Anda di halaman 1dari 20

KK REKAYASA STRUKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

BAB I
Pengenalan Jembatan
1.1 Jembatan
1.1.1 Pengertian Jembatan

Gambar 1.1 Contoh Jembatan

Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan rute


transportasi melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lainlain. Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan

dua

bagian

jalan

yang

terputus

oleh

adanya

rintanganrintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan
pembuang . Jalan ini yang melintang yang tidak sebidang dan lain-lain.
Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya meneruskan jalan
melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya
jalan lain berupa jalan air atau lalu lintas biasa. Jembatan yang berada diatas
jalan lalu lintas biasanya disebut viaduct. Jembatan dapat digolongkan
sebagai berikut :
1. Jembatan jembatan tetap.
2. Jembatan jembatan dapat digerakkan.
Kedua golongan jembatan tersebut dipergunakan untuk lalu lintas kereta api
dan lalu lintas biasa ( Struyk dan Veen, 1984).
Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan
menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

sama tinggi permukaannya. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan


sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan
teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek
teknis, Aspek estetika (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
Menurut (Asiyanto 2008) jembatan rangka baja adalah struktur
jembatan yang terdiri dari rangkaian batang batang baja yang dihubungkan
satu dengan yang lain. Beban atau muatan yang dipikul oleh struktur ini akan
diuraikan dan disalurkan kepada batang batang baja struktur tersebut,
sebagai gaya gaya tekan dan tarik, melalui titik titik pertemuan batang
(titik buhul). Garis netral tiap tiap batang yang bertemu pada titik buhul
harus saling berpotongan pada satu titik saja, untuk menghindari timbulnya
momen sekunder.
1.1.2 Jenis-Jenis Jembatan
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe
struktur sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan
kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada
konstruksi yang mutakhir.
1. Menurut Kegunaanya

Jembatan jalan raya (highway brigde)


Jembatan ini merupakan jembatan yang paling umum
paling

dikenal dan

banyak dijumpai, berfungsi bagi lalu lintas kendaraan secara

umum.

Gambar 1.2 Contoh Jembatan Jalan Raya

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

Jembatan kereta api (railway brigde)


Jembatan ini digunakan khusus untuk rel kreta api

Gambar 1.3 Contoh Jembatan Kereta Api

Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).


Merupakan jalan yang khusus direruntukkan untuk pejalan kaki dan

kendaraan roda 2. Konstruksinya dapat berupa jembatan beton, gelagar baja


maupun jembatan gantung.

Gambar 1.4 Contoh Jembatan Pejalan Kaki

Jembatan jalan pipa

Jembatan penyebrangan

2. Menurut Jenis Materialnya

Jembatan kayu
Merupakan jembatan sederhana yang sepenuhnya dibuat dari kayu.
Perlu diperhatikan kayu yang digunakan haruslah dari jenis kayu yang
kuat, awet dan tahan terhadap air.

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

Gambar 1.5 Contoh Jembatan Kayu

Jembatan baja
Merupakan jembatan yang dibuat rangka baja atau gelagar baja.

Gambar 1.6 Contoh Jembatan Baja

Jembatan beton prategang


Jembatan beton yang dibuat dengan perkuatan kabel yang diberi tegangan.

Gambar 1.7 Contoh Jembatan Prategang

Jembatan komposit
Merupakan jembatan kombinasi antara gelagar besi dengan plat beton

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

Gambar 1.8 Contoh Jembatan Komposit

3. Menurut Jenis Structural

Jembatan dengan tumpuan sederhana (simply supported bridge)


Gelagar utama atau rangka batang ditopang oleh roll di satu sisi
dan sendi di sisi yang lainnya.

Jembatan menerus (continuous bridge)


Gelagar atau rangka batang didukung menerus oleh lebih dari tiga
sendi sehingga menjadi sistem struktur yang tidak tetap. Kecenderungan
itu lebih ekonomis karena jumlah sambungan sedikit serta tidak
memerlukan perawatan. Penurunan pada pendukung sebaiknya dihindari

Jembatan kantilever (cantilever bridge)


Jembatan menerus yang dibuat dengan penempatan sendi di antara
pendukung.

Jembatan integral (integral bridge)

Jembatan semi integral (semi integral bridge)

Jembatan pelengkung tiga sendi (arches bridge)

Jembatan rangka (trusses bridge)

terdiri dari gelagar utama dan rangka induk

panjang bentang jembatan L 100,0 m

Jembatan gantung (suspension bridge)


Suspension Bridge

pemikul utama beban adalah kabel-kabel yang terbuat dari baja


mutu tinggi (high strength steel).

panjang bentang jembatan L 1500,0 m

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II
Kabel Baja

Gambar 1.10 Contoh Jembatan Gantung

Jembatan kable (cabled-stayed bridge)


Cable Stayed Bridge

termasuk jembatan panjang, dimana panjang bentang jembatan bisa


mencapai beberapa ratus meter (L 500,0 m).
Kabel Baja

Gambar 1.11 Contoh Jembatan Kabel

Menurut Lay-out Gelagar Utama :


1. Simple Span Bridge

gelagar utama edirencanakan sebagai balok

di atas dua perletakan sederhana


2. Continous Bridge

gelagar utama direncanakan sebagai balok

menerus di atas banyak perletakan


3. Cantilever Bridge

gelagar utama direncanakan sebagai balok

menerus di atas banyak perletakan

Simple Span Bridge

DIEKA MEDILLA ANANZA

Continous Bridge

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II
Gambar 1.12 Cantilever Bridge

Catatan :
Continous bridge dapat direncanakan sebagai simple span bridge, dimana masingmasing bentangnya dihitung secara terpisah. Tujuannya adalah apabila terjadi
penurunan pada satu bentang, tidak mempengaruhi jembatan secara keseluruhan,
sehingga lalu lintas kendaraan yang melewati jembatan tersebut tidak terganggu.
L

Gambar 1.13

1.1.3 Bagian-Bagian Jembatan


Struktur jembatan dapat dikelompokkan atas :
Struktur Atas (superstructure)
Struktur Bawah (substructure)
Pondasi (foundation)
Struktur Atas (superstructure), terdiri dari :

Lantai Jembatan (bridge deck)

lantai jembatan merupakan pelat lantai yang terbuat dari beton bertulang,
baja atau kayu yang berfungsi sebagai tempat lewatnya kendaran.

pelat lantai kendaraan (slab) direncanakan sedemikian rupa, agar dapat


memikul beban kendaraan secara langsung.

bentuk-bentuk pelat lantai jembatan dapat berupa :

solid slab

voided slab

coffered slab

Solid Slab

DIEKA MEDILLA ANANZA

Voided Slab

Coffered Slab

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II
Gambar 1.15 Bentuk Bentuk Lantai Jembatan

Struktur Utama

Struktur utama jembatan dapat terbuat dari beton bertulang (reinforced


concrete), beton prategang (prestress concrete), baja atau kayu yang
berfungsi untuk memikul beban jembatan (struktur atas).

bentuk-bentuk struktur utama jembatan dapat berupa :

balok (gelagar) atau girder

rangka batang (truss)

busur (arch)

cable-suspended structure (suspension bridge dan cable stayed

bridge)
pelat lantai

pelat lantai

Diafragma

Balok (Gelagar)
pelat lantai

pelat lantai

pelat lantai

Box Girder

Tied Arch
Open Spandrel Arch
Busur (Arch)
Rangka Induk

Gelagar
Melinta
ng

DIEKA MEDILLA ANANZA

Gelagar
Memanjan
g

1210922053
Ikatan
Angin

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

Rangka Batang (Truss)


Gambar 1.16 Bentuk Bentuk Struktur Utama Jembatan

Ikatan Angin

hanya terdapat pada jembatan rangka baja, yang berfungsi untuk menahan
beban angin horizontal.

Diafragma/bracing

diafragma/bracing berfungsi untuk memperkuat sistem penahan, yaitu untuk


menahan beban horizontal dan juga untuk menghindari terjadinya tekuk
lateral pada gelagar memanjang.

Perletakan

merupakan tumpuan gelagar, yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari


gelagar utama ke abutment atau pilar.

ada dua macam perletakan/ tumpuan yang sering digunakan pada jembatan,
yaitu :

perletakan atau tumpuan bergerak (rol)

perletakan atau tumpuan tetap (sendi)

Pada struktur atas, terdapat struktur pelengkap yang terdiri dari :

Trotoar

Tiang Sandaran (post/guard fence)

Pipa/Balok Sandaran (railing)

Kerb

Lapisan Permukaan (wearing surface)

Perlengkapan Drainase (drainage equipment)

berfungsi untuk megalirkan air hujan yang terdapat pada lantai kendaraan.
Karena jika tidak dialirkan, lantai jembatan akan tertutup air dan kendaraan
yang melewatinya bisa tergelincir/slip.

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

supaya air hujan pada lantai kendaraan bisa mengalir, maka kemiringan
lapisan aspal (lapisan permukaan) 0 %, dengan alternatif :
2 %, atau

kemiringan memanjang
kemiringan melintang 2 %

air hujan pada lantai jembatan dibuang ke saluran air hujan yang dibuat
pada arah memanjang jembatan, pada kedua sisinya.

Sambungan Muai (expansion joint).

karena lantai dan gelagar yang digunakan pada jembatan dapat memuai
(baik dari beton maupun dari baja), maka sambungan gelagar di tumpuan
harus diberi celah atau pelat menerus diputus dan diberi karet.

tiang sandaran

trotoar

Kemiringan Jalan
2%

kerb

Saluran air

pelat lantai beton


Tiang Sandaran

Pipa Sandaran
saluran
pembuangan

Pipa dan Tiang Sandaran

Kerb

Lantai Beton

Gelagar Baja

karet baja

Sambungan Muai
Gambar 1.17 Struktur Pelengkap pada Jembatan

Struktur Bawah (Sub Structure), terdiri dari :

Kepala Jembatan (abutment)

merupakan tempat menumpunya struktur utama jembatan.

berfungsi untuk memikul beban-beban vertikal dari struktur utama jembatan


melalui tumpuan/perletakan.

abutment juga dapat berfungsi sebagai dinding penahan tanah, yaitu untuk
menahan tekanan lateral tanah.

Pilar (pier)

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

merupakan tempat tumpuan dari struktur utama jembatan.

dipasang jika jembatan mempunyai bentang yang sangat panjang (jarak


antara abutment sangat besar).

berfungsi untuk membagi bentang jembatan sehingga bentang jembatan


tidak terlalu besar (memperkecil panjang bentang jembatan)

Pondasi (foundation)

berfungsi untuk memikul seluruh beban jembatan yang disalurkan melalui


abutment atau pilar.

pemilihan pondasi tergantung pada jenis tanah yang berada di bawah abutment
atau pilar, dimana jika kondisi tanahnya cukup kuat dapat digunakan pondasi
langsung seperti pondasi telapak, pondasi rakit. Sedangkan jika kondisi
tanahnya jelek, perlu diberi pondasi tiang pancang atau caisson.
lantai kendaraan

pilar (pier)

tekana
n

abutment

pondasi
langsung

pondasi

Gambar 1.18 Pondasi dan Struktur Bawah Jembatan

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II
Gambar 1.19 Bagian-Bagian Jembatan 1

Gambar 1.20 Bagian-bagian Jembatan 2

Keterangan :
1. Bangunan atas
2. Bangunan bawah (abutment)
3. Pondasi
4. Andas/tumpuan
5. Oprit
6. Railling / sandaran
1.2 Peraturan Standar yang Digunakan
Peraturan standar yang digunakan dalam pengerjaan Tugas Besar Konstruksi
Baja II mengenai jembatan ini adalah :

RSNI T-03-2005 Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan

RSNI-T-02-2005 Standar Pembebanan untuk Jembatan

Badan Standarisasi Nasional (2005) mempunyai peraturan peraturan


yang digunakan di Indonesia, untuk merancang struktur jembatan. Peraturan yang
digunakan Badan Standarisasi Nasional (2005) dalam perancangan jembatan
adalah sebagai berikut :
1. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR, 1987)
2. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI)

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

3. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan (Bridge Management System,


1992)
4. Revisi SNI 03-2833-1992, tentang Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Jembatan.
5. RSNI T-03-2005, tentang Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan.
1.3 Beban- Beban yang Diperhitungkan
1.3.1 Beban Mati
Yaitu merupakan beban yang berasal dari berat sendiri jembatan atau
bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan yang
dianggap merupakan satu kesatuan tetap dengannya.
1.3.1.1 Beban Mati Primer
Beban mati yang digunakan dalam perhitungan kekuatan
gelagar-gelagar (baik gelagar tengah maupun gelagar pinggir) adalah
berat sendiri pelat dan sistem lainnya yang dipikul langsung oleh
masing-masing gelagar tersebut.
1.3.1.2 Beban Mati Sekunder
Beban mati sekunder yaitu kerb, trotoir, tiang sandaran dan lainlain, yang dipasang setelah pelat di cor, dan dapat dianggap terbagi rata
di semua gelagar.
1.3.2 Beban Hidup
Muatan hidup adalah semua muatan yang berasal dari berat
kendaraankendaraan bergerak/ lalu lintas dan atau berat pejalan kaki yang
dianggap bekerja pada jembatan. Muatan hidup pada jembatan yang harus
ditinjau dinyatakan dalam dua macam, yaitu muatan T yang merupakan
beban terpusat untuk lantai kendaraan dan muatan D yang merupakan
beban jalur untuk gelagar.
1.3.2.1 Beban T
Dalam menghitung kekuatan lantai akibat beban T dianggap
bahwa beban tersebut menyebar ke bawah dengan arah 45 derajat
sampai ktengah-tengah tebal lantai

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

Beban T merupakan beban kendaraan truk yang mempunyai


beban roda ganda (Dual Wheel Load) sebesar 10 ton, yang bekerja pada
seluruh lebar bagian jembatan yang dingunakan untuk lalu lintas
kendaraan.

Gambar 1.21 Ketentuan Beban T yang Terjadi pada Jembatan Jalan Raya

1.3.2.2 Beban D
Beban D adalah susunan beban pada setiap jalur lalu lintas
yang terdiri dari beban garis P ton per jalur lalu lintas (P = 12 ton)
dan beban terbagi rata q ton per meter panjang per jalur sebagai
berikut:
q = 2,2 t/m
q = 2,2 t/m {(1,1/60) x (L 30)} t/m
q = 1,1{1 + (30/L)}

DIEKA MEDILLA ANANZA

untuk L < 30 m.
untuk 30 m < L < 60 m.
untuk L > 60 m.

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

Gambar 1.22 Distribusi beban D yang Bekerja pada Jembatan Jalan Raya

Ketentuan penggunaan beban D dalam arah melintang jembatan


sebagai berikut:
Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan < 5,50 m, beban D
sepenuhnya (100%) harus dibebankan pada seluruh jembatan.
Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan > 5,50 m, beban D
sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,50 m sedangkan
lebar selebihnya dibebani hanya separuh beban D (50%).
Dalam menghitung momen dan gaya lintang dianggap bahwa
gelagar gelagar mempunyai jarak dan kekuatan yang sama atau hampir
sama sehingga penyebaran beban D melalui lantai kendaraan ke
gelagar gelagar harus dihitung dengan cara sebagai berikut :
Perhitungan momen dan perhitungan gaya lintang
a. Gelagar memanjang tengah
Beban hidup yang diterima oleh tiap gelagar memanjang tengah
adalah sebagai berikut :
Beban merata : q = q/2,75 x x s
Beban garis : P = P/2,75 x x s
Dimana :
s = jarak gelagar yang berdekatan (yang ditinjau) dalam meter,
diukur dari sumbu ke sumbu.
= faktor distribusi.
= 0,75 bila kekuatan gelagar melintang diperhitungkan.
= 1,00 bila kekuatan gelagar melintang tidak diperhitungkan.
b. Gelagar memanjang pinggir

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

Beban hidup yang diterima oleh gelagar memanjang pinggir adalah


beban hidup tanpa memperhitungkan faktor distribusi ( = 1,00).
Bagaimana pun juga gelagar memanjang pinggir harus direncanakan
minimum sama kuat dengan gelagar memanjang tengah. Dengan
demikian beban hidup yang diterima oleh tiap gelagar memanjang
pinggir tersebut adalah sebagai berikut :
Beban merata : q = q/2,75 x s
Beban garis : P = P/2,75 x s
Dimana :
s = lebar pengaruh beban hidup pada gelagar memanjang pinggir.
c. Gelagar melintang tengah.
Beban hidup yang diterima oleh gelagar melintang tengah adalah
sebagai berikut :
Beban merata : q = q x s
Beban garis : P = P
Dimana :
s = lebar pengaruh beban hidup pada gelagar melintang tengah.
d. Gelagar melintang pinggir
Beban hidup yang diterima oleh gelagar melintang pinggir adalah
sebagai berikut :
Beban merata : q = q x s
Beban garis : P = P
Dimana :
s = lebar pengaruh beban hidup pada gelagar melintang pinggir.
1.3.2.3 Beban pada Trotoar, Kerb, Sandaran

Konstruksi trotoir harus diperhitungkan terhadap beban


hidup sebesar 500 kg/m2. Dalam perhitungan kekuatan
gelagar karena pengaruh beban hidup pada trotoir,
diperhitungkan beban sebesar 60% beban hidup trotoir.

Kerb yang terdapat pada tepi-tepi lantai kendaraan harus


diperhitungkan untuk dapat menahan beban horisontal ke
arah melintang jembatan sebesar 500 kg/m yang bekerja

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

pada puncak kerb yang bersangkutan atau pada tinggi 25 cm


di atas permukaan lantai kendaraan apabila kerb yang
bersangkutan lebih tinggi dari 25 cm.

Tiang-tiang sandaran pada setiap tepi trotoir harus


diperhitungkan untuk dapat menahan beban horizontal
sebesar 100 kg/m, yang bekerja pada tinggi 90 cm di atas
lantai trotoir.

1.3.3 Beban Kejut


Untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh getaran-getaran dan
pengaruh-pengaruh dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban garis
P harus dikalikan dengan koefisien kejut yang akan memberikan hasil
maksimum, sedangkan beban merata q dan beban T tidak dikalikan
dengan koefisien kejut.
Koefisien kejut ditentukan dengan rumus :

Dimana : k = Koefisien kejut


L = Panjang bentang dalam meter, ditentukan oleh tipe konstruksi
jembatan (keadaan statis) dan kedudukan muatan garis P
Koefisien kejut tidak diperhitungkan terhadap bangunan bawah apabila
bangunan bawah dan bangunan atas tidak merupakan satu kesatuan. Bila
bangunan bawah dan bangunan atas merupakan satu kesatuan maka koefisien
kejut diperhitungkan terhadap bangunan bawah.

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

DAFTAR PUSTAKA
(http://www.ilmusipil.com/menghitung-beban-struktur-jembatan)
(2027_CHAPTER_II.pdf)
(e-journal.uajy.ac.id/1516/3/2TS12436.pdf)
(1857_CHAPTER_III.pdf)
(http://ilmu-teknik-sipil-indonesia.blogspot.com/2014/03/pengertian-danjenis-struktur-jembatan.html)
(http://civildoqument.blogspot.com/2014/09/pengertian-jembatan.html)

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

BAB II
Gambar Denah Jembatan, Potongan Memanjang dan Melintang
a. Denah

b. Potongan Memanjang

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

KK REKAYASA STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
KONSTRUKSI BAJA II

c. Potongan Melintang

DIEKA MEDILLA ANANZA

1210922053

Anda mungkin juga menyukai