LAPORAN KASUS
1.1
IDENTITAS
Nama
: Ny. Imas
Umur
: 34 tahun
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
: Cibadak, Sukabumi
Tanggal Masuk RS
ANAMNESA
KELUHAN UTAMA
:
1
Pemeriksaan selama kehamilan (ANC) rutin kira-kira satu kali per bulan
dilakukan di puskesmas.
RIWAYAT HAID
Pertama kali haid saat berusia 12 tahun, teratur, sering terasa sakit saat haid
namun setelah menikah sudah jarang sakit saat haid, durasi haid 5 hari, siklus 28 hari,
HPHT bulan juli 2014.
RIWAYAT PERSALINAN :
Gravida ( 5 ), Aterm ( 4 ), Prematur ( - ), Abortus ( 1 ), Anak Hidup ( 3 ), SC ( 0 )
RIWAYAT ALERGI
Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, minuman, obat, dll.
RIWAYAT OPERASI
RIWAYAT KB
-
1.3.
PEMERIKSAAN FISIK
KESAN UMUM
: Baik
KESADARAN
:Compos Mentis
TANDA VITAL
Suhu
: 36.50C
Pernapasan
: 23 kali/menit
Nadi
Mata
Hidung
Mulut
Leher
STATUS LOKALIS
Thorax
o
I: Tidak dilakukan
P: Tidak dilakukan
P: Tidak dilakukan
Jantung
o
Tidak dilakukan
Extremitas
o
Atas
STATUS OBSTETRI
Abdomen
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
: 128 / menit
: 2790gram
His
: +, jarang
TFU
: 30 cm
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan Lab
Hematologi Rutin 08/04/15
Hasil
13.0
39
4.23
12.6*
338
92
31
33
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Nilai rujukan
12-16
37-47
4.2-5.4
4.8-10.8
150-450
80-100
26-34
32-36
Satuan
g/dL
%
10^6 / uL
10^3 / uL
10^3 / uL
Fg
Pl
%
Tempat
Penolon
bersalin
Thn
Ater
Jenis
Penyuli
Persalina
Anak
JK
Keadaan
n
4
Rumah
Paraji
200
Ater
Spontan
lk
Hidup
Rumah
Paraji
0
200
m
Ater
Spontan
lk
Hidup
Paraji
3
200
m
Ater
Spontan
lk
Hidup
3
4
5
Rumah
Abortus
Hamil
Sekaran
g
1.5
1.6
Diagnosis
Ibu
Bayi
Protab PEB
Follow Up
Pukul
20.00
Follow Up
S:
Rabu, 08
April 2015 Sesak (-), Pusing (+), Mual (+), Muntah (-), Mulas (+)
O:
KU/KS : Sakit/ CM
TD :210/130 mmHg, Nadi: 83x/menit, RR: 21x/menit, DJJ:
128x/menit, His: (+) jarang, TFU: 30cm, TBJ :2790gram, PD:
pembukaan 2cm, portio : tebal-lunak hodge I
A:
G5P3A1 gravida aterm +PEB (?) dengan impending eklamsia
P:
Nifedipine
Dopamet 2tab
Terpasang DC
5
02.45
S:
Kamis, 09
Sesak (-), Pusing (-), Mual (-), Muntah (-), Mulas (+)
April 2015 O :
KU/KS : Baik/ CM
TD :170/100 mmHg, Nadi: 88x/menit, RR: 21x/menit, DJJ:
148x/menit, His: (+) jarang, TFU: 30cm, TBJ :2790gram, PD:
pembukaan 5 cm
A:
G5P3A1 gravida aterm +PEB
P:
Terpasang DC
07.30
S:
Kamis, 09
Sesak (-), Pusing (-), Mual (-), Muntah (-), Mulas (+) sering, Os
1.7
Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh darah atau vaskular
yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu,
mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang
menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai proteinuria
300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat
pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011).
II.
EPIDEMIOLOGI
Klasifikasi Preeklampsia
Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan
preeklampsia berat.
1. Kriteria preeklampsia ringan :
Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, sedikitnya enam jam
pada dua kali pemeriksaan tanpa kerusakan organ.
Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik.
Edema generalisata yaitu pada lengan, muka, dan perut.
2. Preeklampsia berat dibagi menjadi : preeklampsia berat tanpa impending eclampsia
dan preeklampsia berat dengan impending eclampsia.
Kriteria preeklampsia berat :
a. Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg sedikitnya enam jam
pada dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu
b.
hamil sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah baring.
Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik pada sampel urin sewaktu
karena
meningkatnya
enzim
laktat
dehidrogenase.
i. Trombositopenia ( trombosit < 100.000 mm3)
j. Oligohidroamnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta.
k. Gangguan fungsi hepar karena peningkatan kadar enzim ALT dan AST.
III. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Terdapat
banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab preeclampsia tetapi tidak ada
yang memberikan jawaban yang memuaskan.Tetapi, ada beberapa faktor yang
berperan, yaitu:
yang
mendukung
berperannya
faktor
genetik
pada
penderita
Disfungsi endotel
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan pada terjadinya
8
preeklampsia.
Kerusakan
endotel
vaskular
pada
preeklampsia
dapat
IV.
PENATALAKSANAAN PREEKLAMSIA
1.
Penanganan Umum
Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
2.
3.
Anti Hipertensi
Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat
Ringan
Berat
Eklamsia
9
istirahat
Gejala berkurang
Rawat RS:
MgSO4
Oksigen
Anti hipertensif
progresif
KU stabil
Induksi Persalinan
Rawat jalan
Pertimbangkan
persalinan pervaginam
Stabil
Pervaginam
VII.
1.
Rawat RS:
Anti konvulsan
MgSO4
Oksigen
Anti hipertensif
Berhasil
Gagal
SC
KOMPLIKASI2,3
Gangguan psikologis
2. Infeksi, selagi ketuban masih intak kemungkinan untuk terjadinya infeksi sangat kecil,
namun bila ketuban sudah pecah infeksi dapat terjadi terutama oleh mikroorganisme
pembentuk gas seperti Cl.welchii.
3. Kelainan pembekuan darah, bila janin mati dipertahankan melebihi 4 minggu, dapat
terjadi defibrinasi akibat silent Dissaminated Intravascular Coagulopathy (DIC).
Walaupun terjadinya terutama pada janin mati akibat inkompatibilitas Rh yang tetap
dipertahankan, kemungkinan kelainan ini terjadi pada kasus lainnya harus dipikirkan.
Kelainan ini terjadi akibat penyerapan bertahap dari tromboplastin yang dilepaskan
dari plasenta dan desidua yang mati ke dalam sirkulasi maternal.
4. Selama persalinan dapat terjadi inersia uteri, retensio plasenta dan perdarahan post
partum.
10
BAB III
ANALISA MASALAH
Pada kasus ini Ny. Imas, 34 tahun dengan diagnosa preeklamsia berat. Dalam kasus
ini, diagnosis preeklamsia berat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang disesuaikan dengan literatur.
Dari anamnesis, pasien ini melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) secara
rutin kira-kira satu kali per bulan. Namun, pemeriksaan kehamilan ini tidak sesuai dengan
prosedur frekuensi kunjungan antenatal care, yaitu :
28 36 minggu
: 1x / 2 minggu
36 minggu persalinan
: 1x/ 1 minggu
Pasien dengan G2P1A0 Hamil 42 minggu dirujuk dari klinik dengan kecurigaan
IUFD karena gerakan janin tidak dirasakan ibu 4 hari SMRS. Keadaan ini sesuai dengan
salah satu dasar diagnosis IUFD yang bersifat subjektif. Pasien menyangkal merasa mules,
keluar lendir darah dari kemaluannya, hal ini menjelaskan bahwa pada pasien ini belum ada
tanda tanda inpartu.Tanda-tanda inpartu ialah mules-mules (his) yang teratur, bloody show
(lendir darah), serta pembukaan dan penipisan serviks.
11
Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi dalam kehamilannya ini.
Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol, merokok, dan minum obatobatan lama.Pasien juga tidak memiliki binatang peliharaan.Usia kehamilan pada pasien ini
sesuai dengan kehamilan 36-37 minggu berdasarkan hari pertama haid terakhir pasien.
Riwayat penyakit sistemik disangkal.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan obstetri, inspeksi menjelaskan tanda- tanda
kehamilan pada pasien ini sesuai dengan masa kehamilan.Ukuran tinggi fundus uteri yang
berkurang dari usia kehamilan tidak ditemukan dalam kasus ini mengingat kematian janin
baru berlangsung 4 hari sebelum ke rumah sakit. Pada palpasi, gerak janin (-), dan pada
auskultasi dengan pemeriksaan Doppler tidak terdengar bunyi jantung janin, hal ini turut
membuktikan adanya kematian janin intra uterin. Janin IUFD, letak memanjang dengan
presentasi kepala, kepala janin di Hodge I.
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan pemeriksaan darah dan urine dalam batas
normal pada wanita dengan kehamilan.Pada pemeriksaan USG, didapatkan kesan janin
IUFD, disertai dengan deskripsi yang menjadi dasar diagnosis IUFD, seperti tidak adanya
gerakan janin dan DJJ (-), sehingga dapat ditegakkan diagnosis IUFD dengan pasti.
Penyebab IUFD bisa karena faktor maternal, fetal dan plasental. Namun, pada pasien
ini faktor maternal dapat kita coba singkirkan, berdasarkan anamnesis pasien tidak ada
riwayat penyakit seperti Diabetes Mellitus ataupun Hipertensi yang sering menyebabkan
IUFD. Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi dalam kehamilannya ini.
Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol, merokok, dan minum obatobatan lama.
Faktor fetal belum dapat kita singkirkan karena sebaiknya dilakukan pemeriksaan
autopsi apakah terdapat kelainan kongenital mayor pada janin. Pasien tidak memiliki
binatang peliharaan, makan daging setengah matang, yang menurut literatur dapat
menyebabkan infeksi toksoplasmosis pada janin. Anomali kromosom biasanya terjadi pada
ibu dengan usia diatas 40 tahun, dan dibutuhkan analisa kromosom. Inkompatibilitas Rhesus
juga sangat kecil kemungkinannya mengingat pasien dan suaminya dari suku yang sama.
Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan literatur, yaitu dilakukan dengan
12
penanganan aktif. Terminasi kehamilan segera pada pasien ini dipilih melalui induksi
persalinan pervaginam. Penanganan secara aktif pada pasien ini juga sudah sesuai dengan
prosedur yang seharusnya. Komplikasi IUFD lebih dari 6 minggu akan mengakibatkan
gangguan pembekuan darah, infeksi dan berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa
ibu. Pasien datang dengan keadaan belum inpartu dan servik belum matang, maka dilakukan
induksi pesalinan dengan pematangan serviks.
Tindakan induksi pada pasien pertama-tama menggunakan Oksitosin yang diisi pada
cairan RL dimasukan kedalam infus. Hal ini diharapkan akan merangsang pematangan uterus
untuk merangsang mulas. Penggunaan cara mekanik ini menurut pustaka menunjukkan angka
keberhasilan yang signifikan dalam tindakan awal untuk pematangan uterus.
Seterusnya pasien ini dilakukan cesar setelah dilihat dari USG juga bahwa cairan
ketubannya sudah sedikit dan liliput. Hasil cesar didapatkan ketuban keruh.Selain induksi,
augmentasi juga diaplikasikan pada pasien ini.,
akhirnya pasien selamat melahirkan secara cesar tanggal 26 Januari 2015 jam 11.00
WIB. Bayi lahir lahir dengan berat badan 3700 g, panjang badan 49 cm, jenis kelamin lakilaki, APGAR skor
kematian antara 2 -7 hari, ditandai dengan adanya bullae pada kulit bayi dan mulai
mengelupas pada pemeriksaan luar. Tali pusat besar menebal dan pendek, plasenta berat 1,5
kg, lahir kesan tidak lengkap (hancur). Kontraksi uterus baik, perdarahan dalam batas
normal.Penyebab kematian pada janin dalam kasus ini, kemungkinan besar akibat dari
oligohidramnion pada janin, yaitu mengakibatkan berkurangnya cairan, risiko kompresi tali
pusat, dan pada akhirnya akan menyebabkan gawat janin yang meningkat pada semua
persalinan, tetapi terutama pada kehamilan post-term.
Biasanya cairannya kental, keruh, berwarna kuning kehijau-hijauan. Sebabnya belum
diketahui, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenesis janin. Oligohidramnion lebih
sering ditemukan pada kehamilan yang sudah cukup bulan karena Volume air ketuban
biasanya menurun saat hamil sudah cukup bulan. Ditemukan pada sekitar 12 % kehamilan
yang mencapai 41 minggu. Berkurangnya volume cairan amion dapat menimbulkan hipoksia
janin sebagai akibat kompresi tali pusat karena gerakan janin atau kontraksi rahim. Selain itu,
lintasan mekonium janin kedalam volume cairan amion yang tereduksi menghasilkan suatu
suspensi tebal dan penuh partikel yang dapat mengakibatkan gangguan pernafasan janin.
Tali pusat terlalu pendek atau terlalu panjang tidak berpengaruh terhadap pemberian
makanan dan oksigen pada janin. Akan tetapi, tali pusat yang terlalu pendek atau terlalu
13
panjang dan melilit dapat mempersulit proses persalinan. Karena pada saat persalinan, janin
yang sudah turun ke jalan biasanya naik lagi karena tertahan tali pusat setiap kali janin akan
turun tali pusat semakin kuat menahannya. Ini biasanya terlihat selama proses persalinan,
dengan tidak terjadi kemajuan pada penurunan janin.
Edukasi pada pasien ini ialah penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan
kehamilan yang lebih baik dan teratur apabila berniat untuk memiliki anak lagi. Memberikan
dukungan psikologis agar pasien tidak terganggu akibat kematian janin yang dialaminya saat
ini, dan menyarankan kepada keluarga pasien untuk memberikan dukungan yang besar untuk
ibu. Menjelaskan pentingnya keluarga berencana agar kehamilan resiko tinggi dapat
dihindari.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kematian janin intra uterin ( IUFD )
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan Ante Natal Care yang teratur dan
efektif sangat dibutuhkan untuk mengetahui kesejahteraan janin untuk
mendeteksi penurunan kesejahteraan janin dan komplikasi pada ibu dapat
dihindari.
Pada kasus ini, kemungkinan penyebab IUFD ialah adanya abnormalitas dari
janin, yaitu hidrops fetalis. Namun, penyebab pasti hanya dapat ditegakkan
bila pada bayi yang dilahirkan dilakukan autopsi.
SARAN
Penyuluhan bagi para ibu dengan kehamilan untuk melakukan Ante Natal
Care secara teratur di RS atau Bidan.
Pada kasus kematian janin intra uterin dapat ditentukan sebab kematian
dengan pemeriksaan autopsi, dengan syarat persetujuan dari pihak keluarga.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
st
Pemantauan
Janin.
Handaya,Bambang,
Prof.
Gulardi.1999
15
16