Anda di halaman 1dari 2

PATOFISIOLOGI KEJANG

Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah focus kejang
atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktifitas kejang
sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. lesi di otak tengah,
thalamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar bersifat epileptogenic, sedangkan lesi di
serebellum danbatang otak umumnya tidak memicu kejang.
Ditingkat membrane sel, focus kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimia,
termasuk :

Instabilitas membrane sel saraf, sel mudah mengalami pengaktifan.


Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan

apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan.


Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam
repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam gama amino

butirat (GABA).
Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang
mengganggu homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi
neuron.

Gangguan

keseimbangan

ini

menyebabkan

peningkatan

berlebihan

neurotransmitter eksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.


Perubahan - perubahan metabolic yang terjadi selama dan segera setelah kejang sebagian
disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energy akibat hiperaktivitas neuron. Selama kejang ,
kebutuhan metabolic secara drastic meningkat; lepas muatan listrik sel-sel saraf motoric dapat
meningkat menjadi 1000 per detik. Aliran darah otak meningkat , demikian juga respirasi dan
glikolisis jaringan. Asetilkolin muncul di cairan serebrospinal (CSS) selama dan setelah kejang.
Asam glutamate mungkin mengalami deplesi selama aktivitas kejang.
PATOFISIOLOGI EPILEPSI
Secara umum, epilepsy terjadi karena menurunnya potensial membrane sel saraf akibat
proses patologik dalam otak, gaya mekanik atau toksik, yang selanjutnya menyebabkan
terlepasnya muatan listrik dari sel saraf tersebut.
Beberapa penyelidikan menunjukkan peranan asetilkolin sebagai zat yang merendahkan
potensial membrane postsinaptik dalam hal terlepasnya muatan listrik yang terjadi sewaktu
waktu saja, sehingga manifestasi klinisnya pun muncul sewaktu-waktu. Bila asetilkolin sudah

cukup tertimbun dipermuakaan otak , maka pelepasan muatan listrik sel-sel saraf kolinergik dan
merembes keluar dari permukaan otak. Pada kesadaran awas-waspada lebih banyak asetilkolin
yang merembes keluar dari permukaan otak dari pada selama tidur. Pada jejas otak lebih banyak
asetilkolin daripada dalam otak sehat. Pada tumor serebri atau adanya sikatriks setempat pada
permukaan otak sebagai gejala sisa dari meningitis, ensefalitis, kontusio serebri atau trauma
lahir, dapat terjadi penimbunan setempat dari asetilkolin. Oleh karena itu pada tempat itu akan
terjadi lepas muatan listrik sel-sel saraf. Penimbunan asetilkolin setempat harus mencapai
kosentrasi tertentu untuk dapat merendahkan potensial membrane sehingga lepas muatan listrik
dapat terjadi. Hal ini merupakan mekanisme epilepsy fokal yang bisanya simptomatik.
Pada epilepsy idiopatik, tipe grand mal secara primer muatan listrik dilepaskan oleh
nuclei intalaminares talami, yang dikenal juga sebagai inti centre cephalic, inti ini terminal dari
lintasan asendens aspesifik atau lintasan asendens ekstra lemsnikal. Input dari korteks serebri
melalui lintasan aferen aspesifik ini menentukan derajat kesadaran. Bilamana selama ini tidak
ada input maka timbullah koma. Pada grand mal, oleh karena sebab yang belum dapat
dipastikan, terjadi lah lepas muatan listrik dari initi-inti intralaminar thalamik secara berlebih.
Perangsangan talamokortikal yang berlebihan ini menghasilkan kejang seluruh tubuh dan
sekaligus menghalangi sel-sel saraf yang memelihara kesadaran menerima impuls aferen dari
dunia luar sehingga kesadaran hilang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian dari substanciaretikularis dibagian rostral
dari mesenfalon yang dapat melakukan blockade sejenak terhadap inti-inti intralaminar talamik
sehingga kesadaran hilang sejenak tanpa disertai kejang-kejang pada otot skeletal, yang dikenal
sebagai petit mal.

Anda mungkin juga menyukai