Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Varicella adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh Varicella Zoster Virus
(VZV). Infeksi berulang dari VZV dapat mengakibatkan terjadinya herpes zoster. Infeksi
varicella primer (cacar air) cukup sulit dibedakan dengan cacar (variola) hingga akhir abad ke19. Pada tahun 1875, Steiner menunjukkan bahwa cacar air disebabkan oleh cairan vesikula yang
berasal dari pasien dengan varicella akut. Observasi klinis mengenai hubungan antara varicella
dengan herpes zoster dibuat pada tahun 1888 oleh Von Bokay, ketika anak-anak yang tidak
terbukti memiliki kekebalan terhadap varicella berkontak dengan penderita herpes zoster. VZV
diisolasi dari kedua cairan vesikular yang berasal dari lesi varicella dan lesi herpes zoster dalam
kultur sel oleh Thomas Weller pada tahun 1954. Penelitian laboratorium virus itu selanjutnya
menyebabkan pengembangan vaksin varicella hidup yang dilemahkan di Jepang pada 1970-an.
Vaksin ini berlisensi untuk digunakan di Amerika Serikat pada Maret 1995. Vaksin pertama
untuk mengurangi risiko infeksi VZV ini dilisensikan pada Mei 2006.1
VZV adalah virus DNA yang termasuk dalam famili virus herpes. Seperti virus herpes
lainnya, VZV memiliki kapasitas untuk bertahan dalam tubuh setelah infeksi (pertama) primer
sebagai infeksi laten. VZV tetap berada di dalam ganglia saraf sensorik. Infeksi primer
menyebabkan terjadinya varicella (cacar air), sementara herpes zoster (shingles) terjadi akibat
dari infeksi ulangan VZV. Virus ini diyakini memiliki waktu kelangsungan hidup singkat di
lingkungan. 1
Untuk mendiagnosis penyakit ini diperlukan anamnesis serta pemeriksaan fisik yang
cermat. Selain itu dengan perawatan yang teliti jaringan parut yang ditimbulkan berjumlah
sedikit sehingga didapati prognosis yang baik. Mengingat varicella merupakan salah satu
penyakit yang sering terjadi di masyarakat maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus
mengenai varicella ke dalam makalah ini dengan harapan memperkaya wawasan mengenai
varicella.
1

1.2. Batasan Masalah


Makalah ini membahas tentang definisi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis,
diagnosis, terapi, pencegahan, komplikasi, dan prognosis Varicella.

1.3. Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Varicella
terutama mengenai definisi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, terapi,
pencegahan, komplikasi, dan prognosis.

1.4. Metode Penulisan


Metode penulisan makalah ini merupakan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk
kepada berbagai macam literatur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang menyerang kulit dan
mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian
sentral tubuh.2

2.2. Epidemiologi
Pada orang yang belum mendapat vaksinasi, 90% kasus terjadi pada anak-anak dibawah
10 tahun, 5% terjadi pada orang yang berusia lebih dari 15 tahun. Sementara pada pasien yang
mendapat imunisasi, insiden terjadinya varicella secara nyata menurun. Sejak diperkenalkan
adanya vaksin varicella pada tahun 1995, insiden terjadinya varicella terbukti menurun. Dimana
sebelum tahun 1995, terbukti di Amerika terdapat 3-4 juta kasus varicella setiap tahunnya.3
Di daerah metropolitan yang beriklim sedang, varicella sering terjadi pada musim musim
dingin dan musim semi. Transmisi penyakit ini secara aerogen maupun kontak langsung. Kontak
tidak langsung jarang sekali menyebabkan varicella. Penderita yang dapat menularkan varicella
yaitu beberapa hari sebelum erupsi muncul dan sampai vesikula yang terakhir. Tetapi bentuk
erupsi kulit yang berupa krusta tidak menularkan virus. 3

2.3. Patogenesis
Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili virus herpes. Virus masuk ke
dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas dan orofaring. Multiplikasi virus di tempat
tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan limfe (viremia
primer). Virus VZV dimusnahkan oleh sel sistem retikuloendotelial, yang merupakan tempat

utama replikasi virus selama masa inkubasi. Selama masa inkubasi infeksi virus dihambat
sebagian oleh mekanisme pertahanan tubuh dan respon yang timbul.3,4
Pada sebagian besar individu replikasi virus dapat mengatasi pertahanan tubuh yang
belum berkembang sehingga dua minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder dalam jumlah
yang lebih banyak. Lesi kulit muncul berturut-berturut, yang menunjukkan telah memasuki
siklus viremia, yang pada penderita yang normal dihentikan setelah sekitar 3 hari oleh imunitas
humoral dan imunitas seluler VZV. Virus beredar di leukosit mononuklear, terutama pada
limfosit. Bahkan pada varicella yang tidak disertai komplikasi, hasil viremia sekunder
menunjukkan adanya subklinis infeksi pada banyak organ selain kulit.4
Respon imun penderita menghentikan viremia dan menghambat berlanjutnya lesi pada
kulit dan organ lain. Imunitas humoral terhadap VZV berfungsi protektif terhadap varicella. Pada
orang yang terdeteksi memiliki antibodi serum biasanya tidak selalu menjadi sakit setelah
terkena paparan eksogen. Sel mediasi imunitas untuk VZV juga berkembang selama varicella,
berlangsung selama bertahun-tahun, dan melindungi terhadap terjadinya resiko infeksi yang
berat.4

2.4. Gambaran Klinis


Masa inkubasi antara 14 sampai 16 hari setelah paparan, dengan kisaran 10 sampai 21
hari. Masa inkubasi dapat lebih lama pada pasien dengan defisiensi imun dan pada pasien yang
telah menerima pengobatan pasca paparan dengan produk yang mengandung antibodi terhadap
varicella.4
Gejala prodromal
Pada anak kecil jarang terdapat gejala prodromal. Sementara pada anak yang lebih besar
dan dewasa, ruam yang seringkali muncul didahului oleh demam selama 2-3 hari, menggigil,
malaise, anoreksia, nyeri otot dan sendi, dan pada beberapa pasien dapat disertai nyeri
tenggorokan serta batuk kering.3,4

Ruam pada varicella


Timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam
berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel
akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung,
timbul lagi vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfik. Penyebarannya
terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas,
serta dapat menyerang selaput lendir, mata, mulut, dan saluran napas bagian atas. Tidak jarang
terdapat lesi di telapak tangan dan telapak kaki, dan vesikel sering muncul sebelumnya dalam
jumlah yang lebih besar di daerah peradangan, seperti daerah yang terkena sengatan matahari.4

Gambar 1. Infeksi VZV : Varicella dengan imunisasi 3

Gambaran dari lesi varicella berkembang secara cepat, yaitu lebih kurang 12 jam, dimana
mula-mula berupa makula eritematosa yang berkembang menjadi papul, vesikel, pustul, dan
krusta. Vesikel dari varicella berdiameter 2-3 mm, dan berbentuk elips, dengan aksis panjangnya
5

sejajar dengan lipatan kulit. Vesikel biasanya superfisial dan berdinding tipis, dan dikelilingi
daerah eritematosa sehingga tampak terlihat seperti embun di atas daun mawar. Cairan
vesikel cepat menjadi keruh karena masuknya sel radang, sehingga mengubah vesikel menjadi
pustul. Lesi kemudian mengering, mula-mula di bagian tengah sehingga menyebabkan
umbilikasi dan kemudian menjadi krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu, meninggalkan
bekas bekas cekung kemerahan yang akan berangsur menghilang. Apabila terjadi superinfeksi
dari bakteri maka dapat terbentuk jaringan parut. Lesi yang telah menyembuh dapat
meninggalkan bercak hipopigmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu/bulan.4
Vesikel juga terdapat di mukosa mulut, hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna,
kandung kemih, dan vagina. Vesikel di mukosa ini cepat pecah sehingga seringkali terlihat
sebagai ulkus dangkal berdiameter 2-3 mm. 4

Gambar 2. Lesi dengan spektrum luas 4

Gambaran khas dari varicella adalah adanya lesi yang muncul secara simultan (terusmenerus ) di setiap area kulit dimana lesi tersebut terus berkembang. Suatu prospective study
menunjukkan rata-rata jumlah lesi pada anak yang sehat berkisar antara 250-500 buah. Pada
kasus sekunder karena paparan di rumah gejala klinisnya lebih berat daripada kasus primer

karena paparan di sekolah, hal ini mungkin disebabkan karena paparan di rumah lebih intens dan
lebih lama sehingga inokulasi virus lebih banyak. 4
Demam biasanya berlangsung selama lesi baru masih timbul, dan tingginya demam
sesuai dengan beratnya erupsi kulit. Jarang di atas 39 oC, tetapi pada keadaan yang berat dengan
jumlah lesi banyak dapat mencapai 40,5oC. Demam yang berkepanjangan atau yang kambuh
kembali dapat disebabkan oleh infeksi sekunder bakterial atau komplikasi lainnya. Gejala yang
paling mengganggu adalah gatal yang biasanya timbul selama stadium vesikuler. 4

2.5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Varicella biasanya
mudah didiagnosis berdasarkan tampilan dan perubahan pada karakteristik dari ruam yang
timbul, terutama apabila ada riwayat terpapar penderita varicella 2-3 minggu sebelumnya. Dari
pemeriksaan fisik akan tampak adanya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu
beberapa jam berubah menjadi vesikel. Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian
menjadi krusta. Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara
sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir, mata, mulut, dan
saluran napas bagian atas.4

2.6 Laboratorium
Lesi pada varicella dan herpes zoster tidak dapat dibedakan secara histopatologi. Pada
pemeriksaan menunjukkan sel raksasa berinti banyak dan sel epitel yang mengandung badan
inklusi intranuklear yang asidofilik. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pewarnaan Tzanck,
dimana bahan pemeriksaan dikerok dari dasar vesikel yang muncul lebih awal, kemudian
diletakkan di atas object glass, dan difiksasi dengan ethanol atau methanol, dan diwarnai dengan
pewarnaan hematoxylin-eosin, Giemsa, Papanicolaou, atau pewarnaan Paragon. 4

Gambar 3 Sel raksasa berinti banyak 4


Di samping itu Varicella zoster virus (VZV) polymerase chain reaction (PCR) adalah
metode pilihan untuk diagnosis varicella. VZV juga dapat diisolasi dari kultur jaringan,
meskipun kurang sensitif dan membutuhkan beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya. Bahan
yang paling sering digunakan adalah isolasi dari cairan vesikuler. VZV PCR adalah metode
pilihan untuk diagnosis klinis yang cepat. Real-time PCR metode tersedia secara luas dan
merupakan metode yang paling sensitif dan spesifik dari tes yang tersedia. Hasil tersedia dalam
beberapa jam. Jika real-time PCR tidak tersedia, antibodi langsung metode (DFA) neon dapat
digunakan, meskipun kurang sensitif dibanding PCR dan membutuhkan pengambilan spesimen
yang lebih teliti.1
Berbagai tes serologi untuk antibodi terhadap varicella tersedia secara komersial
termasuk uji aglutinasi lateks (LA) dan sejumlah enzyme-linked immunosorbent tes (ELISA).
Saat ini tersedia metode ELISA, dan ternyata tidak cukup sensitif untuk mampu mendeteksi
serokonversi terhadap vaksin, tetapi cukup kuat untuk mendeteksi orang yang memiliki
kerentanan terhadap VZV. ELISA sensitif dan spesifik, sederhana untuk melakukan, dan banyak
tersedia secara komersial. Di samping itu LA juga tersedia secara sensitif, sederhana, dan cepat
untuk dilakukan. LA agak lebih sensitif dibandingkan ELISA komersial, meskipun dapat
8

menghasilkan

hasil

yang

positif

palsu,

dan

dapat

menyebabkan

kegagalan

untuk

mengidentifikasi orang-orang yang tidak terbukti memiliki imunitas terhadap varicella. Dimana
salah satu dari tes ini akan berguna untuk skrining kekebalan terhadap varicella.1

2.7 Terapi
Antivirus
Beberapa analog nukleosida seperti acyclovir, famciclovir, valacyclovir, dan brivudin,
dan analog pyrophosphate foskarnet terbukti efektif untuk mengobati infeksi VZV. Acyclovir
adalah suatu analog guanosin yang secara selektif difosforilasi oleh timidin kinase VZV sehingga
terkonsentrasi pada sel yang terinfeksi. Enzim-enzim selular kemudian mengubah acyclovir
monofosfat menjadi trifosfat yang mengganggu sintesis DNA virus dengan menghambat DNA
polimerase virus. VZV kira-kira sepuluh kali lipat kurang sensitif terhadap acyclovir
dibandingkan HSV. Valacyclovir dan famcyclovir, merupakan prodrug dari acyclovir yang
mempunyai bioavaibilitas oral lebih baik daripada acyclovir sehingga kadar dalam darah lebih
tinggi dan frekuensi pemberian obat berkurang. 4
Antivirus pada anak
Pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir ( dalam 24 jam setelah timbul
ruam ) pada anak imunokompeten berusia 2-12 tahun dengan dosis 4x20 mg/kgBB/hari selama 5
hari menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya lesi yang baru, dan menurunkan
timbulnya ruam, demam, dan gejala konstitusi bila dibandingkan dengan placebo. Tetapi apabila
pengobatan dimulai lebih dari 24 jam setelah timbulnya ruam cenderung tidak efektif lagi. Hal
ini disebabkan karena varicella merupakan infeksi yang relatif ringan pada anak-anak dan
manfaat klinis dari terapi tidak terlalu bagus, sehingga tidak memerlukan pengobatan acyclovir
secara rutin. Namun pada keadaan dimana harga obat tidak menjadi masalah, dan kalau
pengobatan bisa dimulai pada waktu yang menguntungkan menguntungkan pasien (dalam 24
jam setelah timbul ruam ), dan ada kebutuhan untuk mempercepat penyembuhan sehingga orang
tua pasien dapat kembali bekerja, maka obat antivirus dapat diberikan. 4

Pada remaja dan dewasa


Pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir dengan dosis 5x800 mg selama 5
hari menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya lesi yang baru, dan menurunkan
timbulnya ruam, demam, dan gejala konstitusi bila dibandingkan dengan placebo. 4
Secara acak, pemberian placebo dan acyclovir oral yang terkontrol pada orang dewasa
muda yang sehat dengan varicella menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam waktu 24 jam
setelah timbulnya ruam) dengan acyclovir oral ( 5x800 mg selama 7 hari ) secara signifikan
mengurangi terbentuknya lesi yang baru, mengurangi luasnya lesi yang terbentuk, dan
menurunkan gejala dan demam. Dengan demikian, pengobatan rutin dari varicella pada orang
dewasa tampaknya masuk akal. Meskipun tidak diuji, ada kemungkinan bahwa famciclovir, yang
diberikan dengan dosis 500 mg per oral setiap 8 jam, atau valacyclovir dengan dosis 1000 mg
per oral setiap 8 jam mudah dan tepat sebagai pengganti acyclovir pada remaja normal dan
dewasa.
Banyak dokter tidak meresepkan acyclovir untuk varicella selama kehamilan karena
risiko bagi janin yang dalam pengobatan belum diketahui. Sementara dokter lain
merekomendasikan pemberian acyclovir secara oral untuk infeksi pada tri semester ketiga ketika
organogenesis telah sempurna, ketika mungkin ada peningkatan terjadinya resiko pneumonia
varicella, dan ketika infeksi dapat menyebar ke bayi yang baru lahir. Pemberian acyclovir
intravena sering dipertimbangkan untuk wanita hamil dengan varicella yang disertai dengan
penyakit sistemik. 4
Pasien dengan defisiensi imun
Percobaan terkontrol pada pasien immunocompromised dengan varicella menunjukkan
bahwa pengobatan dengan asiklovir intravena menurunkan insiden komplikasi yang mengancam
kehidupan ketika pengobatan dimulai dalam waktu 72 jam dari mulai timbulnya ruam. Acyclovir
intravena menjadi standar perawatan untuk varicella pada pasien yang disertai dengan
imunodefisiensi substansial. Meskipun pemberian terapi oral dengan famciclovir atau
valacyclovir mungkin cukup untuk pasien dengan derajat ringan gangguan kekebalan tubuh,
tetapi tidak ada uji klinis terkontrol yang menunjukkan secara pasti. 4

10

Topikal
Pada anak normal varicella biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Untuk mengatasi
gatal dapat diberikan kompres dingin, bedak kocok, dan antihistamin oral. Cream dan lotion
yang mengandung kortikosteroid dan salep yang bersifat oklusif sebaiknya tidak digunakan.
Kadang diperlukan antipiretik, tetapi pemberian olongan salisilat sebaiknya dihindari karena
sering dihubungkan dengan terjadinya sindroma Reye. Mandi rendam dengan air hangat dapat
mencegah infeksi sekunder bakterial. 4

2.8 Pencegahan
Vaksin varicella

Karakteristik
Vaksin varicella (Varivax, Merck) merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan, yang

berasal dari strain Oka VZV. Virus vaksin diisolasi oleh Takahashi pada awal tahun 1970 dari
cairan vesikular yang berasal dari anak sehat dengan penyakit varicella. Vaksin varicella ini
dilisensikan untuk penggunaan umum di Jepang dan Korea pada tahun 1988. Vaksin ini diijinkan
di Amerika Serikat pada tahun 1995 untuk orang-orang usia 12 bulan dan yang lebih tua. 1

Keefektifan vaksin
Setelah pemberian satu dosis tunggal vaksin varicella antigen, 97% dari anak yang

berusia 12 bulan sampai 12 tahun mengembangkan titer antibodi yang dapat terdeteksi.
Sedangkan lebih dari 90% dari responden vaksin mempertahankan antibodi untuk setidaknya 6
tahun. Dalam studi di Jepang, 97% dari anak-anak memiliki antibodi 7 sampai 10 tahun setelah
vaksinasi. Efikasi vaksin diperkirakan memiliki ketahanan 70% sampai 90% terhadap infeksi,
dan 90% sampai 100% terhadap penyakit sedang atau berat.1,5
Di antara remaja yang sehat dan orang dewasa yang berusia 13 tahun dan yang lebih tua,
rata-rata 78% mengembangkan antibodi setelah pemberian satu dosis, dan 99% mengembangkan
antibodi setelah pemberian dosis kedua yang diberikan 4 sampai 8 minggu kemudian. Antibodi

11

bertahan selama minimal 1 tahun pada 97% dari pemberian vaksin varicella setelah dosis kedua
yang diberikan pada 4 sampai 8 minggu setelah dosis pertama.1
Kekebalan tampaknya bertahan lama, dan mungkin permanen di sebagian besar vaksin.
Infeksi pada orang yang pernah mendapat vaksin secara signifikan lebih ringan, dengan lesi
sedikit (biasanya kurang dari 50), banyak yang makulopapular daripada vesikuler. Dimana
kebanyakan orang yang pernah mendapat vaksinasi sebelumnya tidak terjadi demam. 1,5
Meskipun pada penemuan dari beberapa studi telah menyarankan sebaliknya,
penyelidikan sebagian belum diidentifikasi waktu sejak vaksinasi sebagai faktor risiko untuk
terobosan varicella. Beberapa, tetapi tidak semua, penyelidikan baru-baru telah mengidentifikasi
adanya asma, penggunaan steroid, dan vaksinasi di lebih muda dari 15 bulan usia sebagai faktor
risiko untuk terobosan varicella. Terobosan infeksi varicella bisa menjadi hasil dari beberapa
faktor, termasuk gangguan replikasi virus vaksin oleh sirkulasi antibodi, vaksin impoten akibat
kesalahan penyimpanan atau penanganan, atau pencatatan tidak akurat. 1
Penelitian telah menunjukkan bahwa dosis kedua vaksin varicella meningkatkan
kekebalan dan mengurangi penyakit terobosan pada anak-anak. 1

Jadwal vaksinasi dan penggunaan


Vaksin varicella dianjurkan untuk semua anak tanpa kontraindikasi yang berusia 12

sampai 15 bulan. Vaksin ini dapat diberikan kepada semua anak pada usia ini terlepas dari
riwayat varicella. 1
Dosis kedua vaksin varicella harus diberikan pada 4 sampai 6 tahun kemudian . Dosis
kedua dapat diberikan lebih awal dari 4 sampai 6 tahun jika setidaknya 3 bulan telah berlalu
setelah dosis pertama (yaitu, interval minimum antara dosis vaksin varicella untuk anak-anak
berusia di bawah 13 tahun adalah 3 bulan). Namun, jika dosis kedua diberikan setidaknya 28 hari
setelah dosis pertama, dosis kedua tidak perlu diulang. Dosis kedua vaksin varicella ini juga
dianjurkan bagi orang yang lebih tua, dimana vaksin varicella diberikan kepada orang-orang 13
tahun atau lebih pada 4 sampai 8 minggu kemudian.. 1
Semua vaksin varicella harus diberikan secara subkutan. Vaksin varicella telah terbukti
aman dan efektif pada anak-anak yang sehat bila diberikan pada saat yang sama sebagai vaksin
12

MMR di lokasi terpisah dan dengan jarum suntik yang terpisah. Jika vaksin varicella dan MMR
tidak diberikan pada kunjungan yang sama, maka pemberian harus dipisahkansetidaknya 28
hari. Vaksin varicella juga dapat diberikan simultan (tapi di lokasi terpisah dengan jarum suntik
yang terpisah) dengan semua vaksin anak lainnya. 1

Profilaksis pasca terpapar


Data dari Amerika Serikat dan Jepang dalam berbagai penelitian menunjukkan bahwa

vaksin varicella ternyata efektif sekitar 70% sampai 100% dalam mencegah penyakit atau
terjadinya keparahan penyakit jika digunakan dalam waktu 3 hari, dan mungkin sampai 5 hari,
setelah paparan. ACIP merekomendasikan vaksin untuk digunakan pada orang yang tidak
terbukti memiliki kekebalan terhadap varicella atau pada orang yang terpapar varicella. Jika
paparan terhadap varicella tidak menyebabkan infeksi, vaksinasi pasca paparan harus diberikan
untuk memberi perlindungan terhadap paparan berikutnya. 1
Wabah varicella yang terjadi dalam beberapa keadaan (misalnya,pada tempat penitipan
anak, dan sekolah) dapat bertahan sampai dengan 6 bulan. Tetapi vaksin varicella diketahui telah
berhasil digunakan untuk mengendalikan wabah. ACIP merekomendasikan pemberian dosis
kedua vaksin varicella untuk pengendalian wabah. Jadi selama wabah varicella, orang-orang
yang telah menerima satu dosis vaksin varicella harus menerima dosis kedua, yang diberikan
sesuai dengan interval vaksinasi yang telah berlalu sejak dosis pertama (3 bulan untuk orang
yang berusia 12 bulan sampai 12 tahun dan setidaknya 4 minggu untuk orang yang berusia 13
tahun dan lebih tua). 1

Kontraindikasi dan tindakan pencegahan untuk vaksinasi


Seseorang dengan reaksi alergi yang parah (anafilaksis) dengan komponen vaksin atau

setelah dosis sebelumnya, seharusnya tidak menerima vaksin varicella. Orang dengan
imunosupresi karena leukemia, limfoma, keganasan umum, penyakit defisiensi imun, atau terapi
imunosupresif tidak harus divaksinasi dengan vaksin varicella. Namun, pengobatan dengan dosis
rendah (kurang dari 2 mg / kg / hari), topikal, penggantian, atau steroid aerosol bukan merupakan
kontraindikasi untuk vaksinasi. Orang yang imunosupresif yang diterapi dengan steroid telah
dihentikan selama 1 bulan (3 bulan untuk kemoterapi) dapat divaksinasi.1,5

13

Orang dengan imunodefisiensi seluler sedang atau berat akibat infeksi human
immunodeficiency virus (HIV), termasuk orang-orang yang didiagnosis dengan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS) tidak boleh menerima vaksin varicella. Anak yang
terinfeksi HIV dengan persentase CD4 T-limfosit 15% atau lebih tinggi, dan anak-anak yang
lebih tua dan orang dewasa dengan jumlah CD4 200 per mikroliter atau lebih tinggi dapat
dipertimbangkan untuk vaksinasi. 1
Wanita yang diketahui hamil atau mencoba untuk hamil sebaiknya tidak menerima vaksin
varicella. Sampai saat ini, tidak ada bukti yang merugikan kehamilan atau janin yang dilaporkan
di kalangan perempuan yang secara tidak sengaja menerima vaksin varicella sesaat sebelum atau
selama kehamilan. Tetapi ACIP merekomendasikan kehamilan harus dihindari selama 1 bulan
setelah menerima vaksin varicella. 1,5
Vaksinasi pada orang dengan penyakit akut, sedang atau berat sebaiknya ditunda sampai
kondisi telah membaik. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada pasien , seperti demam. Pada penyakit yang cenderung ringan , seperti otitis
media dan infeksi saluran pernapasan atas, mendapat terapi antibiotik, dan paparan atau
pemulihan dari penyakit lain tidak kontraindikasi terhadap vaksin varicella. Meskipun tidak ada
bukti bahwa baik varicella atau vaksin varicella memperburuk tuberkulosis, vaksinasi tidak
dianjurkan untuk orang-orang yang dikenal memiliki TB aktif. 1

2.9 Komplikasi
Pada anak-anak, varicella jarang disertai komplikasi. Komplikasi tersering umumnya
disebabkan oleh infeksi sekunder bakterial pada lesi kulit, yang biasanya disebabkan oleh
stafilokokus atau streptokokus, sehingga terjadi impetigo, furunkel, selulitis, atau erisipelas,
tetapi jarang terjadi gangren. Infeksi fokal tersebut sering menyebabkan jaringan parut, tetapi
jarang terjadi sepsis yang disertai infeksi metastase ke organ yang lainnya. Vesikel dapat menjadi
bula bila terinfeksi stafilokokus yang menghasilkan toksin eksfoliatif.4

14

Pneumonia, otitis media, dan meningitis supurativa jarang terjadi dan responsif terhadap
antibiotik yang tepat. Bagaimanapun juga, superinfeksi bakteri umum dijumpai dan berpotensi
mengancam kehidupan pada pasien dengan leukopenia.4
Pada orang dewasa demam dan gejala konstitusi biasanya lebih berat dan berlangsung
lebih lama, ruam varicella lebih luas, dan komplikasi lebih sering terjadi. Pneumonia varicella
primer merupakan komplikasi tersering pada orang dewasa. Pada beberapa pasien gejalanya
asimpomatis, tetapi yang lainnya dapat berkembang mengenai sistem pernafasan dimana
gejalanya dapat lebih parah seperti batuk, dyspnea, tachypnea, demam tinggi, nyeri dada
pleuritis, sianosis, dan batuk darah yang biasanya timbul dalam 1-6 hari sesudah timbulnya
ruam. 4
Varicella pada kehamilan mengancam ibu dan janinnya. Infeksi yang menyebar luas dan
varicella pneumonia dapat mengakibatkan kematian pada ibu, tetapi baik kejadian maupun
keparahan pneumonia varicella tampaknya meningkat secara signifikan pada kehamilan. Janin
dapat meninggal karena kelahiran prematur atau kematian ibu karena varicella pneumonia berat,
tetapi varicella selama kehamilan, tidak, jika tidak secara subtansial meningkatkan kematian
janin. Namun demikian, pada varicella yang tidak disertai komplikasi, viremia pada ibu dapat
menyebabkan infeksi intrauterin ( kongenital ), dan dapat menyebabkan abnormalitas kongenital.
Varicella perinatal ( varicella yang terjadi dalam waktu 10 hari dari kelahiran ) lebih serius
daripada varicella yang terjadi pada bayi yang terinfeksi beberapa minggu kemudian. 4
Morbiditas dan mortalitas pada varicella secara nyata meningkat pada pasien dengan
defisiensi imun. Pada pasien ini replikasi virus yang terus-menerus dan menyebar luas
mengakibatkan terjadinya viremia yang berkepanjangan, dimana mengakibatkan ruam yang
semakin luas, jangka waktu yang lebih lama dalam pembentukan vesikel baru, dan penyebaran
visceral klinis yang signifikan. Pada pasien dengan defisiensi imun dan diterapi dengan
kortikosteroid mungkin dapat berkembang menjadi pneumonia, hepatitis, encephalitis, dan
komplikasi berupa perdarahan, dimana derajat keparahan dimulai dari purpura yang ringan
hingga parah dan seringkali mengakibatkan purpura yang fulminan dan varicella malignansi. 4
Komplikasi susunan saraf pusat pada varicella terjadi kurang dari 1 diantara 1000 kasus.
Varicella berhungan dengan sindroma Reye (ensepalopati akut disertai degenerasi lemak di liver)
15

yang khas terjadi 2 hingga 7 hari setelah timbulnya ruam. Dulu, dari 15-40% pada semua kasus
sindroma Reye berhubungan dengan varicella, khususnya pada penderita yang diterapi dengan
aspirin saat demam, dengan mortalitas setinggi 40%. Ataksia serebri akut lebih umum terjadi
daripada kelainan neurologi yang lainnya. Encephalitis lebih jarang lagi terjadi yaitu pada 1
diantara 33.000 kasus, tetapi merupakan penyebab kematian tertinggi atau menyebabkan
kelainan neurologi yang menetap. Patogenesa terjadinya ataksia serebelar dan ensephalitis tetap
jelas, dimana pada banyak kasus ditemukan adanya VZV antigen, VZV antibodi, dan VZV DNA
pada cairan cerebrospinal pada pasien, yang diduga menyebabkan infeksi secara langsung pada
sistem saraf pusat. 4
Komplikasi yang jarang terjadi antara lain myocarditis, pancreatitis, gastritis dan lesi
ulserasi pada saluran pencernaan, artritis, vasculitis Henoch-Schonlein, neuritis, keratitis, dan
iritis. Patogenesa dari komplikasi ini belum diketahui, tetapi infeksi VZV melalui parenkim
secara langsung dan endovascular, atau vasculitis yang disebabkan oleh VZV antigen-antibodi
kompleks, tampaknya menjadi penyebab pada kebanyakan kasus.1,4

2.10 Prognosis
Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene member prognosis yang baik
dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit.2

BAB III
16

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. J

Usia

: 21 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Alamat

: Padang

Pekerjaan

: Mahasiswa

Suku

: Minang

Agama

: Islam

ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki usia 21 tahun datang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 24 Oktober 2014 dengan,
Keluhan Utama
Timbul gelembung-gelembung berisi cairan di kulit sejak 3 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang


-

Awalnya timbul bercak-bercak kemerahan pada kulit sejak 4 hari yang lalu, kemudian
bercak-bercak tersebut berubah menjadi gelembung-gelembung yang berisi cairan sejak 3
hari yang lalu. Gelembung muncul pertama kali di badan kemudian menyebar hingga ke
wajah, lengan, dan tungkai. Gelembung tersebut terasa gatal namun tidak sampai

mengganggu aktivitas.
Lima hari yang lalu pasien demam disertai nyeri pada tenggorok, sakit kepala, dan nyeri

pada otot dan sendi. Selain itu pasien mengeluhkan badan terasa letih dan lesu.
Pasien ialah seorang mahasiswa dengan aktivitas yang padar. Akhir-akhir ini pasien

kurang beristirahat dan tidak teratur makan karena padatnya kegiatan perkuliahan.
Kontak dengan orang yang menderita penyakit seperti pasien ada.
17

Riwayat penyakit menahun tidak ada.


Riwayat konsumsi jamu-jamuan dalam jangka waktu lama tidak ada.
Riwayat penurunan berat badan yang drastis tidak ada.
Sebelumnya pasien telah berobat ke klinik karena merasa badan terasa letih dan lesu.
Pasien hanya diberi vitamin B kompleks dan vitamin C. Namun kondisi kesehatan pasien
semakin memburuk dengan timbulnya demam yang kemudian diikuti munculnya
gelembung-gelembung pada kulit sehingga pasien datang berobat ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Kakak dan dua teman dekat pasien menderita penyakit yang sama seperti pasien.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum

: sakit Sedang

Kesadaran

: komposmentis kooperatif

Tekanan Darah

: diharapkan dalam batas normal

Frekuensi Nadi

: diharapkan dalam batas normal

Frekuensi Napas

: diharapkan dalam batas normal

Suhu

: diharapkan dalam batas normal

Berat Badan

: 70 kg

Tinggi Badan

: 165 cm

Status Gizi

: Baik

18

Status Internus
Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Thoraks

: diharapkan dalam batas normal

Abdomen

: diharapkan dalam batas normal

Ekstremitas

: akral hangat, perfusi baik

Status Dermatologikus
Lokasi

: wajah, kulit kepala, leher, dada, perut, punggung, lengan atas kanan dan
kiri, lengan bawah kanan dan kiri, tungkai atas kanan dan kiri, tungkai
bawah kanan dan kiri

Distribusi

: generalisata

Bentuk

: tidak khas

Susunan

: diskret

Batas

: tegas

Ukuran
Efloresensi

: milier - lentikuler
: makula eritem, papul eritem, vesikel, pustul, krusta

Status Venerologikus: tidak diperiksa


Kelainan Selaput Lendir

: tidak ada kelainan

Kelainan Kuku

: tidak ada kelainan

Kelainan Rambut

: tidak ada kelainan

19

20

21

22

RESUME
ANAMNESIS
-

Awalnya timbul bercak-bercak kemerahan pada kulit sejak 4 hari yang lalu, kemudian
bercak-bercak tersebut berubah menjadi gelembung-gelembung yang berisi cairan sejak 3
hari yang lalu. Gelembung muncul pertama kali di badan kemudian menyebar hingga ke
wajah, lengan, dan tungkai. Gelembung tersebut terasa gatal namun tidak sampai

mengganggu aktivitas.
Lima hari yang lalu pasien demam disertai nyeri pada tenggorok, sakit kepala, dan nyeri

pada otot dan sendi. Selain itu pasien mengeluhkan badan terasa letih dan lesu.
Pasien ialah seorang mahasiswa dengan aktivitas yang padar. Akhir-akhir ini pasien

kurang beristirahat dan tidak teratur makan karena padatnya kegiatan perkuliahan.
Kontak dengan orang yang menderita penyakit seperti pasien ada.
Sebelumnya pasien telah berobat ke klinik karena merasa badan terasa letih dan lesu.
Pasien hanya diberi vitamin B kompleks dan vitamin C. Namun kondisi kesehatan pasien
semakin memburuk dengan timbulnya demam yang kemudian diikuti munculnya
gelembung-gelembung pada kulit sehingga pasien datang berobat ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang.

STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi

: wajah, kulit kepala, leher, dada, perut, punggung, lengan atas kanan dan
kiri, lengan bawah kanan dan kiri, tungkai atas kanan dan kiri, tungkai
bawah kanan dan kiri

Distribusi

: generalisata

Bentuk

: tidak khas

Susunan

: diskret

Batas

: tegas

Ukuran
Efloresensi

: milier - lentikuler
: makula eritem, papul eritem, vesikel, pustul, krusta

DIAGNOSIS KERJA

: Varicella zoster
23

PEMERIKSAAN PENUNJANG

: Tzanck Test

DIAGNOSIS BANDING

:-

PENATALAKSANAAN
Umum
-

Jangan pecahkan gelembung


Jaga kebersihan tubuh
Istirahat yang cukup
Hindari stres berlebihan
Minum obat sesuai anjuran

Khusus
-

Paracetamol 3 x 500 mg (bila demam)


CTM 3 x 4 mg (bila gatal-gatal)
Acyclovir 5 x 800 mg
Bedak kocok untuk badan 2-3x sehari setelah mandi

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: bonam

Quo ad sanationam

: bonam

Quo ad fungsionam

: bonam

Quo ad kosmetikum : dubia ad bonam

RESEP OBAT
dr. Aisha Rahmatya/ dr. Dian Rahma Kasir
Praktik Umum
SIP. 101490
Alamat: Jl. Perintis Kemerdekaan no. 39, Padang
24

No. Telp: 0751-9800301


Praktik: Senin Jumat
Pukul: 16.00 18.00
Padang, 24 Oktober 2014
R/ Asiklovir Tab 400 mg No. LXX
S5dd tab II
R/ Paracetamol Tab 500 mg No. XV
S3dd tab I (bila demam)
R/ CTM Tab 4 mg No. XV
S3dd tab I (bila gatal-gatal)
R/ Talc venetum 20%
Zinc oxide 10%
Gliserin 15%
Menthol 1%
Asam salisilat 2%
Alkohol 70%
Aqua 100 ml
m f sol
s.u.e aplic loc dol

Pro

: Tn. J

Umur : 21 tahun
Alamat: Padang
DISKUSI

Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus varicella zoster (VZV) yang menyerang
kulit dan mukosa, dari gambaran klinis terdapat gejala konstitusi serta kelainan kulit polimorf
25

yang terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. 2 Pada pasien yang mendapat imunisasi, insiden
terjadinya varicella menurun secara nyata, sedangkan pada orang yang belum mendapat
vaksinasi, 90% kasus terjadi pada anak-anak dibawah 10 tahun, 5% terjadi pada orang yang
berusia lebih dari 15 tahun.3
Varicella merupakan salah satu kasus yang sering ditemui dalam praktik kedokteran
sehari-hari, terutama pada praktik dokter layanan primer. Pada tanggal 24 Oktober 2014 datang
seorang pasien laki-laki berusia 21 tahun dengan keluhan utama timbul gelembung-gelembung
berisi cairan di kulit. Dari anamnesis diketahui bahwa awalnya timbul bercak-bercak kemerahan
pada kulit sejak 4 hari yang lalu, kemudian bercak-bercak tersebut berubah menjadi gelembunggelembung yang berisi cairan sejak 3 hari yang lalu. Gelembung muncul pertama kali di badan
kemudian menyebar hingga ke wajah, lengan, dan tungkai. Gelembung tersebut terasa gatal.
Sebelum timbul keluhan di kulit pasien mengeluhkan adanya demam disertai nyeri pada
tenggorok, sakit kepala, dan nyeri pada otot dan sendi lima hari yang lalu. Selain itu pasien
mengeluhkan badan terasa letih dan lesu.
Berdasarkan anamnesis tersebut dapat dipikirkan diagnosis yaitu varicella zoster dimana
tedapat gejala prodromal yang kemudian disusul timbulnya kelainan pada kulit. Dari anamnesis
juga didapati keterangan bahwa pasien sebelumnya berkontak dengan penderita varicella zoster
(kakak dan teman dekat). Selain itu pasien mengaku bahwa baru pertama kali menderita penyakit
seperti ini. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa infeksi primer dari virus
varicella zoster akan menyebabkan penyakit varicella, sedangkan reaktivasi menyebabkan
penyakit herpes zoster.
Dari pemeriksaan status dermatologikus didapati lokasi lesi terdapat di wajah, kulit
kepala, leher, dada, perut, punggung, lengan atas kanan dan kiri, lengan bawah kanan dan kiri,
tungkai atas kanan dan kiri, tungkai bawah kanan dan kiri. Distribusi generalisata, bentuk tidak
khas, susunan diskret (terpisah satu dengan yang lain), dengan batas tegas, ukuran milier
lentikuler, dan efloresensi berupa makula eritem, papul eritem, vesikel, pustul, krusta. Kelainan
kulit tersebut khas pada varicella zoster. Gambaran lesi varicella zoster berkembang secara cepat,
yaitu lebih kurang 12 jam, dimana mula-mula berupa makula eritematosa yang berkembang
menjadi papul, vesikel, pustul, dan krusta. Cairan vesikel cepat menjadi keruh karena masuknya

26

sel radang, sehingga mengubah vesikel menjadi pustul. Lesi kemudian mengering, mula-mula di
bagian tengah dan kemudian menjadi krusta yang akan lepas dalam 1-3 minggu.
Tata laksana dari varicella zoster bersifat simptomatik yaitu dengan memberikan obat
antipiretik analgetik serta antihistamin untuk menghilangkan rasa gatal. Pada pasien diberikan
obat Paracetamol 3 x 500 mg dan CTM 3 x 4 mg. Untuk antivirus diberikan acyclovir 5 x 800
mg. Goldsmith et al menyatakan bahwa pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir
dosis 5 x 800 mg selama 5 hari dapat menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya lesi
yang baru, dan menurunkan timbulnya ruam, demam, dan gejala konstitusi bila dibandingkan
dengan placebo. Untuk terapi topikal diberikan bedak kocok yang didalamnya terdapat zat
antigatal untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal.

DAFTAR PUSTAKA

27

Centers

for

Disease

Control

and

Prevention.

Varicella.

Diakses

dari

www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/varicella.pdf.
2

Handoko RP. 2009. Penyakit Virus. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; h 115-6.

Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. 2009. Fitzpatricks Color Atlas and Sypnosis of
Clinical Dermatology. 6th Edition. McGraw-Hill Proffesional; p 831-5.

Goldsmith LA, Katz SL, Gilchrest BA, Palier AS, Leffeli DJ, Wolff K.. 2008.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th Edition. McGraw-Hill Proffesional;
p 1885-95.

Varicella (chickenpox). 2009. Diakses dari http://www.ncirs.edu.au/immunisation/factsheets/varicella-fact-sheet.pdf .

28

Anda mungkin juga menyukai