Referat
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
KOLESTEATOM
Disusun Oleh:
Radhiyana Putri
0910015031
Marini Tandarto
0910015036
Pembimbing:
dr. Rahmawati, Sp.THT-KL
LEMBAR PENGESAHAN
KOLESTEATOM
Referat
Diajukan Dalam Rangka Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik
pada Bagian Ilmu Kesehata
Disusun oleh:
Radhiyana Putri
0910015031
Marini Tandarto
0910015036
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Kolesteatoma
telah
diakui
selama
puluhan
tahun
sebagai
lesi
tetapi dinamakan
kali
dijelaskan
pertama
kali
pada
oleh
tahun
Muller
1829
pada
oleh
tahun
Tingkat
dan
efektivitas
operasi
tergantung
pada
ukuran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kolesteatom
1.1
Definisi
Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma
bertambah besar. Istilah kolesteatoma mulai diperkenalkan oleh Johannes
Muller pada tahun 1838 karena disangka kolesteatoma merupakan suatu
tumor, yang kemudian ternyata bukan. Beberapa istilah lain yang diperkenalkan
oleh para ahli antara lain: keratoma (Schucknecht), squamos epiteliosis (Birrel,
1958), kolesteatosis (Birrel, 1958), epidermoid kolesteatoma (Friedman, 1959),
kista epidermoid (Ferlito, 1970), epidermosis (Sumarkin, 1988).1
Kolesteatoma terdiri dari epitel skuamosa yang terperangkap di dalam basis
cranii. Epitel skuamosa yang terperangkap di dalam tulang temporal, telinga
tengah,
atau
dapat
sebenarnya
kolesteatoma
tidak
diketahui.
Data
retrospektif
menunjukkan insiden tahunan rata-rata 9,2 kasus per 100.000 orang dari segala
usia (kisaran 3,7-13,9). Dalam penelitian yang terbatas pada anak-anak, insiden
berkisar dari sekitar 5 sampai 15 per 100.000 anak. Tingkat 1 persen terlihat
dalam serangkaian retrospektif 45.980 anak-anak yang telah menjalani
penempatan tabung timpanostomi. Kolesteatoma kongenital pada 1 sampai 5
persen dari kolesteatoma.2
Puncak kejadian adalah pada rentang usia 5-15 tahun, tetapi klesteatoma
dapat muncul dalam setiap kelompok usia. Insiden ini dilaporkan lebih tinggi pada
kulit putih daripada populasi kulit non-putih.3
1.3 Klasifikasi5
Kolesteatoma dapat dibagi atas dua jenis:
1. Kolesteatoma kongenital
2. Kolesteatoma akuisita yang terbentuk setelah anak lahir, jenis ini terbagi
atas dua:
a. Kolesteatoma akuisita primer
Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran
timpani. Kolesteatoma timbul akibat terjadinya proses invaginasi
membran timpani pars flaksida karena adanya tekanan negatif di
telinga tengah akibat gangguan tuba (teori invaginasi)
1.4 Etiologi6
Penyebab kolesteatom didapat primer masih diperdebatkan sejak akhir abad
19. Banyak teori yang diajukan tetapi sampai sekarang belum ada yang bisa
menunjukkan penyebab yang sebenarnya. Teori-teori itu, antara lain:
1. Tekanan negatif di dalam atik, menyebabkan invaginasi pars flasida dan
pembentukan kista (Habermann, Bezold, Tumarkin, Shambaugh, Jordan)
2. Metaplasia mukosa telinga tengah dan atik akibat infeksi (Tumarkin)
3. Hiperplasia invasif diikuti terbentuknya kista di lapisan basal epidermis pars
flasida, akibat iritasi oleh infeksi (Habermann, Nager, Hauze, Ruedi)
4. Sisa-sisa epidermis kongenital yang terdapat di daerah atik (Mc Kenzie,
Diamant, Teed< Cawthorn)
5. Hiperkeratosis invasif dari kulit liang telinga bagian dalam (Mc Gukin)
Faktor yang penting adalah kemampuan epitel membran timpani berproliferasi
secara cepat, khususnya pars flasida dan bagian superior pars tensa.
1.5 Patogenesis5
Banyak teori dikemukakan oleh para ahli tentang patogenesis kolesteatoma,
antara lain adalah: teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi dan teori
implantasi.
Teori tersebut akan lebih mudah dipahami bila memperhatikan definisi
kolesteatoma menurut Gray (1964) yang mengatakan bahwa kolesteatoma adalah
7
epitel kulit yang berada di tempat yang salah, atau menurut pemahaman penulis,
kolesteatoma dapat terjadi oleh karena adanya epitel kulit yang terperangkap.
Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit (keratinizing stratified
squamous epitelium) pada tubuh kita berada pada lokasi yang terbuka atau
terpapar ke dunia luar. Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah Culde-sac sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga pada waktu yang
lama, maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut seakan
terperangkap sehingga membentuk kolesteatoma.
Pada teori implantasi dikatakan bahwa kolesteatoma terjadi akibat implantasi
epitel kulit secara iatrogenik ke dalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah
blush injury, pemasangan pipa ventilasi atau setelah miringotomi.
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman
(infeksi), yang paling sering adalah Proteus dan Pseudomonas aeruginosa.
Sebaliknya infeksi dapat memicu
produksi berbagai
Pusing adalah gejala yang relatif jarang pada kolesteatoma, tapi itu terjadi
jika erosi tulang menghasilkan fistula labirin atau jika kolesteatoma yang terdapat
langsung pada kaki dari stapes. Pusing adalah gejala mengkhawatirkan karena
mungkin pertanda perkembangan komplikasi lebih serius.1
1.7 Diagnosis
1.7.1
Anamnesis
Riwayat keluhan pada telinga sebelumnya harus diselidiki untuk
Pemeriksaan Fisik
Tak diragukan lagi, pemeriksaan dengan otoskopi, terutama dengan
pembesaran, merupakan cara terbaik untuk membuat diagnosis yang tepat pada
penyakit telinga kronik. Dengan cara ini, dapat dinilai luasnya kerusakan
membran timpani, tulang-tulang pendengaran dan dinding tulang telinga
tengah.6
Pemeriksaan yang lengkap harus mencakup penanganan yang teliti
terhadap daerah-daerah berikut ini:
1. Liang telinga dan membran timpani harus dibersihkan dari serumen dan
debris yang menghalangi pandangan ke membran timpani.
2. Semua kuadran pars tensa diamati dan perhatikan lokasi dan ukuran
perforasi, bila ada.
3. Cari apakah ada retraksi atau perforasi pars flaksida.
4. Perhatikan bila ada epitel skuamosa di telinga tengah. Keadaan patologis
ini ditandai oleh adanya debris di belakang membran timpani.
10
5. Keadaan mukosa yang mengalami perforasi harus dicatat. Bila ada sekret
di teringa tengah dihisap sampai bersih untuk mendapatkan lapangan
pandangan yang jelas.
6. Sifat sekret diperhatikan
7. Dinding liang telinga bagian tulang harus diobservasi untuk melihat
adanya destruksi. pelebaran lekuk Rivinus merupakan penemuan dini
adanya kolesteatoma.
8. Perhatikan adanya granulasi atau polip serta lokasinya.
9. Terakhir, daerah muara tuba Eustachius diperiksa, perhatikan apakah
tuba paten. baik juga pasien diminta melakukan perasat Valsava sambil
telinga diamati.6
11
Gambar A: Telinga kiri, terdapat epitimpanik erosi dengan kolesteatoma. Jaringan yang
mengelilingi hiperemis dan eversi. Gambar B: Telinga kiri, terdapat etimpanik erosi yang luas
dengan kolesteatom dan otorrhea berbau. Terdapat erosi pada kepala malleolus dan badan dari
inkus.
12
Gambar A: Telinga kiri, terdapat erosi epitimpani yang luas, disertai dengan adanya epidermisasi
pada daerah atik. Kolesteatoma yang tampak pada transparasi menyebabkan bulging pada
membrane timpani kuadran posterior inferior. Gambar B: Telinga Kanan, tampak epitimpanik
erosi dengan kolesteatoma, dimana tampak membrane timpani posterior bulging sebagai akibat
dari pendorongan koesteatom.
1.7.3
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes laboratorium
Harus diambil contoh nanah untuk kultur dan tes sensitivitas
antibiotika. walaupun terdapat banyak jenis organisme yang terkultur
13
3. Radiologi
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga
kronis nilai diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat
otoskopi dan audiometri. Pemeriksaan audiografi yang dikontrol dengan
teliti bisa sangat berguna untuk mendiagnosis kolesteatoma kongenital,
osteitis dan osteomielitis. Keadaan sistem tulang-tulang pedengaran
dapat juga diperlihatkan menggunakan teknik yang cermat. proyeksi
radiografi yang biasa digunakan adalah:
Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah atas dan anterior
telinga tengah. akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran
dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah
mengenai struktur-struktur ini.
1.8 Penatalaksanaan
Terapi Medis
Terapi medis bukanlah pengobatan yang bermakna untuk kolesteatoma.
Pasien yang menolak pembedahan atau kondisi medis yang membuat anestesi
umum terlalu berbahaya harus membersihkan telinga mereka secara teratur.
Pembersihan secara teratur dapat membantu pengendalian infeksi dan dapat
memperlambat pertumbuhan, tetapi tidak menghentikan ekspansi lebih jauh dan
tidak menghilangkan risiko. Terapi antimikroba yang utama adalah terapi topikal,
akan tetapi terapi sistemik juga dapat membantu sebagai terapi tambahan.1
Antibiotik oral bersama pembersihan telinga atau bersama dengan tetes
telinga lebih baik hasilnya daripada masing-masing diberikan tersendiri.
Diperlukan antibiotik pada setiap fase aktif dan dapat disesuaikan dengan kuman
penyebab. Antibiotik sistemik pertama dapat langsung dipilih yang sesuai dengan
15
Konseling
meliputi
penjelasan
tujuan
pembedahan,
resiko
16
keinginan untuk
menghindari operasi di masa datang, teknik canal wall down adalah yang paling
sesuai. Bagi mereka yang tidak mau atau tidak dapat untuk kembali untuk
prosedur yang kedua, operasi canal-wall down lebih aman.1
1.9 Komplikasi
Komplikasi
operasi
pada
mastoidektomi
dan
timpanoplasti
dibagi
17
dikenali dengan baik, misalnya pada kelainan letak kongenital, jaringan parut
karena operasi sebelumnya, destruksi kanalis fasialis karean kolesteatoma.
Derajat parese harus ditentukan, paling sederhana adalah menurut klasifikasi
House- Bregmann. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan EMG untuk melihat derajat
kerusakan pada saraf dan menentukan prognosis penyembuhan spontan.
Trauma operasi terhadap labirin sukar diketahui dengan segera, sebab vertigo
pasca- operasi dapat terjadi hanya karena iritasi selam operasi, belum tentu karena
cedera operasi. Trauma terhadap labirin bisa menyebabkan tuli saraf total.
Manipulasi di daerah aditus ad
antrum dan sekitarnya pada lapangan operasi yang ditutupi oleh jaringa
kolesteatoma dan
matriks koleteatoma dapat menyebabkan fistel labirin.
Trauma terhadap tulang pendengaran diperkirakan akan memperbuuk sistem
konduksi telinga tengah sedapat mungkin langsung rekonstruksi. Trauma terhadap
dinding sinus dan duramater sehingga terjadi perdarahan dan bocornya cairan
otak, bila tidak luas dapat ditungggu sebentar dan langsung ditutup dengan tandu
komposit sampai kebocoran berhenti. Trauma pada sinus lateralis, sinus sigmoid,
bulbus jugularis, dan vena emissari dapat menyebabkan perdarahan besar.
1.10
Prognosis1
Mengeliminasi kolesteatoma hampir selalu berhasil, namun mungkin
18
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Roland PS. Middle Ear, Cholesteatoma. Emedicine. June 29, 2009 (cited
April
18,
2015).
Available
at
http://emedicine.medscape.com/article/860080-overview.
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke6. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2008
20
Diakses
dari
http://taimuihonghue21.files.wordpress.com/2010/10/21268_ftp.pdf
7. Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi ke-6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997
21