Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG
Lebih dari 80% penderita trauma yang datang ke rumah sakit selalu disertai
cedera kepala. Sebagaian besar penderita trauma kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas,berupa tabrakan sepeda motor,mobil,sepeda dan penyeberang jalan yang ditabrak.
Sisanya disebabkan oleh jatuh dari ketinggian,tertimpa benda (ranting pohon,kayu,dll),
olahraga, korban kekerasan (misalnya: senjata api,golok,parang,batang kayu,palu,dll).
Kontribusi paling banyak terhadap trauma kepala serius adalah ada kecelakaan
sepeda motor,dan sebagian besar diantaranya tidak menggunakan helm atau
menggunakan helm yang tidak memadai (>85%). Dalam hal ini dimaksud dengan tidak
memadai adalah helm yang terlalu tipis dan penggunaan helm tanpa ikatan yang
memadai,sehingga saat penderita terjatuh,helm sudah terlepas sebelum kepala membentur
lantai.
1. 2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat diambil dan
akan dibahas dalam makalah ini adalah :
a. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan trauma kepala?
b. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan syok hipovolemik?
1. 3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan
trauma kepala.
b. Untuk memahami mengenai asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan
syok hipovolemik.

BAB II
PEMBAHASAN
1

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA KEPALA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


SISTEM SARAF :
1. Merupakan komunikasi antara berbagai bagian tubuh.
2. Merupakan mekanisme dimana semua jenis sensai diterima dari lingkungan, jaringan
dan organ tubuh itu sendiri.
3. Bertanggung jawab menginterpretasi sensasi yang sudah tersimpan dalam memori.
4. Merupakan sistem dimana aksi dibawa melalui impuls ke bagian lain sistem saraf dan
organ tubuh.
SISTEM SARAF PUSAT
OTAK
Otak yang sudah berkembang penuh merupakan organ besar yang terletak di daam
rongga tengkorak. Pada perkembangab awal, otak dibagi menjadi 3 bagian, yaitu otak depan,
otak tengah dan otak belakang.
Otak depan merupakan bagian terbesar dan disebut serebrum yang dibagi dalam dua
hemisfer, yaitu hemisfer kiri dan heisfer kanan oleh fisura longitudinal. Lapisan luar
serebrum disebut korteks serebri dan tersusun atas badan abu-abu (badan sel) yang berlipatlipat yang disebut giri, yang dipisahkan oleh fisura yang disebut sulci.
Otak tengah terletak diatara otak depan dan belakanf. Panjangnya kira-kira2cm dan
terdiri atas dua buah pita seperti tangkai dari bahan putih yang disebut pedunkulus serebri,
yang membawa impuls melewati dan berasal dari otak dan medulla spinalis dan empat
tonjolan kecil yang disebut badan kuadrigeminal, yang berperan dalam refleks penglihatan
dan pendengaran.Badan pineal terletak diantara dua badan kuadrigeminal begaian atas.
Otak belakang terdiri atas tiga bagian:

1. Pons yang terletak diantara otak tengah bagian atas dan medulla oblongata
bagian bawah. Pons mengandung serabut saraf yang membawa impuls ke atas
dank e bawah dan beberapa serabut yang menyatu dengan serebelum.
2. Medulla oblongata terletak diantara pons dibagian atas dan medulla spinalis
dibagian bawah. Struktur ini berisi pusat jantung dan pusat pernapasan dan juga
diketahui sebagai pusat vital yang mengontrol jantung dan pernapasan.
3. Serebelum terletak dibagian bawah lobus oksipital serebrum. Serebelum
dihubungkan dengan otak tengah, pons dan medulla oblongata oleh tiga serabut
pita yang disebut pedunkulus serebri inferior medial dan superior. Serebelum
bertanggung jawab terhadap koordinasi aktivitas otot, control tonus otot dan
upaya mempertahankan postur tubuh. Secara terus menerus, serebelum
menerima impuls sensori tentang derajat ketegangan otot, posisi sendi, dan
informasi dari korteks serebri. Serebelum mengirim informasi ke talamus dan
korteks serebri.
Otak tengah, pons dan medulla memiliki beberapa fungsi yang sama dan secara
keseluruhan sering disebut sebagai batang otak. Area ini juga mengandung nucleus yang
berasal dari saraf kranial.
B. KONSEP DASAR PENYAKIT
Pengertian
Trauma atau cedera kepala juga dikenal sebagai cedera otak adalah gangguan fungsi
normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neurologis
terjadi karena robeknya substansi alba, iskemia dan pengaruh massa karena hemoragik, serta
edema serebral di sekitar jaringan otak (batticaca, 2008).
Cedera kepala dapat berupa benturan ringan sampai kerusakan berat pada
kepala.Istilah cedera kepla mencakup seluruh gangguan dari laserasi minor sampai cedera
otak difus (Muscari, 2001).
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstiio dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak ( Padila, 2012 cit., Bouma, 2003 ).
3

Jenis Cedera Kepala


Berdasarkan GCS maka cedera kepala dapat dibagi menjadi tiga generasi yaitu cedera
kepala derajat ringan bila GCS 13-15, cedera kepala derajat sedang bila GCS 9-12, dan
cedera kepala berat bila GCS kurang atau sama dengan 8. Pada penderita yang tidak dapat
dilakukan misal oleh karena aphasia, maka reaksi verbal diberi tanda X atau oleh karena
kedua mata edema berat sehingga tidak dapat dinilai reaksi membuka matanya maka rekasi
membuka mata diberi nilai X, sedangkan jika penderita dilakukan trakeostomi ataupun
dilakukan intubasi maka reaksi verbal diberi nilai T.
Epidemiologi
Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologic yang paling serius diantara
penyakit neurologik, dan merupakan proporsi epidemik sebagai hasil kecelakaan jalan
raya.Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat cedera kepala dan lebih
dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatan di rumah sakit.
Pada kelompok ini, antara 50.000 dan 90.000 oran setiap tahun mengalami penurunan
intelektual atau tingkah laku yang menghambat kembalinya mereka menuju kehidupan
normal. 2/3 dari kasus ini berusia dibawah 30 tahun, dengan jumlah laki-laki lebih banyak
dari wanita (Brunner & Suddarth, 1997).

Etiologi
1. Cedera

kepala

umumnya

disebabkan

oleh

kecelakaan

kendaraan

bermotor,

penganiayaan, jatuh, trauma tumpul dan tajam serta trauma lahir.


2. Faktor-faktor yang berperan pada cedera kepala antara lain ; gangguan kejang, cara
berjalan yang tidak stabil, keterlambatan kognitif, keputusan yang buruk, dan
penggunaan alcohol serta obat-obatan (Muscari, 2001).
4

Patofisiologi
Mekanisme cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat
ringannya konsekuensi patofisiologi dari trauma kepala.Cedera dapat menyebabkan
kerusakan otak bermakna.Otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sampai derajat
tertentu yang bermakna.Sel-sel otak membutuhkan suplai darah terus menerus untuk
memperoleh nutrisi.Kerusakan otak bersifat irreversible (permanen) dan tidak dapat pulih.
Sel-sel otak yang mati diakibatkan karena aliran darah berhenti mengalir hanya
beberapa menit saja dan kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi.
Apabila terjadi cedera kepala ringan akan terjadi kehilangan fungsi neurologis
sementara dan tanpa kerusakan struktur. Komosio atau cedera kepala ringan umumnya
meliputi suatu periode tidak sadar yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa
menit.Gejala yang ditunjukkan adalah pusing kepala atau berkunang-kunang dan terjadi
kehilangan kesadaran penuh sesaat. Jika terjadi di lobus frontal : perilaku aneh, lobus
temporal : amnesia, disorientasi.
Apabila terjadi cedera kepala berat, otak mengalami memar dengan memungkinkan
adanya daerah yang mengalami perdarahan.Klien tidak sadarkan diri. Gejala yan timbul
akan lebih khas. Klien kehilangan gerakan denyut nadi lemah, pernapasan dangkal, kulit
dingin dan pucat, seringkali terjadi defekasi dan kemih tanpa disadari. Umumnya individu
yang mengalami cedera luas mengalami fungsi motorik abnormal, gerak mata abnormal,
serta peningkatan TIK yang merupakan prognosis buruk

Gejala Klinis :
1. Gangguan kesadaran
2. Konfusi
3. Abnormalitas pupil
4. Serangan (onset) tiba-tiba berupa deficit neurologis
5. Perubahan tanda vital
6. Gangguan penglihatan
7. Disfungsi sensorik
8. Kejang otot
9. Sakit kepala
10. Vertigo
5

11. Gangguan pergerakan


12. Kejang
13. Syok akibat cedera multisistem
Pemeriksaan Diagnostik ;
Foto sinar-X vertebra servikalis. Foto lateral vertebra servikalis yang berkualitas
merupakan indikasi bagi semua penderita cedera kepala. Penyangga leher (cervical collar)
tetap dipasang sampai hasil foto dibaca oleh seorang yang telah berpengalaman.
Foto sinar-X tengkorak. Setiap kecurigaan akan adanya penetrasi atau depresi
tengkorak, laserasi dalam, memar yang luas, kebocoran GCS, atau tanda-tanda fraktur basis
kranii (dua mata hitam atau memar diatas prosesu mastoideus) harus mendorong kita
melakukan sinar-X. semua kasus dengan riwayat kehilangan kesadaran atau denga kelainan
saraf juga harus difoto.
CT scan.Semua penderita dengan fraktur tengkorak dengan GCS <8 atau dengan
tanda-tanda abnormalitas memerlukan CTscan. Semua penderita yang GCS-nya turun
sebesar 2 poin memerlukan scan ulang. Idealnya, semua penderita yang memerlukan
anestesi setelah episodekehilangan kesadaran harus menjalani pemeriksaan CT scan terlebih
dahulu.
Penatalaksanaan Cedera Kepala
1. Observasi. Letakkan penderita di tempat mereka mudah diamati. Ulangi penilaia GCS
tiap jam. Ukur tanda-tanda vital secara berulang (setidaknya setiap 4 jam, tergantung
pada situasi keseluruhan). Tuliskan juga ukuran, kesetaraan dan reaktivitas pupil di
status.
2. Analgesia. Walaupun terbukti sedasi berlebihan berpotensi membahayakan, jangan
sampai pernyataan tersebut menjadi alasan utuk tidak memberikan analgesia pada
penderita cedera kepala. Nyeri dapat merugikan otak yang mengalami cedera karena
menyebabkan pergeseran tekanan darah dan hipoksia (mis; iga yang fraktur
menghambat pernapasan). Cara teraman memberikan analgesia adalah dengan titrasi
dosis kecil opioid iv (mis; dengan pompa analgesia yang dikontrol oleh penderita)
diikuti dengan penilaian berkala.
6

3. Oksigen. Pada semua kasus wajib dipasang masker wajah. Otak yang cedera sangat
peka terhadap hipoksia.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Anamnese
Identitas : jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita
Keluhan utama: gangguan kesadaran, konfusi, abnormalitas pupil, serangan
(onset) tiba-tiba berupa defisit neurologis, perubahan tanda vital, gangguan
penglihatan, disfungsi sensorik, kejang otot, sakit kepala, vertigo, gangguan

pergerakan, kejang, syok akibat cedera multisistem


Riwayat penyakit dahulu: Cedera kepala umumnya disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor, penganiayaan, jatuh, dan trauma lahir. Faktor-faktor yang
berperan pada cedera kepala antara lain ; gangguan kejang, cara berjalan yang
tidak stabil, keterlambatan kognitif, keputusan yang buruk, dan penggunaan

alcohol serta obat-obatan


Riwayat penyakit sekarang: gangguan kesadaran, konfusi, abnormalitas pupil,
serangan (onset) tiba-tiba berupa defisit neurologis, perubahan tanda vital,
gangguan penglihatan, disfungsi sensorik, kejang otot, sakit kepala, vertigo,
gangguan pergerakan, kejang, syok akibat cedera multisistem

b) Pemeriksaan fisik
B1 (breath) : napas berbunyi, stridor.
B2 (blood) :Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi
dengan braikardia,distritmia)
B3 (brain) :pusing, kehilangan kesadaran
B4 (Bladder) :penurunan haluaran urin
B5 (Bowel) : mual muntah.
B6 (Bone) :lemah, lelah
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mukus dalam jumlah berlebihan ditandai
dengan suara napas tambahan, sputum dalam jumlah yang berlebihan
b. ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d penurunan pertukaran sel di tandai
dengan mengeluh pusing, perubahan tingkat kesadaran.
c. Nyeri akut b.d agens cedera ditandai dengan meringis, gelisah, mengeluh nyeri
d. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan lemah,
penurunan haluaran urin

e. Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis ditandai
dengan muntah, menghindari makan.
f. Hambatan mobilitas fisik b.d kekakuan ditandai dengan keterbasan melakukan
keterampilan motorik kasar & halus, keterbatasan rentang gerak sendi

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa

Tujuan
Objective

Intervensi

Rasional

Goal
Outcomes
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Klien akan Klien tidak kan Dalam waktu 2x24 Jelaskan kepada klien dan
agens

cedera bebas

dari mengalami

ditandai

dengan nyeri

agens

jam perawatan,

cedera maka klien akan

meringis, gelisah, selama

selama dalam meunjukkan :

mengeluh nyeri

perawatan

dalam
perawatan

keluarga tentang

pengetahuan klien dan

penyebab nyeri
Anjurkan klien untuk

melakukan teknik

- Tidak meringis
- Tidak gelisah
- Tidak mengeluh

distraksi

pemberian analgetik
Observasi skala nyeri dan

pada nyeri
Analgetik

mengurangi nyeri
Untuk
mengetahui

jaringan
b.d

serebral bebas
penurunan gangguan

pertukaran sel di perfusi


tandai

dengan jaringan

mengeluh pusing, serebral


perubahan tingkat selama
kesadaran.

dalam

Dalam waktu 2x24 Ajarkan

menunjukkan

jam

pertukaran sel klien


yang

untuk

keberhasilan

TTV
2. Gangguan perfusi Klien akan klien

keluarga
Untuk menghindari
agar klien tidak fokus

Kolaborasi dalam

nyeri

Meningkatkan

dari

tindakan
pasien

dan

yang

dilakukan
Meningkatkan

perawatan,

anggota keluarga untuk

pengetahuan

menunjuk-

meminimalkan

partisipasi klien dan

faktor

adekuat kan :

resiko
selama dalam - Keluhan
pusing Ukur suhu pasien minimal
setiap 4 jam
perawatan
berkurang atau
hilang
- Komposmentis

dan

keluarganya
Hipertermia

dapat

mengakibatkan
peningkatan

TIK

menyebabkan
penurunan

tekanan
9

perawatan

perfusi serebral

Lakukan

pengkajian

neurologis

setiap

sampai

jam

awalnya,

Menskrining
perubahan

tingkat

kesadaran dan status

pada

neurlogis

kemudian

setiap 4 jam bila pasien


sudah stabil
Observasi
tanda-tanda
vital setiap 1-2 jam pada
awalnya,

kemudian

setiap 4 jam bila pasien


3. Ketidakefektifan
bersihan

Klien akan Klien

jalan menunjuk-

jam

napas b.d mukus kan

mengalami

klien menunjukkan

dalam

mukus

berlebihan ditandai jalan napas jumlah

mendeteksi
dini
penurunan

secara

tanda-tanda
tekanan

perfusi serebral atau

peningkatan TIK.
sudah stabil
tidak Dalam waktu 2x24 Jelaskan kepada klien dan Meningkatkan

akan

jumlah bersihan

perawatan,

dalam :
- Tidak

keluarga
penyebab

mengenai

pengetahuan klien dan

tidak

keluarga sehingga lebih

efektifnya bersihan jalan


ada

kooperatif

terhadap

suara

napas
tindakan keperawatan

Bantu
klien
untuk
berada
Untuk
memudahkan
dengan suara napas yang efektif berlebihan
napas tambahan
- Sputum tidak
pada
posisi
yang
bernapas
tambahan, sputum selama
selama dalam
berlebihan
nyaman(fowler)
yang
dalam jumlah yang dalam
perawatan
memungkinkan ekpansi
berlebihan
perawatan
dada

yang

maksimal
10

serta pengeluaran sekret


Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
mukolitik
Observasi status

4. Kekurangan

Klien akan Klien


akan

jam

kehilangan cairan dari

mengalami

klien menunjukkan

aktif

kehilangan

dengan

lemah, volume

penurunan

cairan

haluaran urin

selama
dalam
perawatan

mengurangi

penumpukan sekret
Untuk
mengetahui

keberhasilan tindakan
pernapasan klien
tidak Dalam waktu 2x24 Jelaskan kepada klien dan Pengetahuan
yang

volume cairan b.d terbebas


ditandai kekurangan

Untuk

perawatan,

keluarganya

alasan

kehilangan cairan

memadai

dapat

meningkatkan partisipasi
klien dan keluarga dalam

cairan

aktif - tidak lemah


tindakan keperawatan
- haluaran urine baik

Untuk
mengganti
selama dalam
Berikan input cairan pada
kehilangan cairan yg
perawatan
klien
Selimuti klien dengan kain
terjadi
Mencegah vasodilatasi dan
yang tipis
berkurangnya
volume
darah sirkulasi
Observasi

asupan dan

haluaran urine serta TTV Untuk

mengetahui

keberhasilan
5.Ketidakseimbangan
nutisi

kurang

Klien akan Klien

dari menunjuk-

terbebas

dari

tindakan keperawatan
akan Dalam waktu 2x24 Jelaskan kepada klien dan Meningkatkan
dari jam

perawatan,

keluarga

tentang

pengetahuan yang baik


11

kebutuhan tubuh b.d kan

faktor biologis klien

factor

selama dalam menunjukkan :

biologis keseimbang

ditandai

dengan an

nutrisi perawatan

- Tidak muntah
- Tidak menghindari

muntah, menghindari selama


makan.

akan

makan

dalam

pentingnya nutrisi bagi

klien

dan

tubuh
keluarga
Anjurkan makanan yang Untuk meningkatkan nafsu
merangsang
penghidu,
klien
Ciptakan

perawatan

kepada

indra

makan klien

penglihatan
Unuk meningkatkan nafsu
suasana

yang

makan klien

menyenangkan pada saat


makan
Observasi

asupan

klien

serta berat badan klien

Untuk mengetahui zat gizi


yang dikonsumsi serta
untuk

mengetahui

keberhasilan
1. 6. Hambatan mobilitas Klien akan Klien
fisik

b.d

ditandai

kekakuan terbebas
dengan dari

tidak Dalam waktu 3x24 Jelaskan

akan

jam

perawatan,

mengalami

klien
menunjukkan :

akan

kepada

tentang

tindakan yang dilakukan


klien Meningkatkan

pentingnya

mobilisasi

hambatan

kekakuan

melakukan

mobilitas

selama dalam - Mampu melakukan Identifikasikan mobilisasi


keterampilan

kasar

motorik

&

keterbatasan
gerak sendi

halus, dalam
rentang perawatan

dan halus
- Rentang

kasar
gerak

sendi membaik

yang mampu dilakukan


klien
Bantu

klien

pengetahuan klien bahwa


mobilisasi

keterbatasan

keterampilan motorik fisik selama perawatan

dari

dapat

meminimalkan kekakuan
Untuk
meningkatkan
motivasi agar lebih aktif

untuk Untuk

mobilisasi
kekakuan
Observasi respon fisiologis Untuk

meminimalkan
mengetahui
12

terhadap

mobilisasi

(respirasi, denyut&irama

keadaan

klien

setelah

melakukan mobilisasi

jantung, TD)

13

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan dilakukan

dengan

mengacu

pada

rencana

tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.


5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah
teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca.2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta :


Salemba Medika
Muscari. 2001. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuhamedika
Price & Wilson. 2006. Patofosiologi, Edisi 6; Vol : 2. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare. 1997. KeperawatanMedikal-BedahEdisi 8; Vol : 3. Jakarta : EGC
Watson, Roger. 1997. Anatomi & Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC
14

Williams & Wilkins. 2011. Nursing : the series for clinical excellence. Jakarta : PT Indeks

15

Anda mungkin juga menyukai