Anda di halaman 1dari 12

FUNGSI CHEMORESEPTOR PADA LOBSTER

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

:
:
:
:
:

Gina Amalia
B1J013004
VII
4
Suci Indah Rahmadani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sistem indera pada hewan secara umum terdiri dari indera perasa, indera
penciuman, indera pendengaran, indera penglihatan dan indera peraba. Selain itu,
terdapat sebuah indera khusus yang merupakan penggabungan kerja beberapa
indera pada setiap hewan yang kegunaannya berbeda-beda yaitu indera yang
mampu mendeteksi (detector) keberadaan makanan, musuh, ataupun kondisi
lingkungan. Indera ini bekerja berdasarkan kemampuan elektromagnetik yang
dikirim melalui impuls-impuls listrik pada sel saraf setiap hewan dan setiap
hewan memiliki bentuk indera yang berbeda-beda (Radiopoetro, 1977).
Reseptor dapat dikelompokkan dengan berbagai cara, yaitu berdasarkan
struktur, lokasi sumber rangsangan dan jenis rangsangan yang dapat diterima oleh
reseptor tesebut. Berdasarkan struktur reseptornya, reseptor dapat dibagi menjadi
dua yaitu reseptor saraf dan reseptor bukan saraf. Secara khusus indera ini
memiliki tiga jenis yaitu chemoresptor, yaitu indera yang bekerja dengan stimulus
ion dan molekul kimia seperti gas dan merupakan gabungan indera penciuman
dan perasa, mechanoreseptor, yaitu indera yang distimulasi oleh energi kinetik dan
photoreseptor merupakan indera yang merespon energi foton (Radiopoetro, 1977).
Organ-organ indera memiliki struktur yang khusus tidak hanya pada selsel reseptor saja tetapi ada jaringan yang menunjang dan melindungi sel-sel
reseptor dan membantu menentukan arah isyarat serta mengontrol intensitas

isyarat yang sampai pada reseptor (Ville et al., 1988). Chemoreseptor ini meliputi
indera penciuman, indra perasa dan juga reseptor yang memantau konsentrasi
oksigen dan karbondioksida. Macam-macam reseptor adalah mekanoreseptor,
kemoreseptor, termoreseptor, fotoreseptor dan nosireseptor (Gordon, 1982).
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui fungsi-fungsi
chemoreseptor pada lobster (Cherax quadricarinatus).
II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baki preparat,
akuarium, gunting, stop watch, saringan dan senter.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Lobster (Cherax
quadricarinatus), air, pakan berupa cacing Tubifex sp. dan pellet.
2.2 Cara Kerja
1. Lobster diablasi bagian mata, ablasi antennula, ablasi total dan tidak diablasi
(kontrol).
2. Lobster dimasukkan ke dalam akuarium yang berisi air bersih secara
bersamaan.
3. Lampu dimatikan dan pakan dimasukkan ke dalam akuarium, diterangi
menggunakan senter dengan cahaya yang redup.
4. Gerakan yang dilakukan lobster diamati selama 10 menit, dicatat data yang
diperoleh dan dicatat waktu ketika lobster tersebut mendekati pakan.
5. Lobster diangkat setelah 10 menit pertama, dilakukan lagi seperti percobaan
pertama.
6. Gerakan yang terjadi diamati dan dicatat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Tabel 3.1 Pengamatan Gerakan Antennula Lobster (Cherax quadricarinatus)
sebagai Respon Terhadap Pakan Tubifex sp.
Perlakuan

Waktu

Flicking

Withdraw

Wipping

Rotation

MP

200

122

610

535

920

Ablasi

143

111

Mata

250

227

400

229

415

257

420

427

615

445

930

529

001

850
040

623

152

900

033

234

706

325

225

055

244

740

338

113

250

907

426

120

255

432

138

301

528

144

305

531

158

353

700

213

356

717

223

403

10(I)

10(II)

944

249

420

300

509

304

803

351

857

417
504
647
703
801
807

10(I)

Ablasi
Total

855
-

059

935
045
025

10(II)

235
-

10(I)

915
-

Ablasi

432
657

919
222
246

Antennula
10(II)

258
510

Normal
(Kontrol)

10(I)

946

547
350

137

2:13

158

2:20

515

207

3:17

538

237

6:44

617

240

6:49

709

307

733

336

755

344
357

446
531
630
639
659
718
752
821
837
905
930

10(II)

937
101

3:45

214

2:58

143

150

4:11

436

5:51

241

328

4:54

446

9:08

604

423

5:39

520

736

430

6:30

647

938

723

7:03

932

729

8:39

750

9:26

818

9:59

844
849
935
1000
Tabel 3.2 Pengamatan Gerakan Antennula Lobster (Cherax quadricarinatus)
sebagai Respon Terhadap Pakan Berupa Pellet.
Perlakuan
Ablasi
Mata

Waktu
10(I)

Flicking
224

Withdraw
-

Wipping
-

Rotation
-

MP
315

540

558

258

615

421

820

562
60
620
637
825
833
055

10(II)

139

207

214

225

255

248

346

339
411
642
802
827

Ablasi

10(I)

Total

10(II)

130

Ablasi

10(I)

Antennula

Normal
(Kontrol)

10(II)

10 (I)

520

10(II)

57

4
919
325

617

840

Keterangan :
Flicking

: gerakan antennula ke depan

Withdraw

: gerakan antennula ke belakang

Wipping

: gerakan antennula membersihkan makanan di mulut

Rotation

: gerakan antennula berputar

MP

: mendekati pakan

510
950
78
811
7
83
740

3.2 Pembahasan
Lobster dapat melakukan gerakan antennula yang meliputi gerakan
flicking, wipping, withdraw, rotation dan mendekati pakan. Gerakan flicking, yaitu
gerakan pelucutan antennula ke depan yang berfungsi dalam mencari atau
mendekati pakan, frekuensi flicking dipengaruhi oleh keadaan fisiologis lobster
seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotik dan rangsangan mekanik.
Gerakan wipping, yaitu gerakan pembersihan antennula yang berfungsi dalam
pembersihan setelah mendapatkan makanan atau setelah memakan pakan.
Gerakan withdraw, yaitu gerakan pelucutan ke belakang yang berfungsi untuk
melawan atau menghindari musuh yang akan mendekatinya. Gerakan rotation,
yaitu gerakan pemutaran antennula yang berfungsi untuk mencari sensor kimia
(Gordon et al., 1982).
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan yang normal dan ablasi mata
pada lobster yang diberi pakan berupa cacing Tubifex sp. menunjukkan bahwa
pada pengamatan 10 menit pertama dan kedua lobster tetap responsif terhadap
pakan dan bisa melakukan semua gerakan antennula. Lobster dengan perlakuan
ablasi antennula hanya memberikan respon gerak mendekati pakan sebanyak 3
kali pada 10 menit pertama dan 5 kali pada 10 menit kedua. Lobster dengan
ablasi total pada 10 menit pertama melakukan gerak mendekati pakan sebanyak 2
kali dan pada 10 menit kedua mendekati pakan sebanyak 4 kali. Lobster dengan
perlakuan ablasi antennula dan ablasi total tidak melakukan gerakan antennula
karena antennula telah dipotong, sedangkan pada ablasi total terjadi gerakan
mendekati pakan sebanyak 2 kali pada menit pertama dan 4 kali pada 10 menit
kedua. Lobster normal dengan antennula yang utuh dapat melakukan semua
pergerakan antennula, yaitu flicking sebanyak 21 kali pada menit pertama dan 13
kali pada menit kedua, withdraw sebanyak 5 kali pada menit pertama dan 9 kali
pada menit kedua, wipping hanya pada 10 menit kedua sebanyak 6 kali, rotation
sebanyak 1 kali pada 10 menit pertama dan 3 kali pada 10 menit kedua serta
gerakan mendekati pakan sebanyak 7 kali pada 10 menit pertama dan 5 kali pada
10 menit kedua. Utuhnya antennula pada lobster normal menyebabkan lobster

dapat menerima rangsangan dari lingkungannya, sehingga memerlukan waktu


singkat untuk mendeteksi pakan (Roger, 1978).
Perlakuan normal pada lobster yang diberi pakan berupa pellet
menunjukkan bahwa pada pengamatan 10 menit pertama dan kedua kurang
responsif terhadap pakan berupa pellet dibandingkan pakan berupa cacing Tubifex
sp. Respon antennula lobster terhadap pakan berupa Tubifex sp. dan pellet berbeda
dimana pada pakan Tubifex sp. lobster banyak melakukan gerakan flicking.
Menurut Kakam et al., (2008) pellet merupakan pakan yang mengandung nilai
nutrisi yang lengkap. Pellet diproses dari berbagai bahan yang berjumlah sangat
banyak. Bahan-bahan yang digunakan sebagai pellet tersebut sudah merupakan
bahan pilihan yang sudah diperhitungkan, sehingga kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan lobster air tawar untuk tumbuh sudah terdapat dalam pakan pellet
yang diberikan sedangkan pakan cacing Tubifex sp. menunjukkan pertumbuhan
paling rendah. Hal ini dapat disebabkan kandungan BETN sebagai sumber energi
berupa glukosa dari proses glikolisis sangat rendah.
Lobster yang diablasi antennulanya sudah tidak dapat melakukan flicking,
wipping, withdraw dan rotation, tetapi hanya dapat mendekati pakan, yaitu
sebanyak 3 kali pada menit pertama dan 2 kali pada 10 menit kedua. Lobster
dengan perlakuan ablasi mata masih bisa melakukan gerakan seperti flicking
sebanyak 10 kali pada menit pertama dan 9 kali pada menit kedua, gerakan
mendekati pakan sebanyak 4 kali pada 10 menit pertama dan kedua, namun tidak
dapat melakukan gerakan wipping, withdraw, rotation. Lobster dengan ablasi total
tidak dapat melakukan gerakan apapun. Gerakan flicking, wipping dan withdraw
pada lobster kontrol mendominasi gerak antennula. Menurut Radiopoetro (1977),
pada perlakuan ablasi total dan antennula tidak terjadi gerakan karena organ yang
berfungsi sebagai reseptor telah hilang.
Menurut Roger (1978), reseptor dapat dibagi menjadi beberapa bagian
stimulus yang dideteksi, yaitu:
1. Mekanoreseptor, sensitif terhadap stimulus mekanik seperti sentuhan.
2. Termoreseptor, berfungsi untuk mendeteksi perubahan temperatur.
3. Nosiseptor, berfungsi untuk merespon stimulus nyeri dari kerusakan fisik
maupun

kimiawi pada jaringan tubuh, kadar oksigen yang rendah dan

ditemukan pada otak.

4. Fotoreseptor, berfungsi untuk mendeteksi cahaya mengenai retina mata.


5. Kemoreseptor, berfungsi untuk mendeteksi energi kimia dan mengubah
menjadi energi listrik.
6. Osmoreseptor, berfungsi untuk mendeteksi tekanan osmosis cairan tubuh.
7. Glukoreseptor, berfungsi untuk mendeteksi level gula darah.
Chemoreseptor merupakan alat indera yang bereaksi terhadap zat-zat
kimia, antara lain pakan. Chemoreseptor berfungsi untuk mengenali stimulus yang
berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, alat tersebut berupa rambut-rambut pada
antennula dengan nilai ambang yang sangat rendah. Stimulus cukup berupa gas
dengan konsentrasi rendah dan untuk mengenal stimulus yang datang dari sumber
yang dekat dengan tubuh yang terdapat pada palpus maxillaris dan sering pada
torsi dengan nilai ambang tinggi. Menurut Gordon et al., (1982), chemoreseptor
berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui adanya makanan, tempat hidupnya,
mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin dan
mendeteksi adanya musuh. Hanya dengan stimulus berupa gas berkonsentrasi
rendah, chemoreseptor telah dapat mengenalinya (Ville et al., 1988).
Antennula pada lobster dan antena panjang adalah struktur gerakan yang
berfungsi untuk menerima rangsang yang datang dari lingkungannya. Fungsi lain
dari antennula yaitu sebagai media komunikasi antar hewan, yaitu dengan cara
menangkap stimulus kimia berupa pheromon dari hewan lawan jenis (Roger,
1978). Hewan Arthropoda dan insecta memiliki berbagai chemoreseptor yaitu
antena dan antennula. Terdapat beberapa macam, yaitu terdapat pada bagian
kepala (termasuk bagian mulut), rongga dada (pada serangga) dan perut (Mellon,
2007).
Mekanisme stimulus sampai ke lobster dan diterima oleh organ
chemoreseptor adalah senyawa yang terkandung dalam pakan yang dimasukkan
ke dalam air akan berdifusi dalam air menjadi bentuk-bentuk ion-ion, sehingga
menimbulkan aroma yang khas bagi lobster. Rangsangan ini diterima oleh
chemoreseptor melalui antennula dan ditransformasi ke otak oleh neuron afferent,
kemudian otak akan memprosesnya menjadi tanggapan yang kemudian akan
diteruskan ke organ melalui neuron efferent, selanjutnya organ reseptor
melakukan gerakan sesuai informasi dari otak (Roger, 1978).

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.

Fungsi chemoreseptor pada losbter adalah untuk mendeteksi adanya pakan,


mencarinya sampai menemukan pakan dan memberikan respon terhadap pakan
tersebut.

2.

Lobster dengan ablasi mata masih dapat melakukan gerakan flicking, wipping,
withdraw dan rotation, sedangkan lobster dengan ablasi antennula dan ablasi
total tidak dapat melakukan gerakan-gerakan tersebut karena organ yang
berfungsi sebagai reseptor telah hilang, tetapi masih dapat merespon adanya
pakan.

DAFTAR REFERENSI
Gordon, M. S. 1982. Analysis Physiology Principles And Adaption. New York:
Mc Millan Publishing.
Gordon, M. S., Bartholomeno G. A., Grinele A. D., Barker C. & Fred N. W. 1982.
Animal Physiology. New York: Mac Millan Publishing.
Kakam, Y., Laksmi S., & Anam M. 2008. Pemberian Pakan yang Berbeda
terhadap Pertumbuhan dan Rasio Konversi Pakan Lobster Air Tawar
(Cherax Quadricarinatus) dengan Sistem Botol. Berkala Ilmiah
Perikanan. 3(1) pp. 41-47.
Mellon, D. 2007. Combining Dissimilar Senses: Central Processing of
Hydrodynamic and Chemosensory Inputs in Aquatic Crustaceans. Biol.
Bull. 213 pp. 111.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Roger. 1978. Physiological of Animal. New Jersey: Prentice Hall inc.
Ville, C. A., Walker W. F., & Barners R. D. 1988. Zoologi umum. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai