Anda di halaman 1dari 20

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PASAL 1
STANDAR YANG BERLAKU

Semua pekerjaan dalam Syarat-syarat ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI,
dan Standar Industri Indonesia (SII) dan peraturan-peratuiran setempat lainnya yang
berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :

SKSNI T-15-1991-03

BUKU STANDAR BETON 1991

SKSNI S-05-1990-F

UKURAN KAYU BANGUNAN

1253-1989-A

CAT EMULSI

SP 74 : 1977

CAT TENTANG BESI DAN TENTANG KAYU

SNI 2407

TATA CARA PENGECATAN KAYU

SNI 1729

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN BAJA

AVWI

PERATURAN UMUM INSTALASI AIR

1974

PEDOMAN PLUMBING INDONESIA

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut


diatas. maupun standar-standar Nasional lainnya, maka diberlakukan standar-standar
internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya
berlaku standar-standar Persyaratan Teknis dan Negara-negara asal bahan/pekerjaan
yang bersangkutan.

PASAL 2
LOKASI PEKERJAAN

Lokasi Pekerjaan ini berada di Kelurahan Cibeber RW 10, Kecamatan Cimahi Selatan Kota
Cimahi.

PASAL 3
JENIS DAN MUTU BAHAN

3.1. Semua Bahan yang dipakai harus berkualitas baik


3.2. Semen yang digunakan adalah Portland cement (PC) tipe 1 dalam kualitas baik, dalam
artian belum membeku atau mengeras
3.3. Bahan batu dipakai batu kali atau batu gunung ukuran 10-20cm, terdiri dari batu keras
dengan permukaan keras tanpa cacat dan retak terbebas dari kotoran lumpur.
3.4. Bahan pasir harus dari butiran alami yang keras dan kandungan lempung atau bahan
lolos saringan No. 200 tidak boleh melebihi dari 6% dari berat pasir
3.5. Agregat keras/krikil adalah krikil alam dengan butiran yang keras dan bergradasi
menerus dengan diameter maksimum 3cm, butirannya harus bersih dengan
kandungan lumpur maksimum 1% .
3.6. Bahan air harus bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti lumpur, asam dan
unsur organik.

PASAL 4
PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN

Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Direksi atau
Konsultan Pengawas. Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu
disampaikan kepada Direksi atau Konsultan Pengawas dan dalam jangka waktu yang
cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu mengadakan penelitian dan pengujian
terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.

PASAL 5
PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN

Bila Pemborong tidak berada ditempat pekerjaan dimana Direksi atau Konsultan
Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk-petunjuknya, maka petunjuk-

petunjuk harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk
untuk itu oleh Pemborong.

PASAL 6
ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI

6.1. Administrasi
1. Pelaksana wajib menyediakan buku direks dan buku tamu.
2. Membuat request sheet untuk menerima persetujuan direksi/Pengawas tentang
kesiapan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
3. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan harian pekerjaan.
4. Bila pelaksanaan pekerjaan berlangsung ditemui hal-hal yang melibatkan
perubahan kontrak (addendum) dalam variasi volume pekerjaan, maka
pelaksana wajib membuat perhitungan tambah/kurang dengan memperoleh
persetujuan dari pihak pemilik kegiatan dan hasil perhitungan terlebih dahulu
harus diperiksa oleh konsultan pengawas.
6.2. Dokumentasi
Pelaksana wajib mengambil rekaman pekerjaan pada kondisi 0% (Nol Persen), 50%
(lima puluh persen, dan 100% (Seratus Persen)

PASAL 7
PENGUKURAN

Pemborong harus memulai pekerjaan pengukuran dari garis-garis dasar yang telah
disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas
pengukuran pengukuran yang dibuatnya.
Pemborong harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, termasuk
juru-juru ukur (Surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran untuk setiap
bagian pekerjaan yang memerlukannya.
Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan lantai bangunan induk,
seperti yang dinyatakan dalam gambar, dan selanjutnya menurut petunjuk Pelaksana,
Tinggi lantai ini harus disesuaikan dengan tinggi lantai saluran yang telah ada/selesai
3

dibangun, sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk pula pekerjaan pengurugan tanah.

PASAL 8
PAPAN NAMA KEGIATAN

Pelaksana harus memasang papan nama kegiatan pada lokasi kegiatan dengan ukuran
120x80 cm2 sebagai papan nama pemberitahuan yang berisikan informasi, Pekerjaan
yang dilaksanakan, Pembiayaan, Janga waktu pelaksanaan, Nama konsultan pengawas,
Dan Nama Kontraktor pelaksana. Papan nama kegiatan ini dipasang sebelum pelaksanaan
pekerjaan dimulai dan seluruh beban yang timbul menjadi beban dan kewajiban
pelaksana.

PASAL 9
PEKERJAAN BONGKARAN

9.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan Bongkaran Ini meliputi jika terdapat lokasi yang harus dibongkar
9.2. Pelaksanaan
Sebelum melaksanakan pekerjaan bongkaran, Pemborong harus meminta ijin dulu
kepada Pihak User dan dalam hal pelaksanaannya hal-hal yang perlu diperhatikan
antara lain :
1. Memperhatikan faktor keselamatan dan lingkungan kerja.
2. Bekas bongkaran yang masih dapat dipergunakan disimpan dan diamankan
sesuai petunjuk dari User.
3. Berangkal/puing-puing bekas bongkaran harus dibuang ke luar site
4. Teknik pelaksanaan pembongkaran sedemikian rupa dengan memperhatikan
urutan pelaksanaan.
5. Dalam pelaksanaan pembongkaran, adanya kerusakan diluar lingkup pekerjaan
yang ada di RAB, karena diakibatkan oleh kelalaian/kecerobohan Pemborong
maka kerusakan tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.

PASAL 10
PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI

10.1 Lingkup Pekerjaan


Termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan galian tanah sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan, menjaga terhadap kemungkinan terjadinya longsoran
sehingga mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya sampai pengurugan
kembali hingga padat.
10.2 Pembersihan
Pemborong harus membersihkan dan menyingkirkan semua puing-puing bekas
bongkaran di dalam daerah pekerjaan.
10.3 Penggalian dan Penimbunan Kembali
1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali,
termasuk pengupasan dan penimbunan kembali lapisan tanah atas (Top Soil)
serta pekerjaan- pekerjaan yang berhubungan dengan itu, yang disesuaikan
dengan gambar-gambar.
2. Pelaksanaan
a. Penggalian
Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan
kedalaman yang perlu untuk dasar bangunan yang dipersyaratkan atau
diperlihatkan pada gambar- gambar.
Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu-batu dan bahan lain yang
dijumpai dalam pekerjaannya. Jika

ternyata

memuaskan

yang diperlihatkan dalam gambar-gambar

pada

kedalaman

dijumpai

kondisi

yang

tak

maka penggalian harus diperdalam, diperbesar atau diubah sampai disetujui


Konsultan Pengawas, untuk mana pekerjaan ini akan dimulai sebagai pekerjaan
tambah kurang.
Jika terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga
dicapai kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar atau yang
dapat disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, maka kelebihan diatas
harus ditimbun kembali dengan pasir yang dipadatkan tanpa pembebanan biaya
5

tambahan kepada pemilik.


Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai/membentuk permukaan tanah
rencana maka Pemborong harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada
pekerjaan galian tersebut tidak merusak/mengganggu bangunan atau konstruksi
yang sudah ada.
b. Penimbunan
Penimbunan dan Penimbunan kembali harus dilaksanakan didaerah-daerah
ataupun bagian-bagian pekerjaan, serta mengikuti ukuran-ukuran ketinggian.
kemiringan- kemiringan dan bentuk-bentuk seperti yang ditunjukkan dalam
gambar-gambar.Penimbunan harus dilaksanakan dalam bentuk-bentuk lapisanlapisan dengan ketebalan maksimum 20 cm. Padatkan sesuai dengan Instruksi
Direksi atau Konsultan Pengawas. Penimbunan dan timbun kembali, kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, harus dari bahan galian pekerjaan ini.
Bahan timbunan harus bebas dari kotoran-kotoran, tumbuh-tumbuhan, batubatuan atau bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.
c. Perlindungan Terhadap Air
Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus dengan semua cara yang
disetujui Direksi atau Konsultan Pengawas, menjamin agar tidak terjadi
genangan-genangan air yang dapat mengganggu atau merusak semua pekerjaan
galian atau urugan.
d. Penghamparan dan Pernadatan
Tanah harus dihamparkan dalam lapisan-lapisan setebal tidak lebih dari 20 cm
gembur, agar dapat mengatur kepadatan yang merata untuk seluruh
ketebalannya. Tanah urugan harus dibasahi secukupnya (sebelum dipadatkan)
untuk mencapai kepadatan yang dipersyaratkan.
10.4 Permukaan Tanah
Sebelum memulai suatu penggalian, Pemborong harus memeriksa permukaan
tanah, baik setempat maupun garis transisi yang tertera dalam kontrak adalah
betul. Jika tidak sesuai Pelaksana harus memberitahu secara tertulis kepada
Pemberi Tugas/Pengawas, jika tidak maka tuntutan mengenai ketidaksamaan
permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan.

10.5 Tinggi Pendugaan (Peil)


Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan lantai bangunan
induk, seperti yang dinyatakan dalam gambar, dan selanjutnya menurut petunjuk
Pelaksana. Tinggi lantai ini harus disesuaikan dengan tinggi lantai gedung yang
telah ada/selesai dibangun, sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk pula pekerjaan
pengurugan tanah.

PASAL 11
PEKERJAAN BETON

11.1. Ketentuan Umum


1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis dan syarat-syarat
pelaksanaan beton

secara

umum

menjadi

kesatuan

dalam

bagian

buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan
teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan referensi di bawah
ini:
a. Peraturan Beton SKSNI 1991
b. Peraturan pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 c. American Society of
Testing Materials (ASTM)
c. Standar Industri Indonesia ( SII)
2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di atas
maka peraturan-peraturan Indonesia yang menentukan.
3. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan
kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan
instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Direksi atau Konsultan Pengawas,
semua pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar dan
diganti atas biaya pemborong sendiri.
4. Semua

material

harus

baru

dengan

kualitas

yang

terbaik

sesuai

persyaratan dan disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas. Direksi atau
Konsultan Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan
tersebut dan pemborong bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua
material yang tidak disetujui oleh Direksi atau Konsultan Pengawas harus
7

segera dikeluarkan dari proyek /site dalam waktu 3 x 24 jam.


11.2. Lingkup Pekerjaan
1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
beton sesuai dengan gambar rencana termasuk pengadaan bahan, upah,
pengujian dan peralatan pembantu.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagianbagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.
11.3. Bahan Bahan
1. Semen:
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis portland Cement sesuai
dengan persyaratan NI-2 Bab 3 Standar Indonesia NI-8 /1964, SH 0013-81
atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk / pabrik.
b. Pemborong harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan
tipe, kualitas dari semen yang digunakan "manufacture's test certificate
"yang menyatakan memenuhi persyaratan tersebut dalam huruf "a" di atas.
c. Pemborong harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik
untuk mencegah terjadinya kerusakan, dan tidak boleh ditaruh langsung di
atas tanah tanpa alas kayu.
d. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau
kena air/lembab tidak diizinkan untuk digunakan dan harus segera
dikeluarkan dan proyek dalam batas 3 x 24 jam.
e. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
2. Agregat Kasar:
a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan
spesifikasi sesuai menurut SNI-2 pasal 3, 4, 5 bab III dan serta mempunyai
ukuran terbesar 2,5 cm.
b. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan
berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh
melebihi 20 % dari volume dan tidak boleh mengalami pembekuan hingga
melebihi 50 % kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles (L A).
c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi
yang merusak beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % serta
8

mempunyai gradasi seperti berikut:


Saringan

Ukuran

% Lewat Saringan

3/8
No.4

25,00 mm
20,00 mm
95,00 mm
4,76 mm

100
90 - 100
20 55
01

Hasil crushing test dari laboratorium yang berwenang terhadap kubuskubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada
direksi atau konsultan pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
3. Agregat Halus :
a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin
pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali
dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak
beton atau S NI - 2 pasal 3 bab 3, sebagai referensi, boleh digunakan pasir
Cimangkok Sukabumi atau Ciapus Bogor.
b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dan
partikel- partikel yang tajam dan keras mempunyai gradasi seperti tabel
berikut:
Saringan

Ukuran

% Lewat Saringan

3/8
No. 4
No. 8
No. 16
No. 30
No. 50
No. 100
No. 200

9,5 mm
4,76 mm
2,39 mm
1,19 mm
0,19 mm
0,297 mm
0,149 mm
0,074 mm

100
90 100
80 100
50 85
25 65
10 30
5 10
05

4. Air :
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau
garam serta zat-zat yang dapat memsak beton baja bertulang. Dalam hal ini
sebaiknya digunakan air bersih yang dapat diminum. atau seperti SNI - 2 pasal 6
Bab 3.

5. Tulangan :
a. Baja tulangan yang digunakan adalah Besi Wiremesh M10 dengan jarak
antara tulangan 150 mm
b. Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara
langsung dan penimbunan baja tulangan diudara terbuka harus dihindari.
c. Kawat ikat berukuran. minimal 1 mm.
d. Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya harus ditimbun pada
tempat terpisah dan diberi tanda yang jelas.
6. Bahan pencampur:
a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak dijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari Direksi atau Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
a. Apabila akan digunakan bahan pencampur, pemborong harus mengadakan
percobaani-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan
bahan pencampur (admixture) tersebut.
7. Cetakan Beton:
Dapat menggunakan kayu kelas II dengan ketebalan minimal 3 cm, atau
multiplek tebal minimal 12 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi
ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam SKSNI jarak rangka kayu harus
disetujui Direksi atau Konsultan Pengawas.
11.4. Mutu Beton
1. Mutu beton untuk Konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan
kekuatan tekan karakteristik sebagai berikut:
Mutu beton
Jenis Pekerjaan
K 150
Lantai Kerja
K 225
Semua struktur beton & plat beton
2. Slump (kekentalan beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan SKSNI
adalah sebagai berikut:
Slump

Jenis Konstruksi

maks. (cm)
Pelat & Dinding Pondasi Telapak
Pelat, Balok & Dinding, Kolom
Kaison & Konstruksi bawah tanah
Pelat diatas tanah/pergeseran jalan

12,5
15,0
9,0
7,5

10

Slump
min.

(cm)

5,0
7,5
2,5
5,0

3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi, maka
harga tersebut diatas dapat dinaikan sebesar 50 % dengan catatan tidak boleh
melebihi 15 cm.
11.5. Percobaan Pendahuluan
1. Pemborong harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari
masing- masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan dari Direksi
atau Konsultan Pengawas.
2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari
material- material harus dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas
dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus menerus oleh seorang
inspektor yang berpengalaman dan bertanggung jawab .
3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Batch Mixer atau
Portable Continuous Mixer). Mesin pengaduk harus betul-betul kosong
sebelum menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci bila
tidak digunakan lebih dari 30 menit.
4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5
menit sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus
ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan Direksi atau
Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan
hasil adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang
dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan
5. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan.
Air habis dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki.
11.6. Persiapan Pengecoran
1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagianbagian yang akan ditanam dalam beton harus sudah terpasang (pipa-pipa untuk
11

instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).


2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton
harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang
dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar
terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan
spesi mortar dengan susunan yang sama seperti adukan beton dan air harus
dibuang dari semua bagian-bagian yang akan dicor.
4. Pemborong harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi atau Konsultan Pengawas.
5. Apabila pengecoran tidak memakai bekisting kayu maka dasar permukaan yang
akan dicat harus diberi beton dengan adukan 1 pc : 3 ps : 5 krk setebal 5 cm.
11.7. Acuan / Cetakan Beton / Bekisting
1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas dan bidang dari hasil
beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk
mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelonggaran dari penyangga
harus menggunakan Multiplex.
2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sehubungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah Horisontal dan Vertikal, terutama untuk permukaan
beton yang tidak di "finish" ( exposed concrete).
3. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya "overstress"
atau perpindahan termpat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani
Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat
sendiri dan beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan.
4. Penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,
kekuatan dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat
beton dituang. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran,
dan diberi "form oil" untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja
12

tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dan dengan tulangan.
5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan terlulis dari Direksi
atau Konsultan Pengawas, atau jika beton telah melampaui waktu sebagai
berikut:
a. Bagian sisi balok

48 jam

b. Balok tanpa beban konstruksi

7 hari

c.

Balok dengan beban konstruksi


21 hari

d.

Plat lantai / atap / tangga

21 hari

6. Dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar


lebih awal apabila basil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama
dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur
28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, tidak
mengurangi atau membebaskan tanggung jawab Pemborong tehadap
kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan.
7. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan
penuh atas struktur-struktur yang dicetak.
8. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana,
Pemborong wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.
9. Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagianbagian konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurugan dilakukan.
10. Untuk permukan beton yang diharuskan exposed, maka pemborong wajib
memfinishnya tanpa pekerjaan tambah.
11.8. Pengangkutan Dan Pengecoran
1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu
antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak
terjadi perbedaan pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan
yang akan dicor.
2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang
ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan
13

(retarder) dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas.


3. Pemborong harus memberitahukan Direksi atau Konsultan Pengawas
selambat- lambatnya 2 (dua) hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti
bahwa Pemborong akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada
semen dan agregat telah melampaui 1,5 jam, dan waktu ini dapat berkurang,
bila Direksi atau Konsultan Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi
tertentu.
5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara
penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan
sebagainya harus mendapat persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas dan
alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang
mengeras.
6. Adukan tidak boloh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m.
Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan
dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami
"initial set" atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi
plastis karena getaran, penggetaran harus bersamaan dengan penuangan
beton.
8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah
harus diberi lantai kerja setebal 5-10 cm, agar menjamin duduknya tulangan
dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah /pasir secara
langsung.
9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara, sedang beton sudah
menjadi keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus
dibersihkan dari lapisan air semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas
sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang padat.
Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat pada tulangan
14

dan cetakan harus dibersihkan.


10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan
pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka
sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali atas persetujuan Direksi atau Konsultan
Pengawas dapat dilaksanakan pada malam haii dengan ketentuan bahwa
sistem penerangan sudali disiapkan dan memenuhi syarat, serta penyiapan
tenda-tenda untuk menjaga terjadi hujan
11.9. Pemadatan Beton
1. Pemborong

bertanggung

jawab

untuk

menyediakan

peralatan

guna

pengangkutan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat


beton yang padat tanpa perlu penggetaran secara berlebih.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan "Mechanical
Vibrator" dan dioperasikan oleh orang yang berpengalaman.
3. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan "Over Vibration"
dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk
mengalirkan beton.
4. Hasil beton harus merupakan masa yang utuh, bebas dari lubang-lubang,
segregasi atau keropos.
5. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat
penggetar yang mempunyai frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin
pengisian beton dan pemadatan yang baik.
6. Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton boleh melebihi 12,5.
7. Jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan vertikal, tetapi dalam
keadaan khusus boleh miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh
digerakkan secara horizontal.
8. Alat penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan-tulangan, terutama
pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta
berjarak minimal 5 cm dari bekisting.
9. Setelah sekitar jarum nampak mengkilap, maka secara perlahan-lahan harus
ditarik, hal ini tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal).
11.10. Penyambungan Konstruksi Dan Dilatasi
1. Rencana atau schedule pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu
15

konstruksi secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak " Construction


joints" (sambungan konstruksi). Dalam keadaan tertentu dan mendesak.
Konsultan Pengawas dapat merubah letak "Construction joints" tersebut .
2. Permukaan " Construction joints" harus bersih dan dibuat kasar dengan
mengupas seluruh permukaan sampai di dapat permukaan beton yang padat.
3. "Construction joints'

harus

diusahakan

berbentuk

garis

miring.

Sedapat mungkin dihindarkan adanya "Construction joints" tegak, kalaupun


diperlukan maka harus dimintakan persetujuan dari Direksi atau Konsultan
Pengawas. Bila "Construction joints" tegak diperlukan, maka tulangan harus
menonjol sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu struktur yang monolit.
4. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan
diberi lapisan "grout" segera sebelum beton dituang.
5. Untuk penyambungan beton lama dan baru, harus menggunakan.bahan
additive "Bonding Agent" (lem beton) yang disetujui Direksi atau konsultan
pengawas.
6. Dilatasi antar kolom atau balok menggunakan Styrofoam dan Sealant.
11.11. BAJA TULANGAN
1. Semua baja tulangan yang dipakai adalah tulangan besi polos, tulangan besi
ulir harus bersih dari segala macam kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain
yang akan
2. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan
harus sesuai dengan persyaratan dalam SKSNI T 15-1991
3. Selimut beton harus mempunyai ketebalan minimal sebagai berikut:
Bagian Konstruksi
Tebal Selimut Beton (cm)
Bagian-bagian pada Mini STP
5,0
Balok praktis
2,5
Kolom praktis
2,5
Sloof dan Pondasi
3
11.12. BENDA - BENDA YANG TERTANAM DALAM BETON
1. Semua angkur, baut pipa dan benda-benda lain yang diperlukan tertanam
dalam beton, harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum pengecoran.
2. Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat dan
kotoran- kotoran lain pada saat pengecoran.

16

3. Sebelum dilakukan pengecoran pipa-pipa harus sudah diuji dengan baik, baru
boleh dicor.
11.13. Penyelesaian Beton
1. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada
bagian- bagian yang membekas pada permukaan. Ujung-ujung atau sudut-sudut
harus berbentuk penuh dan tajam.
2. Bagian-bagian yang

rapuh,

kasar,

berlubang, dan

tidak

memenuhi

persyaratan harus segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya


kembali dengan adukan beton yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya
untuk kemudian diratakan. Bila diperlukan, seluruh permukaan beton
dihaluskan dengan ampelas, carborondum atau gurinda.
3. Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi
kerataan pada permukaan lantai tidak boleh melampaui 1cm dalam jarak 10 m.
Tidak dibenarkan untuk menaburkan semen kering pada permukaan beton
dengan maksud menyerap kelebihan air.
4. Apabila pengecoran dilakukan dengan ready mix harus ditunjukkan pesanannya
yang menunjukkan kekuatan tekan karakteristik beton
11.14. Perawatan Dan Perlindungan Beton
1. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui

oleh Direksi atau Konsultan Pengawas. Setelah pengecoran selesai, permukaan


beton yang tidak tertutup oleh cetakan harus tetap dijaga kelembabannya
dengan jalan membasahi secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari.
2. Permukaan-permukaan beton yang dibongkar cetakannya sedang masa

perawatan beton belum dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti


tersebut pada ayat (1) tidak boleh tertindih barang atau terinjak langsung pada
permukaan beton.
3. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar,

selama masa perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi


keretakan dan terjadinya celah-celah pada sambungan.
4. Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak disebut di atas,

harus sesuai standar.

17

11.15. Pengujian Beton


1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam SKSNI dan

minimum memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam ayat berikut.


2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian, yang dikerjakan dalam

satu hari dengan volume sampai sejumlah 5 m3, atau 2 benda uji.
3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji berbentuk kubus 15

x 15 x 15 cm. Satu benda uji akan dites pada umur 28 hari dan hasilnya segera
dilaporkan kepada Direksi atau Konsultan Pengawas, sedangkan 3 (tiga) benda
uji lainnya hasil rata-rata dan ketiga spesimen tersebut. Batas kekuatan beton
rata-rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik 225 kg/cm2 untuk
mutu beton K 225, tidak boleh ada satu benda uji yang hasil tesnya lebih kecil
dari =160 kg/cm2.
4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi ditinggal di

lapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan keadaan


sebenamya.
5. Kubus-kubus yang baru dicetak disimpan pada tempat yang bebas getaran dan

ditutup dengan karung basah selama 24 jam.


11.16. Suhu / Temperatur
1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh lebih dari 32 derajat Celsius. Bila

suhu dari beton yang ditaruh berada antara 27 derajat dan 32 derajat Celsius,
maka beton harus diaduk ditempat pekerjaan dan langsung dicor.
2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat mengakibatkan

suhu beton melebihi dari 32 derajat Celsius, maka pemborong harus


mengambil langkah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat
atau mengecor pada waktu malam hari.
11.17. Perizinan
1. Pemborong harus memberitahukan pada Direksi atau Konsultan Pengawas

minimal 1 minggu sebelum pengecoran dimulai.


2. Pengecoran boleh dilaksanakan apabila sudah ada Berita Acara Pengecoran dan

izin tertulis dari Direksi atau Konsultan Pengawas.

18

PASAL 12
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI/PEKERJAAN LANTAI KERJA

12.1. Lingkup Pekerjaan


1. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjaan
ini sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan yang baik.
2. Pekerjaan lantai kerja ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan
12.2. Persyaratan Bahan
Bahan-bahan

yang

dipakai,

sebelum

dipasang

terlebih

dahulu

harus

diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi atau Konsultan Pengawas untuk


disetujui.
12.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan dipasang lantai
kerja harus dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat
sehingga diperoleh daya dukung tanah yang maksimum, pemadatan
dipergunakan alat timbris.
2. Untuk pasangan di atas pelat beton, pelat beton diberi lapisan dengan mutu k150 dan diberi pasir setebal minimum 5 - 10 cm dengan memperhatikan
kemiringan lantai, terutama di daerah basah.
3. Lantai kerja beton tumbuk di atas lantai dasar permukaannya harus dibuat
benar- benar rata, dengan memperhatikan kemiringan lantai di daerah basah.

PASAL 13
PEMASANGAN GRILL

13.1. Lingkup Pekerjaan


1. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjaan
ini sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan yang baik.
2. Pekerjaan Pemasangan Grill untuk penutup saluran terbuka meliputi seluruh
19

detail yang disebutkan/ditunjukkan


13.2. Persyaratan Bahan
Bahan Yang diperlukan untuk pemasangan Grill ini Baja chanal c ukuran yang sesuai
dengan yang telah ditentukan dalam gambar rencana
13.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Pasangan Besi Chanal dipasang sesuai gambar dan melihat kondisi di lapangan.
2. Direkomendasikan besi tersebut tinggal pasang di lokasi (pabrikasi)
3. Untuk pasangan besi chanal ini yang langsung diletakan di atas dinding beton.

PASAL 14
PEMBERSIHAN AKHIR/FINISHING

Pada Akhir Pekerjaan Seluruh Permukaan Pasangan Batu dan Sebagainya harus bersih
dari sisa-sisa semen dan kotoran lainnya. Gundukan-gundukan tanah bekas galian
harus diratakan serta bahan-bahan yang tidak terpakai lagi harus diangkut keluar dari
lokasi pekerjaan. Bila ada bagian-bagian pekerjaan yang oleh suatu hal menyebabkan
kecacatan pada bagian pekerjaan tersebut belum memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan, maka pelaksana wajib melakukan perbaikan-perbaikan terhadap bagianbagian pekerjaan tersebut.

20

Anda mungkin juga menyukai