GRANULASI BASAH
I. Tujuan
Menentukan pengaruh jenis pengikat terhadap sediaan tablet dengan teknik
granulasi basah dengan zat aktif parasetamol.
II.
Teori Dasar
Pada Farmakope Indonesiia edisi 3 Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat
secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata
atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
(DepKes RI. 1979). Lalu pada Farmakope Indonesia edisi 4 direvisi menjadi sediaan
padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (DepKes RI. 1995)
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia edisi V disebutkan seperti pada
Farmakope Indonesia edisi 4 bahwa tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa (DepKes RI. 2014)
Untuk pemakaian obat secara oral, maka bentuk tablet merupakan sediaan yang
paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan tablet efektif dan memberikan akseptibilitas
yang baik dari
umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat ini lebih cocok
untuk obat-obat yang kurang stabil.
Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut :
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi
optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di
atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk
tablet yang masih menghasilkan bioavalabilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan
Pengisi/pengencer (diluents)
Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara
signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia dari
tablet jadi (akhir)
2. Pengikat (binder)
Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk
meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam
pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa kohesif atau
pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat
mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan.
3. Penghancur (disintegrants)
Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat
setelah ditelan pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum dilakukan
granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada kedua
tahap proses.
4. Pelincir (lubricant)
Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang
meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan
dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan
sifat sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin (glidant)
5. Antiadheran
Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi
mudah tersusun/terkumpul.
6. Pelicin (glidantt)
Glidant dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam
lobang lumpang. Glidant dapat meminimalkan ketidak merataan yang sering
ditemukan/ditunjukan
formula
kempa
langsung.
Glidant
meminimalkan
Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau
campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan
menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008). Dalam proses granulasi basah zat
berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan
pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 40-50C. Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara
granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan
gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum
(Lachman, 1986). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran
yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief,
1994).
Tahapan pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan metode granulasi
basah yaitu (Goeswin. 2012):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
basah
Pengayakan/penapisan massa kasar menggunakan ayakan berukuran mesh 6-12
Pengeringan granul basah
Pengayakan granul kering melalui ayakan berukuran 14-20
Pencampuran granul yang sudah diayak dengan lubrikan dan disintegran
Pengempaan tablet
Bahan obat sebelum ditablet, pada umumnya dicampur terlebih dahulu, bentuk
serbuk yang seragam, menyebabkan keseragaman pada bentuk tablet (Voigt, 1984).
Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna teratur, memiliki daya alir
yang baik (free flowing), menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan, tidak
terlampau kering, dan hancur baik di dalam air (Voigt, 1984).
Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui kualitas fisik serbuk
antara lain:
1. Waktu alir serbuk
Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah pemeriksaan laju
alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh ke dalam corong alat uji waktu alir dan
diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa untuk melalui corong dan berat massa
tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui
corong perdetik (Lachman et al, 1994).
III.
Resep
Formula 1
BAHAN
KADAR
Fase dalam
Paracetamol
250 mg
Lactosa Anhidrat
Fase luar
q.s
Amylum
10%
Pasta amylum
5%
Amylum
5%
Talk
2%
Mg stearat
1%
Formula 2
BAHAN
Fase dalam
Paracetamol
KADAR
250 mg
Lactosa Anhidrat
Amylum
10%
Pasta amylum
Fase luar
q.s
12,5%
Amylum
5%
Talk
2%
Mg stearat
1%
Formula 3
BAHAN
Fase dalam
Paracetamol
KADAR
250 mg
Lactosa
Fase luar
q.s
Amylum 10%
10%
PVP
2%
Amylum
5%
Talk
2%
Mg stearat
1%
Formula 4
BAHAN
KADAR
Fase dalam
Paracetamol
250 mg
Lactosa
Fase luar
IV.
q.s
Amylum 10%
10%
PVP
5%
Amylum
5%
Talk
2%
Mg stearat
1%
C8H9O2
(Martindale36, hal. 108)
Nama Lain
Asetaminofen
(Martindale36, hal. 108)
Nama Kimia
4-Hidroksiasetanilida
(Farmakope Indonesia Ed. IV, hal. 701)
Berat Molekul
151,2
(Martindale36, hal. 108)
Pemerian
Kelarutan
Larut dalam air mendidih dan dalam Natrium Hidroksida 1N; mudah larut
dalam etanol. (Farmakope Indonesia Ed. IV, hal. 701)
Suhu Lebur
pH
Stabilitas
Terhidrolisis pada pH 5 7.
Parasetamol menyerap kelembaban dengan jumlah yang tidak berarti pada
suhu 25 deg C pada kelembaban relatif sampai sekitar 90%.
Tablet yang dibuat dengan granulasi basah dengan menggunakan pasta
amilum kurang dipengaruhi oleh kelembaban yang tinggi dibandingkan
dengan yang dibuat menggunakan Povidon.
Dalam keadaan kering, Parasetamol stabil pada temperatur sampai 45 deg
C.
Parasetamol relatif stabil terhadap reaksi oksidasi.
(The Pharmaceutical Codex Ed. 12, hal. 989)
inkompatibilitas
Penyimpanan
Sumber
V.
Preformulasi Eksipien
Amilum
Struktur molekul
Rumus molekul
Nama kimia
Berat molekul
Pemerian
Suhu Lebur
Kelarutan
Stabilitas
putih pucat.
Tidak ditemukan di FI IV, FI V, HOPE Edisi 6th
Praktis tidak larut dalam air dingin dan alkohol 96%.
Amilum kering stabil apabila terlindung dari kelembaban
tinggi, amilum harus disimpan di wadah kedap udara dan di
Inkompatibilitas
Penyimpanan
Kegunaan
Pustaka
Talkum
Rumus molekul
Mg6(Si2O5)4(OH)4
Nama kimia
Magnesium silicat
Pemerian
10
Kelarutan
Stabilitas
Inkompabilitas
Penyimpanan
Kegunaan
Daftar pustaka
Mg-Stearat
Rumus molekul
C36H70MgO4.
Nama kimia
Berat molekul
591,29.
Pemerian
Suhu Lebur
1170 C-1500 C.
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan air,
sedikit larut dalam benzen hangat dan etanol (95%) hangat.
Stabilitas
Inkompatibilitas
dengan
bahan
yang
teroksidasi
kuat,
Kegunaan
Lubrikan : 0,25%-5,0%.
Pustaka
11
Avicell
Struktur molekul
Rumus molekul
Nama kimia
Berat molekul
Pemerian
Stabilitas
Inkompatibilitas
Penyimpanan
Kegunaan
Pustaka
pengoksidasi kuat.
Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering
Zat pengisi
HOPE Edisi 6th halaman 129-131
Laktosa anhidrat
12
Struktur molekul
Rumus molekul
Nama kimia
Berat molekul
Pemerian
C12H22O11
O--D-galactopyranosyl-(1 4)--D-glucopyranose
342,30
Laktosa anhidrat adalah serbuk atau partikel kristal berwarna putih,
Suhu Lebur
Kelarutan
Density
Stabilitas
dalam
13
bentuk anhidratnya sehingga dipilih pengisi berupa laktosa anhidrat. Akan tetapi
dikarenakan di laboratorium tidak ada laktosa anhidrat maka dipakai avicell sebagi
penggantinya, hal ini karena avicell pun memiliki kompatibilitas yang baik dengan
parasetamol sehingga dapat dipakai sebagai pengisi tablet parasetamol.
Tablet parasetamol dibuat menggunakan metode granulasi basah sehingga
diperlukan pengikat yang dapat menyatukan zat aktif dengan berbagai zat tambahan
lainya agar menjadi granul yang baik yang dapat meningkatkan sifat alir dan
kompresiblitas dari parasetamol. Maka ditambahkan pengikat berupa pasta amilum
kedalam sediaan untuk mengikat serbuk menjadi granul. Pemilihan pasta amilum sebagai
pengikat karena amilum kompabel terhadap parasetamol, selain itu pasta amilum
memiliki daya rekat yang baik sehingga dapat meningkatkan kompresibilitas dari serbuk
yang akan dibuat granul.
Tablet yang baik harus dapat terdisintegrasi sebelum 30 menit di saluran cerna agar
dapat cepat terabsorbsi dan
parasetamol ditambahkan amilum untuk mempercepat disintegrasi dari tablet baik pada
fase dalam maupun pada fase luar.
Pada proses pencetakan tablet menggunakan mesin pencetak tablet dapat terjadi
friksi antara die dengan serbuk yang dapat menimbulkan panas dan dapat merusak mesin,
sehingga friksi tersebut harus dikurangi bahkan dihilangkan menggunakan lubrikan. Oleh
karena itu, ditambahkan Mg-stearat kedalam sediaan sebagai lubrikan agar meminimalisir
friksi yang terjadi pada saat proses pencetakan tablet.
Granul dikhawatirkan tersendat di hopper pada saat pengisian die, apabila hal ini
terjadi dapat mengakibatkan bobot tablet yang dihasilkan tidak seragam. Maka
ditambahkan glidantt kedalam sediaan agar tablet dapat mengalir dengan baik di hopper,
glidantt yang dipilih pada sediaan ini adalah Talkum, pemilihan talkum sebagai glidantt
adalah karena talkum dapat mengurangi gaya elektrosatis yang muncul pada di hopper
pada saat pengisian die sehingga serbuk tidak akan tersendat pada saat pengisian die pada
hopper.
14
VII.
Perhitungan
Formula 2
Kadar parasetamol
Bobot tablet
Formula
= 250 mg
Perhitungan Tablet
Kondisi
Sebenarnya
250 mg x 500
tablet = 125 g
Pasta Amilum
15,33 mg x 500
(12,5%)
15,33 mg
tablet = 7,665 g
125,002 g
10,002 g
15
Amilum (10%)
40 mg x 500 tablet
10% x 400 mg = 40 mg
Avicel
= 20 g
62,67 mg x 500
mg 40 mg = 62,67 mg
tablet = 31,335 g
20,003 g
31,336 g
Mg Stearat (1%)
Talk (2%)
5/92 x 163,390 g =
8,880 g
8,8799 g
1/92 x 163,390 g =
1,7760 g
1,7760 g
2/92 x 163,390 g =
3,5520 g
3,553 g
Pasta amilum
Bobot granul
sebenarnya
163,390 g
2,2693 %
Jumlah Tablet
159,6822 g
186,343 g
= 414,5024 mg
16
VIII. Prosedur
A. Milling
1. Paracetamol diayak menggunakan ayakan mesh 40.
2. Amylum untuk fase dalam diayak menggunakan ayakan mesh 40.
3. Amylum untuk fase luar diayak menggunakan ayakan mesh 60.
4. Talkum diayak menggunakan ayakan mesh 60.
5. Mg-Stearat diayak menggunakan ayakan mesh 60.
6. Avicel pH 101 diayak menggunakan ayakan mesh 40.
B. Penimbangan Bahan
Penimbangan Fase Dalam
1. Paracetamol yang telah diayak ditimbang sebanyak 125 g di kertas
perkamen.
2. Amylum yang telah diayak ditimbang sebanyak 10 g di kertas perkamen.
3. Avicel pH 101 yang telah diayak ditimbang sebanyak 31,335 g di kertas
perkamen.
4. Sebagai desintegrant, ditimbang amylum yang telah diayak sebanyak 20 g
di kertas perkamen.
Penimbangan Fase Luar
1. Amylum yang telah diayak ditimbang sebanyak 3,533 g di kertas
perkamen.
2. Mg-Stearat yang telah diayak ditimbang sebanyak 1,7760 g di kertas
perkamen.
3. Talkum yang telah diayak ditimbang sebanyak 8,880 g di kertas perkamen.
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah
17
aquadest.
Dipanaskan beaker glass A pada suhu gelatinasi (sekitar 700C) sambil diaduk.
Disiapkan beaker glass B yang berisi 10 g aquadest.
Ditambahkan air pada beaker glass B ke dalam beaker glass A
Lalu ditimbang kembali beaker glass A dan didapat berat w1, selisih antara w1
dan w0 haruslah 80 g.
7. Jika beratnya tidak sesuai, maka ditambahkan kembali air panas ke dalam
beaker glass A sampai bobot yang diinginkan tercapai.
D. Pembuatan Tablet
1. Paracetamol, amylum kering, dan avicel pH 101 dicampur homogen dengan
menggunakan turbula mixer, kemudian ditambahkan larutan pengikat yaitu
pasta amylum sebanyak 61,335 g sedikit demi sedikit hingga diperoleh massa
kempa yang sesuai untuk dibuat granul.
2. Massa yang basah kemudian diayak menggunakan ayakan mesh 12.
3. Granul basah dikeringkan dalam oven dengan suhu pengeringan kurang dari
450C sampai kandungan airnya berada diantara 2-4%.
4. Granul kering kemudian ditimbang dan dievaluasi.
5. Granul yang sudah memenuhi syarat dapat dicampur dedngan talk dan
amylium (pada fase luar) lalu diaduk sekitar 2 menit. Fase luar Mg-Stearat
ditambahkan kemudian dan diaduk selama 2 menit.
6. Massa siap cetak kemudian ditabletasi dengan menggunakan punch dengan
bobot yang telah ditentukan.
7. Tablet yang telah dicetak dievaluasi menurut persyaratan yang berlaku.
IX.
Evaluasi Granul dan Tablet
1. Evaluasi Granul
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah
18
BJ nyata
bobot granul
volume granul
BJ mampat
'
bobot granul
volume mampat
Car r s index=
BJ mampatBJ nyata
100
Bj mampat
repl.
1
2
3
(g)
25,001
25,009
225,006
Rata - rata
BJ
(mL)
61
61,5
62
(g/mL)
0,4099
0,4067
0,4033
0,4066
BJ mampat
Jumlah
ketukan
10
500
1250
BJ
mampat
1
59
57
56
25,001 g
g
=0,4464
56 mL
mL
Volume (mL)
2
60
58
57
25,009 g
g
=0,4488
57 mL
mL
Rata - rata
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah
3
61
59
58
25,006 g
g
=0,4311
58 mL
mL
0,4388 g/mL
19
0,43880,4066
100
0,4388
= 7,3382 %
Formula
BJ nyata
BJ mampat
Kompresibilitas (%)
1
2
3
4
(g/mL)
0,4239
0,4066
0,3669
0,3847
(g/mL)
0,4522
0,4388
0,4237
0,4066
6,22
7,3382
14,4914
5,3861
Prinsip
Alat
Penafsiran Hasi: Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan > 4 g granul adalah 1 detik dan memiliki sudut
istirahat 350
Rumus :
tan a=
tinggi
jari jari
Sifat alir
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Dapat lewat
Buruk
Sangat buruk
Sangat sangat buruk
Kecepatan alir
No. Rep.
1
2
3
W (g)
150
150
150
Rata - rata
T (detik)
1,18
1,17
1,24
20
Sudut istirahat
No. Rep.
1
2
3
H (cm)
4,3
4,5
4,3
Rata - rata
(0)
24,1276
24,6646
23,9891
24,2604
R(cm)
9,6
9,8
9,45
Formula
Kecepatan aliran
Sudut istirahat
1
2
3
4
(g/det)
108,2720
125,3482
102,0408
103,1001
(o)
13,78
24,2604
14,60
16,21
masalah
yang
terjadi
sehingga
dapat
selama
proses
penyebabnya.
: Menggunakan metode gravimetri, granul hasil pengeringan
dimasukkan ke dalam botol timbang, lalu di oven dalam
keadaan tutup terbuka.
MC=
Alat
:
Penafsiran Hasil :
Hasil
:
Oven
Kadar air yang baik 2-4 %
Formula
1
2
3
4
(%)
0,11
2,2693
0,65
2,06
21
Prinsip
Penafsiran hasil: Hasil uji menunjukkan persentase bobot serbuk dalam setiap
rentang ukuran pengayak
Formula 1
Ukuran Granul
(m)
Bobot granul
%
% kumulatif <
% kumulatif
< 250 m
251 m 425 m
426 m 1400
14,6623 g
3,5094 g
6,6243 g
58,6492 %
14,0376 %
26,4972 %
58,6492 %
72,6868 %
99,184 %
>
100 %
41,3508 %
27,3132 %
m
1400 m 1700
6,6243 g
0,732 %
99,916 %
0,816 %
m
>1700
Jumlah
0,021 g
25
0.084 %
100 %
100 %
0,084 %
Formula 2
Ukuran Granul
(m)
< 250 m
251 m 425 m
426 m 1400 m
1400 m 1700 m
>1700
Jumlah
16, 486 g
4,047 g
4, 185 g
0,199 g
0,083 g
25
65,944 %
16,188 %
16,740 %
0,796 %
0,332 %
100 %
Bobot granul
% kumulatif <
65,944 %
82,132 %
98,872 %
99,668 %
100 %
% kumulatif >
100 %
34,056 %
17,868 %
1,128 %
0,332 %
Formula 3
Ukuran Granul
(m)
< 250 m
251 m 425 m
426 m 1400 m
1400 m 1700 m
>1700
Jumlah
Bobot granul
% kumulatif <
18,560 g
2,956 g
2,895 g
0,396 g
0,193 g
25
74,2352 %
11,8327 %
11,5768 %
1,5836 %
0,7718 %
100 %
74,2352%
86,0679%
97,6447%
99,2283%
100 %
% kumulatif >
100%
25.7648%
13.9322%
2.3554%
0.7718%
Formula 4
Ukuran Granul
Bobot granul
(m)
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah
22
< 250 m
251 m 425 m
426 m 1400
7,0325 g
10,006 g
7,022 g
28,130 %
40,024 %
28,088 %
28,130 %
68,154 %
96,242 %
100 %
71,874 %
31,846 %
m
1400 m 1700
0,8495 g
3,398 %
99,640 %
3,758 %
m
>1700
Jumlah
0,09 g
25
0,360 %
100 %
100 %
0,360 %
Formula 1
Formula 2
50.000
Formula 3
40.000
Formula 4
30.000
20.000
10.000
0.000
0-250
251-425
426-1400
1401-1700
>1700
80.000
Formula 2
Formula 3
60.000
Formula 4
40.000
20.000
0.000
0-250
251-425
426-1400
1401-1700
>1700
23
80
Formulasi 2
Formulasi 3
60
Formulasi 4
40
20
0
0-250
251-425
426-1400
1401-1700
>1700
2. Evaluasi Tablet
a.
Organoleptis
Tujuan
:Penerimaan oleh konsumen
Prinsip
:Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau dan rasa
Penafsiran hasil:Warna homogen, tidak ada binitk-bintik/noda, bau sesuai
spesifikasi (bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai),
rasa sesuai spesifikasi
Kelompok 1
Warna homogen,
berwarna putih
tidak berbintik,
tidak berbau, rasa
asin,.
homogen, bau
sesuai
homogen, tidak
spesifikasi,
terdapat bintik-
mulus tanpa
bintik-bintik,
rasa asam
asin.
kepahit-pahitan.
b.
24
Prinsip
Formula 2
d(mm
t (mm)
)
12,30 4,10
12,25 4,05
12,20 4,05
12,25 4,05
12,30 4,05
12,25 4,05
12,25 4,05
12,25 4,05
12,25 4,05
12,25 4,10
12,25 4,06
5
5,413-12,18
Formula 3
Formula 4
d(mm
t
d(mm
t
)
(mm)
)
(mm)
12,25 4,00
12,25
4,00
12,30 4,00
12,20
4,00
12,25 4,00
12,25
4,10
12,25 4,00
12,20
4,00
12,20 4,05
12,20
4,05
12,20 4,00
12,25
4,10
12,25 4,00
12,20
4,00
12,25 4,00
12,20
3,95
12,25 4,00
12,20
4,10
12,25 4,10
12,20
4,00
12.24 4.015 12,21 4,030
5
5
5.353 12.045 5,373 - 12,090
Friabilitas
Tujuan
Prinsip
Alat
No. Rep.
1
2
3
Kerapuhan (%)
0.15
0,10
0,09
0,113
Penafsiran hasil :
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah
25
Formulasi
d.
e.
1
Bobot awal
Bobot
(g)
akhir ( g )
6,666
6,616
6,655
6,608
Friabilitas
(%)
Prinsip
Keragaman
0,17
0,113
6,686
6,672
0,20
6,635
6,629
0,05
bobot
Tujuan
:
Menjamin
keseragaman
kadar
masing-masing
tablet.
Hitung
nilai
penerimaannya
Penafsiran hasil :
Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang
dari bobot rata-rata lebih besar dari 7,5%, dan tidak boleh ada
satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari
15%. nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama kurang atau
sama dengan nilai penerimaan maksimum yang diperbolehkan
yaitu 15,0
Untuk formula 2 :
26
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Rata-rata
Rentang
f.
NILAI AV
A
1
2
3
4
4,5893 %
4,7356 %
1,1461 %
2,1534%
Penyimpangan (%)
0,08244
1,401484
2,225886
1,566364
1,566364
0,741962
1,731245
0,741962
1,566364
4,039571
1,566364
0,08244-4,0396
Kekerasan tablet
Tujuan
: Menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses,
Prinsip
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
5,8
5,2
5,7
5,1
5,2
5,4
5,8
6,2
6,2
5,5
5,7
5,5
5,8
5,4
6,2
5,1
6,5
6,6
6,2
6,2
5,7
6,276
5,009
5,688
6,178
6,276
5,001
5,492
27
g.
8.
9.
10.
5,3
5,8
4,8
5,1
5,0
6,2
5,5
5,4
5,1
5,688
5,001
5,394
Ratarata
Standar
deviasi
5,41
5,66
5,85
5,6093
0,4091
0,4427
0,5603
0,5905
Waktu hancur
Tujuan
:Menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul (kecuali jika dinyatakan untuk tablet kunyah, sustained
Prinsip
release).
:Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur
sempurna dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam
media air (untuk tablet tidak bersalut) bersuhu 37 2 kecuali
dinyatakan lain dalam monografi. Bejana diisi dengan HCl 0,1
N, volume diatur pada kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat
pada permukaan larutan dan pada kedudukan terendah. Mulut
tabung tetap diatas permukaan. Enam tabung dimasukkan satusatu ke masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik turunkan
secara teratur 30 kali tiap menit. Waktu hancur dicatat sejak
pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang
Formula 2
13,06 menit
Formula 3
22,03 menit
Formula 4
15,41 menit
menit
28
X.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan tablet parasetamol, Parasetamol adalah para-
aminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893
(Wilmana, 1995). Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik,
antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta
peradangan lambung (Sartono,1993).
Dalam pembuatan tablet yang dilakukan, selain bahan aktif parasetamol maka
ditambahkan juga bahan eksipien yaitu dari amylum sebanyak 15% sebagai penghancur
(disintegrant) pasta amilum sebanyak 12,5% sebagai pengikat (binder), avicell sebagai
pengisi (diluent), Mg stearat sebanyak 1 % sebagai pelicin (lubrikan), dan Talk sebanyak
2% sebagai glidant. Pada metode granulasi basah, tiap bahan tambahan dibagi kedalam 2
fase yaitu fase dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri dari zat aktif, pengikat, pengisi, dan
10% penghancur. Fase luar terdiri dari 5% penghancur, pelicin, dan glidant. Fase dalam
adalah campuran yang kemudian akan dibuat menjadi massa granul, sedangkan fase luar
adalah bahan yang membantu aliran granul fase dalam yang telah dibuat.
Pada pembuatan tablet kali ini dibuat tablet dengan bahan aktif berupa
parasetamol 250 mg dan bobot tablet total 400 mg, sehingga presentase zat aktif dalam
sediaan adalah 62,5 %. Parasaetamol merupakan zat yang memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang buruk(voight.1994) sehingga apabila akan dibuat sediaan tablet
harus dilakukan granulasi terlebih dahulu, selain itu kadar parasetamol dalam tablet pun
lebih dari 5% sehingga pembuatan tablet parasetamol menggunakan metode granulasi
basah.
29
Tahapan atau prosedur yang dilakukan pada pembuatan tablet parasetamol dengan
menggunakan metode granulasi basah yaitu :
1. Milling
Milling adalah proses penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien sehingga
dihasilkan ukuran yang lebih kecil. Proses milling penting karena pada pembuatan
tablet ini parasetamol (zat aktif), laktosa, dan amilum masing-masing memiliki ukuran
partikel yang berbeda-beda. Tujuan dari proses milling ini untuk menghindari
kemungkinan terjadi segregasi dan demixing pada proses pencampuran berikutnya
yang akan menyebabkan menurunnya homogenitas dari campuran bahan. Milling
dilakukan dengan cara bahan bahan yang akan digunakan di ayak terlebih dahulu pada
mesh 40, hal ini bertujuan untuk menyeragamkan ukuran dari partikel partikel
pembentuk tablet dan menghindaari segregasi dari serbuk penyusun tablet. Jadi,
sebelum dilakukan penimbangan bahan-bahan, terlebih dahulu dilakukan milling
sehingga bahan yang telah ditimbang sudah memiliki ukuran yang sama satu sama
lainnya
2. Mixing
Mixing dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menggabungkan dua atau lebih komponen, yang awalnya dalam keadaan tidak
dicampur atau sebagian campuran, sehingga masing-masing unit (partikel, molekul
dll) dari komponen terletak sedekat mungkin atau bercampur dengan unit atau partikel
masing-masing komponen lainnya. Tujuan dari proses mixing adalah untuk
mendapatkan/menjamin homogenitas campuran serbuk sehingga tablet yang
dihasilkan merupakan campuran homogen. Pada tahap ini dilakukan mixing terhadap
fase dalam bahan aktif yaitu parasetamol sebanyak 125 gram , avicel sebanyak
31,336 gram dan amylum sebanyak 20 gram. Mixing dilakukan dengan menggunakan
toples sebagai turbula mixer . Dalam proses mixing ini zat yang akan dicampur
ditambahkan sedikit demi sedikit dengan perbandingan 1 : 1 agar menghasilkan
campuran yang mendekati random mix. Proses mixing fase dalam ini dilakukan
dengan cara toples secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang lebih
selama 10 menit. Sedangkan untuk fase luar hanya di campur selama 5 menit, hal ini
bertujuan agar fase luar tidak terlalu homogen didalam tablet yang akan menyebabkan
waktu hancur tablet menjadi semakin lama karena fase luar tablet biasanya bersifat
hidrofob sehingga sulit terbasahi dan memperlama waktu hancur tablet.
3. Granulasi
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah
30
evaluasi
terdiri dari
uji kerapatan
granul dan
kompresibilitasnya, uji kecepatan alir granul dan sudut istirahatnya, uji distribusi ukuran
granul, dan uji kandungan lengas granul. Sedangkan untuk tablet yang telah jadi
dilakukan uji keseragaman sediaan, organoleptis, keseragaman ukuran, keregasan tablet
(friability), keragaman bobot, kekerasan tablet, waktu hancur tablet, dan disolusi tablet.
Namun pada praktikum ini tidak dilakukan evaluasi tablet parasetamol karena
keterbatasan alat sehingga evaluasi dilakukan dengan tablet natrium bikarbonat, sehingga
hasil evaluasi tabletnya pun tidak bisa dibandingkan.
Untuk evaluasi granul pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi kerapatan granul
dan kompresibilitasnya, uji kecepatan alir granul dan sudut istirahatnya, uji distribusi
ukuran granul, dan uji kandungan lengas granul. Evaluasi dilakukan oleh bagian IPC
menggunakan prinsip yang berasal dari kompendial baik itu farmakope indonesia,
maupun USP.
Uji kerapatan dan kompresibilitas granul dilakukan berdasarkan prinsip dari USP
yaitu, pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot granul
terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk 1250x). Pengukuran
kompresibilitas berdasarkan Carrs index. Setelah dilakukan evaluasi hasil yang didapat
adalah sebagai berikut :
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Basah
31
Formula
1
2
3
4
BJ nyata
BJ mampat
(g/mL)
0,4239
0,4066
0,3669
0,3847
(g/mL)
0,4522
0,4388
0,4237
0,4066
Kompresibilitas (%)
6,22
7,3382
14,4914
5,3861
Dari hasil pengujian kerapatan dan kompresibilitas diatas diketahui bahwa formula
1, 2, dan 4 memiliki kompresibilitas yang sangat baik sedangkan formula 3
kompresibilitasnya berada di tingkat cukup baik.
Selanjutnya dilakukan evaluasi kecepatan alir dan sudut istirahat granul. evaluasi ini
dilakukan berdasarkan prinsip evaluasi yang tertera dalam USP yaitu Sejumlah granul
diposisikan diatas dasar diameter yang berada dalam hopper lalu dialirkan, pembentukkan
kerucut granul pada dasar diameter memungkinkan penentuan sudut istirahat. Dari hasil
evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut:
Formula
Kecepatan
1
2
3
4
(g/det)
108,2720
125,3482
102,0408
103,1001
Pada USP-30 tertera bahwa sudut istirahat yang baik mendekati sudut 25 o, dari hasil
percobaan didapatkan hanya formula 2 yang memiliki sudut istirahat mendekati 25o. Hal
ini mungkin disebabkan kandugan lengas dari formula 2 berada dalam rentang yang baik,
yaitu 2-4%. Sedangkan formula lain memiliki kadar lengas kurang dari 2 % sehingga
sudut istirahat yang dibentuk lebih kecil.
Selanjutnya evaluasi kandugan lengas tablet atau biasa disebut mosture content.
Evaluasi ini dilakukan berdasarkan prinsip dari farmakope indoesia yaitu, Menggunakan
metode gravimetri, granul hasil pengeringan dimasukkan ke dalam botol timbang, lalu di
oven dalam keadaan tutup terbuka. Hasil evaluasi ini adalah sebagai berikut:
Formula
1
2
3
4
32
Dari hasil uji kandungan lengas granul didapatkan bahwa formula yang memiliki
kandungan lengas yang baik adalah formula 2 dan formula 4. Hasil ini mungkin
disebabkan oleh banyaknya air yang dipakai untuk melarutkan pengikat dan juga kondisi
pengeringan yang mungkin berbeda.
Selanjutnya dilakukan evaluasi distribusi ukuran granul, evaluasi ini dilakukan
berdasarkan prinsip dari farmakope indonesia yaitu, Menyusun pengayak berdasarkan
derajat kekasaran yang meningkat. Zat uji ditempatkan pada pengayak paling atas. Bobot
zat yang tertahan pada setiap pengayak ditimbang seksama. Namun karena keterbatasan
alat maka metode yang dipakai dalam pengujian ini dirubah menjadi satu pengayak satu
pengayak. Hasil dari pengujian apabila ditampilkan dalam grafik adalah sebagai berikut :
Formula 1
Formula 2
50.000
Formula 3
40.000
Formula 4
30.000
20.000
10.000
0.000
0-250
251-425
426-1400
1401-1700
>1700
Dari grafik diatas, diketahui bahwa hanya formula 4 yang distribusi ukurannya
mendekati distribusi normal, sedangkan formula lainya mengikuti distribus positif. Hal ini
mungkin disebabkan karena granul diimpan terlalu lama sebelum di evaluasi sehingga
granul yang telah terbentuk kembali menjadi serbuk
33
XI.
Kesimpulan
Dari hasil evaluasi yang dilakukan, diketahui bahwa tablet yang
menggunakan pengikat amilum 12,5% baik dibandingkan dengan menggunakan
pengikat lainnya.
Tablet
Granul
Evaluasi
Formula
Formula 2
Formulasi
Formulasi
Uji Homogenitas
Kandungan Lembab
Kecepatan Aliran
Bobot Jenis
Uji Organoleptik
Keseragaman Bentuk dan
Ukuran
Keseragaman Bobot
Kekerasan
Friabilitas
Friksibilitas
Waktu Hancur
Uji Disolusi
X
X
X
X
X
Keterangan:
= memenuhi syarat
XII.
Daftar Pustaka
34
XIII.
Lampiran
35
A. Kemasan sekunder
B. Brosur
ACETE
Tablet parasetamol 250 mg
36
Komposisi:
Tablet : Satu tablet mengandung 250 mg Paracetamol
Cara Kerja Obat:
Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik / analgesik. Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus
aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat
analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai
sedang. Sifat antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan
sebagai antirematik. Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap
dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma
dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian.
Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa
mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Indikasi:
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan
asetosal.
Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit
kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan
demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap paracetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat
dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan
fungsi hati.
Dosis:
500 mg (2 tablet) 3 4 kali sehari
Efek Samping:
Kasus terjadinya thrombocytopenic purpura dan haemolytic anaemia dan
agranulocytosis pernah tercatat.
Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
-
Reg : DBL1300200110A1
diproduksi oleh :
PT.
Boumpouki Farma
Bandung, Indonesia
37
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA
Pembuatan Tablet Parasetamol 250 mg Dengan Metode
Granulasi Basah Menggunakan Pengikat Pasta Amilum
12,5%
Disusun oleh:
Mochamad Arif
P17335113048
38