Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KEGIATAN

DOKTER INTERNSHIP PUSKESMAS ANGGERAJA


KABUPATEN ENREKANG
PERIODE OKTOBER 2014-JANUARI 2015
UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
DAN TIDAK MENULAR
(F5.1)
PENAPISAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA ANAK USIA SEKOLAH
A. Latar Belakang Masalah atau Kasus
Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara parsial atau total
untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Saat terjadi gangguan
pendengaran, suara-suara keseharian mulai memudar. Pada kebanyakan orang
prosesnya berjalan sedikit demi sedikit. Biasanya nada tinggi yang terlebih dulu
memudar. Suara kicauan burung dipohon terdengar lama kelamaan menjadi kecil.
Suara musik makin tidak jelas. Karena nada rendah biasanya terdengar lebih baik dari
nada lainnya, bukan hal yang aneh jika seseorang sudah mulai mengalami gangguan
dan masih mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan pendengarannya. Bila
kondisi pendengaran memburuk, suara yang diperlukan untuk memahami percakapan
makin tidak jelas. Konsonan dengan frekwensi tinggi tidak lagi terdengar dan
membuat makin sulit membedakan satu suara dengan suara yang lain.
Telinga adalah sistem yang sangat kompleks. Masalah yang terjadi pada salah
satu bagian pada system dapat menyebabkan hilangnya pendengaran. Secara medis
gangguan pendengaran dibagi ke dalam 2 (dua) kategori pokok:
1. Conductive hearing Loss, disebabkan oleh masalah yang terjadi pada telinga luar
atau tengah dan berkaitan dengan masalah penghantaran suara. Kemungkinan
penyebab bisa dari tertumpuknya earwax atau kotoran telinga, infeksi.
2. Sensorineural hearing loss, ini adalah istilah untuk menggambarkan adanya
masalah pada telinga bagian dalam, baik di cochlea, syaraf pendengaran atau sistim

pendengaran pusat (sering disebut tuli syaraf). Gangguan dengan tipe ini bisa
disebabkan oleh berbagai hal namun kebanyakan disebabkan oleh kerusakan pada sel
rambut didalam cochlea akibat penuaan, atau rusak akibat suara yang terlalu keras.
3. Tipe ke tiga dari gangguan pendengaran disebut Mixed Hearing Loss (gangguan
pendengaran campuran), dimana kondisi gangguan pendengarannya ada unsur
konduktif & sensorineural. Banyak orang dengan gangguan pendengaran jenis ini
dapat terbantu bila memakai alat bantu dengar
Gangguan pendengaran yang paling umum adalah Keratosis obturans yang
merupakan pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan epitel liang telinga luar,
berwarna putih seperti mutiara, sehingga membentuk gumpalan dan menimbulkan
rasa penuh serta kurang dengar. Keratosis obturans pada umumnya terjadi pada
pasien usia muda antara umur 5-20 tahun dan dapat menyerang satu atau kedua
telinga. Etiologi keratosis obturans hingga saat ini belum diketahui. Namun,
mungkin disebabkan akibat dari eksema, seboroik dan furonkulosis. Pada pasien
dengan keratosis obturans terdapat tuli konduktif akut, nyeri yang hebat, liang telinga
yang lebih lebar (karena adanya erosi tulang yang menyeluruh sehingga liang telinga
tampak lebih luas), membran timpani utuh tapi lebih tebal dan jarang ditemukan
adanya sekresi telinga. Gangguan pendengaran dan rasa nyeri yang hebat disebabkan
oleh desakan gumpalan epitel berkeratin di liang telinga
Infeksi telinga tengah atau otitis media, merupakan infeksi telinga pada
telinga tengah yang umumnya di sebabkan oleh bakteri. Dapat di bedakan atas otitis
media akut dan kronis. Kejadian otitis media akut lebih sering terjadi pada anak-anak.
Hilangnya pendengaran pada otitis media bisa karena kerusakan membrana timpani
berupa perforasi, ruptura, sikatriks yang terjadi pada otitis media akut supuratif,
ataupun akibat glue ear yaitu menumpuknya cairan kental seperti lem yang di
sebabkan oleh hasil sisa dari Otitis media supuratif kronis maupun karena otitis media
efusi kronis.
Gangguan pendengaran seperti yang dibahas diatas merupakan gangguan
pendengaran utama yang sering terjadi pada anak-anak. Bila dibiarkan maka akan
menurunkan retensi belajar sehingga akan sangat berdampak pada kemampuan anak

dikemudian hari sehingga perlu dilakukan sebuah penapisan gangguan telinga secara
rutin.

B. Permasalahan di Keluarga, Masyarakat dan Kasus


Manajemen pengelolalan gangguan penginderaan di Puskesmas Anggeraja
selama ini berjalan belum maksimal dengan pendataan terhadap kasus kasus
gangguan penginderaan belum terdokumentasi dengan baik. Mengingat tingginya
insidensi gangguan pendengaran akibat serumen pada usia muda maka perlu
dilakukan suatu penapisan awal sehingga semua kasus dapat segera ditangani.
Tantangan

yang

juga

muncul

adalah

belum

mahirnya

tenaga

paramedis

mengidentifkasi gangguan pendengaran baik dengan menggunakan metode visual


biasa maupun dengan menggunakan alat bantu misalnya otoskop dan garputala.
Kasus serumen obturans pun masih belum dapat ditangani secara mandiri terutama
dalam melakukan ekstraksi serumen yang aman.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Untuk mendapatkan banyak kasus gangguan pendengaran yang sederhana
maka direncanakan untuk melakukan penapisan sederhana yang digabungkan dalam
program bulan imunisasi anak sekolah. Akan dilakukan penapisan menggunakan
modalitas sederhana berupa lampu kepala dan tes bisik sederhana. Selanjutnya setiap
kasus serumen obturans akan ditangani oleh paramedis dengan panduan dan pelatihan
dari dokter internship. Kasus yang membutuhkan perhatian khusus misalnya otitis
media supuratif kronis yang membutuhkan pemasangan tampon khusus burowi akan
dilakukan oleh dokter internship

D. Pelaksanaan
Kegiatan Penapisan gangguan pendengaran dengan pendampingan yang
dilakukan oleh dokter internship dilakukan pada tanggal 22 November 2014 di dua
sekolah dasar di Desa Batu Noni yakni SDN Garotin dan SDN Locok. Kasus yang

didapatkan semuanya adalah kasus serumen obturans dan dilakukan penjadwalan


untuk ekstraksi serumen. Kegiatan penapisan selanjutnya dilakukan secara mandiri
oleh paramedis dan kasus yang dianggap perlu ditangani di puskesmas dilakukan
penjadwalan untuk mendapatkan tindakan dan prosedur khusus. Terdapat 24 kasus
serumen obturans, 12 kasus otitis eksterna dan 4 kasus OMSK benigna yang dideteksi
pada kegiatan penapisan yang berlangsung sepanjang 3 bulan terakhir.

E. Monitoring dan Evaluasi


Hal yang perlu dievaluasi berikutnya adalah kemandirian setiap paramedis
terutama perawat dan bidan untuk mendeteksi jenis serumen. Beberapa paramedis
masih kesulitan melakukan identifikasi struktur telinga normal menggunakan otoskop
dan menentukan kelain dasar pada liang telinga sehingga kedepannya perlu dilakukan
sebuah pelatihan khusus tersendiri untuk manajemen gangguan pengindraan.

Enrekang 31 Januari 2015


Peserta Internship

Pendamping

dr Bumi Zulheri Herman

dr Johan

Anda mungkin juga menyukai