Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian penting dari kesejahteraan masyarakat.
Kesehatan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping
sandang, pangan dan papan. Berkembangnya pelayanan kesehatan dewasa ini,
memahami etika kesehatan merupakan bagian penting dari kesejahteraan
masyarakat. Kesehatan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia,
disamping sandang, pangan, dan papan. Berkembangnya pelayanan kesehatan
dewasa ini, memahami etika kesehatan merupakan tuntunan yang dipandang
semakin perlu, karena etika kesehatan membahas tentang tata susila dokter
dalam menjalankan profesi, khususnya yang berkaitan dengan pasien. Oleh
karena itu tatanan kesehatan secara normatif menumbuhkan pengembangan
hukum kesehatan bersifat khusus (Lex specialis) yang mengandung ketentuan
penyimpangan atau eksepsional jika dibandingkan dengan ketentuan hukum
umum (Lex generale).
Konsep dasar hukum kesehatan mempunyai ciri istimewa yaitu
beraspek: (1) Hak Azasi Manusia (HAM), (2) Kesepakatan internasional, (3)
Legal baik pada level nasional maupun internasional, (4) Iptek yang termasuk
tenaga kesehatan professional. Komponen hukum kesehatan tumbuh dari
keterpaduan hukum administrasi, hukum pidana, hukum perdata dan hukum
internasional. Dalil yang berkembang dalam hukum kesehatan dan pelayanan
kesehatan dapat mencakup legalisasi dalam moral dan moralisasi dalam
hukum sebagai suatu dalil yang harus mulai dikembangkan dalam pelayanan
kesehatan. Secara normatif menurut Undang-undang Kesehatan Nomor 23
Tahun 1992, harus mengutamakan pelayanan kesehatan: 1. Menjadi tanggung
jawab pemerintah dan swasta dengan kemitraan kepada pihak masyarakat. 2.
Semata-mata tidak mencari keuntungan. Dua batasan nilai norma hukum
tersebut perlu ditaati agar tidak mengakibatkan reaksi masyarakat dan tumbuh
konflik dengan gugatan/tuntutan hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fasilitas Kesehatan di Bengkulu ?
2. Bagaimana sistem kesehatan di Bengkulu ?
3. Bagaimanakah dengan sistem pelayanan kesehatan di Bengkulu ?
4. Bagaimanakah dengan Undang-Undang kesehatan di Bengkulu ?
5. Bagaimana kebijakan di Bengkulu ?
C.

Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
positif antara lain sebagai berikut :
1. Diharapkan dapat menjadikan manusia lebih mementingkan kesehatannya
terlebih dahulu daripada pekerjaannya.
2. Diharapkan kaum remaja dapat menyikapi diri terhadap kemajuan sistem
kesehatan sebagai tuntutan di era globalisasi seperti saat ini.

D.

Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui bagaimana sistem kesehatan di Bengkulu .
2. Untuk Mengetahui bagaimana pelayanan kesehatan di Bengkulu .
3. Untuk Mengetahui bagaimana Undang-Undang kesehatan di Bengkulu .
4. Untuk Mengetahui bagaimana kebijakan di Bengkulu .

BAB II
PEMBAHASAN
A. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pengertian fasilitas kesehatan maksudnya ialah segala wahana dan
prasarana nan bisa menunjang kepada kesehatan kita, baik kesehatan jasmani
maupun kesehatan rohani.
Kita akan semakin bersemangat dalam menjaga kesehatan apabila banyak
fasilitas penunjangnya. Fasilitas kesehatan tersebut tersedia dari nan termurah
sampai nan termahal, dan dari nan paling sederhana (mudah diperoleh)
sampai nan sulit diperoleh.
Apabila melihat kepada peraturan presiden RI No. 12 tahun 2013 tentang
Agunan Kesehatan, tepatnya pada Bab I Ketentuan Generik pasal 1 No. 14,
disebutkan bahwa pengertian dari fasilitas kesehatan ialah fasilitas pelayanan
kesehatan nan digunakan buat menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif nan
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Fasilitas kesehatan tersebut haruslah menjamin kesehatan dari pesertanya
sendiri. Menurut peraturan presiden tersebut, setidaknya ada dua kategori nan
masuk kepada peserta agunan kesehatan, yaitu PBI agunan kesehatan, dan
bukan PBI agunan kesehatan.
Peserta PBI agunan kesehatan ialah orang nan tergolong fakir miskin dan
tak mampu. Sedangkan peserta bukan PBI agunan kesehatan merupakan
peserta nan tak tergolong fakir miskin dan orang nan tak mampu, di antaranya
ialah pekerja penerima upah dan keluarganya, pekerja bukan penerima upah
dan anggota keluarganya, serta bukan pekerja dan anggota keluarganya.
Adapun pekerja penerima upah nan dimaksud ialah pegawai negeri sipil
(PNS), anggota TNI, anggota Polri , pejabat negara, pegawai pemerintah non
pegawai negeri, pegawai swasta, dan pekerja nan tak termasuk jenis-jenis
pekerjaan di atas namun menerima upah.
Sedangkan pekerja bukan penerima upah nan dimaksud di atas ialah

pekerja di luar interaksi kerja atau pekerja mandiri, atau pun pekerjaan
lainnya nan bukan penerima upah.
Beberapa jenis pekerjaan nan termasuk bukan pekerja diantaranya ialah
investor, pemberi kerja, penerima pensiun, veteran, dan pioner kemerdekaan.
Berdasarkan pasal 6 dari Perpres tersebut kepesertaan agunan kesehatan
tersebut bersifat wajib dan akan dilakukan secara bertahap sehingga
mencakup seluruh penduduk dengan tahapan sebagai berikut:
1. Termin pertama
Tahap pertama ini dimulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit
meliputi PBI agunan kesehatan, anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil (PNS)
di lingkungan kementerian pertahanan dan anggota keluarganya.
Selain itu juga, termasuk anggota Polri/Pegawai Negeri Sipil (PNS)
di lingkungan Polri dan anggota keluarganya, peserta asuransi kesehatan
Perusahaan Perseorangan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia
(ASKES) dan anggota keluarganya.
Serta

peserta

agunan

pemeliharaan

kesehatan

Perusahaan

Perseorangan (Persero) Agunan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan


anggota keluarganya.
2. Termin kedua
Tahap kedua ini meliputi seluruh penduduk nan belum masuk
sebagai peserta BPJS kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari
2019. Banyak kegunaan nan diperoleh dari agunan kesehatan ini sebab
semuanya sudah diatur oleh pemerintah melalui peraturan presiden.
Dalam Perpres tersebut disebutkan bahwa setiap peserta berhak
memperoleh kegunaan agunan kesehatan nan bersifat pelayanan kesehatan
perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif , kuratif, dan
rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sinkron
dengan kebutuhan medis nan diperlukan.
Termasuk di dalamnya ialah kegunaan medis dan kegunaan non
medis. Manfaat medis sifatnya tak terikat dengan besaran iuran nan
dibayarkan. Manfaat non medis meliputi kegunaan akomodasi dan

ambulans.
Ada pun kegunaan dari pelayanan promotif dan preventif meliputi
pemberian pelayanan penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar,
keluaraga berencana, dan skrining kesehatan.
Penyuluhan

kesehatan

perorangan

meliputi

paling

sedikit

penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan konduite


hayati higienis dan sehat. Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile
Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis B (DPTHB), Polio, dan Campak.
Pelayanan keluarga berencana meliputi konseling, kontrasepsi
dasar, vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan forum nan
membidangi keluarga berencana.
Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara selektif nan
ditujukan buat mendeteksi risiko penyakit dan mencegah akibat lanjutan
dari risiko penyakit tertentu.
Berdasarkan perpres tersebut juga disebutkan pelayanan kesehatan
nan dijamin terdiri atas pelayanan kesehatan taraf pertama, meliputi
pelayanan kesehatan non spesialistik nan mencakup:
1. Administrasi pelayanan.
2. Pelayanan promotif dan preventif.
3. Pemerikasaan, pengobatan, dan konsultasi medis.
4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif.
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.
6. Transfusi darah sinkron dengan kebutuhan medis.
7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium taraf pertama.
8. Rawat inap taraf pertama sinkron dengan indikasi.
Berikutnya ialah pelayanan kesehatan acum taraf lanjutan, meliputi
pelayanan kesehatan nan mencakup rawat jalan dan rawat inap. Rawat
jalan meliputi:
a. Adiminstrasi pelayanan.

b. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik oleh dokter


spesialis dan subspesialis.
c. Tindakan medis spesialistik sinkron dengan indikasi medis.
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.
e. Pelayanan alat kesehatan implan.
f. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sinkron dengan indikasi
medis.
g. Rehabilitasi medis.
h. Pelayanan darah.
i. Pelayanan kedokteran forensik.
j. Pelayanan jenazah difasilitas kesehatan.
Adapun buat rawat inap meliputi perawatan inap non intensif dan
perawatan inap di ruang intensif. Klarifikasi lebih detil mengenai rawat
inap ialah sebagai berikut:
1. Ruang perawatan kelas III bagi:
a. Peserta PBI agunan kesehatan.
b. Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja
dengan iuran buat kegunaan pelayanan di ruang perawatan kelas
III.
2. Ruang perawatan kelas II bagi:
a. Pegawai negeri sipil (PNS) dan penerima pensiun pegawai negeri
sipil (PNS) golongan ruang I dan golongan ruang II beserta
anggota keluarganya.
b. Anggota TNI dan penerima pensiun anggota TNI nan setara
pegawai negeri sipil (PNS) golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya.
c. Anggota Polri dan penerima pensiun anggota Polri nan setara
pegawai negeri sipil (PNS) golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya.

d. Pegawai pemerintah non pegawai negeri sipil (PNS) nan setara


pegawai negeri sipil golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya.
e. Peserta pekerja penerima upah bulanan sampai dengan 2 (dua) kali
penghasilan tak kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu)
anak beserta anggota keluarganya.
f. Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja
dengan iuran buat kegunaan pelayanan di ruang perawatan kelas II.
3. Ruang perawatan kelas I bagi:
a. Pejabat negara dan anggota keluaranya.
b. Pegawai negeri sipil (PNS) dan penerima pensiun PNS golongan
ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota kelurganya.
c. Anggota TNI dan penerima pensiun anggota TNI nan setara PNS
golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota
keluarganya.
d. Anggota Polri dan penerima pensiun anggota polri nan setara PNS
golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota
keluarganya.
e. Pegawai pemerintah non pegawai negeri nan setara PNS golongan
ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya.
f. Veteran dan pioner kemerdekaan beserta anggota keluarganya.
g. Peserta pekerja penerima upah bulanan lebih dari 2 (dua) kali
penghasilan tak kena pajak dengan status kawin 1 (satu) anak
beserta anggota keluarganya.
h. Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja
dengan iuran buat kegunaan pelayanan di ruang perawatan kelas I

B. Pengertian Sistem Kesehatan di Bengkulu


Sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan
(supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut
(demand side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan
sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk material.
Sistem kesehatan tidak terbatas pada seperangkat institusi yang mengatur,
membiayai, atau memberikan pelayanan, namun juga termasuk kelompok
aneka organisasi yang memberikan input pada pelayanan kesehatan,
utamanya sumber daya manusia, sumber daya fisik (fasilitas dan alat), serta
pengetahuan/teknologi (WHO SEARO, 2000). Organisasi ini termasuk
universitas dan lembaga pendidikan lain, pusat penelitian, perusahaan
kontruksi, serta serangkaian organisasi yang memproduksi teknologi spesifik
seperti produk farmasi, alat dan suku cadang.
WHO mendefinisikan sistem kesehatan sebagai seluruh kegiatan yang

mana mempunyai maksud utama untuk meningkatkan dan memelihara


kesehatan. Mengingat maksud tersebut di atas, maka termasuk dalam hal ini
tidak saja pelayanan kesehatan formal, tapi juga non formal, seperti halnya
pengobatan

tradisional. Selain aktivitas kesehatan masyarakat tradisional

seperti promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, peningkatan keamanan


lingkungan dan jalan raya , pendidikan yang berhubungan dengan kesehatan

merupakan bagian dari sistem.


Sistem kesehatan paling tidak mempunyai 4 fungsi pokok yaitu:
Pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, penyediaan sumberdaya dan
stewardship atau regulator. Fungsi-fungsi tersebut akan direpresentasikan
dalam bentuk sub-subsistem dalam sistem kesehatan, dikembangkan sesuai
kebutuhan. Masing-masing fungsi atau subsistem akan dibahas tersendiri

C. Subsistem Kesehatan
1. Subsistem Upaya Kesehatan
Adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan
masyarakat (UKM), dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara
terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan setinggi - tingginya
2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
Adalah

tatanan

yang

menghimpun

berbagai

upaya

penggalian,

pengalokasian, dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu


dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi tingginya.
3. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
4. Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan
5. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok,
dan masyarakat di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung
guna untuk menjamin tercapainya derajat kesehatan setinggi - tingginya
Prinsip prinsip subsistem pemberdayaan masyarakat adalah
-

Berbasis masyarakat

Pemberdayaan dalam voice dan choice

Peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat

Pemerintah bersikap terbuka, bertanggung jawab dan tanggap

Kemitraan dengan semangat gotong royong

6. Subsistem Manajemen Kesehatan


Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan
yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan, dan
penerapan ilmu pengetahuan serta teknologi dan pengaturan hukum
kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan yang setinggi tingginya.
D. Pelayanan Kesehatan di Bengkulu
Pelayanan kesehatan dapat diperoleh mulai dari tingkat puskesmas,
rumah sakit, dokter praktek swasta dan lain-lain. Masyarakat dewasa ini
sudah makin kritis menyoroti pelayanan kesehatan dan profesional tenaga
kesehatan. Masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang baik dari pihak
rumah sakit, disisi lain pemerintah belum dapat memberikan pelayanan
sebagaimana yang diharapkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,
kecuali rumah sakit swasta yang berorientasi bisnis, dapat memberikan
pelayanan kesehatan dengan baik. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
dibutuhkan tenaga kesehatan yang trampil dan fasilitas rumah sakit yang baik,
tetapi tidak semua rumah sakit dapat memenuhi kriteria tersebut sehingga
meningkatnya kerumitan system pelayanan kesehatan dewasa ini.
Salah satu penilaian dari pelayanan kesehatan dapat kita lihat dari
pencatatan rekam medis atau rekam kesehatan. Dari pencatatan rekam medis
dapat mengambarkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada
pasien, juga meyumbangkan hal penting dibidang hukum kesehatan,
pendidikan, penelitian dan akriditasi rumah sakit. Yang harus dicatat dalam
rekam medis mencakup hal-hal seperti di bawah ini;
a. Identitas Penderita dan formulir persetujuan atau perizinan.
b. Riwayat Penyakit
c. Laporan pemeriksaan Fisik.
d. Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan dokter yang
berwenang.
e. Catatan Pengamatan atau observasi.

10

f. Laporan tindakan dan penemuan.


g. Ringkasan riwayat waktu pulang.
h. Kejadian-kejadian yang menyimpang.
Rekam medis mengandung dua macam informasi yaitu informasi yang
mengandung nilai kerahasiaan, yakni merupakan catatan mengenai hasil
pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, pengamatan mengenai penderita,
mengenai hal tersebut ada kewajiban simpan rahasia kedokteran dan
informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan suatu hal yang harus
diingat bahwa berkas catatan medik asli tetap harus disimpan di rumah sakit
dan tidak boleh diserahkan pada pasien, pengacara atau siapapun. Berkas
catatan medik tersebut merupakan bukti penting bagi rumah sakit apabila
kelak timbul suatu perkara, karena memuat catatan penting tentang apa yang
telah dikerjakan dirumah sakit. Catatan medik harus disimpan selama jangka
waktu tertentu untuk dokumentasi pasien. Untuk suatu rumah sakit rekam
medis adalah penting dalam mengadakan evaluasi pelayanan kesehatan,
peningkatan efisiensi kerja melalui penurunan mortalitas, morbiditas dan
perawatan penderita yang lebih sempurna. Pengisian rekam medis serta
penyelesaiannya adalah tanggung jawab penuh dokter yang merawat pasien
tersebut, catatan itu harus ditulis dengan cermat, singkat dan jelas. Dalam
menciptakan rekam medis yang baik diperlukan adanya kerja sama dan
usaha-usaha yang bersifat koordinatif antara berbagai pihak yang samasama
melayani perawatan dan pengobatan terhadap penderita.
Sumber : Anonim. 2009. Aspek Hukum dalam Pelayanan Kesehatan. (online),
(http://sumberpencarianartikel.com/aspek-hukum-dalam-pelayanankesehatan/ , diakses pada kamis, 12 September 2013).
E. Undang-undang Kesehatan
Hukum kesehatan merupakan suatu bidang spesialisasi ilmu hukum
yang relatif masih baru di Bengkulu . Hukum kesehatan mencakup segala
peraturan dan aturan yang secara langsung berkaitan dengan pemeliharaan
dan perawatan kesehatan yang terancam atau kesehatan yang rusak. Hukum
kesehatan mencakup penerapan hukum perdata dan hukum pidana yang

11

berkaitan dengan hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan. Subyeksubyek hukum dalam sistem hukum kesehatan adalah:
a) Tenaga kesehatan sarjana yaitu: dokter, dokter gigi, apoteker dan sarjana
lain di bidang kesehatan.
b) Tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah yakni bidang
farmasi,

bidang

kebidanan,

bidang

perawatan,

bidang

kesehatan

masyarakat, dan lain lain.


Dalam melakukan tugasnya dokter dan tenaga kesehatan harus
mematuhi segala aspek hukum dalam kesehatan. Kesalahan dalam
melaksanakan profesi kedokteran merupakan masalah penting, karena
membawa akibat yang berat, terutama akan merusak kepercayaan masyarakat
terhadap profesi kesehatan. Suatu kesalahan dalam melakukan profesi dapat
disebabkan karena Kekurangan yakni pengetahuan, pengalaman, dan
pengertian. Ketiga faktor tersebut menyebabkan kesalahan dalam mengambil
keputusan atau penilaian. Contoh: kejadian tindakan malpraktek. Malpraktek
adalah suatu tindakan praktek yang buruk, dengan kata lain adalah kelalaian
dokter dalam melaksanakan profesinya, apabila hal tersebut diadukan kepada
pihak yang berwajib, maka akan diproses secara hukum dan pihak pengadilan
yang akan membuktikan apakah tuduhan tersebut benar atau salah. Upayaupaya untuk mencegah terjadinya kelalaian dalam menjalankan profesi ialah;
1. Meningkatkan kemampuan profesi para dokter untuk mengikuti kemajuan
ilmu kedokteran atau menyegarkan kembali ilmunya, sehingga dapat
melakukan pelayanan medis secara profesional.
2. Pengetahuan pengawasan perilaku etis. Upaya ini akan mendorong dokter
untuk senantiasa bersikap hati-hati. Dengan berusaha berperilaku etis,
sehingga semakin jauh dari tindakan melanggar hukum.
3. Penyusunan protokol pelayanan kesehatan, misalnya petunjuk tentang
informed consent. Protokol ini dapat dijadikan pegangan bilamana
dokter dituduh telah melakukan kelalaian. Selama dokter bertindak sesuai
dengan protokol tersebut, dia dapat terlindung dari tuduhan malpraktek..
Beberapa contoh malpraktek di bidang hukum pidana:

12

1) Menipu Pasien
2) Membuat surat keterangan palsu
3) Melakukan pelanggaran kesopanan
4) Melakukan pengguguran tanpa indikasi medis
5) Melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan kematian atau luka
luka
6) Membocorkan rahasia kedokteran yang diadukan oleh pasien
7) Kesengajaan membiarkan pasien tidak tertolong
8) Tidak memberikan pertolongan pada orang yang berada dalam
keadaan bahaya maut
9) Memberikan atau menjual obat palsu, dan
10) Euthanasia
Keberhasilan pembangunan nasional telah meningkatkan kesadaran
hukum masyarakat. Masyarakat menjadi lebih kritis terhadap pelayanan jasajasa yang mereka terima, termasuk pelayanan dokter, perawat, bidan,
apoteker, dan lain-lain. Dengan meningkatnya kesadaran hukum ini, tidak
jarang masyarakat mencampurbaurkan antara etika dan hukum. Hal ini
disebabkan karena masyarakat tidak mengetahui perbedaan dari keduanya
yang sama-sama berpegang pada norma-norma yang hidup dalam
masyarakat.
Sumber : Anonim. 2009. Aspek Hukum dalam Pelayanan Kesehatan. (online),
(http://sumberpencarianartikel.com/aspek-hukum-dalam-pelayanankesehatan/ , diakses pada kamis, 12 September 2013).
F. Kebijakan Kesehatan di Bengkulu
Kebijakan kesehatan Indonesia dibuat berdasarkan keputusankeputusan sebagai berikut:
a. SKep Men Kes RI No 99a/Men.Kes /SK/III/1982 Tentang berlakunya
Sistem Kesehatan Nasional.
b. TAP MPR RI VII tahun 2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.
c. Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang pokok-pokok kesehatan.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan

13

pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.


e. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah.
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No 574/ Men.Kes. `/SK/IV/2000
tentang Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat tahun 2010.
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No 1277/Men. Kes/SK/X/2001 tentang
Susunan organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
Sumber : (http://eprints.undip.ac.id/6253/1/Kebijakan_Kesehatan)

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kaidah hukum diperlukan dalam mengatur hubungan antar manusia,
sehingga tidak mengherankan jika dewasa ini aspek hukum juga terkait
dengan bidang kesehatan.
2. Dalam melaksanakan profesi seorang dokter harus mentaati etik kedokteran
supaya terhindar dari jeratan hukum kedokteran yang merupakan bagian
dari hukum kesehatan.
3. Dewasa ini malpraktek masih sering terjadi, meskipun peraturan-peraturan
yang mengatur tentang hal tersebut telah ada.
B. Saran
Pengertian, tugas, hukum dan fase perkembangan hendaknya dipahami
oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar,
sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan
memahami perkembangan peserta didik, maka pendidikan yang berkembang
di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas
yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
15

penulis dapat menyelesaikan makalah ini


Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Bengkulu,

Juni 2015

Penyusun

i
DAFTAR
ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

16

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFATR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Batasan Masalah............................................................................1
C. Tujuan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Fasilitas Pelayanan Kesehatan ....................................................... 3
B. Pengertian Sistem Kesehatan di Bengkulu ...................................8
C. Subsistem Kesehatan...................................................................... 9
D. Pelayanan Kesehatan di Bengkulu ................................................. 10
E. Undang-undang Kesehatan .........................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................15
B. Kritik dan Saran ...................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................iii

MAKALAH
PERMASALAHAN KESEHATAN
MASYARAKAT
ii
DI PROVINSI BENGKULU
Masalah Fasilitas Dan Sistem Kesehatan Di Provinsi Bengkulu

17

Disusun Oleh
Yesti Putri Anti
Mita Wika Sari
Dedy Irawan
Niko Setyawan
Syahri Ramadhan
Soni Andika El-Syaputra

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI HUSADA BENGKULU
2015

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2007.
Kebijakan
Kesehatan.
(online),
(http://eprints.undip.ac.id/6253/1/Kebijakan_Kesehatan diakses pada kamis 12
September 2013)

18

Anonim.
2008.
Sistem
Kesehatan
Nasional.
(online),
(http://kebijakankesehatanindonesia.net/?q=node/481 ,diakses pada kamis, 12
September 2013)
Anonim.
2008.
Sistem
Kesehatan
Nasional.
(online),
(http://sumberpencarianartikel.com/ diakses pada kamis 12 September, 2013)
Anonim. 2009. Aspek Hukum dalam Pelayanan Kesehatan. (online),
(http://sumberpencarianartikel.com/aspek-hukum-dalam-pelayanan-kesehatan/
, diakses pada kamis, 12 September 2013).

19

Anda mungkin juga menyukai