Anda di halaman 1dari 7

RABIES

DEFINISI
Rabies adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang
susunan saraf pusat. Rabies bersifat zoonosis artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan
ke manusia dan menyebabkan kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%.
ETIOLOGI
Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdoviridae, genus Lyssa.
Masa inkubasi pada manusia yang khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama
beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari pada
dewasa.
GEJALA KLINIS
1. Stadium Prodromal
Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah perasaan
gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan,
kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari.
2. Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka kemudian
disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan sensoris.
3. Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala berupa eksitasi
atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin
atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang. Penderita menjadi
bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan. Kebingungan menjadi
semakin hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan. Tubuh
gemetar atau kaku kejang.
4. Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang
ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang
bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang
memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.
PATOGENESIS
Cara penularan melalui gigitan dan non gigitan (aerogen, transplantasi, kontak dengan
bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau mukosa). Cakaran oleh kuku hewan penular

rabies adalah berbahaya karena binatang menjilati kuku-kukunya. Saliva yang ditempatkan pada
permukaan mukosa seperti konjungtiva mungkin infeksius.
Luka gigitan biasanya merupakan tempat masuk virus melalui saliva, virus tidak bisa
masuk melalui kulit utuh. Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2
minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak mencapai
ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Bagian
otak yang terserang adalah medulla oblongata dan annons hoorn.
Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam
semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik,
hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus
kemudian ke arah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf
otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh
dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya.
Gambaran yang paling menonjol dalam infeksi rabies adalah terdapatnya badan negri yang khas
yang terdapat dalam sitoplasma sel ganglion besar.

DIAGNOSA
A. Diagnosa lapangan

Untuk memperoleh tingkat akurasi yang tinggi, cara yang paling tepat adalah
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut ;
- Anjing yang menggigit harus ditangkap dan diobservasi.
- Riwayat penggigitan, ada tidaknya provokasi.
- Jumlah penderita gigitan.
Penahanan dan observasi klinis selama 10 - 15 hari dilakukan terhadap anjing,
kucing yang walaupun tampak sehat dan diketahui telah menggigit orang (sedangkan
anjing atau kucing yang tidak ada pemiliknya dapat langsung dibunuh dan diperiksa
otaknya).
Berdasarkan pengalaman di lapangan, anjing menggigit lebih dari satu orang
tanpa didahului oleh adanya provokasi dan anjing tersebut mati dalam masa observasi
yang kemudian specimen otaknya diperiksa dilaboratorium hasilnya adalah positif rabies,
selanjutnya indikasi kecenderungan rabies di lapangan tanpa adanya tindakan provokasi
dapat ditentukan sebagai berikut :
- Hewan menggigit 1 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif) rabies 25 %.
- Hewan menggigit 2 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif) rabies 50 %.
- Hewan menggigit 3 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif) rabies 75 %.
- Hewan menggigit 4 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif) rabies 100 %.
B. Diagnosa laboratorium
Diagnosa rabies secara laboratorium didasarkan atas :
a. Penemuan badan negri (negri body)
b. Penemuan antigen
c. Penemuan virus (isolasi)23
Antigen, badan negri dan virus banyak ditemukan pada sel saraf (neuron)
sedangkan kelenjar ludah dapat mengandung antigen dan virus tetapi badan negri tidak
selalu dapat ditemukan pada kelenjar ludah anjing. Adanya kontaminasi pada specimen
dapat mengganggu pemeriksaan dan khususnya untuk isolasi virus pengiriman harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga kelestarian hidup virus dalam specimen tetap
terjamin sampai ke laboratorium.
Bahan pemeriksaan dapat berupa seluruh kepala, otak, hippocampus, cortex
cerbri dan cerebellum, preparat pada gelas objek dan kelenjar ludah. Bila negri body
tidak ditemukan, supensi otak (hippocampus) atau kelenjar ludah sub maksiler

diinokulasikan intrakranial pada hewan coba (suckling animals), misalnya hamster, tikus
(mice) atau kelinci (rabbits).
Cara diagnosis rabies secara laboratoris dapat dilakukan dengan :
a. Mikroskopis untuk melihat dan menemukan badan negri, yakni pewarnaan
cepat Sellers, FAT (Fluorescence Antibody Technique) dan histopatologik.
b. Antigen-antibody reaksi dengan uji virus nertralisasi, gel agar presipitasi atau
reaksi peningkatan komplemen dan FAT
Isolasi virus secara biologis pada mencit atau in vitro pada biakan jaringan
diikuti identifikasi isolat dengan cara pewarnaan FAT atau uji virus netralisasi.
PENATALAKSANAAN
Penderita gigitan Anjing, Kucing, Kera segera :
Cuci luka gigitan dengan sabun, detergent lain di air mengalir selama 10 15 menit dan
beri anti septik (betadine, alkohol 70 %, obat merah dll)
Segera ke Puskesmas/ Rabies Center/ Rumah Sakit untuk mencari
pertolongan selanjutnya. Di Puskesmas/ Rabies Center/ Rumah Sakit di lakukan :
Penanganan luka gigitan :
Ulangi cuci luka gigitan dengan sabun, detergent lain di air mengalir selama 10 15
menit dan beri anti septik (betadine, alkohol 70 %, obat merah dll)
Amamnesis apakah didahului tindakan provokatif, hewan yang menggigit menunjukkan
gejala rabies, penderita gigitan hewan pernah divaksinasi dan kapan, hewan penggigit
pernah divaksinasi dan kapan.
Identifikasi luka gigitan
- Luka resiko tinggi : Jilatan/luka pada mukosa,luka diatas daerah bahu (mukosa, leher,
kepala), luka pada jari tangan, kaki, genetalia, luka lebar/dalam dan luka yang banyak
-

multiple wound)
VAR (Vaksin Anti Rabies)

Dosis pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR):


1. Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV) Kemasan :
Vaksin terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml dalam

syringe.
a. Dosis dan cara pemberian sesudah digigit (Post Exposure Treatment)
Cara pemberian :

Disuntikkan secara intra muskuler (im) di daerah deltoideus (anakanak di daerah


-

paha).
Dosis

b. Dosis dan cara pemberian VAR bersamaan dengan SAR sesudah digigit (Post
Exposure Treatment)
- Cara pemberian : sama seperti pada butir 1.a.
- dosis

2. Suckling Mice Brain Vaccine (SMBV)


Kemasan :
- Dos berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut @ 2 ml.
- Dos berisi 5 ampul @ 1 dosis intra cutan dan 5 ampul pelarut @ 0,4 ml.
a. Dosis dan cara pemberian sesudah digigit (Post Exposure Treatment)
- Cara pemberian :
Untuk vaksinasi dasar disuntikkan secara sub cutan (sc) di sekitar daerah pusar.
Sedangkan untuk vaksinasi ulang disuntikkan secara intra cutan (ic) di bagaian
fleksor lengan bawah.

Dosis :

b. Dosis dan cara pemberian bersamaan dengan SAR sesudah digigit (Post Exposure
Treatment)
- Cara pemberian : sama seperti pada butir 2.a.
- dosis :

Dosis dan cara pemberian Serum Anti Rabies (SAR)


1. Serum hetorolog (Kuda)
- Kemasasn : vial 20 ml (1 ml = 100 IU)
- Cara pemberian :
Disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra
maskuler.
- Dosis :

2. Serum Momolog
Kemasan : vial 2 ml ( 1 ml = 150 IU )
- Cara pemberian :
Disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra
muskuler.
- Dosis :

Anda mungkin juga menyukai