Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Membahas mengenai kondisi sosial ekonomi di negara berkembang sudah

menjadi hal yang umum jika ditemukan beberapa fakta yang cukup menyedihkan

tentang kualitas hidup masyarakat di negara-negara tersebut. Angka kemiskinan

yang cukup memprihatinkan di negara-negara tersebut ternyata benar-benar

mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat tersebut. Kehadiran negara-negara

berkembang dalam daftar negara dengan tingkat kematian bayi tertinggi yang

ternyata disebabkan kualitas keehatan yang rendah memunculkan kesadaran

berbagai pihak.

Salah satu pihak yang menyadari betul rendahnya mutu kesehatan di

negara-negara berkembang adalah pemerintah dari negara-negara berkembang itu

sendiri. Mereka menyadari bahwa harus ada sebuah tindakan yang didasarkan atas

kesadaran bersama mengenai upaya pembangunan di negara-negara berkembang.

Hingga akhirnya pada tahun 2000 muncul sebuah kesepakatan oleh 198 negara

yang menetapkan target kuantitatif yang akan dicapai pada tahun 2015 dalam hal

pembangunan yang dituangkan dalam bentuk Millenium Development Goals

(MDGs).

Kini, setelah 8 tahun berlalu sejak dibuatnya kesepakatan ini gaung MDGs

ini bisa dikatakan tidak banyak dikenal oleh masyarakat internasional kecuali

mereka yang benar-benar berkecimpung di dunia pemerintahan atau pun yang

mendalami ilmu tentang pembangunan sosial baik dalam bidang ekonomi maupun
kesehatan. Kehadiran MDGs benar-benar menjadi hal yang asing di sebagian

besar masyarakat bahkan di negara-negara berkembang yang membutuhkan

kehadiran kesepkatan tersebut guna mendongkrak pembangunannya. Sebut saja

Indonesia yang ketika membahas usaha perbaikan ekonomi, sosial sarta kesehatan

masyarakatnya ternyata masih sedikit yang mendasarkan upaya pembangunannya

pada targetan-targetan yang ditetapkan bersama dalam MDGs. Padahal poin-poin

tersebut bisa menjadi dasar pembangunan lebih lanjut dalam negara-negara

berkembang demi mewujudkan kesejahteraan yang lebih baik dan merata bagi

masyarakat.

Untuk itu dalam makalah ini, masalah MDGs dianggap penting untuk

dibahas selain sebagai upaya untuk mengetahui lebih jauh pencapaian-pencapaian

yang berhasil dilakukan oleh negara-negara yang telah bersepakat bersama,

namun juga sebagai salah satu jalan untuk mensosialisasikan mengenai

keberadaan MDGs. MDGs bisa menjadi titik awal pembangunan sehingga

perbaikan yang dilakukan bisa lebih spesifik. MDGs juga diharapkan mampu

menjadi sebuah indikator menilai keberhasilan pembangunan sebuah negara

berkembang.

Pembahasan MDGs kali ini akan difokuskan pada ranah kesehatan dengan

membahas lebih jauh mengenai target-target ke-4 hingga ke-6. Ketiga target

tersebut menyoroti masalah kesehatan yang dianggap paling memprihatinkan

yakni masalah tingkat kematian anak, kualitas kesehatan ibu hamil, serta upaya

memerangi HIV/ AIDS, malaria, dan penyakit lain. Dalam hal ini disoroti secara

umum keberhasilan negara-negara berkembang dalam memenuhi target-target


yang telah ditetapkan. Setelah mempelajari secara khusus pencapaian negara-

negara berkembang maka akan diulas secara khusus satu kawasan yang berhasil

melakukan pencapaian-pencapaian paling besar dibandingkan region-region lain

serta mempelajari tentang upaya-upaya yang telah dilakukan hingga dapat

mewujudkan pencapaian-pencapaian yang berarti dalam pemenuhan target-target

dari MDGs ini.

Dipahami bahwa pengetahuan mengenai pencapaian-pencapaian dari

setiap-setiap negara akan terlalu luas untuk dibahas sehingga dalam pembahasan

umum dianggap lebih mudah melihat pencapaian-pencapaian yang ada dalam

bentuk akumulasi regional. Pemilihan satu regional yang paling sukses dalam

mencapai targetan-targetan yang ada diharapkan mampu mengungkapkan hal-hal

yang dapat dicontoh oleh negara lain demi mewujudkan pencapaian yang sama

atau bahkan lebih dari regional tersebut.

Selain itu upaya untuk mensosialisasikan kehadiran MDGs di negara-

negara berkembang dihrapkan dapat menjadi bahan edukasi bagi masyarakat

khususnya mahasiswa untuk bisa menilai pembanguna apa yang telah berhasil

dilakukan pemerintah negara-negara berkembang dnegan menjadikan MDGs

sebagai tolak ukrur menilai peningkatan yang berhasil diwujudkan dalam

pembangunan tersebut.
BAB II

MASALAH

Kehadiran MDGs selama 8 tahun diharapkan mampu membawa

perubahan-perubahan yang berarti dalam pembangunan negara-negara di dunia.

Namun kehadiran MDGs yang dianggap sebagai hal yang asing dalam masyarakat

negara berkembang ternyata bisa dianggap sebagai indikator tentang betapa

pembanguna di negara-negara berkembang terlalu dipusatkan pada peran

pemerintah. Padahal jika masyarakat pun mengetahui kesepakatan yang telah

dibuat oleh negara-negara di dunia tersebut maka akan membuat masyarakat lebih

kritis dalam memahami fenomena-fenomana yang terjadi menyangkut targetan-

targetan dalam MDGs sehingga masyarakat dapat menuntut pemerintahnya agar

bisa melakukan hal lebih lagi demi mewujudkan pembangunan yang diharapkan.

Seperti yang terjadi di Indonesia ketika muncul berita mengenai Kabinet baru

dalam pemerintahan baru masalah MDGs sempar diangkat dan diharapkan bisa

menjadi titik awal menentukan kebijkan pembangunan dalam negerinya

mengingat targetan-targetan yang bersifat spesifik dalam MDGs ini.

Selain itu targetan MGDs yang diharapkan akan mampu dipenuhi di tahun

2015 yang kian lama kian dekat waktu tenggangnya bisa benar-benar terwujud

dengan terus memantau pencapaian-pencapaian negara-negara berkembang yang

dalam hal ini dinilai berdasarkan regionalnya masing-masing. Dengan

mempelajari faktor-faktor pendukung dan penghambat yang ada di tiap-tiap

negara dalam upaya pencapaian target-target tersebut, maka diharapkan upaya


pembangunan yang lebih baik lagi dalam 5 tahun ke depan bisa lebih baik lagi.

Dengan mengetahui faktor-faktor pendukung tersebut maka bisa digunakan

sebagai pembelajaran oleh negara lain yang belum berhasil mencapai

perkembangan yang signifikan dalam pembangunan si bidang tersebut sehingga

mereka dapat berusaha mewujudkan” iklim” yang sama dengan yang hadir dalam

lingkunga negara-negara yang berhasil tersebut. Begitupun sebaliknya,

diharapkan hambatan-hamabatan yang masih mengganggu pembangunan negara-

negara berkembang tersebut bisa diantisipasi lebih dini sehingga bisa

mengefisiensikan dana dan waktu dalam mewujudkan target-target dalam MDGs

tersebut.
BAB III

KERANGKA KONSEP

Tujuan Pembangunan Milenium (“Millennium Development Goals”, atau

MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan

perkembangan global, yang kesemuanya harus tercapai pada tahun 2015. Tujuan

Pembangunan Milenium adalah hasil dari aksi yang terkandung dalam Deklarasi

Milenium yang diadopsi oleh 189 negara dan ditandatangi oleh 147 kepala Negara

dan pemerintahan pada UN Millennium Summit yang diadakan di bulan

September tahun 2000.

Delapan butir MGDs terdiri dari 21 target kuantitatif dan dapat diukur oleh

60 indikator :

Tujuan 1: Memberantas kemiskinan ekstrim dan kelaparan

Tujuan 2: Dicapainya pendidikan tingkat dasar yang merata dan universal

Tujuan 3: Memajukan kesetaraan gender

Tujuan 4: Mengurangi tingkat mortalitas anak

Tujuan 5: Memperbaiki kualitas kesehatan ibu hamil

Tujuan 6: Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain

Tujuan 7: Menjamin kelestarian lingkungan

Tujuan 8: Menjalin kerjasama global bagi perkembangan kesejahteraan


Tujuan Pembangunan Millennium:

- menyintesis dalam satu paket komitmen-komitmen terpenting yang dibuat

secara terpisah-pisah dalam berbagai konferensi dan pertemuan tingkat tinggi

internasional yang diadakan pada tahun 1990-an;

- merespon secara eksplisit tentang interdependensi antara pertumbuhan,

upaya pembasmian kemiskinana dan perkembangan yang berkesinambungan;

- mengenali bahwa upaya perkembangan bergantung kepada pemerintahan

yang demokratis, pengaturan oleh hukum, kehormatan pada hak azasi

manusia, perdamaian dan keamanan hidup;

- mempunyai tenggat waktu dan target yang dapat diukur beserta dengan

indikator dalam memantau kemajuan, dan;

- membawa dalam kebersamaan, sebagaimana terkandung pada Tujuan 8,

tanggung jawab dalam memajukan Negara berkembang dengan Negara maju,

dalam kerjasama global yang dituangkan dalam International Conference on

Financing for Development di Monterrey, Mexico pada bulan Maret tahun

2002, and juga pada Johannesburg World Summit on Sustainable

Development pada bulan Agustus tahun 2002.

Implementasi Tujuan Pembangunan Milenium

Pada tahun 2001, menanggapi permintaan dari para pemimpin dunia,

Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa menghadirkan Perencanaan

Menuju Pengimplementasian Deklarasi Milenium (“Road Map towards the

Implementation of the United Nations Millenium Declaration”). Perencanaan


tersebut merupakan ikhtisar yang terpadu dan komprehensif menguraikan

berbagai strategi potensial dalam memenuhi tujuan dan komitmen dari Deklarasi

Milenium.

Sejak itu, peta strategis tersebut telah menelurkan laporan tahunan. Isi

laporan tahunan 2002 memfokuskan pada kemajuan dibuat dalam pencegahan

konflik bersenjata dan pencegahan penyakit menular, termasuk HIV/AIDS dan

Malaria. Laporan tahunan 2003 menekankan pada strategi perkembangan dan

strategi perkembangan berkelanjutan. Tahun 2004 berfokus pada keterpisahan

digital dan pengekangan kriminal antar Negara.

Pada tahun 2005, Sekretaris Jendral menyiapkan laporan terpadi berjangka

lima tahun berisi kemajuan dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.

Laporan ini meninjau ulang implementasi dari keputusan yang diambil dari hasil

berbagai konferensi dan sesi khusus yang membahas negara-negara yang paling

tidak berkembang, kemajuan dalam memerangi HIV/AIDS dan pendanaan untuk

perkembang dan perkembangan yang berkelanjutan.

Tujuan 1: Mengentaskan kemiskinan ekstrim dan kelaparan

Indikator

Tujuan 1a: Mengurangi hingga setengahnya Penduduk yang hidup dibawah garis

kemiskinan ekstrim

1.1 Proporsi penduduk yang hidup di bawah $1 (PPP) per hari

1.2 Rasio kesenjangan tingkat kemiskinan

1.3 Porsi dari populasi dalam kategori 20% penduduk termiskin dalam

konsumsi nasional
Target 1b: Mencapai ketenagakerjaan yang produktif dan pekerjaan layak merata,

termasuk wanita dan usia muda

1.4 Tingkat pertumbuhan produk nasional bruto per orang

1.5 Rasio tingkat keperkerjaan penduduk

1.6 Proporsi penduduk yang bekerja dan berpenghasilan $1 (PPP) per hari

1.7 Proporsi tenaga kerja yang menghidupi diri sendiri dan yang

menghidupi keluarga di dalam angka total penyerapan tenaga kerja

Target 1c: Mengurangi Jumlah penduduk yang menderita kelaparan hingga

setengahnya

1.8 Jumlah balita dengan berat badan di bawah normal

1.9 Proporsi penduduk yang mengkonsumsi nilai gizi kalori di bawah

standar minimum

Tujuan 2: Mencapai pendidikan dasar untuk semua

Indikator

Target 2a: Memastikan anak laki-laki dan perempuan dapat menyelesaikan

pendidikan dasar

2.1 Netto jumlah pendaftaran pendidikan dasar

2.2 Proporsi pelajar yang menyelesaikan pendidikan dari Kelas 1 hingga

kelas akhir di pendidikan dasar

2.3 Tingkat kemampuan baca-tulis laki-laki dan perempuan usia 15-24

tahun
Tujuan 3: Memajukan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan

UNDP bekerja dengan dan berpihak kepada wanita dalam advokasi

kebijakan, perkembangan kapasitas wanita dan mendukung rancangan

kesetaraan gender dengan berkolaborasi dengan UNIFEM.

Indikator

Target 3a: Menghapus ketimpangan gender di tingkat pendidikan sekolah dasar

dan menengah pada tahun 2005, dan pada semua tingkat pendidikan

pada tahun 2015

3.1 Rasio anak laki-laki dengan anak perempuan yang mengenyam

pendidikan tingkat dasar, menengah dan lanjut

3.2 Proporsi dari wanita sebagai pekerja upahan di sektor non-pertanian

3.3 Proporsi perwakilan wanita dalam parlemen nasional

Tujuan 4: Mengurangi tingkat kematian anak

Indikator

Target 4a: Mengurangi tingkat kematian anak usia 0-5 tahun hingga dua per tiga

bagian

4.1 Angka kematian balita

4.2 Angka kematian bayi

4.3 Jumlah bayi usia satu tahun yang diimunisasi campa

Tujuan 5: Memperbaiki kualitas kesehatan ibu

Indikator

Target 5a: Mengurangi angka kematian ibu hingga 75%

5.1 Angka mortalitas ibu


5.2 Jumlah proses kelahiran yang ditangani oleh tenaga medis terlatih

Target 5b: Menyediakan akses kepada kesehatan reproduksi secara merata

5.3 Tingkat penggunaan kontrasepsi

5.4 Tingkat kelahiran remaja

5.5 Jaminan perawatan pra-kelahiran (sekurang-kurangnya satu kunjungan

and minimal empat kunjungan)

5.6 Kebutuhan yang belom terpenuhi dalam hal keluarga berencana

Tujuan 6: Memerangi HIV/AIDS, malaria and penyakit menular lainnya

Indikator

Target 6a: Menghentikan dan mulai menurunkan kecenderungan penyebaran

HIV/AIDS

6.1 Banyaknya penderita HIV berusia 15-24 tahun

6.2 Pengunaan kondom dalam aktivitas seksual resiko tinggi

6.3 Proporsi dari populasi usia 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan

tentang HIV/AIDS yang komprehensif dan tepat

6.4 Rasio kehadiran di sekolah antara yatim piatu dengan bukan-yatim

piatu berusia 10-14 tahun

Target 6b: Dicapainya akses perawatan secara merata dan universal bagi penderita

HIV/AIDS pada tahun 2010

6.5 Proporsi dari populasi menderita infeksi HIV tingkat lanjut yang

mempunyai akses kepada pengobatan antiretroviral

Target 6c: Menghentikan dan menurunkan kecenderungan penyebaran malaria

dan penyakit menular lainnya


6.6 Jumlah insiden dan angka kematian karena Malaria

6.7 Proporsi balita yang tidur menggunakan tirai ranjang yang sudah

mengandung insektisida

6.8 Proporsi balita yang menderita demam dan dirawat dengan obat-obatan

anti-malaria yang tepat

6.9 Jumlah insiden, eksistensi umum, angka kematian karena tuberkulosa

6.10 Proporsi penyakit tuberkulosis (TBC) yang terdeteksi dan terobat

dibawah supervisi langsung perawatan jangka pendek

Tujuan 7: Memastikan kelestarian lingkungan

Indikator

Target 7a: Mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam

kebijakan dan program Negara; serta mengembalikan sumber daya

alam yang hilang

Target 7b: Mengurangi kadar hilangnya keragaman alam dan menurunkan

tingginya kadar kehilangan tersebut secara signifikan pada tahun

2010

7.1 Proporsi dari dataran hutan

7.2 Total emisi CO2, per kapita dan per $1 GDP (PPP)

7.3 Konsumsi bahan perusak ozon

7.4 Proporsi dari jumlah ikan dalam batasan aman lingkup hayati

7.5 Proporsi dari sumber air yang digunakan

7.6 Proporsi dari daratan dan laut yang terlindungi

7.7 Proporsi dari spesies yang terancam punah


Target 7c: Mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak memiliki

akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar

7.8 Proporsi dari populasi yang menggunakan sumber air minum

berkualitas

7.9 Proporsi dari populasi yang menggunakan sarana sanitasi berkualitas

Target 7d: Tercapainya perbaikan yang berarti bagi kualitas hidup untuk

sekurang-kurang 100 juta penduduk yang tinggal di daerah kumuh

pada tahun 2020

7.10 Proporsi dari penduduk kota yang hidup di wilayah kumuh

Tujuan 8: Mengembangkan kemitraan untuk pembangunan

Indikator

Target 8a: Mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka,

berbasis peraturan, dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif.

Termasuk komitmen kepada sistem pemerintahan yang baik dan

bertanggung jawab, pengembangan kesejahteraan dan pengurangan

tingkat kemiskinan pada taraf nasional dan internasional.

Target 8b: Mengatasi persoalan khusus Negara-negara yang paling tertinggal.

Hal ini termasuk akses bebas tariff dan bebas kuota untuk produk

eksport mereka, meningkatkan pembebasan utang untuk negara

berutang besar, penghapusan utang bilateral resmi dan memberikan

ODA yang lebih besar kepada Negara yang berkomitmen

menghapuskan kemiskinan.
Target 8c: Mengatasi kebutuhan khusus di negara-negara daratan dan kepulauan

kecil (melalui Rencana Pelaksanaan Pembangunan Berkesinambungan

untuk Negara kepulauan kecil, dan hasil dari sesi khusus dari Rapat

Umum ke-22)

Target 8d: Menangani hutang negara berkembang melalui upaya nasional maupun

Internasional agar pengelolaan hutang berkesinambungan dalam

jangka panjang.

Beberapa dari indikator dibawah ini dimonitor secara terpisah bagi Negara

paling tertinggal, Afrika, Negara daratan dan Negara kepulauan kecil.

Pembiayaan pembangunan (Official Development Assistance, atau ODA)

8.1 Netto dari ODA, total dan untuk Negara paling tertinggal, sebaga persentasi

dari pendapatan nasional bruto donor OECD/DAC.

8.2 Proporsi dari total bilateral, alokasi sektor dari donor OECD/DAC untuk

pelayanan kesejateraan pokok (pendidikan dasar, perawatan kesehatan pokok,

nutrisi, air bersih dan sanitasi).

8.3 Proporsi dari bantuan bilateral resmi tidak terikat yang diberikan oleh donor

OECD/DAC.

8.4 ODA yang diterima oleh Negara daratan sebagai proporsi dari produk nasional

bruto Negara tersebut.

8.5 ODA yang diterima oleh Negara kepulauan kecil sebagai proporsi dari

pendapatan nasional bruto Negara tersebut.

Akses pasar,
8.6 Proporsi dari total impor Negara maju (dalam nilai dan tidak termasuk barang

senjata) dari negara berkembang dan paling tertinggal yang bebas bea cukai.

8.7 Tarif rata-rata yang dibebankan oleh Negara maju untuk produk pertanian,

tekstil dan pakaian dari Negara berkembang.

8.8 Perkiraan bantuan di bidang pertanian sebagai persentasi dari produk nasional

bruto.

8.9 Proporsi dari ODA yang tersedia untuk membantu pertumbuhan kapasitas

perdagangan.

Pengelolaan hutang.

8.10 Jumlah Negara yang telah melaksanakan butir keputusan dan memenuhi

komitmen HIPC (secara kumulatif).

8.11 Keringanan hutang sebagai tertuang dalam inisiatif HIPC dan MDRI.

8.12 Pelayanan hutang sebagai persentasi dari barang dan jasa ekspor.

Target 8e: Bekerjasama dengan Perusahaan Farmasi, memberikan akses untuk

penyediaan obat-obatan penting dengan harga terjangkau di negara berkembang.

8.13 Proporsi dari populasi yang memiliki akses kepada obat-obatan esensial

dengan harga terjangkau secara berkelanjutan.

Target 8f: Bekerjasama dengan swasta untuk memanfaatkan teknologi baru,

terutama di bidang informasi dan komunikasi.

8.14 Sambungan telepon per 100 penduduk.

8.15 Pelanggan selular per 100 penduduk.

8.16 Pengguna Interner per 100 penduduk.


Strategi untuk Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs)

UNDP mendukung strategi pembangunan nasional berbasis MDG

Sistem PBB membantu negara-negara meningkatkan kapasitas mereka

untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development

Goals (MDGs). Untuk mendukung usaha ini, UNDP dan Proyek Milenium telah

merancang sebuah paket layanan yang komprehensif untuk mendukung strategi

pembangunan nasional berbasis MDG. Layanan ini terfokus pada 3 pilar:

- Diagnosis dan perencanaan investasi berbasis MDG (bantuan teknis

dan keuangan yang diperlukan untuk mencapai MDGs dalam jangka

panjang)

- Memperluas pilihan kebijakan ( reformasi kebijakan sektoral dan lintas

sektoral dan kerangka kerja yang dibutuhkan untuk mempercepat

pemerataan pertumbuhan dan mempromosikan pengembangan daya

manusia dalam jangka panjang); dan

- Memperkuat kapasitas nasional ( memungkinkan layanan efektif pada

tingkat nasional dan lokal)

Proyek Milenium

Proyek Milennium dikomisikan oleh Sekjen PBB pada 2002, bertujuan

untuk mengusulkan strategi terbaik untuk mencapai MDGs dan mengembangkan

rencana kerja yang nyata agar dunia dapat membalikkan masalah kemiskinan,

kelaparan, dan penyakit yang dihadapi oleh milyaran orang. Dipimpin oleh

Profesor Jeffrey Sachs, Proyek Milenium merupakan badan penasehat independen


dan mempresentasikan rekomendasi akhirnya, Investasi bagi Pembangunan:

Sebuah Rencana Praktis untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Milenium kepada

Sekretaris Jenderal pada January 2005.

Sebagian besar kinerja dari Proyek ini telah dilakukan oleh 10 divisi

tematis dengan jumlah total lebih dari 250 ahli dari seluruh dunia yang meliputi:

peneliti dan ilmuwan; pembuat kebijakan; perwakilan dari LSM, badan-badan

PBB, bank dunia, IMF dan sektor swasta. Sejak pembentukannya, divisi-divisi

tersebut telah melakukan penelitian ekstensif sesuai dengan bidang keahliannya

untuk menghasilkan rekomendasi untuk mencapai Tujuan Pembangunan

Milenium. Kinerja yang berkelanjutan dari Proyek ini dipimpin oleh seorang

sekretariat yang berkedudukan di markas UNDP di New York.

Kemitraan

Kemitraan sangat penting untuk kinerja UNDP dan untuk mencapai

MDGs. MDG yang kedelapan, “Membangun kemitraan global untuk

pembangunan,” secara eksplisit meminta kemitraan, yang penting pada semua

tingkat – lokal, nasional dan global-untuk pencapaian tujuh MDG yang lain dan

nilai-nilai dan tindakan yang ditetapkan oleh Deklarasi Milenium (Millenium

Declaration).

Mitra UNDP mencakup pemerintah, badan-badan PBB lainnya, institusi

keuangan internasional, badan-badan bilateral, sektor swasta dan masyarakat sipil.

Lintas negara dan daerah, UNDP sebagai jaringan pengembangan global PBB

menggunakan keberadaan globalnya untuk menyatukan mitra-mitra dari berbagai


latar belakang untuk berbagi keahlian, memulai usaha bersama dan

mengembangkan solusi jangka panjang.

Keberadaan indikator-indikator pencapaian di atas dibuat untuk

memudahkan tujuan dan fokus pembangunan negara-negara di dunia. Dalam hal

ini MDGs diharapkan mampu memwujudkan kesejahteraan yang merata di

seluruh dunia dengan menjadikan pencapaian-pencapaian yang berhasil di raih

oleh negara maju (yang juga turut menyepakati MDGs) sebagai bahan untuk

memacu semangat negara-negara berkembang untuk meraih kesejahteraan untuk

rakyatnya. Meskipun hal itu disadari bahwa hal itu tetap tidak mempermudah

perbaikan kesehatan di negara-negara berkembang, mengingat begitu

kompleksnya hal-hal yang melingkupi masalah kesehatan ini.

Perlu disadari bahwa pembangunan di bidang kesehatan yang di dalam

MDGs ini lebih difokuskan pada tiga hal yakni mengurangi jumlah kematian

anak, meningkatkan kualitas kesehatan ibu hamil, serta upaya memerangi HIV/

AIDS, malaria dan penyakit-penyakit lainnya. Kemudian dalam upaya pencapaian

target-terget ini peran pemerintah, kondisi politik, kondisi ekonomi dan bahkan

kondisi sosial masyarakat sangat mempengaruhi kemajuan dalam pembangunan

ini. Secara umum dapat dijabarkan beberapa hubungan sebagai berikut:

a. Peran aktif pemerintah merupakan muara paling utama dalam membuat

targetan-targetan yang ada berhasil dicapai. Karena dengan peran

pemerintah, maka upaya yang dilakukan bisa lebih maksimal karena

didukung oleh sarana, prasaran serta kebijakan yang lebih mendukung


dalam setiap langkah-langkah untuk mencapai targetan pembangunan

kesehatan.

b. Kondisi politik ketika membahas masalah kesehatan tidak berarti kondisi

politik dalam negara tidak ada hubungannya. Kehadiran sumber daya

manusia yang berkompetensi dalam membuat kebijakan menyangkut

peningkatakan kualitas kesehatan masyarakat jelas akan lebih membantu

terwujudnya pembangunan di bidang kesehatan yang lebih cepat. Selain

itu dengan memiliki pemimpin yang bermental korup, maka upaya

peningkatan kualitas kesehatan masyarakat akan kiat terhambat karena

setiap kebijakan ataupun tindakan dalam membangun kesehatan

masyarakat dananya akan dipangkas demi mempertebal kantong para elit

yang korup ini.

c. Kondisi ekonomi negara jelas memiliki pengaruh yang dominan dalam hal

ini karena setiap tindakan yang diambil untuk memenuhi target-target

pembangunan yang ada jelas akan membutuhkan dana.

d. Selain itu kondisi sosial masyarakat pun cukup mempengaruhi dalam

melakukan pembangunan di bidang kesehatan. Hal ini paling tercerminkan

di wilayah Afrika dimana kehidupan masyarakat di Afrika boleh dikatakan

masih terbelakang dimana banyak tindakan-tindakan yang lebih berupa

ritual adat yang dapat dikatakan rentan bagi kesehatan masyarakatnya.

Serta masih kurang pedulinya masyarakat tentang sanitasi yang baik

berupa wc dan lingkungan yang bersih.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan secara umum

Pembahasan kali ini akan dibahas mengenai pencapaian-pencapaian

yang berhasil di raih oleh negara-negara berkembang berdasarkan regionalnya

masing-masing. Dalam hal ini pencapaian yang berhasil diwujudkan

berdasarkan tergetan-targetan ke-4 hingga ke-6. Perbandingan yang dibuat

disini dilakukan dengan tujuan mampu mengambil titik temu dalam hal

menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan kesehatan

masyarakat dunia khususnya di negara-negara berkembang.

1. 1 Tabel perbandingan pencapaian masing-masing regional dalam Targetang

mengurangi jumlah kematian anak. (kematian anak usia dibawah 5 tahun

per 1000 kelahiran)

1990 2005
Afrika Sub-Sahara 185 166
Asia Selatan 126 82
Asia 81 72
Oseania 80 63
Asia Timur 68 55
Asia Tenggara 78 41
Afrika Utara 88 35
Amerika Latin dan 54 31

Karibbean
Asia Barat 48 27
Eropa 27 17
Sumber: UNDP

Berdasarkan tabel ini dapat disimpulkan bahwa sekuruh Negara di dunia

berhasil menggurangi jumlah kematian. Hal ini nampak dalam tabel di atas namun
persentase keberhasilan masing-masing regional berbeda dan regional yang paling

mewujudkan pencapaian paling besar adalah Amerika Latin dan Karibbean.

1.2 Tabel Tabel perbandingan pencapaian masing-masing regional dalam

Targetan meningkatkan pelayanan terhadap ibu hamil. (Proporsisi kelahiran

yang ditangani oleh paramedic berupa persentase)

1990 2005
Afrika Sub-Sahara 42 45
Asia Selatan 30 38
Asia Timur 60 66
Asia Tenggara 38 68
Afrika Utara 40 75
Amerika Latin dan 72 89

Karibbean
Asia Barat 51 83
Sumber: UNDP

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa seluruh regional berhasil

meningkatkan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil sehingga

menyelamatkan banyak ibu dari ambang kematian seperti yang selama ini

terjadi. Menurut data yang berhasil dihimpun oleh UNDP bahwa di

wilayah Afrika dan Asia penyebab kematian terbanyak pada ibu

melahirkan adalah pendarahan saat melahirkan. Sedangkan di wilayah

Amerika Latin penyebab kematian sebagian besar ibu melahirkan adalah

penyakit hipertensi yang dialami sang ibu.

1.3 Tabel pencapaian masing-masing regional dalam upaya mengurangi

jumlah wanita di atas 15 tahun yang menderita HIV/AIDS ( % )


1990 2002 2006
Afrika Sub-Sahara 54 58 59
Asia Selatan 21 27 28
Asia Timur < 0,1 16 20
Asia Tenggara 13 33 33
Afrika Utara < 0,1 18 23
Amerika Latin dan
26 32 33
Karibbean
Asia Barat 15 22 28
Sumber : UNDP

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatahui tentang betapa gagal

Negara-negara di dunia dalam memberantas HIV. Jumlah kematian akibat

HIV pun terus meningkat di seluruh belahan dunia meski ada beberapa

Negara yang berhasil mencegah meningkatnya jumlah penderita. Seperti

yang terjadi di regional Asia Tenggara.

B. Pembahasan secara khusus

Berdasarkan data-data di atas yang dapat dikatakan sebagai salah satu

regional yang secara rata-rata mampu berhasil meningkatkan kualitas

kesehatan masyarakatnya pada tiga targetan yang ada adalah regional Asia

Tenggara. Membahas pencapaian-pencapaian yang berhasil diraih oleh

Negara-negara di regional Asia Tenggara ada baiknya jika dihubungkan

dengan aspek-aspek yang mempengaruhi upaya pembangunan di bidang

kesehatan ini.

a. Peran aktif pemerintah

Ketika melihat mengenai peran aktif pemerintah secara regional maka

akan terlihat upaya pemerintah yang terus meningkatkan kerjasama


dibidang kesehatan. Mulai dari pertemuan para ahli hingga

mengupayakan bersama memberantas HIV meski ternyata belum

mampu mengurangi jumlah penderita HIV. Selain itu munculnya

Deklarasi Vientien yang dilakukan di Laos pada tahun 2002 yang

menyangkut “ASEAN SEHAT 2020” dimana usaha penguatan

kesehatan akan dilakukan dengan lebih serius lagi.

Jika mengingat indikator target mengurangi angka kematian ibu hinga

75% peran pemerintah dalam hal membuat regulasi atau peraturan

sudah cukup mampu mengurangi angka mortalitas ibu. Hal ini

dilakukan dengan membatasi usia nikah seperti membuat aturan bahwa

wanita yang boleh menikah adalah yang berusia minimal 20 tahun. Hal

ini juga jelas akan ikut mengurangi jumlah kematian bayi akibat

masalah persalinan.

b. Kondisi Politik

Kondisi politik Negara-negara di wilayah Asia Tenggara pada

dasarnya dapat digolongkan sebagai hambatan yang cukup bererti bagi

peningkatan kualitas kesehatan masyarakatnya. Hal ini nampak dari

kondisi Negara Asia Tenggara yang masih banyak terlibat konflik baik

konflik internal maupun regional yang membutuhkan perhatian dan

dana dari pemerintah.

Selain itu jika melihat daftar Negara Asia terkorup

mendudukkan sejumlah Negara-negara Asia tenggara sebagai Negara

terkorup. Diantaranya adalah Indonesia, Thailand, Kamboja, Vietnam,


Filipina, Malaysia, Singapura. Data ini berasal dari sebuah perusahaan

konsultan yang bermarkas di Hongkong yang bernama Political and

Economic Risk Consultancy (PERC).

Hal ini jelas menyebabkan sokongan dana yang harusnya bisa

dialirkan ke kesehatan malah masuk ke kantong-kantong para pejabat

yang korup. Sebuah kesadaran akan pentingnya pemimpin yang adil,

bersih dan berkualitas masih sangat minim di Negara-negara Asia

Tenggara. Data di atas ternyata mampu membuka kenyataan tentang

betapa di Negara-Negara Asia Tenggara, kepentingan rakyat tidak

menjadi prioritas utama seperti yang seharusnya terjadi.

c. Kondisi ekonomi

Menilik ke kondisi ekonomi, Negara-negara Asia Tenggara memiliki

kondisi ekonomi yang bervariasi. Berdasarkan data IMF, pertumbuhan

ekonomi ASEAN 2009 hanya mencapai 4,2%. Meskipun pada tahun

2008 diperkirakan perekonomian ASEAN tumbuh 5,4%. Penurunan

pertumbuhan perekonomian ini jelas mempengaruhi aliran dana yang

bisa dikucurkan pemerintah untuk biaya kesehatan

d. Kondisi Sosial Masyarakat

Usaha pembangunan kesehatan memiliki kendala tersebdiri di wilayah

Asia Tenggara mengingat masih adanya kehidupan masyarakat yang

mengabaikan sanitasi yang baik. Hal ini nampak pada kehidupan

masyarakat di wilayah pedesaan yang ada di Indonesia. Selain itu,

kondisi inipun terjadi di wilayah lain seperti di Thailand, Laos, dan


Myanmar. Sikap ketidakpedulian ini nampak di beberapa masyarakat

pinggir laut yang masih memilih membuang hajat di laut meskipun

sudah disediakan WC umum di lingkungannya.

Angka kematian ibu yang melahirkan dapat dikatakan

dipengaruhi juga oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam

merencanakan usia mereka ketika melahirkan, seperti masih

banyaknya wanita usia belasan tahun yang harus menghadapi resiko

kelahiran dan melahirkan. Hal ini tidak hanya terjadi karena seks bebas

melainkan juga masih adanya kelompok masyarakat yang lebih

menyukai menikahkan anaknya di usia muda.


BAB V

PENUTUP

Berdasarkan data yang dihimpun UNDP hingga pada tahun 2006 targetan

MDGs pada poin peningkatan kesehatan ibu dan upaya mengurangi jumlah

kematian anak, seluruh Negara berkembang berhasil memperoleh kemajuan yang

berarti. Namun dalam hal upaya memerangi HIV/AIDS seluruh Negara di dunia

mengalami kegagalan. Hingga saat ini masalah HIV masih terus menjadi masalah

yang belum terpecahkan, bahkan oleh Negara-negara berkembang.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembangunan kesehatan, yaitu :

- peranan pemerintah,

- kondisi politik Negara bersangkutan

- kondisi ekonomi

- keadaan sosial masyarakat


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai