PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan portopolio adalah mampu membuat sediaan krim dengan
zat aktif Gentamycin baik dan benar sehingga mampu diaplikasikan dengan baik saat
melakukan praktikum.
1.2.2
Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari pembuatan portipolio ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui proses dan mampu melakukan pembuatan formulasi sediaan krim dengan
zat aktif Gentamycin untuk mengatasi penyakit bisul
b. Mengetahui proses dan mampu melakukan pembuatan praformulasi sediaan krim
dengan zat aktif Gentamycin untuk mengatasi penyakit bisul
c. Mengetahui dan mampu melakukan evaluasi sediaan krim dengan zat aktif
Gentamycin
1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan portopolio ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat bagi Masyarakat
Manfaat untuk masyarakat adalah masyarakat memiliki alternatif pilihan obat dalam
bentuk krim terutama untuk mengobati penyakit bisul.
b. Manfaat bagi Mahasiswa
Manfaat untuk mahasiswa adalah menambah kompetensi mahasiswa dalam pembuatan
sediaan krim.
c. Manfaat bagi Institusi
Manfaat bagi institusi adalah institusi semakin dikenal oleh masyarakat karena memiliki
mahasiswa yang berkompeten pada bidangnya..
d. Manfaat bagi industri adalah industri dapat mengembangkan dan memroduksi sediaan
krim untuk penyakit bisul.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menjaga kebersihan tubuh dengan cara mandi secara teratur, mengganti pakaian yang
sudah digunakan ketika berkeringat dan hindari juga pakaian yang terlalu ketat karena
kemungkinan ketika tubuh dalam keadaan berkeringat, keringat akan terperangkap dalam poripori tubuh sehingga bakteri akan dengan mudah berkembangbiak dan menjaga pola makan agar
tetap sehat.
2.2 Kajian Zat Aktif
2.2.1 Defini Zat Aktif
merupakan
suatu
antibiotika
golongan
aminoglikosida
yang
aktif menghambat kuman-kuman gram-positif maupun kuman gram-negatif termasuk kumankuman yang resisten terhadap antimikroba lain, seperti Staphylococcus penghasil penisilinase;
Pseudomonas
aeruginosa;
Proteus; Klebsiella;
E.coli.
Mekanisme
kerja
berdasarkan
No
Obat A
Obat B
Gentamicin
Neomycin
Gentamicin
Pil KB
(Norgestrel)
Gentamicin
Sefalosporin
Mekanisme
Mekanisme Kerja
Kerja Obat A
Obat B
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis protein
Masuk
kedalam sel,
Interaksi
Sifa
Adi
Meningkatkan
kekentalan
lender dileher rahim
Adi
Menghambat sintesis
dinsing sel mikroba
Nefrotoksik
Aditif
Gentamicin
Gentamicin
Gentamicin
Gentamicin
Gentamicin
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
Siner
dan
menghambat
sinteis protein
Masuk
kedalam sel,
Menekan Follikel
kemudian
Stimulating Hormone
Estrogen
terikat pada
(FSH), menghalangi
Efek estrogen berkurang
Adt
(Etinilestradiol) ribosom 30S
maturasi follikel dan
dan
ovarium
menghambat
sinteis protein
Menghambat sintesa
dinding sel bakteri
Masuk
gram positif dengan
kedalam sel,
membentuk
kemudian
komplek D alanil D
terikat pada
Vankomisin
alanin pada bagian
Nefrotoksik meningkat
Adi
ribosom 30S
prekursor peptida
dan
untuk menghambat
menghambat
reaksi transglikosilase
sinteis protein
pada sintesa
peptidoglikan.
Masuk
kedalam sel,
kemudian
Bifosfonat
terikat pada Inhibisi resorpsi tulang
Meningkatkan resiko hipokalsemia
Adi
(Alendronate) ribosom 30S normal dan abnormal
dan
menghambat
sinteis protein
Masuk
kedalam sel,
Limfosit T dihambat.
kemudian
Menghambat produksi
terikat pada
Aditif
Siklosporin
limpokin dan
Meningkatkan resiko nefrotoksisitas
ribosom 30S
Siner
pelepasan termasuk
dan
interleukin-2
menghambat
sinteis protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
NSAID dapat
Penghambatan
NSAIDs
terikat pada
menyebabkanakumulasiaminoglikosidadengan
isoenzim COX-1 dan
Adi
(Ibuprofen)
ribosom 30S
mengurangi laju filtrasiglomerulus.
COX-2
dan
Konsentrasi aminoglikosida meningkat
menghambat
sinteis protein
Gentamicin
Loop Diuretik
(Furosemid)
Gentamicin
Methotrexate
10
Gentamicin
Polypeptida
Antibiotik
(Polimiksin A)
11
12
Gentamicin
Gentamicin
Amfoterisin B
Cisplatin
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis protein
Masuk
kedalam sel,
kemudian
terikat pada
ribosom 30S
dan
menghambat
sinteis protein
Menghambat
kotranspor
Na+/K+/Cl- dari
membran lumen pada
pars
ascenden ansa henle,
karena itu reabsorpsi
Na+/K+/Cl- menurun
Adi
Menginhibisi sintesis
Aksiantitumorigenicmetotreksat dapat meningkat
DNA
Adi
Adi
Nefrotoksisitas
Siner
Nefrotoksisitas
Adi
13
Masuk
kedalam sel,
kemudian Menekan pengeluaran
terikat pada
Gentamicin Magnesium Sulfat
ribosom 30S asetilkolin pada motor
endplate
dan
menghambat
sinteis protein
Adi
akan mengalami kehilangan dosis sehingga menyebabkan ketidakseragaman dosis dalam sekali
minum. Hal ini membuat para ahli farmasi membuat alternatif sediaan yang mampu menutupi
kekurangan dari tablet yaitu dengan membuat sediaan farmasi dalam bentuk krim.
Sejak awal kemunculannya, krim begitu diminati oleh masyarakat. Awalnya krim hanya
dibuat untuk obat saja, namun dengan memanfaatkan kelebihan darikrim, kini krim tersedia
dalam berbagai jenis seperti krim untuk kosmetik. Hal ini semakin menambah keanekaragaman
sediaan farmasi sehingga masyarakat memiliki lebih banyak alternatif rute pemberian obat sesuai
dengan keinginan.
2.3.3 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Krim
2.3.3.1 Keuntungan sediaan krim
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.
2.3.3.2 Kekurangan sediaan krim.
1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.
2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan
penambahan salah satu fase secara berlebihan.
2.3.4 Kekhususan sediaan
Krim tipe minyak dalam air (m/a) adalah air terdispersi dalam minyak. Krim yang dapat dicuci
dengan air ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika dan juga dapat ditujukan untuk
pemberian melalui vaginal.
2.3.5 Penggolongan Sediaan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam asam lemak
atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui
vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (m/a) dan krim tipe air dalam minyak
(a/m). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki.
a. krim tipe a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera
b. krim tipe m/a digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat,
kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl
sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.
2.3.6 Bahan-bahan Penyusun Sediaan krim
2.3.6.1 Formula pembentuk krim :
Krim merupakan sediaan semi solid, berupa emulsi minyak dalam air atau air dalam
minyak. Berikut ini adalah bahan bahan penyusun sediaan krim :
1. Zat berkhasiat, Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan
cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat, apakah krim tipe minyak dalam air atau tipe air
dalam minyak.
Untuk membuat krim tipe air-minyak digunakan zat pengemulsi seperti lemak bulu domba, setil
alkohol, stearil alkohol, setaseum dan emulgida.
2.3.6.2 Bahan tambahan :
Untuk sediaan semi solid agar peningkatan penetrasi pada kulit:
1. Zat untuk memperbaiki konsistensi
Konsistensi sediaan topical diatur untuk mendapatkan bioavabilitas yang maksimal,
selain itu juga dimaksudkan untuk mendapatkan formula yang estetis dan acceptable.
Konsistensi yang disukai umumnya adalah sediaan yang dioleskan, tidak meninggalkan
bekas, tidak terlalu melekat dan berlemak. Hal yang penting lain adalah mudah
dikeluarkan dari tube. Perbaikan konsistensi dapat dilakukan dengan mengatur komponen
sediaan emulsi diperhatikan ratio perbandingan fasa. Untuk krim adalah jumlah
konsentrat campuran zat pengemulsi.
2. Zat pengawet.
Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan dimaksudkan untuk
meningkatkan
stabilitas
sediaan
dengan
mencegah
terjadinya
kontaminasi
mikroorganisme. Karena pada sediaan krim mengandung fase air dan lemak maka pada
sediaan ini mudah ditumbuhi bakteri dan jamur. Oleh karena itu perlu penambahan zat
yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Zat pengawet yang
digunakan umumnya metil paraben 0.12 % sampai 0,18 % atau propil paraben 0,02% 0,05 %.
3. Pendapar
Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk menjaga stabilitas
sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan aktif. Pemilihan pendapar harus
diperhitungkan ketercampurannya dengan bahan lainnya yang terdapat dalam sediaan,
terutama pH efektif untuk pengawet. Perubahan pH sediaan dapat terjadi karena:
perubahan kimia zat aktif atau zat tambahan dalam sediaan pada penyimpanan karena
mungkin pengaruh pembawa atau lingkungan. Kontaminasi logam pada proses produksi
atau wadah (tube) seringkali merupakan katalisator bagi pertumbuhan kimia dari bahan
sediaan.
4.
Pelembab
b. Anti oksidan sebagai agen produksi. Zat-zat ini mempunyai potensial reduksi
lebih tinggi sehingga lebih mudah teroksidasi dibandingkan zat yang lain kadang
kadang bekerja dengan cara bereaksi dengan radikal bebas. Contoh; garam Na
dan K dari asam sulfit.
c. Anti oksidan sinergis. Yaitu senyawa yang bersifat membentuk kompleks dengan
logam, karena adanya sedikit logam dapat merupakan katalisator reaksi oksidasi.
Contoh: sitrat, tartrat, EDTA.
7. Peningkat Penetrasi.
Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah zat yang terpenetrasi agar
dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik lewat dermal (kulit). Syarat-syarat:
a. Tidak mempunyai efek farmakologi.
b. Tidak menyebabkan iritasi alergi atau toksik. Bekerja secara cepat dengan efek
terduga (dapat diramalkan).
c. Dapat dihilangkan dari kulit secara normal.
d. Tidak mempengaruhi cairan tubuh, elektrolit dan zat endogen lainnya.
e. Dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan banyak zat.
f. Dapat berfungsi sebagai pelarut obat dengan baik.
g. Dapat menyebar pada kulit.
h. Dapat dibuat sebagai bentuk sediaan.
i. Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Pada umumnya senyawa peningkat penetrasi akan meningkatkan permeabilitas kulit
dengan mengurangi tahanan difusi stratum corneum dengan cara merusaknya secara reversible.
Contoh; dimetil sulfida (DMSO), zat ini bersifat dipolar, aprotik dan dapat bercampur dengan air,
pelarut organik pada umumnya.
digunakan tidak membutuhkan penanganan yang sulit, kecuali apabila didalam sediaan
tersebut ada bahan-bahan yang termolabil.
3. Pencampuran
Pencampuran terdiri tiga macam:
a. Pencampuran bahan padat.
Pada prinsipnya pencampuran bahan padat adalah menghancurkan aglomerat yang
terjadi menjadi partikel dengan ukuran yang serba sama.
b. Pencampuran untuk larutan. Tujuan pencampuran larutan didasarkan pada dua tujuan
yaitu: adanya transfer panas dan homogenitas komponen sediaan.
c.
Persyaratan mutu yang harus dimiliki oleh bahan-bahan dalam sediaan suspensi adalah
sebagai berikut:
a. Dapat diterima
Dapat diterimaartinya mempunyai estetika, penampilan, bentuk yag baik serta menarik
sehigga menciptakan rasa nyaman pada saat pengunaan
b. Aman
Aman artinya sediaan yang kita buat harus aman secara fisiologis maupun psikologis, dan
dapat meminimalisir suatu efek samping sehingga tidak lebih toksik dari bahan aktif yang
belum diformulasi.
c. Efektif
Efektif artinya sebagai dalam jumlah kecil mempunyai efek yang optimal. Jumlah atau
dosis pemakaian sekali pakai sehari selama pengobatan (1 kurun waktu) harus mampu
mencapai reseptor dan memiliki efek yang dikehendaki. Sediaan yang efektif adalah
sediaan bila digunakan menurut aturan pakai yang disarankan akan menghasilkan efek
farmakologi yang optimal untuk tiap-tiap bentuk sediaan dengan efek samping yang
minimal.
d. Stabilitas fisika
Stabilitas fisika adalah sifat-sifat fisika organoleptis, keseragaman, kelarutan, dan
viskositas tidak berubah.
e. Stabilitas kimia
Stabilitas kimia adalah secara kimia inert sehingga tidak menimbulkan perubahan warna,
pH, dan bentuk sediaan.
f. Stabilitas mikrobiologi
Stabilitas mikroba berarti tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme selama waktu
edar.
g. Stabilitas farmakologi
Stabilitas farmakologi berarti selama penyimpanan dan pemakaian efek terapeutiknya
harus tetap sama.
h. Stabilitas toksikologi
Stabilitas toksikologi berarti pada penyimpanan dan pemakaian tidak boleh ada kenaikan
toksisitas.
2.5
2.5.1
Tinjauan Produksi
Definisi Produksi
Produksi adalah proses dan metode yang digunakan dalam transformasi yang nyata input
( bahan baku , setengah jadi barang , atau subassemblies ) dan tidak berwujud masukan
( ide ,informasi , tahu bagaimana ) menjadi barang atau jasa, merupakan suatu kegiatan
yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru
sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna
suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan
menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan
produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhanmanusia untuk mencapai
kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah
yang mencukupi.
2.5.2
Tujuan Produksi
Tujuan dilakukannya produksi adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan pasien
Adanya produksi sediaan farmasi tentu untuk menjawab kebutuhan masyarakat
mengenai obat-obatan. Tanpa adanya minat dan permintaan dari masyarakat, tentu
saja produksi sediaan farmasi tidak akan dilakukan.
b. Aplikasi gagasan baru
Dengan adanya produksi diharapkan bahwa akan muncul pengaplikasian dari
gagasan-gagasan yang ada. Dengan dilakukannya produksi maka akan terlihat
pengaplikasiaan dari suatu formula dan akan menambah beraneka ragam alternative
pilihan masyarakat terhadap sediaan farmasi.
c. Upgrade sediaan
Maksud dari alur one way adalah ruang produksi harus memiliki alur produksi
secara berurutan tanpa ada pemutaran kembali sediaan ke tahap awal. Misalnya
dalam ruang produksi pencampuran bahan dilakukan dari sebelah barat ke sebelah
timur ruangan, ruangan harus memiliki tempat yang cukup mulai dari pencampuran
bahan disebelah barat kemudian berurutan hingga proses akhir produksi berada di
paling timur ruangan.
c. Terdapat pengaturan suhu, cahaya, tekanan dan higienitas
Pengaturan suhu, cahaya, tekanan dan higienitas sangat penting untuk ruangan
produksi. Hal ini dikarenakan untuk menghindari tumbuhnya mikroorganisme dalam
ruangan tersebut. Selain itu juga ada sediaan yang dalam proses produksinya harus
dalam suhu dan tekanan tertentu. Jadi memang penting jika ruang produksi memiliki
pengatur suhu, cahaya, tekanan dan higienitas.
2.5.3.1.1
Ruang kelas 1.000 diartikan bahwa hanya boleh ada 1.000 mikroorganisme non
patogen dan 100 mikroorganisme patogen dalam ruangan itu. Biasanya ruang
kelas 1.000 diberikan untuk ruang kelas II.
3. Ruang kelas 10.000
Ruang kelas 10.000 diartikan bahwa hanya boleh ada 10.000 mikroorganisme non
patogen dan 1.000 mikroorganisme patogen dalam ruangan itu. Biasanya ruangan
kelas 10.000 diberikan untuk kelas III.
4. Ruang kelas 100.000
Ruang kelas 100.000 diartikan bahwa hanya ada boleh 10.000 mikroorganisme
non patogen dan lebih dari 100.000 mikroorganisme patogen dalam ruangan itu.
Biasanya ruangan kelas 100.000 diberikan untuk kelas IV.
2.5.3.2 Alat Produksi
Alat prosuksi adalah seperangkat instrument yang digunakan untuk membuat, mengolah
ataupun memodifikasi suatu bahan awal menjadi sediaan ruahan maupun sediaan jadi
dengan fungsi dan standar tertentu. Alat produksi memiliki beberapa spesifikasi yaitu
sebagai berikut:
a. Inert atau netral
Maksuda dari inert dan netral adalah alat produksi yang digunakan tidak
memengaruhi sediaan. Misalnya alat produksi yang berasal dari plastik yang dapat
melepaskan zat-zat berbahaya penyusun plastik yang dapat bereaksi dengan sediaan
yang kita buat. Hal-hal seperti iniharus dihindari agar kualitas sediaan yang
diproduksi tetap terjaga dengan baik.
b. Fungsi tetap (stabil)
Alat denga fungsi tetap (stabil) adalah alat produksi yang walaupun digunakan
sampai 3 tahun tidak akan berubah atau berkurang dalam segi fungsi. Misalnya alat
pencetak tablet yang mampu mencetak 2000 tablet perhari, akan tetap mampu
mencetak 2000 tablet perhari dalam kurun waktu 3 tahun yang akan datang.
c. Mudah dalam pengoperasian
Tujuan utama dari penggunaan alat-alat produksi adalah memudahkan kita dalam
pembuatan suatu sediaan. Alat yang digunakan pun harus mudah dalam
pengoperasiaan karena bukan hanya satu atau dua orang yang akan
menggunakannya melainkan beberapa orang dengan kemampuan yang berbedabeda. Sehingga untuk pengoperasiaanya alat produksi diusahan semudah mungkin.
d. Terstandar dan terkalibrasi (menyertakan fungsi sesuai dengan bahan baku)
Alat produksi yang digunakan untuk memproduksi sediaan farmasi haruslah sesuai
dengan standar yang sudah ditentukan karena obat nantinya akan bereaksi dalam
tubuh. Jika dalam proses pembuatannya tidak menggunakan alat yang terstandar
maka akan menurunkan kualitas dari obat yang akan dihasilkan pula.
e. Maintenence (perawatan)
Alat produksi harus memiliki panduan perawatan karena perawatan adalah hal yang
sangat penting. Ketahanan suatu alat juga bergantung dari cara perawatan alat itu
sendiri, sehingga alat produksi pun harus dirawat dengan baik agar fungsinya tetap
terjaga.
2.5.3.2.1
kimia yang mampu bereaksi dengan bahan yang digunakan untuk pembuatan obat.
Sehingga lebih di utamakan pria sebagai seorang praktisi personal produksi.
Evaluasi Sediaan
Evaluasi adalah tahapan akhir produksi di mana menekankan pada kegiatan pemastian dan
pemeriksaan sediaan telah sesuai dengan spesifikasi mutu standar sediaan baik secara
nasional maupun internasional.
mengetahui bahwa sediaan kita sudah memenuhi dosis yang tepat atau belum.
Jika kita tidak melakukan evaluasi terhadap sediaan, dikhawatirkan obat akan
memberikan efek samping yang berbahaya akibat ketidaktahuan akan efek
terapi yang diberikan.
Evaluasi pada saat proses produksi adalah evaluasi yang lebih menekankan pada
saat pembuatan sediaan. Jadi kita mengevaluasi dari cara-cara atau prosedur saat
melakukan produksi. Misalnya keakuratan penimbangan bahan dan kinerja alat
produksi.
c. Post produksi
Evaluasi ini adalah evaluasi yang menekankan evaluasi pada sediaan yang sudah
jadi. Misalnya pada uji organolepttis, keseragaman bobot dan kekentalan.
2.6.2.2
2.6.2.3
Mutu fisik menjadi penggolongan evaluasi karena dalam evaluasi mutu fisik kita
bisa mengetahui kualitas sediaan kita secara langsung, mulai dari homogenitas
sampai kekentalan sediaan.
c. Sterilitas
Evaluasi terhadap sterilitas berguna untuk mengetahui tingkat sterilitas sediaan
yang sudah dibuat. Hal ini untuk mengetahui sampai berapa lama obat mampu
bertahan tanpa ditumbuhi oleh mikroorganisme.
d. Kimia
Evaluasi kimia meliputi interaksi antara satu bahan dengan bahan. Dengan
melakukan evaluasi kimia, kita dapat mengertahui rencana kerja obat dalam
tubuhh manusia nantinya. Dengan mengetahui evaluasi ini juga kita bisa
menghindari reaksi-reaksi kimia antara obat satu dengan obat yang lain.