PENDAHULUAN
Ada banyak jenis tumor jinak laring dan laringofaring, namun, untuk terjadi bersamasama adalah jarang. Secara umum, neoplasma ini dapat dikelola dengan observasi
atau eksisi, tergantung pada lokasi dan perilaku individu. Eksisi dapat dilakukan
endoskopi pada tumor dari ukuran sedang dan lokasi diakses. Keputusan untuk
menghapus tumor harus memperhitungkan morbiditas dari prosedur, yang untuk
tumor asal saraf kemungkinan akan berarti beberapa hilangnya fungsi. Paraganglioma
berasal dari sel neuroendokrin, berhubungan dengan cabang internal saraf laring dan
posterior cabang utama dari berulang saraf laring, dan harus dibedakan dari
laryngoceles menggunakan computed tomography (CT) atau magnetic resonance
imaging (MRI) . Terapi ,tumor laring adalah eksisi atau, lebih jarang dengan terapi
radiasi.
Tumor jinak laring jarang ditemukan, hanya kurang lebih 5% dari semua jenis
tumor laring. Tumor jinak laring dapat berupa papiloma laring (yang paling banyak
frekuensinya) yang bisa didpapatkan dalam dua bentuk yaitu juvenil dan tunggal,
adenoma, kondroma, mioblastoma sel granuler, hemangioma, lipoma dan
neurofibroma.
Karsinoma laring dan laringofarings adalah keganasan yang paling umum
untuk bagian kepala dan leher. Karsinoma laring memiliki historis penyakit dengan
jumlah yang tinggi pada pria, meskipun jumlah insidens telah berubah disebabkan
lebih banyak wanita mulai merokok. Terdapat sekitar 10.000 kasus baru kanker laring
dan 2.500 kasus baru kanker hypopharyngeal per tahun di Amerika Serikat.
Keseluruhan tingkat kematian untuk kanker laring adalah 32% , dengan 25% dari
pasien dengan kanker regional dan 10 % dengan metastasis jauh. Usia rata-rata bagi
karsinoma larings adalah antara 55 dan 65.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan
suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra
cervicalis IV VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih
tinggi.Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila
sedang menelan makanan. Laring juga berfungsi sebagai organ mempertahankan
jalan napas, melindungi jalan napas dan paru paru, membantu mengatur sirkulasi,
sumber suara atau fonasi, membantu proses menelan, dan mengekspresikan emosi.
Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi
disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut :
1. Fungsi Fonasi.
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi
antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan
udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti
rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang
dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsic laring berperan
penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujungujung bebas dan tegangan pita suara sejati. Ada 2 teori yang mengemukakan
bagaimana suara terbentuk :
Teori Myoelastik Aerodinamik.
Selama ekspirasi aliran udara melewati ruang glotis dan secara tidak langsung
menggetarkan plika vokalis. Akibat kejadian tersebut, otot-otot laring akan
memposisikan plika vokalis (adduksi, dalam berbagai variasi) dan menegangkan
plika vokalis. Selanjutnya, kerja dari otot-otot pernafasan dan tekanan pasif dari
proses pernafasan akan menyebabkan tekanan udara ruang subglotis meningkat, dan
2
mencapai puncaknya melebihi kekuatan otot sehingga celah glotis terbuka. Plika
vokalis akan membuka dengan arah dari posterior ke anterior. Secara otomatis bagian
posterior dari ruang glotis yang pertama kali membuka dan yang pertama kali pula
kontak kembali pada akhir siklus getaran. Setelah terjadi pelepasan udara, tekanan
udara ruang subglotis akan berkurang dan plika vokalis akan kembali ke posisi saling
mendekat (kekuatan myoelastik plika vokalis melebihi kekuatan aerodinamik).
Kekuatan myoelastik bertambah akibat aliran udara yang melewati celah sempit
menyebabkan tekanan negatif pada dinding celah (efek Bernoulli). Plika vokalis akan
kembali ke posisi semula (adduksi) sampai tekanan udara ruang subglotis meningkat
dan proses seperti di atas akan terulang kembali.
Teori Neuromuskular.
Teori ini sampai sekarang belum terbukti, diperkirakan bahwa awal dari getaran plika
vokalis adalah saat adanya impuls dari sistem saraf pusat melalui N. Vagus, untuk
mengaktifkan otot-otot laring. Menurut teori ini jumlah impuls yang dikirimkan ke
laring mencerminkan banyaknya / frekuensi getaran plika vokalis. Analisis secara
fisiologi dan audiometri menunjukkan bahwa teori ini tidaklah benar (suara masih
bisa diproduksi pada pasien dengan paralisis plika vokalis bilateral).
2. Fungsi Proteksi.
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot
yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan
berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis,
plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid melalui serabut
afferen N. Laringeus Superior. Sebagai jawabannya, sfingter dan epiglotis menutup.
Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah proksimal laring tertutup
oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan
masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.
3. Fungsi Respirasi.
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar
rongga dada dan M. Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga kontraksinya
3
menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2
dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan menghambat pembukaan rima
glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan merangsang pembukaan rima glotis.
Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan pembukaan laring secara reflektoris,
sedangkan peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi akan menghambat pembukaan
laring . Tekanan parsial CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi
pita suara.
4. Fungsi Sirkulasi.
Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian
tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding
laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti
jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring . Reseptor dari
reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui N.
Laringeus Rekurens dan Ramus Komunikans N. Laringeus Superior. Bila serabut ini
terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi penurunan denyut jantung.
5. Fungsi Fiksasi.
Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi,
misalnya batuk, bersin dan mengedan.
6. Fungsi Menelan
Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat
berlangsungnya proses menelan, yaitu : Pada waktu menelan faring bagian bawah (M.
Konstriktor Faringeus Superior, M. Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus)
mengalami kontraksi sepanjang kartilago krikoidea dan kartilago tiroidea, serta
menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah
dan terjadi pembukaan faringoesofageal. Laring menutup untuk mencegah makanan
atau minuman masuk ke saluran pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium
dan penutupan laring oleh epiglotis. Epiglotis menjadi lebih datar membentuk
4
semacam papan penutup aditus laringeus, sehingga makanan atau minuman terdorong
ke lateral menjauhi aditus laring
esofagus.
7. Fungsi Batuk.
Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak
menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi benda
asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada mukosa
laring.
8. Fungsi Ekspektorasi.
Dengan adanya benda asing pada laring,maka sekresi kelenjar berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut.
9. Fungsi Emosi.
Perubahan emosi dapat meneybabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada
waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan
Sedangkan definisi karsinoma laring atau yang disebut dengan tumor ganas
laring merupakan kondisi kejadian keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring.
Keganasan di laring kondisi gangguan akibat infeksi yang sering terjadi pada bagian
leher dalam khusunya laring.
A. ANATOMI LARING
Struktur penyangga
Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang dan beberapa kartilago yang
berpasangan ataupun tidak . Disebelah superior terdapat os hioideum, struktur yang
berbentuk U dan dapat dipalpasi di leher depan dan lewat mulut pada dinding
faring lateral. Meluas dari masing masing sisi bagian tengah atau os atau korpus
6
hioideum adalah suatu prosesus panjang dan pendek yang mengarah ke posterior.dan
suatu prosesus pendek yang mengarah ke superior.tendon dan otot otot lidah,
mandibula , dan kranium, melekat pada permukaan superior korpus kedua prosesus.
Saat menelan kontraksi otot otot ini mengangkat laring . Namun bila laring dalam
keadaan stabil, maka otot otot tersebut akan membuka mulut dan akan berperan
dalam gerakan lidah. Di bawah os hioideum dan menggantung pada ligamentum
tirohioideum adalah dua alae atau sayap kartilago tiroidea (perisai).Ke dua alae
menyatu di garis tengah pada sudut yang lebih dulu dibentuk pada pria, lalu
membentuk jakun (Adams apple).Pada tepi masingmasing alae, terdapat kornu
superior dan inferior. Artikulasio kornu inferius dan kartilago krikoidea,
memungkinkan sedikit pergeseran atau pergerakan antara kartilago tiroidea dan
krikodea.
Kartilago krikoidea yang juga mudah teraba dibawah kulit, melekat pada
kartilago tiroidea lewat ligamentum krikotiroideum.Tidak seperti struktur penyokong
lainnya dari jalan pernapasan, kartilago krikoidea berbentuk lingkaran penuh dan tak
mampu mengembang.Permukaan posterior atau lamina krikoidea cukup lebar,
sehingga kartilago ini tampak seperti signet ring. Intubasi endotrakea yang lama
sering kali merusak lapisan mukosa cincin dan dapat menyebabkan stenosis subglotis,
didapat disebelah inferior, kartilago trakealis pertama melekat pada krikoid lewat
ligamentum interkartilaginosa.
Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritenoidea
masing masing berbentuk sepertipiramid berisi tiga. Basis piramidalis berartikulasi
dengan krikoid pada artikulasio krikoatenoidea, sehingga dapat terjadi gerakan
meluncur dari medial ke lateral dan rotasi. Tiap kartilago aritenoidea mempunyai dua
prosesus, prosesus vokalis anterior dan prosesus muskularis lateralis. Ligamentum
vokalis meluas ke anterior dan masing masing prosesus vokalis dan berisensi ke
dalam kartilago tiroidea di garis tengah. Prosesus membentuk dua perlima bagian
belakang dari korda vokalis.Sementara ligamentum vokalis membentuk bagian
membranosa atau bagian pita suara yang dapat bergetar.Ujung bebas dan permukaan
superior korda vokalis suara membentuk glotis.Bagian laring diatasnya disebut
7
juga disokong oleh jaringan elastik. Di sebelah superior, pada ke dua sisi laring
terdapat membran kuadrangularis yang meluas ke belakang dari tepi lateral epiglotis
hingga tepi lateral kartilgo aritenoidea. Dengan demikian, membran ini membagi
dinding antara laring dan sinus piriformis, dan batas superiornya disebut plika
ariepiglotika. Jaringan pasangan elastik lainnya adalah konus elastikus ( membrana
krikovokalis). Jaringan ini jauh lebih kuat daripada membran kuadrangularis, dan
meluas keatas dan medial dari arkus kartilaginis krikoidea untuk bergabung dengan
ligamentum vokalis pada masing masing sisi. Jadi konus elaktikus terletak dibawah
mukosa di bawah permukaan korda vokalis sejati.
Otot otot laring dapat dibagi dalam dua kelompok.Otot ekstrinsik yang
terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sementara otot intrinsik
menyebabkan gerakan antara struktur struktur laring sendiri.Otot ekstrinsik dapat
digolongkan menurut fungsinya. Otot depresor atau otot- otot leher (omohioideus,
sternotyroideus, sternohyoideus) berasal dari bagian inferior. Otot elevator
10
kartrilago
tiroidea
kedepan,
meregang
dan
menegangkan
korda
vokalis.Kontraksi ini secara pasif juga memutar aritenoid ke medial, sehingga otot
krikotiroideus juga dianggap sebagai otot abduktor. Maka secara ringkas dapat
dikatakan terdapat satu otot abduktor, tiga aduktor dan tiga otot tensor seperti yang
diberikan seperti berikut:
ABDUKTOR
ADUKTOR
TENSOR
11
Kriaritenoideus posterior
Interaritenoideus
Krikoaritenoideus
Krikoaritenoideus lateralis
Krikoaritenoideus
(eksterna)
Vokalis (interna)
Tiroaritenoideus (interna)
Laring mempunyai tiga fungsi utama yaitu proteksi jalan napas, respirasi dan
fonasi.Laring membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Saat bernapas
pita suara membuka sedangkan saat berbicara atau bernyanyi akan menutup sehingga
udara meninggalkan paru-paru, bergetar dan menghasilkan suara.Pembentukan suara
merupakan fungsi laring yang paling kompleks.Pemantauan suara dilakukan melalui
umpan balik yang terdiri dari telinga manusia dan suatu system dalam laring
sendiri.Fungsi fonasi dengan membuat suara serta menentukantinggi rendahnya
nada.Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan plika vokalis.Syarat suara
nyaring yaitu anatomi korda vokalis normal dan rata, fisiologis harus normal dan
harus ada aliran udara yang cukup kuat.Terdapat 3 fase dalam berbicara: pulmonal
(paru), laringeal (lariynx), dan supraglotis/oral. Fase pulmonal menghasilkan aliran
energi dengan inflasi dan ekspulsi udara.Aktivitas ini memberikan kolom udara pada
laring untuk fase laringeal.Pada fase laringeal, pita suara bervibrasi pada frekuensi
tertentu untuk membentuk suara yang kemudian di modifikasi pada fase
supraglotik/oral.Kata (word) terbentuk sebagai aktivitas faring (tenggorok), lidah,
bibir, dan gigi.Disfungsi pada setiap stadium dapat menimbulkan perubahan suara,
yang mungkin saja di interpretasikan sebagai hoarseness oleh seseorang/penderita.
Adapun perbedaan frekuensi suara dihasilkan oleh kombinasi kekuatan
ekspirasi paru dan perubahan panjang, lebar, elastisitas, dan ketegangan pita
suara.Otot adductor laringeal adalah otot yang bertanggung jawab dalam
memodifikasi panjang pita suara.Akibat aktivitas otot ini, kedua pita suara akan
merapat (aproksimasi), dan tekanan dari udara yang bergerak menyebabkan vibrasi
dari pita suara yang elastik. Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator).
Elemen yang bergetar adalah pita suara. Pita suara menonjol dari dinding lateral
laring ke arah tengah dari glotis. Pita suara ini diregangkan dan diatur posisinya oleh
beberapa otot spesifik.
12
14
epitel gepeng yang lebih keras. Kelenjar penghasil mukus banyak ditemukan dalam
epitel respiratorius.
Struktur pertama yang diamati pada pemeriksaan memakai kaca adalah
epiglottis. Tiga pita mukosa (satu pita glosoepiglotika mediana dan dua plika
glosoepiglotika lateralis) meluas dari epiglottis ke lidah. Diantara pita median dan
setiap pita lateral terdapat suatu kantong kecil, yaitu valekula. Dibawah tepi bebas
epiglotis, dapat terlihat aritenoid sebagai dua gundukan kecil yang dihubungkan oleh
otot interaritenoid yang tipis. Perluasan dari masing masing aritenoid ke
anterolateralis menuju tepi lateral bebas dari epiglottis adalah plika ariepiglotika,
merupakan suatu membran kuadragularis yang dilapisi mukosa. Dilateral plika
ariepiglotika terdapat sinus atau resesus piriformis.Struktur ini bila dilihat dari atas,
merupakan suatu kantung berbentuk segitiga dimana tidak memiliki dinding
posterior. Dinding medialnya dibagian atas adalah kartilago kuadrangularis dan
dibagian bawah kartilago aritenoidea dengan otot otot lateral yang melekat
padanya, dan dinding lateral adalah permukaan dalam alae tiroid. Disebelah posterior
sinus piriformis berlanjut sebagai hipofaring. Sinus piriformis dan faring bergabung
ke bagian inferior, ke dalam introitus esofagi yang dikelilingi oleh otot krikofaringeus
yang kuat.
Dalam laring sendiri, terdapat dua pasang pita horizontal yang berasal dari
aritenoid dan berinsersi kedalam kartilago tiroidea bagian anterior. Pita superior
adalah korda vokalis palsu atau pita ventricular, dan lateral terhadap kda vokalis
sejati. Korda vokalis palsu terletak tepat di inferior tepi bebas membrane
kuadrangularis. Ujung korda vokalis sejati (plika vokalis) adalah batas superior konus
elastikus. Otot vokalis dan tiroaritenoideus membentuk massa dari korda vokalis ini.
Karena permukaan superior korda vokalis adalah datar, maka mukosa akan
memantulkan cahaya dan tampak berwarna putih pada laringoskopi indirek. Korda
vokalis palsu dan sejati dipisahkan oleh ventrikulus laringis.Ujung anterior ventrikel
meluas ke superior sebagai suatu divertikulum kecil yang dikenal sebagai sakulus
laringis, dimana terdapat sejumlah kelenjar mucus yang diduga melumasi korda
vokalis. Pembesaran sakulus secara klinis dikenal sebagai laringokel.
15
Struktur disekitarnya
Disebelah anterior terdapat ismus kelenjar tiroid yang menutup beberapa
cincin trakea pertama, sementara lobus tiroid terletak diatas dinding lateral trakea dan
dapat meluas hingga ke alae tiroid. Ismus perlu diangkat dan terkadang diinsisi saat
melakukan trakeostomi menembus cincin kartilaginus trakealis yang ketiga. Otototot
leher menutup laring dan kelenjar tiroid, kecuali digaris dimana raphe median
menyebabkan strukturstruktur laring terletak dalam posisi subkutan. Membrana
krikotiroidea mudah dipalpasi dan dalam keadaan
darurat, dapat dengan cepat diinsisi unutk membuat jalan napas, arteri inominata tidak
jarang melewati didepan trakea servikalis, sehingga perlu dilakukan palpasi yang
cermat dalam pelaksanaan trakeostomi. Dilateral dan posterior terhadap laring adalah
selubung karotis yang masing masing berisi arteri karotis, vena jugularis dan saraf
vagus.
HISTOLOGI LARING
16
Histologi laring normal Mukosa laring dibentuk oleh epitel berlapis silindris semu
bersilia kecuali pada daerah pita suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tak
bertanduk. Diantara sel-sel bersilia terdapat sel goblet. Membrana basalis bersifat
elastis, makin menebal di daerah pita suara. Pada daerah pita suara sejati, serabut
elastisnya semakin menebal membentuk ligamentum tiroaritenoidea. Mukosa laring
dihubungkan dengan jaringan dibawahnya olehjaringan ikat longgar sebagai lapisan
submukosa. Kartilago kornikulata, kuneiforme dan epiglotis merupakan kartilago
hialin. Plika vokalis sendiri tidak mengandung kelenjar. Mukosa laring berwarna
merah muda sedangkan pita suara berwarna keputihan.
17
HISTOPATOLOGI
Epitel laring dibentuk daripada kolumnar siliaris kecuali pita suara sejati yaitu epitel
berlapis gepeng tak bertanduk. Epitel tersebut bisa mengalami perubahan diprediksi
karena berlangsung untuk membentuk karsinoma tipe invasif. Hiperplasia mengacu
pada penebalan karena peningkatan jumlah sel. Hal ini biasanya terlihat dengan iritasi
kronis atau trauma. Hiperkeratosis menunjukkan peningkatan kedalaman lapisan
keratin atasnya. Kedua hal ini merupakan perubahan tumor jinak. Displasia,
bagaimanapun, adalah gangguan premalignant melibatkan hilangnya dari pematangan
progresif sel-sel basal yang normal pada lapisan epitel superfisial. Ini dapat terjadi
dari ringan sampai berat, yang terakhir menjadi identik dengan karsinoma in situ
(Cis). Setelah Cis telah berkembang untuk menembus bagian dasar membran,
menjadi karsinoma invasif . Tiga persen hyperkeratoses tanpa displasia, 7 % dari
displasia ringan, 18 % dari displasia sedang, dan 24 % dari displasia berat pita suara
akan mengembangkan karsinoma invasif. Aneuploidi pada aliran cytometry
memprediksi risiko tinggi perkembangan dari displasia untuk terjadinya karsinoma
invasif .
Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 98% dari semua tumor ganas laring,
dengan derajat difrensiasi yang berbeda-beda, yaitu berdiferensiasi baik, sedang dan
berdiferensiasi buruk. Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah karsinoma verukosa,
adenokarsinoma dan kondrosarkoma.
Karsinoma Verukosa.
Adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak, akan tetapi klinis ganas.
Insidennya 1 2% dari seluruh tumor ganas laring, lebih banyak mengenai pria dari
wanita dengan perbandingan 3 : 1. Tumor tumbuh lambat tetapi dapat membesar
sehingga dapat menimbulkan kerusakan lokal yang luas.Tidak terjadi metastase
regional atau jauh.Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak efektif dan
merupakan kontraindikasi.Prognosanya sangat baik.
Adenokarsinoma.
Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring.Sering dari kelenjar mukus
supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari glottis.Sering bermetastase ke paru18
paru dan hepar.two years survival rate-nya sangat rendah. Terapi yang dianjurkan
adalah reseksi radikal dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi pasca
operasi.
Kondrosarkoma.
Adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%, tiroid 20% dan
aritenoid 10%.Sering pada laki-laki 40 60 tahun.Terapi yang dianjurkan adalah
laringektomi total.
EPIDEMIOLOGI
Sebagai gambaran perbandingan, diluar negeri keganasan karsinoma laring
menempati tempat pertama dalam urutan keganasan di bidang THT, sedangkan di RS
Cipto Mangunkusumo, Jakarta, karsinoma laring menduduki urutan ketiga setelah
karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan paranasalis.
Menurut data statistik dari WHO (1961) yang meliputi 35 negara, seperti
dikutip oleh Batsakis (1979), rata-rata 1.2 orang per 100.000 penduduk meninggal
oleh karsinoma laring.
Kebanyakan (7090%) karsinoma laring ditemukan pada pria usia lanjut. Tipe
glotik merupakan 6065%, supraglotik 3035%, dan infraglotik hanya 5%. Merokok
merupakan penyebab utama.
INSIDENS
Di departemen THT FKUI/RSCM periode 1982-1987 proporsi karsinoma laring
13,8% dari 1030 kasus keganasan THT. Jumlah kasus rata-rata 25 per tahun
perbandingan pria dan wanita adalah 11:1, terbanyak pada usia 56-69 tahun dengan
kebiasaan merokok didapatkan pada 73.94%. Periode 1988-1992 karsinoma laring
sebanyak 9,97%, menduduki peringkat ketiga keganasan THT (712 kasus).
19
ETIOLOGI
a. Asap rokok dan alkohol
Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para
ahli bahwa perokok dan peminum alkolhol merupakan kelompok orang-orang
dengan risiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik
menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya
karsinoma laring yang kuat adalah rokok alkohol dan terpajan oleh sinar
radioaktif.
b. Karsinogen lingkungan
Arsen (pabrik, obat serangga), asbes (lingkungan, pabrik, tambang), gas
mustar (pabrik), serbuk nikel (pabrik, lingkungan), polisiklik hidrokarbon
(pabrik, lingkungan), vinil klorida (pabrik), dan nitrosamin (makanan yang
diawetkan, ikan asin).
c. Human papilloma virus (HPV)
Predileksi di korda vokalis. Awalnya tumbuh jaringan berupa papil-papil
(papiloma) kemudian terjadi perubahan maligna menjadi karsinoma verukosa
(verrucous carcinoma).
KLASIFIKASI LETAK TUMOR
a. Tumor supraglotik terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglotis sampai
batas atas glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.
b. Tumor glotik mengenai pita suara asli. Batas inferior glotik adalah 10 mm
dibawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot
intrinsik pita suara. Oleh karena itu, tumor glotik dapat mengenai 1 atau kedua
pita suara, dapat meluas ke subglotik sejauh 10 mm, dan dapat mengenai
komisura anterior atau posterior atau prosesus vokalis kartilago adenoid.
c. Tumor subglotik tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli
sampai batas krikoid.
20
T2: Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah
terfiksir.
T3: Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4: Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar
laring atau dua duanya.
Penjalaran ke kelenjar limfe ( N )
Nx : Kelenjar limfe tidak teraba.
N0 : Secara klinis kelenjar tidak teraba.
N1 : Secara klinis teraba satu kelenjar limfe dengan ukuran diameter 3 cm
homolateral.
N2 : Teraba kelenjar limfe tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3-6 cm.
N2a : Satu kelenjar limfe ipsilateral, diameter lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6
cm.
N2b : Multipel kelenjar limfe ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm. 10
N2c : Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.
N3 : Metastasis kelenjar limfe lebih dari 6 cm.
Metastasis jauh ( M )
Mx : Tidak terdapat / terdeteksi.
M0 : Tidak ada metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh.
22
Staging (Stadium)
ST1 : T1 N0 M0
ST II : T2 N0 M0
ST III : T3 N0 M0 atau T1/T2/T3 N1 M0
ST IV : T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3
T1/T2T3/T4 N1/N2/N3 M1
MANIFESTASI KLINIS
1. Suara serak: Gejala utama Ca laring, merupakan gejala dini tumor pita suara.
Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring.Kualitas nada sangat
dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita
suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara.Pada tumor ganas laring,
pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita
suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis,
sendi dan ligament krikoaritenoid dan kadang-kadang menyerang saraf.
Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua
pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi semakin kasar,
23
24
7. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi
supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.
DIAGNOSIS
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang diderita sudah cukup
lama, tidak bersifat hilang - timbul meskipun sudah diobati dan bertendens makin
lama menjadi berat. Penderita kebanyakan adalah seorang perokok berat yang juga
kadang kadang adalah seorang yang juga banyak memakai suara berlebihan dan
salah ( vocal abuse ), peminum alkohol atau seorang yang sering atau pernah terpapar
sinar radioaktif, misalnya pernah diradiasi didaerah lain. Pada anamnesis kadang
kadang didapatkan hemoptisis, yang bisa tersamar bersamaan dengan adanya TBC
paru, sebab banyak penderita menjelang tua dan dari sosial - ekonomi yang lemah.
Sesuai pembagian anatomi, lokasi tumor laring dibagi menjadi 3 bagian yakni
supraglotis, glottis dan subglotis, dan gejala serta tanda tandanya sesuai dengan
lokasi tumor tersebut.
Dari pemeriksaan fisik sering didapatkan tidak adanya tanda yang khas dari
luar, terutama pada stadium dini / permulaan, tetapi bila tumor sudah menjalar ke
kelenjar limfe leher, terlihat perubahan kontur leher, dan hilangnya krepitasi tulang
rawan tulang rawan laring.
Pemeriksaan untuk melihat kedalam laring dapat dilakukan dengan cara tak
langsung maupun langsung dengan menggunakan laringoskop unutk menilai lokasi
tumor, penyebaran tumor yang terlihat ( field of cancerisation ), dan kemudian
melakukan biopsi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah, juga
pemeriksaan radiologik. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan paru , ada atau
tidaknya proses spesifik dan metastasis diparu. Foto jaringan lunak (soft tissue) leher
dari lateral kadangkadang dapat menilai besarnya dan letak tumor, bila tumornya
cukup besar. Apabila memungkinkan, CT scan laring dapat memperlihatkan keadaan
25
tumor dan laring lebih seksama, misalnya penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid
dan daerah pre-epiglotis serta metastase kelenjar getah bening leher.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi-anatomik dari
bahan biopsi laring, dan biosi jarum-halus pada pembesaran kelenjar limf dileher.
Dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.
Radiologi konvensional
Radiografi jaringan lunak leher merupakan studi survey yang baik. Udara
digunakan sebagai agen kontras alami untuk memvisualisasikan lumenlaring dan
trakea.Ketebalan jaringan retropharyngeal dapat dinilai.Epiglottis dan lipatan
aryepiglottic dapat divisualisasikan.Namun, radiografi tidak memiliki peran dalam
manajemen kanker laring saat ini.
26
CT-Scan
Keterlibatan beberapa tempat pada supraglotis laring dan mobilitas pita suara.
Pencitraan dapat membantu dalam mengidentifikasi perluasan submukosa transglotis
yang tersembunyi. Kriteria pencitraan lesi T3 adalah perluasan ke ruang pra-epiglotis
(paralayngeal fat) atau tumor yang mengerosi kebagian dalam korteks dari kartilago
tiroid.Tumor yang mengerosi ke bagian luar korteks kartilago tiroid merupakan
stadium T4a. Ada yang berpendapat bahwa kerterlibatan korteks bagian luar saja
tanpa keterlibatan sebagian besar tendon bisa memenuhi kriteria pencitraan lesi T4.
Tumor stadium T4 (a dan b) sulit diidentifikasikan hanya denganpemeriksaan klinis
saja, karena sebagian besar kriteria tidak dapat diniai dengan palpasi dan
endoskopi.Pencitraan
secara
Cross-sectionaldiindikasikan
untuk
mengetahui
27
MRI juga lebih unggul daripada CT untuk karakterisasi jaringan spesifik. Namun,
pencitraan yang lebih lama dapat menyebabkan degradasi gambar akibat pergerakan.
PENATALAKSANAAN
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu pembedahan, radiasi
dan sitostatika, ataupun kombinasi, tergantung pada stadium penyakit dan keadaan
umum pasien.
1. PEMBEDAHAN
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari:
A. LARINGEKTOMI
1. Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya
satu pita suara dan trakeotomi sementara yang di lakukan untuk
mempertahankan jalan napas. Setelah sembuh dari pembedahan suara
pasien akan parau.
2. Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker
termasuk pita suara satu benar dan satu salah. Bagian ini diangkat
sepanjang
kartilago
aritenoid
dan
setengah
kartilago
tiroid.
28
cincin
trakea,
dan
otot
penghubung
ke
limfatik,
kelenjar
limfe
di
leher,
otot
pada
mereka
berbicara
menggunakan
esofagus
29
30
PROGNOSIS
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan
tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival rate pada karsinoma laring
stadium I 90 98% stadium II 75 85%, stadium III 60 70% dan stadium IV 40
50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan five year
survival rate sebesar 50%.
31
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Gejala dini karsinoma laring adalah suara parau. Suara parau lebih dari 4 minggu
harus dicari teliti penyebabnya. Gejala lebih lanjut antara lain sesak napas, stridor,
rasa nyeri di tenggorok dan batuk/batuk darah.
Diagnosis karsinoma laring ditegakkan berdasar anamnesa, pemeriksaan
klinis, radiologi dan biopsy.
Terapi karsinoma laring tergantung lokasi & stadium, dapat berupa
laringektomi parsial atau total dg atau tanpa diseksi leher, radioterapi, kemoterapi
atau kombinasi. Dengan prognosis tergantung dari stadium tumor, pilihan
pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli.
32