DIPA PNBP
(Usul Penelitian)
Oleh :
Dr. Suwondo, M.A. (Ketua)
Drs. R. Sigit Krisbintoro (Anggota)
Maulana Mukhlis, S.Sos. (Anggota)
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah Pemilu Legislatif yang dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004 yang lalu ada dua aspek
yang perlu dicermati. Pertama bahwa sebanyak 124.420.339 orang atau 84 % dari 148.00.369
pemilih yang tercatat telah menggunakan hak pilihnya diberbagai Tempat Pemungutan Suara
(TPS) di seluruh wilayah Indonesia, sehingga pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya
hanya sebanyak 16 % atau sebanyak 23.580.030 orang.
Jika dibandingkan dengan negara – negara demokrasi lainnya yang karekteristinya menyerupai
negara kita, maka yang menggunakan hak pilihdi atas cukup besar, Sebagai contoh India yang
merupakan negara demokrasi terbesar di dunia dan lebih berpengalaman dengan system
demokrasi hanya menghasilkan pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebesar 59,99 % untuk
pemilu legislatif ( Lok Sabha ) pada pemilu tahun 1999, demikian pula Amerika Serikat ( AS )
yang secara umum dianggap simbol negara demokrasi juga dikenal tidak menghasilkan pemilih
yang memilih yang besar dalam setiap pemilu yang dilaksanakan.
Bahkan Amerika Serikat ( AS ) tercatat sebagai negara dengan tingkat penggunaan hak pilihnya
paling rendah ( Lower voter turnout ) dibandingkan dengan negara – negara yang menganut
system politik demokrasi. Dari data ini maka dapat dikatakan tingkat partisipasi politik rakyat
Indonesia dalam Pemilu Legislatif cukup tinggi dan dapat memenuhi kreteria refresentaif dari
rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Aspek kedua yang perlu dicermati bahwa dalam Pemilu Legislatif tahun 2004 yang lalu juga
telah melahirkan kekuatan – kekuatan politik yang akan mendominasi percaturan politik di
Indonesia lima tahun ke depan.
Disamping lembaga –lembaga politik lama yang selama ini mendominasi percaturan politik
Indonesia maka yang menarik dalam pemilu lalu munculnya dua kekuatan politik baru yang
meramaikan kehidupan politik yaitu Partai Demokrat ( PD ) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
dan yang cukup mengejutkan adalah munculnya calon Demokrat menjadi Presiden RI yakni
Susilo Bambang Yudoyono (SBY) yang mengalahkan Presiden terdahulu Megawati Soekarno
Putri dari PDIP.
Fenomena politik tingkat nasional tersebut juga tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di
Provinsi Lampung dari 4.612.833 pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 3.838.023
pemilih atau sebanyak 83 % rakyat terlibat dalam mekanisme demokrasi tersebut.
Partai Politik yang memperoleh kursi di DPRD Provinsi Lampung juga tidak jauh berbeda
dengan situasi nasional yang cenderung dikuasai oleh partai politik lama seperti Golkar, PDIP,
PKB, PAN dan pendatang baru yakni Partai Demokrat ( PD ) dan Partai Keadilan Sejahtera
(PKS). Pertanyaannya adalah dengan munculnya kekuatan-kekuatan partai politik baru dan juga
diimbangi oleh masih bertahannya partai lama ini apakah akan mengubah pola hubungan antar
partai dalam memperjuangkan kepentingannya masing-masing (atau juga boleh kepentingan
rakyat) dalam kancah kehidupan politik , ataukah pola hubungan kekuatan politik masih tetap
seperti era-era terdahulu yang cenderung dipengaruhi oleh kepentingan ideologi, politik aliran,
kepentingan ekonomi dan juga kepentingan klas-klas.
Atas dasar perumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diantara kajian-kajian Pemilu di Indonesia, Tim peneliti melihat ada dua kajian yakni pertama
kajian yang dilakukan oleh Afan Gaffar dan Kristiadi kedua studi cenderung mempunyai
perbedaan dan kemiripan yang mana perbedaannya antara lain :
Pertama, studi Gaffar mempermasalahkan mengapa seseorang secara konsisten memilih partai
politik tertentu meskipun salah satu partai ( Golkar ) sebagai partai pemerintah mendapatkan
sarana melakukan intimidasi serta menggiring rakyat memilih secara lebih mendasar yaitu
mengapa seseorang memberikan dukungan dan akhirnya memilih Partai Politik tertentu
dadalam dan Pemilu yang tidak kompetitif , suasana kehidupan budaya feodalistik, kesadaran
politik masyarakat yang masih rendah khusunya pemahaman masyarakat tentang arti dan
makna Pemilu sebagai mata rantai pengambilan keputusan politik yang mengikat seluruh
masyarakat.
Kedua, studi Gaffar ingin mencari kejelasan pendekatan sosio-religius dari teori Geertz
mengenai pemilihan tiga aliran politik yaitu, Santri, abangan dan priyayi sebagai variable
penjelasan utama. Variable penjelas lain adalah kepemimpinan, identifikasi keparatian dan kelas
masyarakat. Sedangkan studi Kristiadi tidak mengacu kepada pendekatan pilihan tiga aliran
oleh Geertz sebagai kerangka konseptual, namun menggunakan sosio-budaya sebagai upaya
menjelaskan perilaku pemilih.
Pendekatan tersebut mengacu pada pola panutan yang bersumber dari budaya masyarkat
paternalistik. Penolakan terhadap konsep Geertz berdasarkan pemikiran bahwa masyarakat
Indonesia , khususnya masyarakat di jawa, telah mengalami perubahan yang cukup
fundamental sebagai akibat proses perubahan social, politik dan ekonomi selama dua
dasawarsa terakhir. Menurut Kristiadi adalah analis Geertz tiga puluh tahun yang lalu tentu saja
berbeda dengan kondisi Indonesia Kontemporer, sehingga relevansi analis Geertz perlu
dipertanyakan terutama untuk masyarakat perkotaan. Karena itu studi Kristiadi lebih sependapat
dengan beberapa sarjana politik seperti Samson, Suparlan, Bachtiar, Dhofier, Nakamura dan
Mulkhan, yang menegaskan bahwa kepercayaan terhadap agama tidak merupakan faktor
determinan dalam menjelaskan perilaku politik. Studi ini juga mengkaji hubungan identifikasi
kepartaian, tokoh panutan dengan identifikasi kepartaian seseorang yang berguna untuk
mengungkapkan apakah perilaku pemilih seseorang dipengaruhi pula oleh identifikasi
kepartaiannya.
Variable lain yang diduga dapat melengkapi penjelasan perilaku pemilih adalah pemberitaan
media massa dan stuktur social dengan beberapa pertimbangan. Selama dua dasawarsa arus
informasi yang cukup deras telah melanda masyarakat desa dan kota yang diperkirakan
mempengaruhi sikap dan perilaku politik masyarakat. Sementara stuktur social dimaksudkan
untuk menjelaskan apakah terdapat perbedaan antara perilaku pemilih yang mempunyai
perbedaan pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain.
Ketiga, studi Gaffar mengambil sample kelompok masyarakat yang relatif homogen
(masyarakat desa), sementara itu studi Kristiadi mengambil sample masyarakat desa dan kota
untuk lebih memperoleh kejelasan tentang pola perilaku pemilih dari dua jenis masyarakat yang
berbeda karakternya. Keempat, secara metodologis politik teknik analisis studi Gaffar
melakukan pengukuran voting dengan skala nominal sedangkan studi Kristiadi melakukan
pengukuran voting dengan skala ordinal, sehingga ada perbedaan fundamental dalam menguji
hipotesis yang diajukan. Perbedaan tersebut antara lain tercermin dalam melakukan analisis
statistik. Studi Kristiadi mempergunakan analisis regresi berganda sedangkan studi Afan Gaffar
dengan analisis dikriminan.
Kelima, Tim peneliti juga melihat bahwa hasil studi Kristiadi berbeda dengan hasil studi Gaffar
yang menyimpulkan bahwa meskipun konsep Geertz telah berusia tiga dasawarsa tetapi masih
valid sebagai alat.
Analisis politik khususnya dalam memahami perilaku politik seseorang dalam pemilu, sedangkan
studi Kristiadi mengungkapkan bahwa perkembangan selama sekitar tiga dasawarasa terakhir
sejak teori pilah tiga Geertz dikemukakan, konsep tersebut tidak relevan lagi sebagai alat
analisis politik. Khususnya untuk memahami pemberian suara seseorang dalam pemilu.
Menurut Kristiadi hal tersebut di atas disebabkan oleh beberapa hal Pertama pemilahan
tersebut tidak mencerminkan afiliasi politik, Kedua meskipun terjadi perkembangan social
ekonomi yang terutama semenjak pertengahan tahun 60-an, namun hal ini belum merubah
stuktur sosial secara mendasar, sehingga tatanan masyarakat masih diwarnai oleh nilai
paternalistic. Untuk lebih menegaskan argumentasi itu dilakukan sample komunitas masyarakat
USULAN PENELITIAN DIPA PNBP - TAHUN 2009
7
kota dan desa atas dasar pemahaman itulah studi Kristiadilebih mengacu kepada pendekatan
sosial budaya untuk menjelaskan perilaku pemilih.
Sungguhpun demikian Tim juga melihat bahwa terdapat kemiripan kedua studi tersebut,
terutama berkenan dengan sifat empirik dan analisis statistik sebagai alat bantuan interpretasi
data, serta beberapa persamaan dalam kerangka pemikiran teoritik. Meskipun studi tentang
perilaku pemilih tetap berkembang pesat, tetapi kerangka dasar pemikiran masih berorentasi
kedua mashab Michigan. Baru setelah mashab itu berkembang beberapa dasawarsa baru
muncul mashab rasional ( ekonomis ) yang berusaha melengkapi kerangka pemikiran studi
ini.Mashab terakhir ini belum disinggung dalam studi Gaffar. Studi tentang votting dalam
perkembangannya lebih merupakan peningkatan analisis kuantitatif yang mengandalkan
sofistikasi metode statistik dan computer.
Meskipun dalam sejarah ilmu politik belum pernah dikemukakan Grand Theory tentang voting,
namun sampai saat ini terdapat tiga macam teori voting yang dapat dikelompokkan dalam tiga
mashab besar.
Pertama, teori voting dari mashab sosiologis yang dipelopori oleh Columbia’s University Bureau
of Applied Social Scince. Kedua, teori voting dari mashab psikologis yang dikembangkan oleh
University of Michigan’s Survey Research Center Berbedab dengan pendekatan sosiologis yang
sangat deterministic, pemikiran mashab ini menekankan bahwa voting ditentukan oleh tiga
aspek yaitu keterikatan seseorang terhadap partai politik tertentu orientasi seseorang terhadap
calon presiden dan anggota parlemen serta orientasinya terhadap isi-isu politik. Dengan
demikian identifikasi identifikasi kepartaian adalah inti mashab psikologis untuk menjelaskan
perilaku seseorang menberikan sura dalam Pemilu.
Studi-studi tentang voting yang dikembangkan atas dasar pendekatan kedua mashab tersebut
tampaknya memuaskan sarjana-sarjana lain. Karena itu beberapa sarjana lain mengembangkan
teori voting dengan menggunakan pendekatan ekonomis atau rasional yang menekankan
bahwa pemberian suara ditentukan berdasarkan perhitungan untuk rugi.
Ketiga mashab tersebut digunakan oleh sarjan politik sebagai acuan untuk memahami perilaku
pemilih dinegara-negara seperti Amerika, Eropa dan Asia, tetapi pendekatan ini tidak dapat
secara persis diterapkan untuk memahami perilaku pemilih di Indonesia karena beberapa alasan
antara lain :
Pertama, mashab sosiologi terlalu menekankan peranan klas ( Maxian dan Weberian)
merupakan basis/landasan pengelompokkan politik, sebab partai-partai politik tumbuh dan
berkembang berdasarkan kelompok-kelompok masyarakat yang berlainan karena kepentingan
ekonomi tertentu. Hal itu jelas tidak dikenal di Indonesia kalaupan terdapat “ Klas-Klas “ dalam
masyarakat, mereka lebih merupakan penilahan dari kelompok yang berkuasa ( birokrat )
dengan yang dikuasai ( rakyat ) serta pengelompokan berdasarkan primordial.
Pemilih dalam pemilu kurang realistis mengingat sebagian besar masyarakat belum mengenal
dengan baik calon-calon anggota parlemen dan isu-isu politik yangberkembang sehingga tidak
mungkin melakukan penelitian mengenai keuntungan dan kerugian yang diperoleh karena
Pemilu lebih dipusatkan kepengenalan tanda gambar.
Tak adanya konsep barat yang secara mutlak dapat diterapkan untuk melakukan studi empiris
mengenai perilaku pemilih di Indonesia, bukan berarti teori tersebut tidak ada gunanya sama
sekali.
Menggabungkan ide-ide dasar ketiga mashab tersebut diharapak menjadi model pendekatan
yang dapat menjelaskan perilaku pemilih di Indonesia. Mashab Sosiologis digunakan untuk
meneliti pemilahan masyarakat yang secara besar dibagi dua kelompok yaitu penguasa (
pimpinan ) dan yang dikuasai ( anggota masyarakat ). Selain itu pengelompokan masyarakat
dari aspek tingkat pendidikan , pekerjaan, tempat tinggal, ( desa dan kota ) dan lain-lain dapat
membantu menjelaskan perilaku pemilih di Indonesia. Sementara itu mashab Psikologis
diharapakan dapat memberikan prespektif internalisasi dan sosialisasi nilai budaya, adapt
istiadat dan kebiasaan yang membentuk budaya politik masyarakat yang pada gilirannya akan
mempengaruhi perilaku pemilih. Penggabungan ini selanjutnya disebut sosio cultural.
Mengacu pada kerangka pemikiran teoritik itu maka variable –variable penjelas adalah sebagai
berikut :
Panutan, yaitu variable untuk menjelaskan perilaku pemilih berdasarkan hubungan paternalistic
antara anggota masyarakat dan pimpinannya yang secara operasonal dapat dibagi dalam
kelompok birokrat, pimpinan agama dan pimpinan masyarakat lainnya diluar kedua jenis
pimpinan tersebut. Proses sosialisasi yang menanamkan nilai kepatuhan sejak kanak-kanak
mengakibatkan seseorang cenderung mempunyai sikap dan perilaku yang sama dengan sikap
dan perilaku tokoh panutannya termasuk dalam bidang politik.
Identifikasi Kepartaian, adalah variable untuk menjelaskan perilaku pemilih dari aspek
hubungan emosional antarare sponden dan partai politik tertentu. Dalam masyarakatyang
paternalistic kecenderungan identifikasi tokoh masyarakat dengan partai politik tertentu akan
diikutu oleh anggota masyarakat yang mengakuinya sebagai panutannya.
Variabel ini menjelaskan pula bahwa partai politik yang oleh masyarakat dianggap dekat dengan
tokoh panutannya, cenderung akan didukung dan dipilih pula oleh masyarakat yang mengakui
pimpinan masyarakat sebagai tokoh panutannya.
Struktur Sosial, yaitu vaiable yang ingin menjelaskan apakah terdapat perbedaan tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, struktur umum, dan perilaku pemilih.
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, tipe penelitian yang dipakai adalah tipe penelitian deskriptif dan bersifat
studi kasus yang dikaji secara kualitatif. Menurut Moh. Nazir (1998) penelitian deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas pada masa sekarang. Sementara menurut Hadari
Nawawi, sifat penelitian penjelasan dimaksudkan sebagai sebuah penjelasan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan kondisi subyek ataupun obyek penelitian saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Jalaludin Rakhmat menambahkan bahwa penelitian deskriptif tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Ciri yang sangat menonjol dalam
penelitian ini adalah titik berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalistis setting) dimana
peneliti terjun ke lapangan dan tidak berusaha untuk memanipulasi variabel. Peneliti bertindak
sebagai pengamat dan hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatatnya
dalam buku observasinya.
Untuk memperoleh data dilapangan terutama terhadap 120 responden yang telah terpilih, maka
digunakan metode pengumpulan data daftar pertanyaan , wawancara, dan dokumentasi. Daftar
pertanyaan digunakan untuk memperoleh data sesuai dengan yang diajukan oleh peneliti.
Sedangkan wawancara digunakan untuk melengkapi informasinya yang diperoleh dari daftar
pertanyaan yang dianggap kurang lengkap dengan mengajukan wawancara yang lebih
mendalam sehingga data akan lebih lengkap. Sedangkan dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data yang bersifat dokumenter.
Penarikan sampel dilakukan dengan stratified random sampling, Artinya peneliti menentukan
responden berdasarkan anggapan atau pendapat yang didasari pertimbangan ilimiah. Besarnya
sampel adalah 30 responden untuk tiap kecamatan, sehingga sampel keseluruhan 120
responden dengan kreteria responden terbagi ke dalam dua kategori regional yakni daerah
perkotaan dan pedesaan. Dengan pembagian berdasarkan strata tersebut, diharapkan
responden dapat mewakili populasi secara keseluruhan.
USULAN PENELITIAN DIPA PNBP - TAHUN 2009
11
Jumlah
No Kecamatan Kategori Prosentase
Responden
Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam penelitian ini, akan dipergunakan beberapa teknik
pengumpulan data, antara lain:
a. Library Research, yaitu suatu penelitian dengan cara mengumpulkan berbagai bahan bacaan
atau literatur, dokumen serta media massa yang ada hubungannya dengan penulisan penelitian.
b. Field Work Research, yaitu mengumpulkan data dari penelitian yang dilakukan secara langsung
di lapangan. Untuk mempermudah penelitian di lapangan, perlu ditentukan teknik pengumpulan
data agar yang dihimpun dapat efektif dan efisien.
c. 1. Kuisioner melalui Interview
Menurut Hadi (1990) berpendapat bahwa: interview adalah metode pengumpulan data dengan
cara tanya jawab secara sepihak, yang dikerjakan dengan sistematis, logis, metodologis dan
berlandaskan pada tujuan penelitian. Adapun bentuk wawancara yang dipergunakan dalam
penelitian berpedoman pada kuesioner yang berstruktur dan terbuka yang memuat
pertanyaan secara cermat dan terperinci dengan pilihan jawaban yang telah disediakan.
2. Observasi
Menurut Winarno Surakhmat (1990) observasi adalah teknik pengumpulan data dimana
peneliti mengadakan pengamatan terhadap gejala yang diteliti yang dilaksanakan dalam
situasi yang khusus. Observasi dalam penelitian ini adalah peneliti dengan seksama
mengamati langsung terhadap obyek dan sasaran penelitian yaitu penggunaan hak pilih
masyarakat.
3. Dokumentasi
Menurut Suharsimi (1993) dokumentasi adalah mencari data mengenai sesuatu hal atau
variabel yang berasal dari pihak lain berupa catatan, buku, surat kabar.
BAB IV
JADUAL PELAKSANAAN PENELITIAN
Jadual pelaksanaan penelitian Kajian tentang Penggunaan Hak Pilih dalam Pemilu Tahun 2009 di
Kabupaten Way Kanan ini adalah selama 3 (tiga) bulan dimulai pada Bulan Juli – September Tahun
2009 sebagaimana terlihat dalam bar-chart sebagai berikut :
Waktu
No Kegiatan Bulan I Bulan 2 Bulan 3 Ket
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsolidasi Tim Peneliti
2 Kajian Literatur
3 Penyusunan Laporan Awal
4 Survey
5 Reduksi Data
6 Klasifikasi Data
7 Analisis dan Pengolahan Data
8 Penyusunan Laporan Penelitian
9 Sosialisasi hasil penelitian
BAB V
PERSONALIA PENELITIAN
BAB VI
PEMBIAYAAN PENELITIAN
Jumlah seluruh biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah pembulatan ke Rp.
10.000.000,-. (sepuluh juta rupiah) termasuk pajak-pajak resmi yang berlaku. Adapun sumber dana
untuk penelitian tersebut diharapkan dapat diperoleh dari DIPA Departemen Pendidikan Nasional
c.q. Universitas Lampung melalui Lembaga Penelitian Unila Tahun Anggaran 2009 dengan rincian
sebagai berikut :
TOTAL
JUMLAH
NO URAIAN KEGIATAN SATUAN VOL BIAYA
(Rp) (Rp)
I ADMINISTRASI
1 Penggandaan Proposal Dokumen 20.000 5 100.000
2 Tinta Printer buah 85.000 7 595.000
3 Kertas dan ATK Lainnya Rim 37.500 10 375.000
4 Penggandaan Instrumen Survey buah 5.000 30 150.000
SUB TOTAL I 1.220.000
II PELAKSANAAN
1 Transportasi Survey Hari 150.000 20 3.000.000
2 Reduksi Data Ls 500.000 1 500.000
3 Klasifikasi Data Ls 500.000 1 500.000
4 Penyusunan Analisis Penelitian Ls 750.000 2 1.500.000
SUB TOTAL 2 5.500.000
III PELAPORAN
1 Laporan Pendahuluan Dokumen 85.000 5 425.000
2 Laporan Hasil Penelitian Dokumen 100.000 10 1.000.000
3 Ringkasan Laporan Dokumen 50.000 10 500.000
4 Evaluasi Hasil Penelitian Hari 500.000 1 500.000
SUB TOTAL 3 2.425.000
TOTAL I + II + III 9.145.000
PPN 10% 914.500
TOTAL KEBUTUHAN
10.059.000
ANGGARAN
10.000.000
PEMBULATAN
DAFTAR PUSTAKA
Gaffar, Afan, Javanese Voters : “A Case Study of Election Under a Hegemonie Party System”,
Disertasi, The Ohio State University 1988.
Geertz, Cliffort, “The Religion of Java”, ( London : The Free Press of Glence, 1960 )
Jackson, Karl D., ( eds), “Political Power and Comunication in Indonesia” (Berkeley, Los
Anggeles : University of California Press, 1978 )
RIWAYAT PENDIDIKAN
HASIL PENELITIAN
• Persepsi Masyarakat Terhadap Calon Kepala Desa di Lampung Tengah, 1990 (anggota
peneliti)
• Persepsi Nelayan Terhadap Pembangunan di Panjang, Bandar Lampung 1990 (anggota
peneliti).
• Motivasi Bekerja sebagai Pegawai Negri di Universitas Lampung, 1990
• Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilu, 1990 (
anggota peneliti ).
• Peranan Media Massa dalam meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat di
Gedong Meneng, Bandar Lampung, 1990 (anggota peneliti)
• Pengaruh Pengawasan Melekat terhadap Disiplin Kerja Aparat Pemerintahan di Dati II
Bandar Lampung 1991 ( ketua peneliti ).
• Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Kepentingan dan Budaya Masyarakat Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan, 1991 ( ketua
peneliti ).
• Perilaku Politik Masyarakat dalam Pemilihan Kepala Desa di Kabupaten Dati II Lampung
Tengah, 1991 ( anggota peneliti )
• Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Suara dalam Pemilu 1987 di Prop. Dati I
Lampung ( Studi Kepustakaan ), 1992 ( ketua peneliti ).
• Pengaruh Sekolah, Keluarga, Tokoh Masyarakat dan Media Massa terhadap Tingkat
Pengetahuan Politik, Nilai Politik dan Sikap Politik; Studi Tentang Pola Sosialisasi Politik di
Kecamatan Sungkai Selatan, Lampung Utara, 1992 ( ketua peneliti )
• Ketua Tim Peneliti Pemekaran Wilayah Kecamatan di Kabupaten Way Kanan, 2001
Dr. Suwondo, MA
NIP. 131476 276
RIWAYAT PENDIDIKAN
HASIL PENELITIAN
RIWAYAT PENDIDIKAN
HASIL PENELITIAN