BAB I
PENDAHULUAN
Osteoartritis (OA) adalah jenis arthritis yang umum dan paling sering terjadi
di antara penyakit arthritis lainnya. Osteoartritis yang juga disebut dengan
penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif, osteoartrosis, atau artritis
hipertrofik, memiliki prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada orang tua.
Selain itu, osteoartritis ini juga merupakan penyebab kecacatan paling banyak
pada orang tua. Faktor resiko utama penyakit ini adalah obesitas. Oleh sebab itu,
semakin tinggi prevalensi obesitas pada suatu populasi akan meningkatkan angka
kejadian penyakit osteoartritis. Di Amerika Serikat, prevalensi osteoartritis
diperkirakan akan meningkat sebesar 66-100% pada tahun 2020.1
Osteoartritis menyerang sendi-sendi tertentu. Sendi yang sering terkena
meliputi tulang belakang pada bagian servikal dan lumbosakral, pinggul, lutut,
dan sendi phalangeal metatarsal. Di tangan, OA juga sering terjadi pada sendi
interphalangeal distal dan proksimal dan pangkal ibu jari. Biasanya sendi-sendi
yang tidak rentan terkena OA adalah pergelangan tangan, siku, dan pergelangan
kaki. Terjadinya OA pada sendi-sendi yang telah disebutkan di atas dimungkinkan
karena sendisendi tersebut mendapat beban yang cukup berat dari aktivitas seharihari seperti memegang/menggenggam benda yang cukup berat (memungkinkan
OA terjadi di dasar ibu jari), berjalan (memungkinkan OA di lutut dan pinggul),
dan lain sebagainya.1
Diagnosis osteoartritis dapat ditegakkan berdasarkan kelainan struktur
anatomis dan atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Menurut studi
kadaver pada tahun-tahun terdahulu, perubahan struktural OA hampir universal,
antara lain hilangnya tulang rawan (dilihat sebagai berkurangnya/menyempitnya
ruang sendi pada pemeriksaan radiologis sinar-x) dan osteofit. Banyak orang yang
didiagnosis mengalami OA berdasarkan temuan radiologis tidak menunjukkan
gejala pada sendi.1
Osteoartritis simptomatik (nyeri pada persendian yang didukung gambaran
radiologis OA) pada lutut terjadi sebesar 12% dari orang usia 60 di Amerika
Serikat dan 6% dari seluruh orang dewasa usia 30. OA panggul simptomatik kira-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(OA)
merupakan
penyakit
sendi
degeneratif,
dimana
Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya .
Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak
(Range of Motion) sendi.1
Berikut adalah mekanisme terjadinya kerusakan kartilago sendi:
Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago berhubungan dengan
peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan gangguan
mekanik,
degradasi
makromolekul
matriks,
atau
perubahan
atau
mempertahankan
jaringan
mengakibatkan
tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (secara
radiologis). Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai
sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat
konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan
saja).7 Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada
sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa
nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago.1
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari
nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi,
dan edema sumsum tulang. Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya
nyeri. Ketika osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar
tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal
ini menimbulkan nyeri. Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk
bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat dari
anserine bursitis dan sindrom iliotibial band.1
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri.7
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang
cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.7
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan
adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.
Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak
tertentu.7
10
e. Pembengkakan sendi
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk
permukaan sendi berubah.7
g. Tanda tanda peradangan
Tanda tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena
adanya synovitis. Biasanya tanda tanda ini tidak menonjol dan timbul pada
perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA
lutut.7
h. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut
usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan terutama pada OA lutut.7
Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang
terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik
Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah :
a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada bagian
yang menanggung beban seperti lutut ).
b. Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ).
c. Kista pada tulang
d. Osteofit pada pinggir sendi
e. Perubahan struktur anatomi sendi.
Berdasarkan temuan-temuan radiografis diatas, maka OA dapat diberikan
suatu derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis dikenal sebagai kriteria
Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan hingga
tingkat berat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi
masih terlihat normal.1
11
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna.
Pemeriksaan darah tepi dan imunologi masih dalam batas normal. Pada OA yang
disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel peradangan (<
8000/m) dan peningkatan nilai protein.7
2.7. Penatalaksanaan Osteoartritis
Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya
OA yang diderita. Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
1. Terapi non-farmakologis
a. Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien
memahami
tentang
penyakit
yang
dideritanya,
bagaimana
agar
12
pembedahan
pada
sendi
lutut
meliputi
partial
13
: Tn. M.A
Umur
: 68 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Aceh
Pekerjaan
: Dokter
Alamat
: Pidie
CM
: 1047859
Tanggal Pemeriksaan
: 22 April 2015
3.2 ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
b. Keluhan Tambahan
14
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama seperti pasien.
f. Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien merupakan individu dengan aktifitas fisik minimal dan berat badan
diatas rata-rata.
g. Riwayat Penggunaan Obat
Pasien mengkonsumsi obat penghilang nyeri seperti asam mefenamat,
parasetamol dan sebagainya
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Keadaan Umum : Kesan Sakit Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Berat Badan
: 82 kg
Tinggi Badan
: 167 cm
Vital sign
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Frekuensi Nadi
: 36,8 0C
b. Status General
Kulit
Warna
: Kuning langsat
Turgor
: cepat kembali
Ikterus
: (-)
Anemia
: (-)
Sianosis
: (-)
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Bibir
15
Gigi Geligi
: Karies (-)
Lidah
Mukosa
: Basah (+)
Tenggorokan
: Tonsil T1/T1
Faring
: Hiperemis (-)
Leher
Bentuk
: Kesan simetris
Peningkatan TVJ
: (-), R 5 - 2 cmH2O
Axilla
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Ekstremitas
Look
S/L a.r genu dekstra : tampak luka ditutup perban dengan luka kering, swelling
(+), warna kulit kemerahan
16
Ekstremitas
Sianotik
Edema
Ikterik
Gerakan
Pelebaran vena
Atrofi otot
Akral Dingin
Superior
Kanan
Kiri
Aktif
Aktif
-
Inferior
Kanan
Kiri
+
Aktif
Aktif
-
Superior
Kanan
Kiri
N
N
-
Inferior
Kanan
Kiri
+
N
N
-
Feel
Ekstremitas
Nyeri tekan
Sensibilitas
Atrofi otot
Akral Dingin
Motion
Kekuatan
Tonus
ROM
Normal
Terbatas
Normal
Normal
Jenis Pemeriksaan
24 Februari 2015
17
Hb
13,3
Ht
40
Eritrosit
4,2
Leukosit
13,4
Trombosit
432
Hitung Jenis:
Eos/Bas/N.Seg/Lim/Mon
Waktu Perdarahan
Waktu Pembekuan
Na/K/Cl
Ureum/Kreatinin
7/1/45/36/11
2
8
147/4,3/101
12/0,87
186
KGDS
Interpretasi Foto :
Celah sendi genu dextra dan sinistra menyempit. Osteophyte pada condylus
tibialis dextra/sinistra dan pada condylus femoralis dextra/sinistra. Tidak tampak
fraktur dan dislokasi.
Kesimpulan : Osteoartritis
18
: Dubia ad bonam
Quo ad Functionam
: Dubia ad malam
19
dewasa berusia lebih dari 25 tahun dan 33,6% dari mereka yang berusia lebih dari
65 tahun.
Usia merupakan faktor risiko paling umum pada OA. Proses penuaan
meningkatkan kerentanan sendi melalui berbagai mekanisme. Kartilago pada
sendi orang tua sudah kurang responsif dalam mensintesis matriks kartilago yang
distimulasi oleh pembebanan (aktivitas) pada sendi. Akibatnya, sendi pada orang
tua memiliki kartilago yang lebih tipis. Kartilago yang tipis ini akan mengalami
gaya gesekan yang lebih tinggi pada lapisan basal dan hal inilah yang
menyebabkan peningkatan resiko kerusakan sendi. Selain itu, otot-otot yang
menunjang sendi menjadi semakin lemah dan memiliki respon yang kurang cepat
terhadap impuls. Ligamen menjadi semakin regang, sehingga kurang bisa
mengabsorbsi impuls.
Selain itu berat badan pasien yang diatas rata-rata juga memperberat
tekanan dan proses peradangan pada sendi. Pasien juga memiliki riwayat trauma,
dimana anggota gerak kanan pasien membentur aspal. Trauma sendiri juga dapat
mengakibatkan perburukan dari keadaan sendi lutut pasien. Faktor-faktor ini
secara keseluruhan meningkatkan kerentanan sendi terhadap OA.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan nyeri pada lutut.
OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang
dewasa. Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010) menemukan bahwa orang
dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22% mengalami OA.
Terjadinya OA pada sendi dimungkinkan karena sendi-sendi tersebut mendapat
beban
yang
cukup
berat
dari
aktivitas
sehari-hari
seperti
20
adalah penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian
yang menanggung beban seperti lutut), peningkatan densitas tulang subkondral
(sklerosis), osteofit pada pinggir sendi dan perubahan struktur anatomi sendi.
Pada pasien dilakukan operasi Total Knee Replacement yang bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari hari. Pasien juga
direncanakan untuk menjalani fisioterapi, ini dilakukan untuk melatih pasien agar
persendianya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang
sakit.
BAB IV
KESIMPULAN
Osteoartritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai dengan
perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang
rawan/kartilago hialin. Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi,
terutama pada orang tua. Selain itu, osteoartritis ini juga merupakan penyebab
21
kecacatan paling banyak pada orang tua. Etiologi osteoartritis belum diketahui
secara pasti, namun faktor biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor
terpenting dalam proses terjadinya osteoartritis. Ketidakseimbangan antara
pembentukan dan penghancuran matriks-matriks kartilago merupakan kata kunci
dalam perjalanan penyakit ini. Osteoartritis menyerang sendi-sendi tertentu
terutama sendi-sendi yang mendapat beban cukup berat dari aktivitas sehari-hari.
Osteoartritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis dan
atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Gejala yang sering muncul pada
osteoartritis adalah nyeri sendi yang diperburuk oleh aktivitas dan gejala akan
mereda setelah istirahat.
Diagnosis osteoartritis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan dilakukan
pemeriksaan radiologis berupa foto sinar-x sebagai penunjang/pemastian
diagnosis. Gambaran yang ditemukan pada foto sinar-x pasien dengan osteoartritis
adalah menyempitnya celah antar sendi, terbentuknya osteofit, dan sklerosis
subchondral. Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah MRI yaitu
untuk mengetahui derajat patologisnya, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan
sebagai penunjang diagnostik dalam osteoartritis, karena sebagian besar gambaran
penyakit ini sudah bisa dinilai berdasarkan pemeriksaan sinar-x.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
22