Anda di halaman 1dari 38

PERCOBAAN I

GRANULASI BASAH

I. Tujuan
Menentukan pengaruh jenis pengikat terhadap sediaan tablet dengan teknik
granulasi basah dengan zat aktif parasetamol.
II.

Teori Dasar
Pada Farmakope Indonesiia edisi 3 Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat

secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata
atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
(DepKes RI. 1979). Lalu pada Farmakope Indonesia edisi 4 direvisi menjadi sediaan
padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (DepKes RI. 1995)
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia edisi V disebutkan seperti pada
Farmakope Indonesia edisi 4 bahwa tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa (DepKes RI. 2014)
Untuk pemakaian obat secara oral, maka bentuk tablet merupakan sediaan yang
paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan tablet efektif dan memberikan akseptibilitas
yang baik dari

pasien. Dari sudut pandang farmasetika bentuk sediaan padat pada

umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat ini lebih cocok
untuk obat-obat yang kurang stabil.
Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut :
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi
optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di
atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk
tablet yang masih menghasilkan bioavalabilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan


penyalutan terlebih dahulu. (Lachman, 1994)
Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan
pembantu (eksipien). Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam mendesain
formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas eksipien sebagai berikut
(Goeswin, 2012) :
1.

Pengisi/pengencer (diluents)
Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara

signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia dari
tablet jadi (akhir)
2. Pengikat (binder)
Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk
meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam
pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa kohesif atau
pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat
mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan.
3. Penghancur (disintegrants)
Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat
setelah ditelan pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum dilakukan
granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada kedua
tahap proses.
4. Pelincir (lubricant)
Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang
meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan
dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan
sifat sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin (glidant)
5. Antiadheran
Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi
mudah tersusun/terkumpul.
6. Pelicin (glidantt)
Glidant dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam
lobang lumpang. Glidant dapat meminimalkan ketidak merataan yang sering
ditemukan/ditunjukan

formula

kempa

langsung.

Glidant

meminimalkan

kecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan.


Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

Hipotesis mekanisme kerja glidant menurut beberapa penelitian :


1) Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.
2) Distribusi glidant dalam granul.
3) Adsorpsi preferensial gas pada glidant versus granul.
4) Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.
5) Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan karena
glidant teradhesi pada permukaan granul.
Tablet yang dibuat secara baik haruslah menunjukan kualitas sebagai berikut :
a. Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai
identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan,
kintaminasi, dan lain lain.
b. Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan
pengepakan.
c. Stabil secara fisika, kimia.
d. Mampu melepas zat berkhasiat sesuai dengan yang diharapkan.
e. Bioavailibilitas (Lachman, 1994).
f. memenuhi keseragaman ukuran
g. memenuhi keseragaman bobot
h. memenuhi waktu hancur
i. memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
j. memenuhi waktu larut (dissolution test) (Anief, M., 2005).
k. Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label dan
dalam batas yang dizinkan (spesifikasi).
l. Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses manufaktur,
transportasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien yang akan
menggunakan.
m. Tablet harus menghantarkan dosi obat pada lokasi dan kecepatan yang
dipersyaratkan.
n. Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan pasien. (Goeswin,
hlm 304)
Secara umum tablet dibuat dengan 3 cara yaitu : granulasi basah, granulasi kering
dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan
aliran campuran dan atau kemampuan kempa. (DepKes RI. 1995)

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau
campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan
menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008). Dalam proses granulasi basah zat
berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan
pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 40-50C. Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara
granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan
gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum
(Lachman, 1986). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran
yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief,
1994).
Tahapan pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan metode granulasi
basah yaitu (Goeswin. 2012):
1.
2.
3.
4.

Penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien


Pencampuran serbuk yang sudah digiling
Preparasi larutan pengikat
Pencampuran larutan pengikat dengan campuran serbuk untuk membentuk masa

5.
6.
7.
8.
9.

basah
Pengayakan/penapisan massa kasar menggunakan ayakan berukuran mesh 6-12
Pengeringan granul basah
Pengayakan granul kering melalui ayakan berukuran 14-20
Pencampuran granul yang sudah diayak dengan lubrikan dan disintegran
Pengempaan tablet
Bahan obat sebelum ditablet, pada umumnya dicampur terlebih dahulu, bentuk

serbuk yang seragam, menyebabkan keseragaman pada bentuk tablet (Voigt, 1984).
Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna teratur, memiliki daya alir
yang baik (free flowing), menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan, tidak
terlampau kering, dan hancur baik di dalam air (Voigt, 1984).
Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui kualitas fisik serbuk
antara lain:
1. Waktu alir serbuk
Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah pemeriksaan laju
alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh ke dalam corong alat uji waktu alir dan
diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa untuk melalui corong dan berat massa
tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui
corong perdetik (Lachman et al, 1994).

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

2. Sudut diam serbuk


Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang ke dalam alat
pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembaban
serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30 menunjukkan bahwa serbuk
dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 40 biasanya daya
mengalirnya kurang baik (Lachman et al, 1994).
3. Pengetapan serbuk
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap sejumlah serbuk
dengan menggunakan alat volumeter/mechanical tapping device. Pengetapan dilakukan
dengan mengamati perubahan volume sebelum pengetapan (Vo) dan volume setelah
konstan (Vt) (Sulaiman,2007).
Parasetamol adalah para-aminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan
telah digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995). Parasetamol (asetaminofen)
mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan
tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung (Sartono,1993).
Parasetamol memiliki laju alir dan kompresibilitas yang buruk (Voight. 1994)
sehingga apabila akan dijadikan tablet perlu dilakukan granulasi basah terlebih dahulu
agar laju alir dan kompresibilitasnya lebih baik.

III.

Resep

Formula 1
BAHAN

KADAR

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

Fase dalam

Paracetamol

250 mg

Lactosa Anhidrat

Fase luar

q.s

Amylum

10%

Pasta amylum

5%

Amylum

5%

Talk

2%

Mg stearat

1%

Formula 2
BAHAN

Fase dalam

Paracetamol

KADAR
250 mg

Lactosa Anhidrat
Amylum

10%

Pasta amylum
Fase luar

q.s
12,5%

Amylum

5%

Talk

2%

Mg stearat

1%

Formula 3
BAHAN

Fase dalam

Paracetamol

KADAR
250 mg

Lactosa

Fase luar

q.s

Amylum 10%

10%

PVP

2%

Amylum

5%

Talk

2%

Mg stearat

1%

Formula 4
BAHAN

KADAR

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

Fase dalam

Paracetamol

250 mg

Lactosa

Fase luar

IV.

q.s

Amylum 10%

10%

PVP

5%

Amylum

5%

Talk

2%

Mg stearat

1%

Preformulasi Zat Aktif


Parasetamol
Struktur Kimia

(Martindale36, hal. 108)


Rumus Molekul

C8H9O2
(Martindale36, hal. 108)

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

Nama Lain

Asetaminofen
(Martindale36, hal. 108)

Nama Kimia

4-Hidroksiasetanilida
(Farmakope Indonesia Ed. IV, hal. 701)

Berat Molekul

151,2
(Martindale36, hal. 108)

Pemerian

Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit. (Farmakope


Indonesia Ed. IV, hal. 701)

Kelarutan

Larut dalam air mendidih dan dalam Natrium Hidroksida 1N; mudah larut
dalam etanol. (Farmakope Indonesia Ed. IV, hal. 701)

Suhu Lebur

169 172 deg C


(Japanese Pharmacopeia 15, hal. 267)

pH

pH larutan saturasi parasetamol antara 5,3-6,5


(The Pharmaceutical Codex Ed. 12, hal. 988)

Stabilitas

Terhidrolisis pada pH 5 7.
Parasetamol menyerap kelembaban dengan jumlah yang tidak berarti pada
suhu 25 deg C pada kelembaban relatif sampai sekitar 90%.
Tablet yang dibuat dengan granulasi basah dengan menggunakan pasta
amilum kurang dipengaruhi oleh kelembaban yang tinggi dibandingkan
dengan yang dibuat menggunakan Povidon.
Dalam keadaan kering, Parasetamol stabil pada temperatur sampai 45 deg
C.
Parasetamol relatif stabil terhadap reaksi oksidasi.
(The Pharmaceutical Codex Ed. 12, hal. 989)

inkompatibilitas

Ikatan hidrogen telah dilaporkan mekanismenya dimana parasetamol


terikat dengan permukaan nilon dan rayon. (The Pharmaceutical Codex
Ed. 12, hal. 989)

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. (Farmakope Indonesia


Ed. IV, hal. 701)

Sumber

Farmakope indonesia IV hal 701


Martindale ed.36 hal 108
The Pharmaceutical Codex Ed. 12, hal. 989
Japanese Pharmacopeia 15, hal. 267

V.

Preformulasi Eksipien
Amilum

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

Struktur molekul

Rumus molekul
Nama kimia
Berat molekul
Pemerian

(C6H10O5)n dengan n= 300-1000


Starch atau amylum
50 500 Juta Da
Serbuk tidak berbau dan tidak berasa, berwarna putih hingga

Suhu Lebur
Kelarutan
Stabilitas

putih pucat.
Tidak ditemukan di FI IV, FI V, HOPE Edisi 6th
Praktis tidak larut dalam air dingin dan alkohol 96%.
Amilum kering stabil apabila terlindung dari kelembaban
tinggi, amilum harus disimpan di wadah kedap udara dan di

Inkompatibilitas

tempat dingin dan kering.


Amilum inkompatibel dengan zat pengoksida kuat

Penyimpanan
Kegunaan

Dalam wadah kedap udara, di tempat dingin dan kering


Dilluent tablet dan kapsul, penghancur tablet dan kapsul,

Pustaka

pengikat tablet, agen penebalan


HOPE Edisi 6th halaman 685-689

Talkum

Rumus molekul

Mg6(Si2O5)4(OH)4

Nama kimia

Magnesium silicat

Pemerian

Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Beriklat,


mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

10

Kelarutan

Tidak larut dalam hampir semua pelarut

Stabilitas

Talkum merupakan bahan stabil dan dapat di sterilkan dengan


suhu 160C tidak lebih dari 1 jam. Talkum juga dapat di
sterilkan dengan gas etilen oksida dan iradiasi gamma.

Inkompabilitas

Inkompatibel dengan senyawa amonium kuartener.

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup baik , ditempat sejuk dan kering.

Kegunaan

Untuk glidantt, tablet dan kapsul diluent, tablet dan kapsul


lubrikan.

Daftar pustaka

Farmakope Indonesia IV halaman 771


HOPE edisi 6 tahun 2009 halaman 728-730

Mg-Stearat

Rumus molekul

C36H70MgO4.

Nama kimia

Octadecanoic acid magnesium salt (557-04-0).

Berat molekul

591,29.

Pemerian

Serbuk halus berwarna putih, bau samar, rasa khas.

Suhu Lebur

1170 C-1500 C.

Kelarutan

Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan air,
sedikit larut dalam benzen hangat dan etanol (95%) hangat.

Stabilitas

Magnesium stearat stabil dan dapat disimpan dalam wadah


tertutup rapat dan kering.

Inkompatibilitas

Inkompatibel dengan asam kuat, basa, garam besi. Hindari


pencampuran

dengan

bahan

yang

teroksidasi

kuat,

Magnesium stearat tidak dapat digunakan dalam produk


yang mengandung aspirin, beberapa vitamin dan garam besi.
Penyimpanan

Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kering.

Kegunaan

Lubrikan : 0,25%-5,0%.

Pustaka

HOPE 6th edition, 2009, hal. 404-405.

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

11

Avicell

Struktur molekul

Rumus molekul
Nama kimia
Berat molekul
Pemerian

(C6H10O5)n dengan n= 220


Cellulose, Microcrystalline
36000
Merupakan bahan murni, selullosa yang depolimerasi

sebagian merupakan Kristal yang terdiri dari partikel berpori

berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa. Pada ukuran dan


kelembapan yang berbeda maka memiliki sifat dan
Suhu Lebur
Kelarutan

penggunaan yang berbeda.


260 - 270
Sedikit larut dalam larutan NaOH 5%, praktis tidak larut

Stabilitas

dalamair, asam encer, dan sebagian besar pelarut organic.


Meskipun selullose mikrokristal bersifat higroskopis tapi

Inkompatibilitas

merupakan bahan yang stabil.


Selullose mikrokristal tidak kompatibel dengan agen

Penyimpanan
Kegunaan
Pustaka

pengoksidasi kuat.
Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering
Zat pengisi
HOPE Edisi 6th halaman 129-131

Laktosa anhidrat

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

12

Struktur molekul

Rumus molekul
Nama kimia
Berat molekul
Pemerian

C12H22O11
O--D-galactopyranosyl-(1 4)--D-glucopyranose
342,30
Laktosa anhidrat adalah serbuk atau partikel kristal berwarna putih,

Suhu Lebur
Kelarutan
Density
Stabilitas

rasa manis, tidak berbau.


2320C
Larut dalam air, sedikit larut dalam ethanol 95% dan eter.
1,589 g/cm3
Laktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan

dalam

penyimpanan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh panas, kondisi


Inkompatibilitas

lembab yang kelembabannya hingga 80%.


Laktosa anhidrat inkompatibel dengan oksidator kuat. Dapat
mengalami reaksi maillard dengan amin primer dan sekunder bila

disimpan dalam kondisi kelembaban tinggi pada waktu tertentu.


Penyimpanan
Dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan kering.
Kegunaan
Tablet filler atau diluent atau pengisi.
Pustaka
Handbook of Pharmaceutical Exipient Halaman 359 361
VI.
Rasionalisasi Formula
Pada pembuatan tablet kali ini dibuat tablet dengan bahan aktif berupa parasetamol
250 mg dan bobot tablet total 400 mg, sehingga presentase zat aktif dalam sediaan adalah
62,5 %. Parasaetamol merupakan zat yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang
buruk sehingga apabila akan dibuat sediaan tablet harus dilakukan granulasi terlebih
dahulu, selain itu kadar parasetamol dalam tabletpun lebih dari 5% sehingga pembuatan
tablet parasetamol menggunakan metode granulasi basah.
Bobot tablet yang diinginkan adalah 400 mg sedangkan bobot parasetamol yang
dipakai adalah 250 mg sehingga dibutuhkan pengisi berupa laktosa anhidrat untuk
menggenapkan bobot tablet hingga 400 mg. Pemilihan laktosa anhidrat ini karena laktosa
anhidrat lebih kompatibel dibandingkan bentuk hidratnya karena apabila dipakai bentuk
hidratnya akan menimbulkan reaksi maillard yang lebih cepat dibandingkan dengan

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

13

bentuk anhidratnya sehingga dipilih pengisi berupa laktosa anhidrat. Akan tetapi
dikarenakan di laboratorium tidak ada laktosa anhidrat maka dipakai avicell sebagi
penggantinya, hal ini karena avicell pun memiliki kompatibilitas yang baik dengan
parasetamol sehingga dapat dipakai sebagai pengisi tablet parasetamol.
Tablet parasetamol dibuat menggunakan metode granulasi basah sehingga
diperlukan pengikat yang dapat menyatukan zat aktif dengan berbagai zat tambahan
lainya agar menjadi granul yang baik yang dapat meningkatkan sifat alir dan
kompresiblitas dari parasetamol. Maka ditambahkan pengikat berupa pasta amilum
kedalam sediaan untuk mengikat serbuk menjadi granul. Pemilihan pasta amilum sebagai
pengikat karena amilum kompabel terhadap parasetamol, selain itu pasta amilum
memiliki daya rekat yang baik sehingga dapat meningkatkan kompresibilitas dari serbuk
yang akan dibuat granul.
Tablet yang baik harus dapat terdisintegrasi sebelum 30 menit di saluran cerna agar
dapat cepat terabsorbsi dan

menimbulkan efek pada tubuh. Oleh karena itu tablet

parasetamol ditambahkan amilum untuk mempercepat disintegrasi dari tablet baik pada
fase dalam maupun pada fase luar.
Pada proses pencetakan tablet menggunakan mesin pencetak tablet dapat terjadi
friksi antara die dengan serbuk yang dapat menimbulkan panas dan dapat merusak mesin,
sehingga friksi tersebut harus dikurangi bahkan dihilangkan menggunakan lubrikan. Oleh
karena itu, ditambahkan Mg-stearat kedalam sediaan sebagai lubrikan agar meminimalisir
friksi yang terjadi pada saat proses pencetakan tablet.
Granul dikhawatirkan tersendat di hopper pada saat pengisian die, apabila hal ini
terjadi dapat mengakibatkan bobot tablet yang dihasilkan tidak seragam. Maka
ditambahkan glidantt kedalam sediaan agar tablet dapat mengalir dengan baik di hopper,
glidantt yang dipilih pada sediaan ini adalah Talkum, pemilihan talkum sebagai glidantt
adalah karena talkum dapat mengurangi gaya elektrosatis yang muncul pada di hopper
pada saat pengisian die sehingga serbuk tidak akan tersendat pada saat pengisian die pada
hopper.

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

14

VII.

Perhitungan
Formula 2
Kadar parasetamol
Bobot tablet
Formula

= 250 mg

= 400 mg (dibuat untuk 500 tablet)


Perhitungan 1 Tablet

Perhitungan Tablet

Kondisi
Sebenarnya

Fase dalam (92% ) 92%x 400 mg = 368 mg


Parasetamol
250 mg

250 mg x 500
tablet = 125 g

Pasta Amilum

1/3 x 368 mg x 12,5% =

15,33 mg x 500

(12,5%)

15,33 mg

tablet = 7,665 g

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

125,002 g

10,002 g

15

Amilum (10%)

40 mg x 500 tablet

10% x 400 mg = 40 mg

Avicel

= 20 g

368 mg 250 mg 15,33

62,67 mg x 500

mg 40 mg = 62,67 mg

tablet = 31,335 g

20,003 g

31,336 g

Fase luar (8%)


Amilum (5%)

Mg Stearat (1%)

Talk (2%)

5/92 x 163,390 g =

8,880 g

8,8799 g
1/92 x 163,390 g =
1,7760 g

1,7760 g

2/92 x 163,390 g =
3,5520 g

3,553 g

1/3 x 368 mg = 122,67 mg

Pasta amilum

122,67 mg x 500 tablet = 61,335 g


Stok pasta amilum yang dibuat = 80 g
Amilum kering yang ditimbang = 12,5% x 80 g =
10 g

Bobot granul teoritis

125 g + 7,665 g + 20 g + 31,335 g = 184 g

Bobot granul
sebenarnya

163,390 g

Kadar lembab granul

2,2693 %

Bobot granul kering

(100% - 2,2693%) x 163,390 g = 159,6822 g

Jumlah Tablet

Bobot per tablet

159,6822 g
186,343 g

x 500 tablet = 428,4631 tablet

163,390 g+8,880 g+1,7760 g+3,553 g


428,4631 tablet

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

= 414,5024 mg

16

VIII. Prosedur
A. Milling
1. Paracetamol diayak menggunakan ayakan mesh 40.
2. Amylum untuk fase dalam diayak menggunakan ayakan mesh 40.
3. Amylum untuk fase luar diayak menggunakan ayakan mesh 60.
4. Talkum diayak menggunakan ayakan mesh 60.
5. Mg-Stearat diayak menggunakan ayakan mesh 60.
6. Avicel pH 101 diayak menggunakan ayakan mesh 40.
B. Penimbangan Bahan
Penimbangan Fase Dalam
1. Paracetamol yang telah diayak ditimbang sebanyak 125 g di kertas
perkamen.
2. Amylum yang telah diayak ditimbang sebanyak 10 g di kertas perkamen.
3. Avicel pH 101 yang telah diayak ditimbang sebanyak 31,335 g di kertas
perkamen.
4. Sebagai desintegrant, ditimbang amylum yang telah diayak sebanyak 20 g
di kertas perkamen.
Penimbangan Fase Luar
1. Amylum yang telah diayak ditimbang sebanyak 3,533 g di kertas
perkamen.
2. Mg-Stearat yang telah diayak ditimbang sebanyak 1,7760 g di kertas
perkamen.
3. Talkum yang telah diayak ditimbang sebanyak 8,880 g di kertas perkamen.
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

17

C. Pembuatan Larutan Pengikat


1. Beaker glass 250ml (A) dengan batang pengaduk ditmbang sehingga
dihasilkan berat w0.
2. Dimasukan 10 g amylum ke dalam beaker glass A kemudian ditambahkan 60 g
3.
4.
5.
6.

aquadest.
Dipanaskan beaker glass A pada suhu gelatinasi (sekitar 700C) sambil diaduk.
Disiapkan beaker glass B yang berisi 10 g aquadest.
Ditambahkan air pada beaker glass B ke dalam beaker glass A
Lalu ditimbang kembali beaker glass A dan didapat berat w1, selisih antara w1

dan w0 haruslah 80 g.
7. Jika beratnya tidak sesuai, maka ditambahkan kembali air panas ke dalam
beaker glass A sampai bobot yang diinginkan tercapai.
D. Pembuatan Tablet
1. Paracetamol, amylum kering, dan avicel pH 101 dicampur homogen dengan
menggunakan turbula mixer, kemudian ditambahkan larutan pengikat yaitu
pasta amylum sebanyak 61,335 g sedikit demi sedikit hingga diperoleh massa
kempa yang sesuai untuk dibuat granul.
2. Massa yang basah kemudian diayak menggunakan ayakan mesh 12.
3. Granul basah dikeringkan dalam oven dengan suhu pengeringan kurang dari
450C sampai kandungan airnya berada diantara 2-4%.
4. Granul kering kemudian ditimbang dan dievaluasi.
5. Granul yang sudah memenuhi syarat dapat dicampur dedngan talk dan
amylium (pada fase luar) lalu diaduk sekitar 2 menit. Fase luar Mg-Stearat
ditambahkan kemudian dan diaduk selama 2 menit.
6. Massa siap cetak kemudian ditabletasi dengan menggunakan punch dengan
bobot yang telah ditentukan.
7. Tablet yang telah dicetak dievaluasi menurut persyaratan yang berlaku.

IX.
Evaluasi Granul dan Tablet
1. Evaluasi Granul
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

18

a. Kerapatan dan Kompresibilitas (USP 30 NF 25, hal 242)


Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik
Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot
granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk
1250x). Pengukuran kompresibilitas berdasarkan Carrs index.

BJ nyata

bobot granul
volume granul

BJ mampat

'

bobot granul
volume mampat

Car r s index=

BJ mampatBJ nyata
100
Bj mampat

Penafsiran hasil : Jika % K:


5 10 % artinya aliran sangat baik
11 20 % artinya aliran cukup baik
21 - 25 % artinya aliran cukup
>26 % artinya aliran buruk
BJ nyata
No.

repl.
1
2
3

(g)
25,001
25,009
225,006
Rata - rata

BJ

(mL)
61
61,5
62

(g/mL)
0,4099
0,4067
0,4033
0,4066

BJ mampat
Jumlah
ketukan
10
500
1250
BJ
mampat

1
59
57
56
25,001 g
g
=0,4464
56 mL
mL

Volume (mL)
2
60
58
57
25,009 g
g
=0,4488
57 mL
mL

Rata - rata
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

3
61
59
58
25,006 g
g
=0,4311
58 mL
mL
0,4388 g/mL
19

Kompresibilitas = (BJ mampat BJ nyata / BJ mampat) x 100%


=

0,43880,4066
100
0,4388

= 7,3382 %
Formula

BJ nyata

BJ mampat

Kompresibilitas (%)

1
2
3
4

(g/mL)
0,4239
0,4066
0,3669
0,3847

(g/mL)
0,4522
0,4388
0,4237
0,4066

6,22
7,3382
14,4914
5,3861

b. Kecepatan alir dan sudut istirahat (USP 30, hal : 1174)


Tujuan

: Menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan

Prinsip

: Sejumlah granul diposisikan diatas dasar diameter yang berada


dalam hopper lalu dialirkan. Pembentukkan kerucut granul
pada dasar diameter memungkinkan penentuan sudut istirahat.

Alat

: Flow Tester Manual

Penafsiran Hasi: Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan > 4 g granul adalah 1 detik dan memiliki sudut
istirahat 350
Rumus :

tan a=

tinggi
jari jari

Sifat alir
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Dapat lewat
Buruk
Sangat buruk
Sangat sangat buruk

Sudut istirahat (o)


25-30
31-35
36-40
41-45
46-55
56-65
>66

Kecepatan alir
No. Rep.
1
2
3

W (g)
150
150
150
Rata - rata

T (detik)
1,18
1,17
1,24

Kecepatan alir (g/det)


127,1186
128,2051
120,9677
125,4305 g/det

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

20

Sudut istirahat
No. Rep.
1
2
3

H (cm)
4,3
4,5
4,3
Rata - rata

(0)
24,1276
24,6646
23,9891
24,2604

R(cm)
9,6
9,8
9,45

Formula

Kecepatan aliran

Sudut istirahat

1
2
3
4

(g/det)
108,2720
125,3482
102,0408
103,1001

(o)
13,78
24,2604
14,60
16,21

c. Kandungan lembab (Farmakope Indonesia ed. 5, hal : 1569)


Tujuan
: Mengontrol kandungan lembab granul
mengantisipasi

masalah

yang

terjadi

sehingga

dapat

selama

proses

pengempaan tablet, terutama kandungan lembab menjadi faktor


Prinsip

penyebabnya.
: Menggunakan metode gravimetri, granul hasil pengeringan
dimasukkan ke dalam botol timbang, lalu di oven dalam
keadaan tutup terbuka.
MC=

Alat
:
Penafsiran Hasil :
Hasil
:

bobot basa hbobot kering


x 100
bobot kering

Oven
Kadar air yang baik 2-4 %

Formula

Kandungan lembab granul

1
2
3
4

(%)
0,11
2,2693
0,65
2,06

d. Distribusi ukuran granul(Farmakope Indonesia ed. 5, hal : 1515)


Tujuan

: Memastikan distrbusi ukuran granul mengikuti distribusi normal

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

21

Prinsip

: Menyusun pengayak berdasarkan derajat kekasaran yang


meningkat. Zat uji ditempatkan pada pengayak paling atas. Bobot
zat yang tertahan pada setiap pengayak ditimbang seksama.

Penafsiran hasil: Hasil uji menunjukkan persentase bobot serbuk dalam setiap
rentang ukuran pengayak
Formula 1
Ukuran Granul
(m)

Bobot granul
%
% kumulatif <

% kumulatif

< 250 m
251 m 425 m
426 m 1400

14,6623 g
3,5094 g
6,6243 g

58,6492 %
14,0376 %
26,4972 %

58,6492 %
72,6868 %
99,184 %

>
100 %
41,3508 %
27,3132 %

m
1400 m 1700

6,6243 g

0,732 %

99,916 %

0,816 %

m
>1700
Jumlah

0,021 g
25

0.084 %
100 %

100 %

0,084 %

Formula 2
Ukuran Granul
(m)
< 250 m
251 m 425 m
426 m 1400 m
1400 m 1700 m
>1700
Jumlah

16, 486 g
4,047 g
4, 185 g
0,199 g
0,083 g
25

65,944 %
16,188 %
16,740 %
0,796 %
0,332 %
100 %

Bobot granul
% kumulatif <
65,944 %
82,132 %
98,872 %
99,668 %
100 %

% kumulatif >
100 %
34,056 %
17,868 %
1,128 %
0,332 %

Formula 3
Ukuran Granul
(m)
< 250 m
251 m 425 m
426 m 1400 m
1400 m 1700 m
>1700
Jumlah

Bobot granul
% kumulatif <

18,560 g
2,956 g
2,895 g
0,396 g
0,193 g
25

74,2352 %
11,8327 %
11,5768 %
1,5836 %
0,7718 %
100 %

74,2352%
86,0679%
97,6447%
99,2283%
100 %

% kumulatif >
100%
25.7648%
13.9322%
2.3554%
0.7718%

Formula 4
Ukuran Granul

Bobot granul

(m)
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

22

< 250 m
251 m 425 m
426 m 1400

7,0325 g
10,006 g
7,022 g

28,130 %
40,024 %
28,088 %

28,130 %
68,154 %
96,242 %

100 %
71,874 %
31,846 %

m
1400 m 1700

0,8495 g

3,398 %

99,640 %

3,758 %

m
>1700
Jumlah

0,09 g
25

0,360 %
100 %

100 %

0,360 %

Grafik Frekuensi Ukuran


80.000
70.000
60.000

Formula 1
Formula 2

50.000

Formula 3

40.000

Formula 4

30.000
20.000
10.000
0.000
0-250

251-425

426-1400

1401-1700

>1700

Kurva Frekuensi Kumulatif Undersize


120.000
100.000
Formula 1

80.000

Formula 2
Formula 3

60.000

Formula 4

40.000
20.000
0.000
0-250

251-425

426-1400

1401-1700

>1700

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

23

Kurva Frekuensi Kumulatif Oversize


120
100
Formula 1

80

Formulasi 2
Formulasi 3

60

Formulasi 4

40
20
0
0-250

251-425

426-1400

1401-1700

>1700

2. Evaluasi Tablet
a.
Organoleptis
Tujuan
:Penerimaan oleh konsumen
Prinsip
:Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau dan rasa
Penafsiran hasil:Warna homogen, tidak ada binitk-bintik/noda, bau sesuai
spesifikasi (bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai),
rasa sesuai spesifikasi
Kelompok 1

Penilaian tablet natrium bikarbonat menurut:


Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Warna

Warna homogen,
berwarna putih
tidak berbintik,
tidak berbau, rasa
asin,.

homogen, bau

Warna putih dan

sesuai

homogen, tidak

spesifikasi,

terdapat bintik-

mulus tanpa

bintik, bau tidak

bintik-bintik,

tercium, dan rasa

rasa asam

asin.

Warna putih bersih


dan homogen, tidak
ada bintik noda,
tidak berbau dan
agak berasa asam.

kepahit-pahitan.

b.

Keseragaman ukuran (Farmakope Indonesia edisi III, hal 6)


Tujuan
:Menjamin penampilan tablet yang baik

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

24

Prinsip

:Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan


indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada
pengisian granul ke dalam die. Pengukuran dilakukan terhadap

diameter dan tebal tablet.


Alat
: jangka sorong
Penafsiran hasil:Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
kali tebal tablet.
Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya
menggunakan jangka sorong.
Formula 1
No
d
t (mm)
(mm)
1.
12,20 4,10
2.
12,20 4,15
3.
12,25 4,05
4.
12,25 4,05
5.
12,20 4,05
6.
12,25 4,05
7.
12,25 4,05
8.
12,25 4,05
9.
12,25 4,05
10.
12,25 4,05
Rata
12,23 4,065
5
Syarat 5,420
12,195
c.

Formula 2
d(mm
t (mm)
)
12,30 4,10
12,25 4,05
12,20 4,05
12,25 4,05
12,30 4,05
12,25 4,05
12,25 4,05
12,25 4,05
12,25 4,05
12,25 4,10
12,25 4,06
5
5,413-12,18

Formula 3
Formula 4
d(mm
t
d(mm
t
)
(mm)
)
(mm)
12,25 4,00
12,25
4,00
12,30 4,00
12,20
4,00
12,25 4,00
12,25
4,10
12,25 4,00
12,20
4,00
12,20 4,05
12,20
4,05
12,20 4,00
12,25
4,10
12,25 4,00
12,20
4,00
12,25 4,00
12,20
3,95
12,25 4,00
12,20
4,10
12,25 4,10
12,20
4,00
12.24 4.015 12,21 4,030
5
5
5.353 12.045 5,373 - 12,090

Friabilitas
Tujuan

:Menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses,

Prinsip

pengemasan dan penghantaran.


:Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukan persentase
bobot tablet yang hilang selama diputar dan dijatuhkan dari

Alat
No. Rep.
1
2
3

ketinggian tertentu dalam waktu tertentu.


:Friabilator
Bobot awal (g)
6,573
6,629
6,646

Bobot akhir (g)


6,563
6,622
6,640

Kerapuhan (%)
0.15
0,10
0,09
0,113

Penafsiran hasil :
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

25

Kehilangan bobot tidak boleh > 1%


Jika tablet pecah maka tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukan dalam

penimbangan tablet akhir.


Jika hasil meragukan/kehilangan bobot lebih besar dari yang ditargetkan

maka pengujian diulang 2-3 kali.


Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat friabilitator terhadap 20 tablet
yang diambil acak. Tablet yang diambil secara acak dibersihkan satu-satu dengan
kuas lalu ditimbang. Tablet lalu dimasukkan pada alat dan diputar sebanyak 100
putaran. Tablet dibersihkan lagi dan ditimbang.
WoW 1
Friabilitas=
100
Wo
Untuk formula 2:

Formulasi
d.
e.
1

Bobot awal

Bobot

(g)

akhir ( g )

6,666
6,616

6,655
6,608

Friabilitas
(%)

Prinsip

Keragaman
0,17
0,113

6,686

6,672

0,20

6,635

6,629

0,05

bobot
Tujuan
:
Menjamin
keseragaman

kandungan zat aktif.


:(untuk tablet tidak bersalut) Sebanyak 20 tablet diambil secara
acak lalu ditimbang masing-masing tablet. Rata-rata bobot
kemudian dihitung bersama penyimpangan terhadap bobot ratarata. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan
dalam persen dari jumlah yang tertera pada etiket dari hasil
penetapan

kadar

masing-masing

tablet.

Hitung

nilai

penerimaannya
Penafsiran hasil :
Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang
dari bobot rata-rata lebih besar dari 7,5%, dan tidak boleh ada
satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari
15%. nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama kurang atau
sama dengan nilai penerimaan maksimum yang diperbolehkan
yaitu 15,0
Untuk formula 2 :

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

26

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Rata-rata
Rentang

f.

Bobot tablet (mg)


606
598
620
616
597
611
617
602
616
582
606,5
582-616
FORMUL

NILAI AV

A
1
2
3
4

4,5893 %
4,7356 %
1,1461 %
2,1534%

Penyimpangan (%)
0,08244
1,401484
2,225886
1,566364
1,566364
0,741962
1,731245
0,741962
1,566364
4,039571
1,566364
0,08244-4,0396

Kekerasan tablet
Tujuan
: Menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses,
Prinsip

pengemasan dan penghantaran


: Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk
menahan tekanan pada saat produksi, pengemasan, dan
pengangkut. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan

pada tablet sampai tablet retak kemudian pecah.


Alat
: Hardness tester
Penafsiran hasil :
Kekerasan tablet yang baik adalah 4-7 kg/cm2
Pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil acak. Kekerasan diukur
berdasarkan luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan
dalam kg.
No.
Tablet
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Formula 1

Formula 2

Formula 3

Formula 4

5,8
5,2
5,7
5,1
5,2
5,4
5,8

6,2
6,2
5,5
5,7
5,5
5,8
5,4

6,2
5,1
6,5
6,6
6,2
6,2
5,7

6,276
5,009
5,688
6,178
6,276
5,001
5,492

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

27

g.

8.
9.
10.

5,3
5,8
4,8

5,1
5,0
6,2

5,5
5,4
5,1

5,688
5,001
5,394

Ratarata
Standar
deviasi

5,41

5,66

5,85

5,6093

0,4091

0,4427

0,5603

0,5905

Waktu hancur
Tujuan
:Menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul (kecuali jika dinyatakan untuk tablet kunyah, sustained
Prinsip

release).
:Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur
sempurna dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam
media air (untuk tablet tidak bersalut) bersuhu 37 2 kecuali
dinyatakan lain dalam monografi. Bejana diisi dengan HCl 0,1
N, volume diatur pada kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat
pada permukaan larutan dan pada kedudukan terendah. Mulut
tabung tetap diatas permukaan. Enam tabung dimasukkan satusatu ke masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik turunkan
secara teratur 30 kali tiap menit. Waktu hancur dicatat sejak
pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang

tertinggal di atas kasa.


Penafsiran hasil:Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi,
semua tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika tidak ada
bagian tablet tertinggal di atas kasa kecuali fragmen bahan
pembantu. Menurut FI III, jika tidak dinyatakan lain, waktu
yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih
dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut.
Formula 1
14,25

Formula 2
13,06 menit

Formula 3
22,03 menit

Formula 4
15,41 menit

menit

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

28

X.

Pembahasan
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan tablet parasetamol, Parasetamol adalah para-

aminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893
(Wilmana, 1995). Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik,
antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta
peradangan lambung (Sartono,1993).
Dalam pembuatan tablet yang dilakukan, selain bahan aktif parasetamol maka
ditambahkan juga bahan eksipien yaitu dari amylum sebanyak 15% sebagai penghancur
(disintegrant) pasta amilum sebanyak 12,5% sebagai pengikat (binder), avicell sebagai
pengisi (diluent), Mg stearat sebanyak 1 % sebagai pelicin (lubrikan), dan Talk sebanyak
2% sebagai glidant. Pada metode granulasi basah, tiap bahan tambahan dibagi kedalam 2
fase yaitu fase dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri dari zat aktif, pengikat, pengisi, dan
10% penghancur. Fase luar terdiri dari 5% penghancur, pelicin, dan glidant. Fase dalam
adalah campuran yang kemudian akan dibuat menjadi massa granul, sedangkan fase luar
adalah bahan yang membantu aliran granul fase dalam yang telah dibuat.
Pada pembuatan tablet kali ini dibuat tablet dengan bahan aktif berupa
parasetamol 250 mg dan bobot tablet total 400 mg, sehingga presentase zat aktif dalam
sediaan adalah 62,5 %. Parasaetamol merupakan zat yang memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang buruk(voight.1994) sehingga apabila akan dibuat sediaan tablet
harus dilakukan granulasi terlebih dahulu, selain itu kadar parasetamol dalam tablet pun
lebih dari 5% sehingga pembuatan tablet parasetamol menggunakan metode granulasi
basah.

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

29

Tahapan atau prosedur yang dilakukan pada pembuatan tablet parasetamol dengan
menggunakan metode granulasi basah yaitu :
1. Milling
Milling adalah proses penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien sehingga
dihasilkan ukuran yang lebih kecil. Proses milling penting karena pada pembuatan
tablet ini parasetamol (zat aktif), laktosa, dan amilum masing-masing memiliki ukuran
partikel yang berbeda-beda. Tujuan dari proses milling ini untuk menghindari
kemungkinan terjadi segregasi dan demixing pada proses pencampuran berikutnya
yang akan menyebabkan menurunnya homogenitas dari campuran bahan. Milling
dilakukan dengan cara bahan bahan yang akan digunakan di ayak terlebih dahulu pada
mesh 40, hal ini bertujuan untuk menyeragamkan ukuran dari partikel partikel
pembentuk tablet dan menghindaari segregasi dari serbuk penyusun tablet. Jadi,
sebelum dilakukan penimbangan bahan-bahan, terlebih dahulu dilakukan milling
sehingga bahan yang telah ditimbang sudah memiliki ukuran yang sama satu sama
lainnya
2. Mixing
Mixing dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menggabungkan dua atau lebih komponen, yang awalnya dalam keadaan tidak
dicampur atau sebagian campuran, sehingga masing-masing unit (partikel, molekul
dll) dari komponen terletak sedekat mungkin atau bercampur dengan unit atau partikel
masing-masing komponen lainnya. Tujuan dari proses mixing adalah untuk
mendapatkan/menjamin homogenitas campuran serbuk sehingga tablet yang
dihasilkan merupakan campuran homogen. Pada tahap ini dilakukan mixing terhadap
fase dalam bahan aktif yaitu parasetamol sebanyak 125 gram , avicel sebanyak
31,336 gram dan amylum sebanyak 20 gram. Mixing dilakukan dengan menggunakan
toples sebagai turbula mixer . Dalam proses mixing ini zat yang akan dicampur
ditambahkan sedikit demi sedikit dengan perbandingan 1 : 1 agar menghasilkan
campuran yang mendekati random mix. Proses mixing fase dalam ini dilakukan
dengan cara toples secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang lebih
selama 10 menit. Sedangkan untuk fase luar hanya di campur selama 5 menit, hal ini
bertujuan agar fase luar tidak terlalu homogen didalam tablet yang akan menyebabkan
waktu hancur tablet menjadi semakin lama karena fase luar tablet biasanya bersifat
hidrofob sehingga sulit terbasahi dan memperlama waktu hancur tablet.
3. Granulasi
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

30

Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara


melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih
besar . Pada tahap ini dilakukan pencampuran larutan pengikat dengan serbuk yang
sudah di mixing pada proses mixing untuk membentuk massa basah. Larutan pengikat
kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran bahan sambil diaduk.
4. Pencetakan tablet
Tahap tahap pencetakan tablet yaitu die filling, compression, ejection.
Pembuatan tablet pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan alat pencetak
tablet single punch.
Pada saat kompresi tablet perlu diperhatikan mengenai kekerasan tablet dan
bobot tablet. Kekerasan tablet harus berada pada rentang 70 120 N sedangkan bobot
tablet pada formula 2, berdasarkan perhitungan yang dilakukan yaitu sebesar
414,5024 mg. Sehingga pada proses kompresi ini dilakukan optimasi sampai
menghasilkan tablet yang memiliki kekerasan yang sesuai persyaratan dan bobot yang
sesuai dengan perhitungan.
Pada pembuatan tablet terdapat dua evaluasi yang dilakukan, yaitu evaluasi granul
dan

evaluasi

tablet. Evaluasi granul

terdiri dari

uji kerapatan

granul dan

kompresibilitasnya, uji kecepatan alir granul dan sudut istirahatnya, uji distribusi ukuran
granul, dan uji kandungan lengas granul. Sedangkan untuk tablet yang telah jadi
dilakukan uji keseragaman sediaan, organoleptis, keseragaman ukuran, keregasan tablet
(friability), keragaman bobot, kekerasan tablet, waktu hancur tablet, dan disolusi tablet.
Namun pada praktikum ini tidak dilakukan evaluasi tablet parasetamol karena
keterbatasan alat sehingga evaluasi dilakukan dengan tablet natrium bikarbonat, sehingga
hasil evaluasi tabletnya pun tidak bisa dibandingkan.
Untuk evaluasi granul pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi kerapatan granul
dan kompresibilitasnya, uji kecepatan alir granul dan sudut istirahatnya, uji distribusi
ukuran granul, dan uji kandungan lengas granul. Evaluasi dilakukan oleh bagian IPC
menggunakan prinsip yang berasal dari kompendial baik itu farmakope indonesia,
maupun USP.
Uji kerapatan dan kompresibilitas granul dilakukan berdasarkan prinsip dari USP
yaitu, pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot granul
terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk 1250x). Pengukuran
kompresibilitas berdasarkan Carrs index. Setelah dilakukan evaluasi hasil yang didapat
adalah sebagai berikut :
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

31

Formula
1
2
3
4

BJ nyata

BJ mampat

(g/mL)
0,4239
0,4066
0,3669
0,3847

(g/mL)
0,4522
0,4388
0,4237
0,4066

Kompresibilitas (%)
6,22
7,3382
14,4914
5,3861

Dari hasil pengujian kerapatan dan kompresibilitas diatas diketahui bahwa formula
1, 2, dan 4 memiliki kompresibilitas yang sangat baik sedangkan formula 3
kompresibilitasnya berada di tingkat cukup baik.
Selanjutnya dilakukan evaluasi kecepatan alir dan sudut istirahat granul. evaluasi ini
dilakukan berdasarkan prinsip evaluasi yang tertera dalam USP yaitu Sejumlah granul
diposisikan diatas dasar diameter yang berada dalam hopper lalu dialirkan, pembentukkan
kerucut granul pada dasar diameter memungkinkan penentuan sudut istirahat. Dari hasil
evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut:
Formula

Kecepatan

1
2
3
4

(g/det)
108,2720
125,3482
102,0408
103,1001

aliran Sudut istirahat


(o)
13,78
24,2604
14,60
16,21

Pada USP-30 tertera bahwa sudut istirahat yang baik mendekati sudut 25 o, dari hasil
percobaan didapatkan hanya formula 2 yang memiliki sudut istirahat mendekati 25o. Hal
ini mungkin disebabkan kandugan lengas dari formula 2 berada dalam rentang yang baik,
yaitu 2-4%. Sedangkan formula lain memiliki kadar lengas kurang dari 2 % sehingga
sudut istirahat yang dibentuk lebih kecil.
Selanjutnya evaluasi kandugan lengas tablet atau biasa disebut mosture content.
Evaluasi ini dilakukan berdasarkan prinsip dari farmakope indoesia yaitu, Menggunakan
metode gravimetri, granul hasil pengeringan dimasukkan ke dalam botol timbang, lalu di
oven dalam keadaan tutup terbuka. Hasil evaluasi ini adalah sebagai berikut:
Formula
1
2
3
4

Kandungan lembab granul


(%)
0,11
2,2693
0,65
2,06

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

32

Dari hasil uji kandungan lengas granul didapatkan bahwa formula yang memiliki
kandungan lengas yang baik adalah formula 2 dan formula 4. Hasil ini mungkin
disebabkan oleh banyaknya air yang dipakai untuk melarutkan pengikat dan juga kondisi
pengeringan yang mungkin berbeda.
Selanjutnya dilakukan evaluasi distribusi ukuran granul, evaluasi ini dilakukan
berdasarkan prinsip dari farmakope indonesia yaitu, Menyusun pengayak berdasarkan
derajat kekasaran yang meningkat. Zat uji ditempatkan pada pengayak paling atas. Bobot
zat yang tertahan pada setiap pengayak ditimbang seksama. Namun karena keterbatasan
alat maka metode yang dipakai dalam pengujian ini dirubah menjadi satu pengayak satu
pengayak. Hasil dari pengujian apabila ditampilkan dalam grafik adalah sebagai berikut :

Grafik Frekuensi Ukuran


80.000
70.000
60.000

Formula 1
Formula 2

50.000

Formula 3

40.000

Formula 4

30.000
20.000
10.000
0.000
0-250

251-425

426-1400

1401-1700

>1700

Dari grafik diatas, diketahui bahwa hanya formula 4 yang distribusi ukurannya
mendekati distribusi normal, sedangkan formula lainya mengikuti distribus positif. Hal ini
mungkin disebabkan karena granul diimpan terlalu lama sebelum di evaluasi sehingga
granul yang telah terbentuk kembali menjadi serbuk

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

33

XI.

Kesimpulan
Dari hasil evaluasi yang dilakukan, diketahui bahwa tablet yang
menggunakan pengikat amilum 12,5% baik dibandingkan dengan menggunakan
pengikat lainnya.

Tablet

Granul

Evaluasi

Formula

Formula 2

Formulasi

Formulasi

Uji Homogenitas
Kandungan Lembab
Kecepatan Aliran
Bobot Jenis
Uji Organoleptik
Keseragaman Bentuk dan

Ukuran
Keseragaman Bobot
Kekerasan
Friabilitas
Friksibilitas
Waktu Hancur
Uji Disolusi

X
X

X
X
X

Keterangan:

= memenuhi syarat

= tidak memenuhi syarat

XII.

Daftar Pustaka

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

34

Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat. Bandung: ITB


Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edis IV. Jakarta: Universitas
Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,. edisi III.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia,. edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia,. edisi V.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Lachman L, Lieberman. 1994. Teori dan praktek farmasi industri edisi ketiga.
Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI press
Rowe, Raymond et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipients 6th ed. London:
Pharmaceutical Press
USP 30 NF 25. 2009. United States Pharmacopeia and The National Formulary.
Rockville (MD): The United States Pharmacopeial Convention.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendari
Noerono. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

XIII.

Lampiran

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

35

A. Kemasan sekunder

B. Brosur
ACETE
Tablet parasetamol 250 mg

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

36

Komposisi:
Tablet : Satu tablet mengandung 250 mg Paracetamol
Cara Kerja Obat:
Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik / analgesik. Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus
aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat
analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai
sedang. Sifat antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan
sebagai antirematik. Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap
dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma
dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian.
Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa
mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Indikasi:
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan
asetosal.
Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit
kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan
demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap paracetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat
dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan
fungsi hati.
Dosis:
500 mg (2 tablet) 3 4 kali sehari
Efek Samping:
Kasus terjadinya thrombocytopenic purpura dan haemolytic anaemia dan
agranulocytosis pernah tercatat.
Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
-

Efek nefrotoksik jarang terjadi pada dosis teraputik parasetamol yang


dianjurkan, kecuali pada pemakaian jangka panjang pernah dilaporkan.

Peringatan dan Perhatian:


Paracetamol sudah digunakan secara luas, dan pada dosis yang
dianjurkan, efek sampingnya ringan dan jarang terjadi. Laporan
mengenai efek yang tidak diinginkan, jarang. Kebanyakan laporan dari
efek samping parasetamol berhubungan dengan dosis yang berlebihan.
Paracetamol harus digunakan dengan hati-hati pada penderita payah hati
dan disfungsi ginjal.
No

Reg : DBL1300200110A1
diproduksi oleh :

PT.

Boumpouki Farma
Bandung, Indonesia

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

37

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA
Pembuatan Tablet Parasetamol 250 mg Dengan Metode
Granulasi Basah Menggunakan Pengikat Pasta Amilum
12,5%
Disusun oleh:
Mochamad Arif

P17335113048

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2015

Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah

38

Anda mungkin juga menyukai