya virus dalam jumlah banyak.
Terdapatnya
kompleks
virus-antibodi
di
dalam
sirkulasi
darah
pada
membran
trombosit
mengakibatkan
mitokondria
untuk
meningkatkan
produksi
ATP. Dampak
10
Laboratorium
a. Leukosit
Normal, biasanya menurun dengan dominasi sel neutrofil. Akhir fase
demam jumlah leukosit dan neutofil menurun, sehingga jumlah
limfosit relatif meningkat. Peningkatan jumlah limfosit atipikal atau
limfosit plasma biru (LPB >4%) di daerah tepi dijumpai pada hari sakit
ke 3-7.
b. Trombosit
Jumlah trombosit 100.000/ul atau kurang dari 1-2 trombosit/lpb.
Pada hari ke 3-7
c. Hematokrit
Gambaran hemokonsentrasi. Merupakan indikator yang peka akan
terjadinya perembesan plasma, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
secara berkala. Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit 20%
atau lebih mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan
perembesan plasma. Nilai hematokrit dipengaruhi oleh pergantian
cairan atau perdarahan.
d. Kadar albumin menurun sedikit dan besifat sementara
e. Eritrosit dalam tinja hampir selalu ditemukan
f. Penurunan faktor koagulasi dan fibrinotik yaitu fibrinogen, protrombin
seperti faktor V, VII, IX, X
g. Waktu tromboplastin parsial dan waktu protrombin memanjang
h. Hipoproteinemia
i. Hiponatremia
j. SGOT/SGPT sedikit meningkat
k. Asidosis metabolik berat dan peningkatan kadar urea nitrogen terdapat
pada syok yang berkepanjangan.
Radiologi
Pada foto thoraks DBD grade III / IV dan sebagian grade II
didapatkan efusi pleura, biasanya sebelah kanan. Posisi foto adalah lateral
11
Serologis
a. Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI test)
Merupakan uji serologis yang dianjurkan dan sering
dipakai dan dipergunakan sebagai gold standard pada
pemeriksaan serologis. Meskipun begitu, terdapat hal-hal yang
perlu diperhatikan pada uji HI ini:
- Uji HI sensitif tetapi tidak spesifik, artinya tidak dapat menunjukkan tipe
virus apa yang menginfeksi
- Antibodi HI bertahan sangat lama dalam tubuh (sampai > 48 tahun),
sehingga sering dipakai dalam studi sero-epidemiologi
- Untuk diagnosis membutuhkan kenaikan titer konvalesens 4x lipat dari
titer serum akut atau titer tinggi (> 1280) baik pada serum akut atau
konvalesens dianggap sebagai positif infeksi dengue yang baru terjadi
(recent dengue infection).
b. Uji Komplemen fiksasi (CF test)
Uji komplemen fiksasi jarang digunakan sebagai uji
diagnostik rutin, oleh karena cara pemeriksaan yang rumit dan
memerlukan tenaga yang berpengalaman. Berbeda dengan
antibodi HI, antibodi CF hanya bertahan beberapa tahun saja
(2-3 tahun).
c. Uji Neutralisasi (NT test)
Merupakan uji yang paling sensitif dan spesifik untuk
virus dengu. Uji neutralisasi memakai cara yang disebut
Plague
reduction
Neutralization
Test
(PRNT)
yang
12
dan
menghilang
setelah
60-90
hari
setelahnya.
e. NS1-Ag tes
Tes yang dapat mendiagnosis DBD dalam waktu demam
8 hari pertama yaitu antigen virus dengue yang disebut dengan
antigen NS1. Keuntungan mendeteksi antigen NS1 yaitu untuk
mengetahui adanya infeksi dengue pada penderita tersebut
pada fase awal demam, tanpa perlu menunggu terbentuknya
antibodi.
Pemeriksaan antigen NS1 diperlukan untuk mendeteksi
adanya infeksi virus dengue pada fase akut, dimana pada
berbagai penelitian menunjukkan bahwa NS1 lebih unggul
sensitivitasnya dibandingkan kultur virus dan pemeriksaan
PCR maupun antibodi IgM dan IgG antidengue. Spesifisitas
13
Hepatomegali
Syok (9)
Syok ditandai dengan :
-
Nadi cepat teraba lemah kadang tidak teraba oleh karena kolap
sirkulasi.
14
meninggal dalam waktu 12-24 jam atau sembuh cepat setelah mendpat
pergantian cairan yang memadai. Pasien seringkali mengeluh nyeri di
daerah perut saat sebelum syok timbul. Nyeri abdomen seringkali
menonjol pada anak besar yang menderita DSS. Gejala ini patut
diwaspadai oleh karena kemungkinan besar terjadi perdarahan
gastrointestinal. Syok yang terjadi selama periode demam, biasanya
mempunyai prognosis buruk.
Laboratorium
cairan
-
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau
hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosa DBD
8. Komplikasi (4)
Overload cairan8
Kelebihan cairan dengan efusi pleura yang luas dan ascites
merupakan penyebab distress pernafasan akut tersering pada
dengue berat. Penyebab kelebihan cairan pada dengue adalah :
-
15
Tanda awal :
-
Nafas cepat
Asites
Tanda lanjut :
-
Edema paru
Sianosis
Syok irreversible
Berikan oksigen, lalu hentikan pemberian cairan secara
16
Asidosis metabolik
DIC
Di kulit dapat ditemukan tanda petekie dan ekimosis. Nekrosis
jaringan dapat terjadi pada banyak organ dan terlihat tanda infark
yang luas di kulit, di jaringan subkutan atau ginjal.
17
Kelainan ginjal akut umumnya terjadi pada fase terminal akibat kondisi syok
yang tidak teratasi dengan baik. Pada keadaan syok berat dapat ditemukan
nekrosis tubular akut yang ditandai dengan oligouria/anuria disertai
peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
18
9. Penatalaksanaan (11)
Berikan cairan isotonik kristaloid secara intravena dengan dosis 510 ml/kgBB/jam, habis dalam 1 jam. Lalu periksa tanda vital,
cappilary refill time, hematokrit, dan produksi urin.
19
Bila keadaan pasien tidak membaik, dimana tanda vital tetap tidak
stabil, periksa hematokrit setelah pemberian bolus pertama. Bila
hematokrit meningkat atau tetap tinggi ( 50%), berikan bolus
kristaloid kedua dengan dosis 10-20 ml/kgBB/jam dalam 1 jam.
Bila setelah pemberian cairan kedua ini ada perbaikan, kurangi
dosis cairan kristaloid menjadi 7-10 ml/kgBB/jam dalam 1-2 jam,
dan terus kurangi dosis seperti yang telah dijelaskan di atas. Bila
nilai hematokrit menurun dari nilai hematokrit awal (< 40% pada
anak dan wanita dewasa, < 45% pada pria dewasa), ini menunjukan
adanya perdarahan, lakukan cross match, dan memerlukan
transfusi darah secepatnya.
Bila tanda vital masih tidak stabil, periksa nilai hematokrit sebelum
pemberian cairan pertama. Jika nilai hematokrit rendah (< 40%
pada anak dan dewasa muda, <45% pada pria dewasa), ini
menunjukan adanya perdarahan, lakukan cross match, dan
memerlukan transfusi darah secepatnya.
20
Bila nilai hematokrit lebih tinggi dari nilai hematokrit awal, maka
danti cairan dengan berikan cairan koloid 10-20 ml/kgBB dalam
waktu 30 menit sampai 1 jam. Bila keadaan pasien membaik,
turunkan dosis 7-10 ml/kgBB/jam dalam 1-2 jam, lalu ganti cairan
dengan cairan kristaloid dan turunkan dosis seperti yang telah
disebutkan diatas. Jika masih belum stabil, periksa kembali
hematokrit.
Bila nilai hematokrit turun dari nilai sebelumnya (< 40% pada anak
dan dewasa muda, <45% pada pria dewasa), ini menunjukan
adanya perdarahan, lakukan cross match, dan memerlukan
transfusi darah secepatnya. Bila nilai hematokrit meningkat dari
nilai sebelumnya atau tetap tinggi (> 50%), lanjutkan pemberian
koloid 10-20 ml/kgBB sebagai bolus ketiga dalam waktu 1 jam.
Lalu ganti cairan dengan cairan kristaloid dan turunkan dosis
seperti yang telah disebutkan diatas saat keadaan pasien mulai
membaik.
21
Hematokrit stabil
Trombosit >50.000/mm3
10. Prognosis (12)
Prognosis tergantung pada pengenalan, pengobatan tepat segera dan
pemantauan ketat syok. Tanda prognosis baik adalah membaiknya takikardi,
takipneu, dan kesadaran, munculnya diuresis dan kembalinya nafsu makan.
Demam berdarah dengue mempunyai kemungkinan 5% menyebabkan
kematian, tetapi bila berkembang menjadi sindrom syok dengue akan
meningkatkan kematian hingga 40%.
Prognosis buruk pada koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom
syok dengue dengan renjatan berulang atau berkepanjangan.
22
I. Status Pasien
Nama
Pasien
ASHFA PUTRA AQLIHI
Alamat
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Agama
Islam
Tanggal masuk
22 Februari 2015
Alergi obat
Sistem pembayaran
BPJS
A. Keluhan Utama
Demam
B. Keluhan Tambahan
Mimisan, muntah, BAB warna hitam
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam mendadak tinggi terus- menerus sejak 1
hari yang lalu, sudah diberi paracetamol tetapi demam tidak turun. Selain itu
pasien merasa pusing berputar dan cekot cekot, mual, dan muntah 3 kali sejak
pagi hari ini, muntah setiap kali makan dan minum, muntah darah (-). Minum dan
makan sedikit, nafsu makan menurun. Buang air kecil terakhir 2 jam yang lalu
banyak, BAB hitam seperti petis (+), BAK lancar, mimisan (+).
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pasien menyangkal ada yang
mengalami keluhan seperti yang dikeluhkan pasien.
E. Riwayat Penyakit Dahulu
23
: Composmetis
Keadaan Umum
: Lemah
Tinggi Badan
: 160 cm
Berat Badan
: 32 kg
Status Gizi
: kurang
Tanda Vital
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 38,5 C
RR : 20x/menit
Tensi : 110/80
mmHg
B. Status Generalis
Kepala
: Normocephali
Rambut
Mata
langsung +/+
Reflek cahaya tidak langsung +/+
24
THT
-/Hidung
: Epistaxis (-)
Tenggorok
Paru-paru
:
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
Palpasi
Perkusi
:
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
Perkusi
Auskultasi: BU (N)
Ekstremitas : Hangat (+/+), kering (+/+), merah (+/+), rumple leede (+/+)
25
Status Gizi:
Height/age : +1 normal
BMI/age : -3 sangat kurus
HASIL LABORATORIUM
A. Darah Lengkap
Tanggal
WBC
RBC
HGB
HCT
PLT
Baso
Eos
Neu
Limf
Mono
17-07-2014
9.03
4.13
12.3
37.1
33
0.3%
0%
71.5
17.8
10.4%
43.3
47.1
10.3
80.4
9.3%
74.4
20-07-2014
21-07-2014
22-07-2014
3.78
7.79
11.21
4.20
4.48
4.08
12.3
13.0
12.0
37.3
38.6
35.0
50
48
50
0.3%
0.1%
0.2%
5.8%
4.7%
3.3%
B. Widal
PARAMETER
HASIL
HARGA NORMAL
Typhi O
Negatif
Negatif
Typhi H
Negatif
Negatif
Paratyphi AO
Negatif
Negatif
Paratyphi BO
Negatif
Negatif
3.4%
4.5%
12.8%
26
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
o Tirah baring
o Minum banyak
o Diet tinggi kalori protein
Medikamentosa
o Infus IVFD N2 16 tpm
o Cefotaxime 3x1 gr
o Ranitidin 3x 50 mg
o Paracetamol 3x500 mg
27
FOLLOW UP
16-07-
17-07-
18-07-
19-07-
20-07-
21-07-
22-07-
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
Demam
+++
+++
+++
++
Mual
+++
+++
+++
Muntah
28
Atralgia/myalgia
++
++
Lidah pahit
++
Konstipasi
++
Lemas
+++
+++
++
pusing
+++
++
GRAFIK SUHU
40
39
38
SUHU
37
36
35
34
HARI
29
PEMBAHASAN
Pada kasus An. Dwi siwi 13 tahun didiagnosis demam dengue. Diagnosis ini
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan utama pasien adalah demam tinggi
yang muncul mendadak, terus menerus selama satu hari. Kemudian turun pada
hari ke 4. Demam disertai sakit kepala, mual, muntah, lemas, nyeri persendian,
dan pegal pegal. Muntah 3x setelah makan dan minum, muntah darah disangkal.
Perdarahan hidung dan guzi disangkal. Buang air kecil lancar, BAK darah
disangkal. Buang air besar sedikit keras, BAB darah disangkal. Pasien pernah
masuk rumah sakit 1 bulan yang lalu dan didiagnosis demam berdarah. Di
lingkungan keluarga tidak ada yang menderita keluhan yang sama. Lingkungan
rumah kurang terpelihara, terutama kamar mandi yang jarang dikuras.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran composmentis, vital sign tampak kenaikan suhu yang tinggi. Pada
pemeriksaan kepala didapatkan mukosa mulut kering dan sedikit sianosis.
Pemeriksaan toraks dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen didapatkan
hepatomegali 2 cm dibawah arkus costae.
30
Dari anamnesis didapatkan demam mendadak tinggi sejak 1 hari belum bisa
didiagnosis demam dengue, namun didapatkan gejala-gejala seperti myalgia
atralgia, nyeri kepala, gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah yang dapat
mengarahkan diagnosis ke demam dengue. Uji rumple leede positif dan
trombositopenia merupakan kriteria klinis demam dengue. Diagnosis bandingnya
adalah demam typhoid sehingga perlu dilakukan tes widal.
Dari
pemeriksaan
laboratorium
saat
masuk
tidak
didapatkan
31
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, F.U. 2010. Manajemen demam berdarah berbasis wilayah. Buletin
jendela epidemiologi. 2 (1): 1 3
Bagian Patologi Klinik. (2009). Peran pemeriksaan laboratorium dalam diagnose
Demam Berdarah Dengue. RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Barakah, V. F. 2012. Demam Berdarah tidak ada obatnya, Hanya andalkan cairan.
Detik
Health.
Retrieved
http://health.detik.com/read/2012/06/15/143241/1942274/763/
from:
18
April
2013
Brasier. A. R., Ju. H., Garcia. J., Spratt. H. M., Forshey. B. M., Helsey. E. S.
(2012). A three-component biomarker panel for prediction of dengue
hemorraghic fever. Am. J. Trop. Med. Hyg. 86(2): 341-348.
CDC (Centers for Disease and Prevention). (2010). Dengue Branch.Caada
SanJuan,PuertoRico.From:http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.ht
ml diakses 20 April 2013
Danny, Wiradharma. 2009. Diagnosis cepat demam berdarah dengue. Jurnal
Kedokteran Trisakti., 18 (2): 78 79
DepKes, RI.,(2005).
32
2009.
Apa
itu
demam
berdarah
dengue.
33