Anda di halaman 1dari 21

Cephal-Hematoma pada

Bayi Baru Lahir dari Ibu Diabetik


Andreas Esa
102010298/C8
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat korespodensi: Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat
Email : andreasesa@yahoo.com
Pendahuluan
Sebelum insulin tersedia, perempuan penderita diabetes jarang bisa hamil. Diabetes menurunkan
angka harapan hidup dan kesuburan mereka. Bilapun hamil, prognosis untuk ibu tersebut dan
bayinya buruk. Keberhasilan penanganan hamil diabetic bergantung pada penyesuaian terhadap
milieu metabolic abnormal diabetes ibu yang memajan janin in utero. Perubahan status metabolic
para penderita diabetes ini memiliki peranan besar dalam perkemabngan sejumlah cirri bayi dari
ibu diabetic (IDM, infants of diabetic mothers). Pedersen mengemukakan bahwa hiperglikemia
ibu menyebabkan hiperglikemia janin, selanjutnya perangsangan sel beta pancreas janin, dan
hiperinsulinisme yang pada akhirnya membuat kondisi neonatal menjadi hipoglikemia.
Perubahan ukuran bayi dari ibu diabetic juga terjadi, biasanya bayi akan membesar, dimana
ukuran bayi yang besar atau makrosomia ini dapat membuat trauma ketika persalinan normal dan
membuat benjolan pada kepala neonates. Cephalo-hematom merupakan salah satu bentuk
benjolan ini 1
Anamnesis kandungan ibu

Secara rutin ditanyakan apakah penderita sudah menikah atau belum, paritas, siklus haid,
penyakit yang pernah diderita seperti hipertensi atau diabetes selama atau sebelum kehamilan ,
kelainan ginekologi serta pengobatanya dan operasi yang dialaminya. 2
Riwayat haid
Perlu diketahui menarke, siklus teratur atau tidak, lama haid, banyaknya darah waktu haid,
disertai nyeri atau tidak dan menopause. Selalu ditanya tanggal haid terakhir yang masih normal.
Jika haid terakhirnya tidak jelas normal , maka perlu ditanyakan tanggal haid sebelum itu.
Dengan cara demikian, dicari apakah haid pertama lambat ataukah ibu mengalami gangguan haid
seperti amenorrhea2
Riwayat penyakit umum
Perlu ditanyakan apakah ibu pernah menderita penyakit berat seperti penyakit tuberkulosis,
penyakit jantung, riwayat penyakit ginjal, penyakit darah, diabetes melitus dan penyakit jiwa.
Riwayat oprasi non-ginekologi perlu juga diperhatikan seperti, mammektomi dan apendiktomi. 2
Riwayat obstetrik
Riwayat kehamilan sebelumnya apakah berakahir dengan keguguran, atau berakhir dengan
persalinan, persalinan dilakukan dengan tindakan atau oprasi, dan bagaimana nasib anaknya.
Infeksi nifas dan kuretase dapat menjadi infeksi panggul menahun dan kemandulan. Jika
perempuan pernah menggalami keguguran perlu diketahui apakah disengaja atau spontan. Perlu
juga ditanyakan banyaknya perdarahan dan apakah telah dilakukan kuretase. 2
Riwayat ginekologi
Riwayat penyakit atau kelainan ginekologi serta pengobatanya dapat memberikan
keterangan penting, terutama operasi yang pernah dialami. Apabila penderita pernah diperiksa
dokter lain, tanyakan juga hasil pemeriksaan dan pendapat dokter tersebut 2
Pemeriksaan fisik
Penatalaksanaan bayi baru lahir memiliki tiga tujuan utama:

1. Menilai gangguan adapatasi BBL dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin yang


memerlukan resusitasi
2. Untuk menentukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera
3. Menentukan apakah neonates dapat dirawat bersama ibu atau di tempat perawatan khusus
untuk diawasi, atau di ruang intensif untuk segera di operasi. 3

Penilaian awal dan berikutnya


Neonatus diperiksa dengan singkat pada saat lahir untuk menilai usia gestasi, menentukan
ukuran untuk usia gestasi, memeriksa abnormalitas kongenital mayor dan mendeteksi penyakit
yang mengancam jiwa. Selama 6 jam pertama setelah lahir, harus segera dilakukan evaluasi
perawatan berupa pencatatan frekuensi denyut jantung, pernafasan, suhu, perfusi kulit, warna
kulit dan aktivitas neoromuskular. Selainan itu periode penghisapan dan proses menelan juga
harus diperiksa. Frekuensi evaluasi pada bayi normal dapat dikurangi setelah itu, namun
sekurnag-kurangnya harus dipriksa setiap 8 jam.
Pemeriksaan medis secara teperinci harus dilakuan terhadap semua bayi dalam 24 jam pertama
kehidupanya. Bayi yang tetap tinggal dirumah sakit selama 2 hari atau lebih harus dipriksa ulang
sebelum pemulanganya. Bayi yang dipulangkan leih awal. Pada saar 24 jam pertama lahir, perlu
dilihat dan dipriksa ulang pada 3-4 hari. 3
Ukuran dan usia gestasi
Dapat diperkirakan dari riwayat menstruasi ibu, tapi dapat salah pada riwayat menstruasi ibu
yang tidak teratur. Selain itu dapat juga dinilai dari gambaran fisik bayi, yaitu kulit, genital
eksterna, telinga, payudara serta dari prilaku neoromuskular.
Berat, lingkar kepala dan panjang kepala ke tumit hendaknya ditentukan dan dicatat. Lingkara
kepala diukur pada diameter oksipital ke frontal terbesar, panjang diukur dari puncak kepala
(verteks) dampai lutut dengan tungkai bayi dalam keadaan ekstensi penuh. Pengukuran ini
kemudian dibandingkan untuk gestasi terhadap grafik pertumbuhan janin. Grafik pertumbuhan
optimum sesuai untuk popilasi spesifik, harus digunakan bila tersedia. Kehamilan didatara tinggi

akan menghasilkan bayi baru lahir yang berukuran lebih kecil daripada kehamilan pada
ketinggian sama atau dekat permukaan laut.
Bayi berada pada 2 devisi standart (SD) pada grafik ini biasanya diangap sesuai untuk usia
gestasi (AGA, appropriate for gestational age). Bayi kurang dari 2 SD dibawah mean adalah
kecil untuk usia gestasi (SGA , small for gestational age), dan meraka yang lebih dari 2SD diatas
mean adalah besat untuk usia gestasi (LGA large for gestational age) . 3
Suhu
Bayi normal berwarna merah muda dan teraba hangat namun biasanya kaki dan tanggan bayi
dingin dan tampak sedikit sianosis. Suhu aksila yang normal adalah 36,5 dan 37,40C. 4
Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan dengan
hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu kulit
menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam selama
pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masingmasing janin tergantung pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin.
Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan
dan lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus,
menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan.
pada keadaan matur dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban.
Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas, pecah-pecah,
dehidrasi, seperti sebuah perkamen. 4
Rambut lanugo
Rambut yang halus dan lembut akan menutupi sleuruh tubuh bayi yang sangat prematur dan
hilang dari wajah sert punggung bagianbawah antara 32 sampai 37 minggu. Rambut lungo pada
bayu cukup bulan terdapat pada punggung bayi bagian atas dan bagian dorsal ekstermitas. Vernik
kasiosa, suatu bahan putih yang tebal dengan konsistensi yang lebut seperti kehu menutupi kulit

seluruh tubuh sampai usia 36-38 minggu. Pada usia 40 minggu, jumlah verniks telah berkurang
dan hanya terdapat pada lipatan-lipatan kulit saja.
Pada cukup bulan sudah ada jaringan subkutan yang relatif tebal, kuku, jari dan tanggan sudah
tebentuk sempurna dan tumbuh sedikit lebih panjang dari ujung jari. 4
Meconium staining
Mekonium yang telah berada di dalam cairan amnion selama beberapa jam akan mewarnai kulit,
kuku, jari tangan dan kaki serta tali pusat dengan warna kehujau-hijauan dan merupakan tanda
gawat janin yang berlangsung dini atau lama.
Bayi postmatur memiliki tanda siagan dan lenah, dengan kulit kering, terkelupas, jaringan
subkutan lebih sedikit dibanding normal, dan kuku jari tanggan yang panjang mungkin terdapat
pewarnaan mekonium pada kulit, tali pusat dan kuku disebut pewarnaan mekonium. 4
Warna
Warna kulit umumnya berwaran merah muda pada bayi kaukasia. Membaran mukosa yang Pucat
dapat disebakan karena anaemia. Pada bayi berpingmen , perfusi dapat diketahui dari penekanan
(BLANCHING) pada jari kaki dan tanggan. Warn kelabu menyeluruh dapat diindikasikan
asidosis. Kulit yang pucat dan burik tampak pada sepsik atau hipotermia. Mungkin dapat sianosis
pada tanggan atau kaki (akrosianosis), yang merupakan jaringan normal jika ditemukan segera
setalah lahir atau terpajan pada lingkungan dingin. 4
Ikterus neonaturum dengan kulit berwarna kuning sampai jingga disebabkan oleh peningkatan
bilirubin yang bereaksi-indirekderajat ikterus pada bayi akan mudah dinilai dengan memberi
tekanan singkat menggunakna jari kekulit bayi danmengamati warna didaerah yang memucat
tersebut. Bayi baru lahir normal biasanya mengalami ikterus fisiologik ringan pad ahri ke-2 yang
mencapai puncaknya pada usia 3 sampai 4 hari .5
Kepala dan leher
Bayi yang lahir melalui vagina (terutama anak pertama atau kepala terlalu lama diruangan
panggul) akan mengalami perubahan bentuk kepala. Letak tulang parietal cendrung sedikit diatas
tulang oksipital dan tulang frontal. Kepala bayi yang letaknya sungsang atau lahir dengan bedah
5

biasanya bulat. Garis sutura, ukuran dan tekanan fontanel anterior dan posterior harus dipriksa
dengan jariukuran fontanel anterior bervariasi, maksimal 3,3cm. Fontanel yang tegang
menandakan peningkatan tekana intra kranial seperti pada edema otak, hidropcephalus atau
meningitidis. Fontanel anterior biasanya terbuka dengan ukuran seujung jari. Hanya 3% yang
diameternya lebih dari 2cm. Fontanel yang kecil cendrung akan membesar pada bulan pertama.
Bagian kepala yang lunak atau yang disebut juga kraniotabes kadang kala ditemuka pada verteks
ditulang parietal dekat sutura sagitalis dan tidak mempunyai nilai klinis. Akan tetapi pada
kealinan bila kelainan tersebut menetap, pemeriksaan terhadap kemungkinan patologi penyebab
harus dilakukan. Bagian oksipital yang lunak menadakan adanya kalsifikasi yang tidak sempurna
yang disertai dengan osteogenesis imperfekta, kretinisme, dan kadang-kadang sindrom down.1
Trauma lahir pada kepala
-

Kapur suksedaneum adala edema pada kulit kepala, lunak tidak berfluktuasi.

Batasnya tidak tegas dan menyebrangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari.
Hematoma sefal tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh kaput
suksedaneum. Konsistensinya lunak, berfluktuasi berbatas tegas pada tepi tualng
tengkorak, jadi tidak menyebrangi sutura. Hematoma sefal akan mengalami
klasifikasi setelah beberapa hari dan akan menghilang sempurna dalam waktu 2-

6bulan.
Bila hematoma sefal menyebrangi sutura berarti terdapat fraktur tulang tengkorak

Pendarahan subaponerotik terjadi oleh karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan
diluar dengan sinus-sinus dalam tengkorak. Pendarah ini dapat terjadi pada tiap persalinan yang
diakhiri dengan alat. Biasanya batasnya tegas, sehingga bentuk kepala dapat tampa asimetris.
Pada perabaan sering ditemukan fluktuasi dan juga terdapat edem. 1
Wajah
Wajah dengan tanda dimorfik seperti lipatan epikkantus. Melebarnya karak kedua mata dan letak
daun telinga uang rendah sering berhubungan dengan sindrom kongenital. Wajah tidak simetris
sering disebakan oleh kelumpuhan saraf ke-7, hipoplasia otot destresor sudut mulut, atau posisi
janin yang tidak normal.5

Mata / Telinga
Pinna dari telinga janin perubahan itu konfigurasi dan peningkatan konten tulang rawan sebagai
kemajuan pematangan. Penilaian meliputi palpasi untuk ketebalan tulang rawan, kemudian
melipat pinna maju ke arah wajah dan melepaskannya. Pemeriksa mencatat kecepatan yang
pinna dilipat terkunci kembali menjauh dari wajah ketika dirilis, kemudian memilih alun-alun
yang

paling

dekat

menggambarkan

tingkat

perkembangan

cartilagenous.

Pada bayi yang sangat prematur, pinnae mungkin tetap terlipat ketika dirilis. Pada bayi tersebut,
pemeriksa mencatat keadaan pembangunan kelopak mata sebagai indikator tambahan
pematangan janin. Pemeriksa tempat ibu jari dan telunjuk pada kelopak atas dan bawah, dengan
lembut memindahkan mereka terpisah untuk memisahkan mereka. Bayi yang sangat belum
dewasa akan memiliki kelopak mata menyatu erat, yaitu, pemeriksa tidak akan dapat
memisahkan fisura palpebra baik dengan traksi lembut.
Bayi sedikit lebih dewasa akan memiliki satu atau kedua kelopak mata menyatu tetapi satu atau
keduanya akan sebagian dipisahkan oleh traksi cahaya ujung jari pemeriksa. temuan ini akan
memungkinkan pemeriksa untuk memilih pada lembar skor dua dikurangi (-2) untuk sedikit
menyatu, atau minus satu (-1) untuk longgar atau kelopak mata sebagian menyatu. Pemeriksa
tidak perlu heran menemukan variasi yang luas dalam status kelopak mata fusi pada bayi
individu pada usia kehamilan tertentu, karena nilai kelopak mata un-fusi dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang terkait dengan stres intrauterin dan humoral tertentu. 5
Hidung
Amati bentuk hidung dan lebar jembatannya (nasal bridge). Jika tampak terlalu lebar, ukurlah
jarak antara kantus medial mata dan jarak tersebut tidak boleh lebih dari 2,5 cm pada BBL cukup
bulan. Hidung tampak pesek karena tekanan yamg dialami diintrauterina
BBL bernafas melalui hidung apabila ia bernafas dari mulut, maka harus dipikirkan
kemungkinan terdapatnya obstruksi jalan nafas oleh karena atresia koana bilateral atau fraktur
tulang hidung. 4
Mulut
Inspeksimulut dapat dilihat adanya labio dan ginatokisis. Perhatikan lidah apakah membesar
seperti seperti pada sindrom beckwith atau selalu bergerak pada sindrom down. BBL dengan
7

edem otak sering kali lidahnya keluar masuk (tanda foote).pada palpasi dapat dideteksi terdapat
hight arch palate, palatoskisis dan baik atau tidaknya refleks hisap.
Sebelum bayi berumur 2 bulan saliva bayi sedikit. Bilaterdapat hipersaliva pada BBL perlu
diperkirakan kemungkinan atresia esofagus dengan atau tanpa fistula traeoesofagus.
Lidah relatif tamoak besar, frenulum mungkin pendek (tongue tie) . Bila lidah tidak dapat
bergerak pada waktu menetek, frenulum harus dipotong. Adanya leamak dibagian pipi yang
disebut bantalan hisap dan menghilang pada waktu berhenti menyusui.4
Dada
Dada BBL seperti tong. Pektus eksavatum atau karinatum sering membuat orang tua khawatir,
padahal biasanya tidak mempunyai arti klinis. Pada waktu bernafas dinding perut dan dada
bergerak bersamaan. 1
Paru
Frekuensi nafas pada bayi BBL normal adalah 40-60 kali permenit. BBL dengan frekuensi nafas
yang terus menerus diatas 60 kali permenit perlu diamati untuk kemungkinan ada kelainan paru,
jantung atau metabolik. Dalam keadaan normal tidak dijumpai pernafasan cuping hidung,
merintih ataupun retraksi dada. Semua bayi baru lahir bernafas dengan diagfragma. Sehingga
pada waktu inspirasi bagian dada tertarik kedalam dan pada saat yang sama perut bayi
membuncit. 1
Pemeriksaan
Frekuensi nafas
Retraksi
Sianosis

Skor
0
< 60/menit
Tidak ada retraksi
Tidak ada sianosis

1
60-80/menit
Retraksi ringan
Sianosis
hilang

Air entry

Udara masuk

dengan O2
Penurunan

Tidak merintih

udara masuk
masuk
Dapat
didengar Dapat didengar tanpa

merintih

2
>80/menit
reteaksi
Sianosis

menetap

walaupun diberi O2
ringan Tidak ada udara

dengan stetoskop
alat bandu
Tabel 1.1 tabel Downes menilai Pernapasan BBL

Evaluasi
1-2 : sesak nafas ringan
4-5 : sasak nafas sedang
>6 : sesak nafas berat
Abdomen
Dinding perut BBL lebih datar daripada dinding dada, bila perut sangat cekung pikirkan hernia
diagfragma. Abdomen yang membuncit mungkin disebabkan hepatoslenomegali atau tumor lain
ataupun cairan dalam ronga perut.
Hati bisa teraba 2 sampai 3 cm dibawah arkus kosta kanan, sedangkan limpa sering teraba 1 cm
dibawah arkus kosta kiri, sedangkan ginkal batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikalis
dianatara garis tengah dan tepi perut. Biasanya bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. 3
Genitalia eksterna
Genital (Pria).
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang lebih pada
minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke 32.
Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau bawah pada
minggu ke 33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan
membentuk rugae
Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona berugae. Pada
nenonatus extremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis
kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum biasanya seperti
pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring.
Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae yang
lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan yang sama. 5
9

Genital (wanita).
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan telentang
dengan pinggul abduksi kurang lebih 450 dari garis horisontal. Abduksi yang berlebihan dapat
menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan aduksi menyebabkan
keduanya tertutupi oleh labia majora Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris
sangat menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris
menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol.
Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi
oleh Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya bergantung pada nutrisi intrauterin.
Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal gestasi.
Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia majora cenderung kecil meskipun pada usia
kehamilan matur atau posmatur dan labia minora serta klitoris cenderung lebih menonjol. 5
Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan berkaitan dengan
posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit garis
telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan terdapat
percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis pada telapak kaki tidak
mengalami penurunan. Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak
didasarkan atas ras atau etnis tertentu.
Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk
membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan plantar maka dipakai
ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2,
untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1. 5
Penilaian Maturitas Neuromuskular
Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya tahanan saat otot
diregangkan. Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin mengalami peningkatan
10

tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari
ekstremitas atas. Pada awal kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi
bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi
siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat perlawanan,
sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus fleksi pasif yang
progresif.
Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi
menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat dilakukan
manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini
akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa
abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok. 1
Square Window.
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor memberikan
hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan jarijari bayi dan menekan
punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut antara telapak tangan dan
lengan bawah bayi dari preterm hingga posterm diperkirakan berturut-turut > 90 , 90 , 60 , 45
, 30 , dan 0 .1
Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut mundur
singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan cara evaluasi
saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin
dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan
dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 , Skor 2:
fleksi parsial 110-140 , Skor 3: fleksi parsial 90-100 , dan Skor 4: kembali ke fleksi penuh. 1
Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji resistensi
ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok, paha
ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi
11

ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara
mendukung sisi paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang,
karena hal ini dapat mengganggu interpretasi.
Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk
antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa pemeriksa harus menunggu sampai
bayi berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech
pralahir akan mengganggu manuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi
mengalami kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan
telah terjadi.1
Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring telentang,
pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi melalui
dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada
siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap
menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan
bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila
kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3);
dan garis aksila ipsilateral (4). 1
Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan fleksi
pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi terlentang lalu
pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa
memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan
kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji
mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit
ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah pusar
(3); dan lipatan femoralis (4) 1
Ballard score
12

Ballard score merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada prosedur ini penggunaan kriteria
neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang tenang dan beristirahat, sehingga lebih dapat
diandalkan selama beberapa jam pertama kehidupan. Penilaian menurut Ballard adalah dengan
menggabungkan hasil penilaian maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria
pemeriksaan maturitas neuromuskuler diberi skor, demikian pula kriteria pemeriksaan maturitas
fisik. Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan,
kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya. 1

Tabel 1.2 Maturasi fisik 6

13

Tabel 1.3 Penilaian Maturitas Neuromuskular 6

Tabel 1.4 Nilai maturasi6

14

Skor APGAR
Penilaian bayi saat lahir
Virginia Apgar menetukan sistem pengukuran yang sederhan dan handal untuk derajat stress
intrapartum saat lahir. Kegunaan utama sistem skor ini adalah untuk memaksa pemeriksa
memeriksa anak secara sistematis dan untuk mengevaluasi berbagai faktor yang mungkin
berkaitan dengan masalah kardiopulmonal. Skor 0,1, atau 2 diberikan pada masing-masing dari
kelima variable, 1 dan 5 menit setelah lahir. Skor 10 berarti bahwa seluruh bayi berwarna merah
muda dan memiliki tanda vital normal, sedangkan skor 0 berarti bahwa bayi apnea dan tidak
memiliki denyut jantung. Terdapat hubungan terbalik antara skor Apgar dengan derajat asidosis
serta hipoksia. Skor 4 atau kurang pada usia 1 menit berhubungan dengan peningkatan insidensi
asidosis, sedangkan skor 8-10 biasanya berhubungan dengan peningkatan insiden asidosis,
distress pernapasan, serta kematian. Meskipun demikian, banyak neonatus yang lahir dengan
skor apgar rendah ternyata tidak asidosis.Penentuan skor Apgar harus diteruskan setiap 5 menit,
sampai skor mencapai nilai 7. 3
Frekuensi denyut jantung
Frekuensi denyut jantung normal saat lahir antara 120 dan 160 denyut per menit. Denyut diatas
100 per menit. Denyutan di atas 100 per menit biasanya menunjukan asfuksua dan penurunan
curah jantung3
Upaya bernapas
Bayi normal akan mengap-mengap saat lahir, menciptakan upaya bernapas dalam 30 detik, dan
mencapai pernapasan yang menetap pada frekuensi 30-60 kali per menit pada usia 2 sampai 3
menit. Apnea dan pernapasan yang lambat atau tidak teratur terjadi oleh berbagai sebab,
termasuk asidosis berat, asfiksia, infeksi janin, kerusakan sistem saraf pusat atau pemberian obat
pada ibu (barbiturate, narkotik, dan trankulizer).3
Tonus otot

15

Semua bayi normal bergerak-gerakkan semua anggota tubuhnya secara aktif segera setelah lahir.
Bayi yang tidak dapat melakukan hal tersebut atau bayi dengan tonus otot yang lemah biasanya
asfiksia, mengalami depresi akibat obat, atau menderita kerusakan sistem saraf pusat.3
Kepekaan refleks
Respon normal pada pemasukan kateter ke dalam faring posterior melalui lubang hidung hidung
adalah menyeringai, batuk, atau bersin.3
Warna kulit
Hampir semua bayi berwarna biru saat lahir. Mereka berubah menjadi merah muda setelah
tercapai ventilasi.3
Nilai 0

Nilai 1

Nilai 2

warna kulit tubuh

Warna
kulit

normal merah muda,

warna kulit tubuh,

tetapi tangan dan kaki

tangan, dan kaki normal

seluruhnya

kebiruan

merah muda, tidak ada

biru

(akrosianosis)

sianosis

tidak ada

<100 kali/menit

>100 kali/menit

respons

meringis/menangis

meringis/bersin/batuk

terhadap

lemah ketika

saat stimulasi saluran

stimulasi

distimulasi

napas

sedikit gerakan

bergerak aktif

Denyut
jantung

tidak ada

Respons
refleks

lemah/tidak
Tonus otot

ada

menangis kuat,

Pernapasan

tidak ada

lemah atau tidak

pernapasan baik dan

teratur

teratur

16

Skor Apgar 8-10 pada usia 1 menit


Kebanyakan bayi yang lahir hidup mempunyai skor Apgar 8-10 pada usia 1 menit dan jarang
memerlukan tindakan resusitasi kecuali pengisapan jalan napas. Neonatus yang sangat premature
atau yang mengalami stress intrauterine yang tidak lazim, pada awalnya dapat tampak sehat,
tetapi memerlukan resusitasi beberapa menit setelah lahir. Oleh karena itu, semua bayi harus
dievaluasi ulang secara cermat pada usia 5 menit, setelah stimulasi kelahiran berhenti. Terlepas
dari skor apgar 5 menit, semua bayi harus diobservasi secara cermat selama 12 jam pertama
setelah lahir untuk memastikan bahwa mereka telah beradaptasi dengan baik pada kehidupan
ekstrauterin.
Skor Apgar 5-6 pada usia 1 menit
Bayi-bayi yang mengalami asfiksia ringan, tetapi biasanya berespons terhadap pemberian
oksigen dan pengeringan dengan handuk. Mereka tidak boleh dirangsang dengan memberi
tepukan pada kaki atau bokong. Jika bayi tersebut gagal mempertahankan pernapasan yang
ritmis saat rangsangan dihentikan, ulangi pemberian rangsangan dan teruskan pemberian oksigen
melalui hidung serta mulut.
Skor Apgar 3-4 pada usia 1 menit
Bayi-bayi ini biasanya berespons terhadap ventilasi kantong serta sungkup. Jika tidak, bayi harus
ditangani sebagai bayi dengan skor 0-2. Selain itu, pertimbangkan juga pemberian nalokson jika
ibu meminum narkotik.
Skor Apgar 0-2 pada usia 1 menit
Bayi-bayi ini mengalami asfiksia berat, memerlukan ventilasi segera dan mungkin memerlukan
pemijatan jantung serta bantuan sirkulasi. Jika ventilasi mengguanakan sunggkup serta kantong
tida segera berhasil, lakukan intubasi trakea dan kembangkan serta ventilasikan paru dengan
oksigen yang cukup (biasanya 80-100%) untuk mempertahankan PaO2 atau saturasi oksigen
yang normal (87-92% untuk bayi premature dan 92-97% untuk neonatus cukup bulan).
Pengembangan yang sama di antara kedua apeks dada saat inspirasi menunjukan ventilasi pada
kedua paru; ini merupakan tanda yang lebih baik daripada auskultasi.3

17

Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan DM maka perlu dilakukan pengecekan Gula darah
sewaktu dan tes toleransi Glukosa pada ibu hamil, serta mengecek kadar gula sewaktu pada bayi
untuk mengetahui ada tidaknya hipoglikemia akibat komplikasi dari ibu diabetic 2
Manifestasi cephal-hematom
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematom:
1. Adanya fluktuasi
2. Adanya benjolan, biasanya baru timbul pada hari ke 2 atau 3 setelah bayi lahir yang
tidak melewati sutura
3. Adanya cephal hematom timbul di daerah tulang parietal. Berupa benjolan timbunan
kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai
umur 1-2 tahun.4

Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan riwayat timbulnya benjolan, pemeriksaan fisik neonatus.
Differential Diagnosis
Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak tanda dan gejala yang dapat ditemui pada anak
dengan caput succedaneum adalah sebagi berikut :
1. Adanya edema dikepala
2. Pada perabaan teraba lembut dan lunak
3. Edema melampaui sela-sela tengkorak
4. Batas yang tidak jelas
5. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan 7

Pengertian Cephal-Hematoma

18

Cephal hematom adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan poriesteum karena
tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang
tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 0,5 2 %
dari kelahiran hidup7
Etiologi
Cephal hematom dapat terjadi karena :
1. Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu
terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
2. Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan
penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan
periosteum.
3. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.7
Patofisiologi
Kadang-kadang, cephal hematom terjadi ketika pembuluh darah pecah selama persalinan atau
kelahiran yang menyebabkan perdarahan ke dalam daerah antara tulang dan periosteum. Cedera
ini terjadi paling sering pada wanita primipara dan sering berhubungan dengan persalinan dengan
forsep dan ekstraksi vacum. Tidak seperti kapu suksedaneum, cephal hematoma berbatas tegas
dan tidak melebar sampai batas tulang. Cephal hematom dapat melibatkan salah satu atau kedua
tulang parietal. Tulang oksipetal lebih jarang terlibat, dan tulang frontal sangat jarang terkena.
Pembengkakan biasanya minimal atau tidak ada saat kelahiran dan bertambah ukuranya pada
hari kedua atau ketiga. Kehilangan darah biasanya tidak bermakna
Proses perjalanan penyakit cephal hematom adalah :
1. Cephal hematom terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke
jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama.
Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar
terlihat benjolan.
19

2. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan
daerah yang perdarahan subperiosteum.7
Penatalaksanaan
Tidak diperlukan penanganan untuk cephal hematom tanpa komplikasi. kebanyakan lesi
diabsorbsi dalam 2 minggu sampai 3 bulan. Lesi yang menyebabkan kehilangan darah hebat ke
daerah tersebut atau yang melibatkan fraktur tulang di bawahnya perlu evaluasi lebih lanjut.
Hiperbilirubinemia dapat tejadi selama resolusi hematoma ini. Infeksi lokal dapat terjadi dan
harus dicurigai bila terjadi pembengkakan mendadak yang bertambah besar
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami
resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun
apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan
penatalaksanaan khusus antara lain :
1. Menjaga kebersihan luka.
2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan cephal hematoma.
3. Pemberian vitamin K.
4. Bayi dengan cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena
pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.
5. Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin.
6. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan.7
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi berupa hiperbilirubinemia, dan fraktur tulang. Apabila curiga
fraktur maka harus dipastikan dengan pencitraan x-RAY 7
Prognosis
Prognosis cephal-hematom biasanya baik, dan tidak diperlukan suatu penanganan khusus karena
akan pulih dengan sendirinya 7
Kesimpulan

20

Cephal-hematom merupakan salah trauma persalinan pada bayi baru lahir. Ciri khas dari trauma
ini adalah benjolan yang tidak melewati sutura, sedangkan salah satu diagnosis pembanding dari
cephal-hematom yaitu caput succadenium melewati sutura. Baik keduanya memiliki prognosis
yang baik, sehingga dokter hanya perlu melakukan observasi pada bayi dan menenangkan
keluarga pasien yang panik.
Daftar Pustaka
1. Rudolph M, dkk. Buku ajar pediatri. Edisi ke-20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2006
2. Cunningham FG, dkk. Obstetri williams. Edisi ke-23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2013
3. Kosim MS, dkk. Buku ajar neonatologi. Edisi ke-2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010
4. Matondang CS, dkk. Diagnosis fisik pada anak. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto; 2007
5. Roy M, Simon N. Lecture notes pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga; 2005
6. Diunduh dari http://irapanussa.blogspot.com/2012/06/ballard-score.html pada
tanggal 4 Juni 2013

7. Kliegman AV. Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.;2000

21

Anda mungkin juga menyukai