PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salep (menurut FI III ) yaitu sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar atau sediaan setengah padat ditujukan untuk
pemakaian topikal pada kulit atau selaput (menurut FI IV) . Bahan aktif harus
larut dan terdispersi dalam dasar salep yang cocok Untuk mencapai hasil yang
dimaksud. Dasar salep bila tidak dinyatakan lain adalah vaselin album, namun
tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaiannya, dasar salep yang
digunakan untuk pembawa zat berkhasiat menurut di FI ed. IV ada 4 kelompok
yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap , dasar salep yang dapat
dicuci dengan air, dan dasar salep yang larut dalam air.
Kloramfenikol merupakan senyawa fenil propan tersubstitusi yang
mempunyai dua unsur struktur tidak lazim untuk bahan alam yaitu suatu gugus
nitro aromatik dan residu diklor asetil.Gugus R pada turunan kloramfenikol
berpengaruh pada aktivitasnya sebagai anti bakteri Staphylococcus aureus.
Untuk mendapatkan senyawa turunan kloramfenikol baru dengan aktivitas
optimal, harusdiperhatikan agar gugus R bersifat penarik elektron kuat
dan mempunya sifat lipofilik lemah.
Salep sering memerlukan penambahan pengawet seperti antimikroba, pada
formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang terkontaminasi.
Pengawet pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol - fenol pengawet ini
termasuk hidroksibenzoat, fenol fenol, asam benzoate, asam sorbet, garam
ammonium kuartener dan campuran lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Preparat yang digunakan pada kulit antara lain untuk efek fisik, yaitu
kemampuan bekerja sebagai pelindung kulit, pelincir, pelembut, zat pengering dan
lain lain, atau untuk efek khusus dari bahan obat yang ada. Preparat ini dijual
bebas, sering mengandung campuran dari bahan obat yang digunakan dalam
pengobatan kondisi tertentu seperti, infeksi kulit yang ringan, gatal gatal, luka
bakar, merah bekas popok, sengatan dan gigitan serangga, kutu air, mata ikan,
penebalan kulit dank eras, kutil, ketombe, jerawat, penyakit kulit kronis dan
eksim. Bentuk sediaan obat yang dimaksudkan untuk pemakaiaan pada kulit
anatara lain salep, krim, sistempemberian obat melalui kulit, lotio, larutan topical
dan tinktur menggambarkan bentuk
dapat digunakan pula Span dan Tween, Natrium Lauril Sulfat dan
surfaktan lain (Anief,1993).
Daftar kemampuan vaselin menurut Warner
Banyak zat yang ditambahkan
Kemampuan vaselin
3% Kholesterol
3% Kholesterol + 3% Kholesterol asetat
3% Kholesterol + 3% Kholesterol laurat
3% Kholesterol + 3% Kholesterol palmitat
3% Kholesterol + 3% Kholesterol stearat
3% Isokholesterol
3% Kholesterol + Cetaeum
mendukung air
250%
500%
600%
700%
800%
300%
500%
(Anief, 1988)
untuk
membuat
vanishing
cream,
sedang
yang
dengan
adanya
kolestrol
salep
menggunakan
menggerus/menggosokkannya
spatula,
serta
dengan
cara
meratakan
dan
10
b. Koefisien partisi (PC) dari obat antara kulit perintang dan bahan pembawa
obat.
7. Komposisi dasar salep, hl ini kebanyakan berhubungan dengan efek :
a. Kelarutan obat dalam dasar salep
b. Koefisien aktivitas obat
c. Koefisien partisi (PC) obat dalam kulit/ bahan pembawa (Anief, 1986).
2.7 Pengawetan Salep
Salep sering memerlukan penambahan pengawet seperti antimikroba, pada
formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang terkontaminasi.
Pengawet pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol - fenol pengawet ini
termasuk hidroksibenzoat, fenol fenol, asam benzoate, asam sorbet, garam
ammonium kuartener dan campuran lainnya.
2.8 Pengemasan dan Penyimpanan Salep
Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau tube. Tube dibuat dari
kaleng atau plastic. Tube salep untuk pemakaian topical lebih sering dari ukuran 5
sampai 30 gram. Tube umumnya diisi dengan alat pengisi dari bagian ujung
belakang yang terbuka dari tube yang kemudiaan ditutup dengan disegel. Salep
yang dibuat dengan cara peleburan dapat dituangkan langsung ke dalam tube.
Pada skala kecil seperti yang dibuat mendadak, pengisian dari tube salep oleh ahli
farmasi di apotek, tube dapat diisi dengan cara sbagai berikut :
Salep yang telah dibuat digulung di atas kertas perkamen menjadi bentuk
silinder, diameter silinder sedikit lebih kecil dari tube supaya dapat
diisikan dengan panjang kertas yang lebih dari silinder.
Dengan tutup dari tube dilepas supaya udara keluar, silinder dari salep
dengan kertas dimasukkan ke dalam bagian ujung bawah tube yang
terbuka (Ansel, 2005).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
11
Kaca arloji
Sudip
Spatula
Kertas perkamen
Tube salep antibiotik
Kertas saring
Oven
Objek glass
3.2 Bahan
Kloramfenikol 200mg
Propilen glikol
Adeps lanae
Vaselin album
3.3 Resep
R/
Kloramfenikol
200mg
Propilen glikol
1g
Adeps lanae
1g
10
a. Uji kebocoran.
Salep dimasukkan ke dalam tube salep antibiotik, serta dibungkus
12
60 3C.
Tidak boleh terjadi kebocoran (kertas saring harus tetap kering).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Diperolah sediaan salep kloramfenikol 200mg, warna cream. Evaluasi
sediaan untuk uji kebocoran tidak memenuhi syarat karena terjadi kebocoran.
4.2 Pembahasan
Percobaan yang dilakukan adalah membuat sediaan obat kloramfenikol
200 mg dalam bentuk salep, dengan menggunakan adeps lanae dan vaselin album
sebagai dasar salep, pada komposisi bahan terdapat propylenglikol yang berfungsi
sebagai zat yang membantu bahan obat (kloramfenikol) agar bisa larut sempurna.
Sediaan salep yang sudah jadi dilakukan evaluasi sediaan . Evaluasi sediaan yang
dilakukan adalah uji kebocoran salep dalam tube untuk melihat apakah terjadi
13
kebocoran wadah atau tidak, hasil pengujian menunjukan bahwa terjadi kebocoran
yaitu ditandai dengan adanya bekas minyak pada kertas saring pembungkus tube
(wadah yang berisi sediaan salep) hal ini mungkin saja terjadi karena pada waktu
proses pengepakan wadah (tube) kurang kuat sehingga tube tidak tertutup dengan
sempurna. Sedangkan bentuk sediaan sudah sesuai dengan persyaratan yakni
sediaan setengah padat yang mudah dioleskan, sesuai dengan literatur bahwa salep
(unguenta) adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar (Depkes RI, 1979).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
-
5.2 Saran
-
percobaan.
Praktikan hendaknya melakukan prosedur percobaan dengan baik agar
diperoleh hasil yang baik sehingga tidak ada tube yang bocor setelah
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
16