Anda di halaman 1dari 9

10 Kisah Cinta Paling Indah Dalam

Islam
1. Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra
Cinta Ali dan Fatimah luar biasa indah, terjaga kerahasiaanya dalam
sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam
suatu pernikahan. Konon saking rahasianya, setan saja tidak tahu menahu soal
cinta di antara mereka. Subhanallah.
Ali terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan,
ibadah, kecekatan kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah Saw. itu. Ia
pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar ibn Khattab melamar Fatimah
sementara dirinya belum siap untuk melakukannya. Namun kesabarannya
berbuah manis,lamaran kedua orang sahabat yang tak diragukan lagi
kesholehannya tersebut ternyata ditolak Rasulullah Saw. Akhirnya Ali
memberanikan diri. Dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya
bermodal baju besi diterima.
Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak
lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah kedua menikah,
Fatimah berkata kepada Ali: Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu.
Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin
menikah dengannya. Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah
dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil
tersenyum Fathimah menjawab, Pemuda itu adalah dirimu

2. Umar bin Abdul Aziz


Umar bin Abdul Aziz, khalifah termasyhur dalam Bani Umayyah, suatu
kali jatuh cinta pada seorang gadis, namun istrinya, Fatimah binti Abdul Malik tak
pernah mengizinkannya menikah lagi. Suatu saat dikisahkan bahwa Umar
mengalami sakit akibat kelelahan dalam mengatur urusan pemerintahan.
Fatimah pun datang membawa kejutan untuk menghibur suaminya. Ia
menghadiahkan gadis yang telah lama dicintai Umar, begitu pun si gadis
mencintai Umar. Namun Umar malah berkata: "Tidak! Ini tidak boleh terjadi.
Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya kembali kepada dunia
perasaan semacam itu,"
Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas
cinta. Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta
yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu
bertanya, "Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu
sekarang?" Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab, "Cinta itu masih
tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!"

3. Abdurrahman ibn Abu Bakar


Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan istrinya, Atika, amat saling
mencintai satu sama lain sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan pada
akhirnya meminta Abdurrahman menceraikan istrinya karena takut cinta mereka
berdua melalaikan dari jihad dan ibadah. Abdurrahman pun menuruti perintah
ayahnya, meski cintanya pada sang istri begitu besar.
Namun tentu saja Abdurrahman tak pernah bisa melupakan istrinya.
Berhari-hari ia larut dalam duka meski ia telah berusaha sebaik mungkin untuk
tegar. Perasaan Abdurrahman itu pun melahirkan syair cinta indah sepanjang
masa:
Demi Allah, tidaklah aku melupakanmu
Walau mentari tak terbit meninggi
Dan tidaklah terurai air mata merpati itu
Kecuali berbagi hati
Tak pernah kudapati orang sepertiku
Menceraikan orang seperti dia
Dan tidaklah orang seperti dia dithalaq karena dosanya
Dia berakhlaq mulia, beragama, dan bernabikan Muhammad
Berbudi pekerti tinggi, bersifat pemalu dan halus tutur katanya
Akhirnya hati sang ayah pun luluh. Mereka diizinkan untuk rujuk kembali.
Abdurrahman pun membuktikan bahwa cintanya suci dan takkan mengorbankan
ibadah dan jihadnya di jalan Allah. Terbukti ia syahid tak berapa lama kemudian.

4. Rasulullah Saw. dan Khadijah binti Khuwailid


Teladan dalam kisah cinta terbaik tentunya datang dari insan terbaik
sepanjang masa: Rasulullah Saw. Cintanya kepada Khadijah tetap abadi
walaupun Khadijah telah meninggal. Alkisah ternyata Rasulullah telah
memendam cintanya pada Khadijah sebelum mereka menikah. Saat sahabat
Khadijah, Nafisah binti Muniyah, menanyakan kesedian Nabi Saw. untuk menikahi
Khadijah, maka Beliau menjawab: Bagaimana caranya? Ya, seolah-olah Beliau
memang telah menantikannya sejak lama.
Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah
yang menemui Rasulullah Saw. Wanita ini bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa
engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan
seruan besar."

Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, "Masih adakah orang lain


setelah Khadijah?"
Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah,
maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi
Muhammad Saw menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan
pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi Saw,
Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun
Khadijah meninggal.
Masih banyak lagi bukti-bukti cinta dahsyat nan luar biasa islami
Rasulullah Saw. kepada Khadijah. Subhanallah.
5. Rasulullah Saw. dan Aisyah
Jika Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul
menjawab, Aisyah. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau
menjawab, cinta itu Allah karuniakan kepadaku. Cinta Rasulullah pada
keduanya berbeda, tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona
kematangan.
Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini melahirkan
cinta sejati yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi Saw. Cinta ini pula yang masih
menyertai nama Khadijah tatkala nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah
tiada, sehingga Aisyah cemburu padanya.
Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan, kecerdasan,
dan kematangan dini. Ummu Salamah berkata, Rasul tidak dapat menahan diri
jika bertemu dengan Aisyah.
Banyak kisah-kisah romantis yang menghiasi kehidupan Nabi Muhammad
dan istrinya, Aisyah. Rasul pernah berlomba lari dengan Aisyah. Rasul pernah
bermanja diri kepada Aisyah. Rasul memanggil Aisyah dengan panggilan
kesayangan Humaira. Rasul pernah disisirkan rambutnya, dan masih banyak
lagi kisah serupa tentang romantika suami-istri.

6. Thalhah ibn Ubaidillah


Berikut ini kutipan kisah Thalhah ibn Ubaidillah.
Satu hari ia berbincang dengan Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih
terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka. Dengan
isyarat, beliau Shallallaahu Alaihi wa Sallam meminta Aisyah masuk ke dalam
bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, Beliau
melarangku berbincang dengan Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan
Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar Aisyah.
Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, Ya, akan
kunikahi Aisyah jika Nabi telah wafat.

Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan


firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelimapuluhtiga surat Al Ahzab, Dan
apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada
mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka.
Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya
sesudah wafatnya selama-lamanya.
Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu
memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan
Allah, dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya.
Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya
dengan asma Aisyah. Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita yang kelak menjadi
permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya.
Persis seperti Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah.
Subhanallah.
7. Kisah cinta yang membawa surga
Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja'
bin Amr An-Nakha'i, ia berkata, "Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia
sangat rajin dan taat. Suatu waktu dia berkunjung ke kampung dari Bani AnNakha'.
Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta
dan kasmaran. Dan ternyata cintanya pada si wanita cantik tak bertepuk sebelah
tangan.
Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang
untuk melamar gadis tersebut. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah
dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam
bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang
untuk si pemuda, bunyinya, 'Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan
betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan
mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang
menemuiku di rumahku.'
Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, 'Aku tidak setuju
dengan dua alternatif itu, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat
maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar.
Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah
padam kobaranya.'
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, "Walau
demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang
yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba
sama-sama berhak untuk itu." Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan
menyingkirkan
perbuatan-perbuatan
buruknya
serta
mulai
beribadah
mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan
cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena menahan

rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu
seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo'akanya. Suatu waktu
dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya
dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya,
"Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"
Dia menjawab, "Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah
cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan."
Pemuda itu bertanya, "Jika demikian, kemanakah kau menuju?" Dia
jawab, "Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak
berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak."
Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab
aku di sini juga tidak melupakanmu." Dia jawab, "Demi Allah, aku juga tidak
melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar
kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan
kesungguhanmu dalam ibadah."
Si pemuda bertanya, "Kapan aku bisa melihatmu?" Jawab si wanita: "Tak
lama lagi kau akan datang melihat kami." Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si
pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.
Hmm, sebuah kisah cinta yang agung dengan berdasarkan janji bertemu
di surga. Luar biasa. AllahuAkbar.

8. Ummu Sulaim dan Abu Thalhah


Ummu Sulaim merupakan janda dari Malik bin Nadhir. Abu Thalhah yang
memendam rasa cinta dan kagum akhirnya memutuskan untuk menikahi Ummu
Sulaim tanpa banyak pertimbangan. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu
Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu
menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa
hormat,
"Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang yang seperti engkau,
wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya seorang
muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa
keinginan saya?"
"Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan," kata Abu Thalhah.
"Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya
inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam," tukas Ummu Sualim
tandas.
"Tetapi saya tidak mengerti siapa yang akan menjadi pembimbingku?"
tanya Abu Thalhah.

"Tentu saja pembimbingmu adalah Rasululah sendiri," tegas Ummu


Sulaim.
Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah Saw. yang
mana saat itu tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu
Thalhah, Rasulullah Saw. berseru, "Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan
cahaya Islam tampak pada kedua bola matanya."
Ketulusan hati Ummu Sulaim benar-benar terasa mengharukan relungrelung hati Abu Thalhah. Ummu Sulaim hanya akan mau dinikahi dengan
keislamannya tanpa sedikitpun tegiur oleh kenikmatan yang dia janjikan. Wanita
mana lagi yang lebih pantas menjadi istri dan ibu asuh anak-anaknya selain
Ummu Sulaim? Hingga tanpa terasa di hadapan Rasulullah Saw. lisan Abu
Thalhah basah mengulang-ulang kalimat, "Saya mengikuti ajaran Anda, wahai
Rasulullah. Saya bersaksi, bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali
Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya."
Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya
adalah keislaman suaminya. Hingga Tsabit seorang perawi haditsmeriwayatkan dari Anas, "Sama sekali aku belum pernah mendengar seorang
wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu Sulaim, yaitu keislaman
suaminya." Selanjutnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang damai
dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam.

9. Kisah seorang pemuda yang menemukan apel


Alkisah ada seorang pemuda yang ingin pergi menuntut ilmu. Di tengah
perjalanan dia haus dan singgah sebentar di sungai yang airnya jernih. dia
langsung mengambil air dan meminumnya. tak berapa lama kemudian dia
melihat ada sebuah apel yang terbawa arus sungai, dia pun mengambilnya dan
segera memakannya. setelah dia memakan segigit apel itu dia segera berkata
"Astagfirullah"
Dia merasa bersalah karena telah memakan apel milik orang lain tanpa
meminta izin terlebih dahulu. "Apel ini pasti punya pemiliknya, lancang sekali
aku sudah memakannya. Aku harus menemui pemiliknya dan menebus apel ini".
Akhirnya dia menunda perjalanannya menuntut ilmu dan pergi menemui
sang pemilik apel dengan menyusuri bantaran sungai untuk sampai kerumah
pemilik apel. Tak lama kemudian dia sudah sampai ke rumah pemilik apel. Dia
melihat kebun apel yang apelnya tumbuh dengan lebat.
"Assalamualaikum...."
"Waalaikumsalam
rumahnya.

wr.wb.".

Jawab

seorang

lelaki

tua

dari

dalam

Pemuda itu dipersilahkan duduk dan dia pun langsung mengatakan


segala sesuatunya tanpa ada yang ditambahi dan dikurangi. Bahwa dia telah
lancang memakan apel yang terbawa arus sungai.
"Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau ridha apel ini aku makan
pak tua". tanya pemuda itu.
Lalu pak tua itu menjawab. "Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus
bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?"
Pemuda itu tampak berfikir, karena untuk segigit apel dia harus
membayar dengan bekerja di rumah bapak itu selama tiga tahun dan itupun
tanpa digaji, tapi hanya itu satu-satunya pilihan yang harus diambilnya agar
bapak itu ridha apelnya ia makan."Baiklah pak, saya mau."
Alhasil pemuda itu bekerja di kebun sang pemilik apel tanpa dibayar. Hari
berganti hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun
dia bekerja dikebun itu. Dan hari terakhir dia ingin pamit kepada pemilik kebun.
"Pak tua, sekarang waktuku bekerja di tempatmu sudah berakhir, apakah
sekarang kau ridha kalau apelmu sudah aku makan?"
Pak tua itu diam sejenak. "Belum."
Pemuda itu terhenyak. "Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja
selama tiga tahun di kebunmu."
"Ya, tapi aku tetap tidak ridha jika kau belum melakukan satu
permintaanku lagi."
"Apa itu pak tua?"
"Kau harus menikahi putriku, apakah kau mau?"
"Ya, aku mau." jawab pemuda itu.
Bapak tua itu mengatakan lebih lanjut. "Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan
lumpuh, apakah kau mau?"
Pemuda itu tampak berfikir, bagaimana tidak...dia akan menikahi gadis
yang tidak pernah dikenalnya dan gadis itu cacat, dia buta, tuli, dan lumpuh.
Bagaimana dia bisa berkomunikasi nantinya? Tapi diap un ingat kembali dengan
segigit apel yang telah dimakannya. Dan dia pun menyetujui untuk menikah
dengan anak pemilik kebun apel itu untuk mencari ridha atas apel yang sudah
dimakannya.
"Baiklah pak, aku mau."
Segera pernikahan pun dilaksanakan. Setelah ijab kabul sang pemuda
itupun masuk kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa kagetnya
dia ketika dia mendengar salamnya dibalas dari dalam kamarnya. Seketika

itupun dia berlari mencari sang bapak pemilik apel yang sudah menjadi
mertuanya.
"Ayahanda...siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku?
Kenapa aku tidak menemukan istriku?"
Pak tua itu tersenyum dan menjawab. "Masuklah nak, itu kamarmu dan
yang di dalam sana adalah istimu."
Pemuda itu tampak bingung. "Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli
tapi kenapa dia bisa mendengar salamku?
Bukankah dia bisu tapi kenapa dia bisa menjawab salamku?"
Pak tua itu tersenyum lagi dan menjelaskan. "Ya, memang dia buta, buta
dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas
didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya
sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempattempat yang maksiat."
Pemuda itu hanya terdiam dan mengucap lirih: "Subhanallah....."
Dan merekapun hidup berbahagia dengan cinta dari Allah.

10. Zulaikha dan Yusuf As.


Cinta Zulaikha kepada Yusuf As. konon begitu dalam hingga Zulaikha
takut cintanya kepada Yusuf merusak cintanya kepada Allah Swt. Berikut sedikit
ulasan tentang cinta mereka
Zulaikha adalah seorang puteri raja sebuah kerajaan di barat (Maghrib)
negeri Mesir. Beliau seorang puteri yang cantik menarik. Beliau bermimpi
bertemu seorang pemuda yang menarik rupa parasnya dengan peribadi yang
amanah dan mulia. Zulaikha pun jatuh hati padanya. Kemudian beliau bermimpi
lagi bertemu dengannya tetapi tidak tahu namanya.
Kali berikutnya beliau bermimpi lagi, lelaki tersebut memperkenalkannya
sebagai Wazir kerajaan Mesir. Kecintaan dan kasih sayang Zulaikha kepada
pemuda tersebut terus berputik menjadi rindu dan rawan sehingga beliau
menolak semua pinangan putera raja yang lain. Setelah bapanya mengetahui
isihati puterinya, bapanya pun mengatur risikan ke negeri Mesir sehingga
mengasilkan majlis pernikahan dengan Wazir negri Mesir.
Memandang Wazir tersebut atau al Aziz bagi kali pertama, hancur luluh
dan kecewalah hati Zulaikha. Hatinya hampa dan amat terkejut, bukan wajah
tersebut yang beliau temui di dalam mimpi dahulu. Bagaimanapun ada suara
ghaib berbisik padanya: Benar, ini bukan pujaan hati kamu. Tetapi hasrat kamu
kepada kekasih kamu yang sebenarnya akan tercapai melaluinya. Janganlah

kamu takut kepadanya. Mutiara kehormatan engkau sebagai perawan selamat


bersama-sama dengannya.
Perlu diingat sejarah Mesir menyebut, Wazir diraja Mesir tersebut adalah
seorang kasi, yang dikehendaki berkhidmat sepenuh masa kepada baginda raja.
Oleh yang demikian Zulaikha terus bertekat untuk terus taat kepada suaminya
kerana ia percaya ia selamat bersamnya.
Demikian masa berlalu, sehingga suatu hari al-Aziz membawa pulang
Yusuf a.s. yang dibelinya di pasar. Sekali lagi Zulaikha terkejut besar, itulah Yusuf
a.s yang dikenalinya didalam mimpi. Tampan, menarik dan menawan.
Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Hammad dari Tsabit bin Anas
memperjelasnya: "Yusuf dan ibunya telah diberi oleh Allah separuh kecantikan
dunia."
Kisah Zulaikha dan Yusuf direkam di dalam Al Quran pada Surah Yusuf
ayat 21 sampai 36 dan ayat 51. Selepas ayat tersebut Al Quran tidak
menceritakan kelanjutan hubungan Zulaikha dengan Yusuf a.s. Namun Ibn Katsir
di dalam Tafsir Surah Yusuf memetik bahwa Muhammad bin Ishak berkata
bahawa kedudukan yang diberikan kepada Yusuf a.s oleh raja Mesir adalah
kedudukan yang dulunya dimiliki oleh suami Zulaikha yang telah dipecat. Juga
disebut-sebut bahwa Yusuf telah beristrikan Zulaikha sesudah suaminya
meninggal dunia, dan diceritakan bahwa pada suatu ketika berkatalah Yusuf
kepada Zulaikha setelah ia menjadi isterinya, Tidakkah keadaan dan hubungan
kita sekarang ini lebih baik dari apa yang pernah engkau inginkan?
Zulaikha menjawab, Janganlah engkau menyalahkan aku, hai kekasihku,
aku sebagai wanita yang cantik, muda belia bersuamikan seorang pemuda yang
berketerampilan dingin, menemuimu sebagai pemuda yang tampan, gagah
perkasa bertubuh indah, apakah salah bila aku jatuh cinta kepadamu dan lupa
akan kedudukanku sebagai wanita yang bersuami?
Dikisahkan bahwa Yusuf menikahi Zulaikha dalam keadaan gadis
(perawan) dan dari perkawinan itu memperoleh dua orang putra: Ifraitsim bin
Yusuf dan Misya bin Yusuf.

Anda mungkin juga menyukai