Anda di halaman 1dari 10

Pemeriksaan Fisik dan Penatalaksanaan bagi Penderita Dermatitis

Kontak Iritan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta
___________________________________________________________________________
Pendahuluan
Kulit merupakan organ tubuh yang terpenting yang berfungsi sebagai sawar (barrier),
karena kulit merupakan organ pemisah antara bagian di dalam tubuh dengan lingkungan di
luar tubuh. Kulit secara terus-menerus terpajan terhadap faktor lingkungan, berupa faktor
fisik, kimiawi, maupun biologik.
Bagian terpenting kulit untuk menjalankan fungsinya sebagai sawar adalah lapisan
paling luar, disebut sebagai stratum korneum atau kulit ari. Meskipun ketebalan kulit hanya
15 milimikro, namun sangat berfungsi sebagai penyaring benda asing yang masuk ke dalam
tubuh. Apabila terjadi kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan melampaui
kapasitas toleransi serta daya penyembuhan kulit, maka akan terjadi penyakit.
Kulit adalah bagian tubuh manusia yang cukup sensisitif terhadap berbagai macam
penyakit. Penyakit kulit bisa disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya, faktor lingkungan
dan kebiasaan sehari-hari. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik
bagi kulit. Demikian pula sebaliknya. Salah satu lingkungan yang perlu diperhatikan adalah
lingkungan kerja, yang bila tidak dijaga dengan baik dapat menjadi sumber munculnya
berbagai penyakit kulit.
Penyakit kulit akibat kerja adalah semua keadaan patologis kulit dengan pajanan pada
pekerjaan sebagai faktor penyebab utama atau hanya sebagai faktor penunjang. Meliputi
penyakit kulit baru yang timbul karena pekerjaan atau lingkungan kerja dan penyakit kulit
lama yang kambuh karena pekerjaan atau lingkungan kerja.
Sejak dahulu di seluruh dunia telah dikenal adanya reaksi tubuh terhadap bahan atau
material yang ada di lingkungan kerja. Dalam Ilmu Kesehatan Kulit dikenal, pada individu
atau pekerja tertentu baik yang berada di negara berkembang maupun di negara maju, dapat
mengalami kelainan kulit akibat pekerjaannya. Penyakit Kulit Akibat Kerja (PAK) dikenal
secara populer karena berdampak langsung terhadap pekerja yang secara ekonomis masih
produktif. Istilah PAK dapat diartikan sebagai kelainan kulit yang terbukti diperberat oleh
jenis pekerjaannya, atau penyakit kulit yang lebih mudah terjadi karena pekerjaan yang
dilakukan. Apabila ditinjau dari jenis penyakit kulit akibat kerja, maka lebih dari 95%
merupakan dermatitis kontak.
Rumusan Masalah

Seorang perempuan usia 25 tahun datang dengan keluhan tangan gatal sejak 2 minggu yang
lalu, makin lama gatal makin parah, disertai perih dan kemerahan.
Hipotesis
Perempuan usia 25 tahun dengan keluhan gatal menderita dermatitis kontak iritan.
Anamnesis
Kemahiran mengambil anamnesis tentang keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang
pasien memerlukan kecermatan supaya jangan sampai informasi mengenai keluhan utama
justru bukan keluhan utama sebenarnya. Yang perlu ditanyakan semasa anamnesa adalah:

Menanyakan identitas pasien yaitu nama lengkap, tempat/tanggal lahir, status


perkawinan, pekerjaaan, suku bangsa, agama, pendidikan dan alamat tempat tinggal.

Menanyakan keluhan utama yang mendorong pasien untuk berobat. Misalnya


o Keluhan gatal
o Timbul bercak merah
o Kulit kering

Menanyakan riwayat penyakit sekarang:


o Riwayat gatal atau pedih

Timbul sejak kapan?

Gatal timbul waktu berkeringat?

Bersifat kumat-kumatan?

Kebiasaan menggaruk akibat gatal?

Menanyakan riwayat sakit dahulu:


o Riwayat penyakit kulit pada penderita dan atau keluarganya: renitis alergi, asma
bronkial.

Menanyakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya dermatitis


o Bahan iritan
o Alergen hirup
o Makanan
o Mikroorganisme
2

o Hormon
o Stres
o Cuaca

Pemeriksaan Fisik
Antara pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah:

Memeriksa keadaan umum dan tanda vital.


Memeriksa distribusi, morfologi serta lokasi lesi
Memeriksa kelainan kulit lain misalnya jika terdapat infeksi bakteri terutama infeksi
stafilokokus dan streptokokus

Etiologi
Penyebab munculnya DKI adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut,
deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu, bahan abrasif, enzim, minyak, larutan
garam konsentrat, plastik berat molekul rendah atau bahan kimia hidroskopik. Kelainan kulit
yang muncul bergantung pada beberapa faktor, meliputi faktor dari iritan itu sendiri, faktor
lingkungan dan faktor individu penderita. Iritan adalah substansi yang akan menginduksi
dermatitis pada setiap orang jika terpapar pada kulit dalam konsentrasi yang cukup, pada
waktu yang sufisien dengan frekuensi yang sufisien. Masing-masing individu memiliki
predisposisi yang berbeda terhadap berbagai iritan, tetapi jumlah yang rendah dari iritan
menurunkan dan secara bertahap mencegah kecenderungan untuk menginduksi dermatitis.
Fungsi pertahanan dari kulit akan rusak baik dengan peningkatan hidrasi dari stratum
korneum (suhu dan kelembaban tinggi, bilasan air yang sering dan lama) dan penurunan
hidrasi (suhu dan kelembaban rendah). Efek dari iritan merupakan concentration-dependent,
sehingga hanya mengenai tempat primer kontak .1
Pada orang dewasa, DKI sering terjadi akibat paparan terhadap bahan yang bersifat
iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu.
Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi,
vehikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang
dimaksud yaitu lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang), adanya oklusi
menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan
kelembaban lingkungan juga berperan.
Faktor lingkungan juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan
ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak dibawah
umur 8 tahun lebih muda teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih), jenis
kelamin (insidensi dermatitis kontak alergi lebih tinggi pada wanita), penyakit kulit yang
pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan turun), misalnya
3

dermatitis atopik. Sistem imun tubuh juga berpengaruh pada terjadinya dermatitis ini. Pada
orang-orang yang immunocompromised, baik yang diakibatkan oleh penyakit yang sedang
diderita, penggunaan obat-obatan, maupun karena kemoterapi, akan lebih mudah untuk
mengalami dermatitis kontak .
Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan (DKI) dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan
umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah penderita DKI diperkirakan cukup banyak terutama yang
berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat kerja), namun dikatakan angkanya secara tepat
sulit diketahui. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyaknya penderita dengan kelainan
ringan tidak datang berobat, atau bahkan tidak mengeluh. Di Amerika, DKI sering terjadi
pada pekerjaan yang melibatkan kegiatan mencuci tangan atau paparan berulang pada kulit
terhadap air, bahan makanan atau iritan lainnya. Pekerjaan yang berisiko tinggi meliputi
pembatu rumah tangga, pelayan rumah sakit, tukang masak, dan penata rambut. Prevalensi
dermatitis tangan karena pekerjaan ditemukan sebesar 55,6% di intensive care unit dan 69,7%
pada pekerja yang sering terpapar (dilaporkan dengan frekuensi mencuci tangan >35 kali
setiap pergantian). Penelitian menyebutkan frekuensi mencuci tangan >35 kali setiap
pergantian memiliki hubungan kuat dengan dermatitis tangan karena pekerjaan (odds ratio
4,13). Di Jerman, angka insiden DKI adalah 4,5 setiap 10.000 pekerja, dimana insiden
tertinggi ditemukan pada penata rambut (46,9 kasus per 10.000 pekerja setiap tahunnya),
tukang roti dan tukang masak. Berdasarkan jenis kelamin, DKI secara signifikan lebih banyak
pada perempuan dibanding laki-laki. Tingginya frekuensi ekzem tangan pada wanita
dibanding pria karena faktor lingkungan, bukan genetik.1
Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama
palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a)
Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi sehingga tampak basah.
b)

Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.

c)

Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.

Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal dermatitis memberi gambaran
klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.2
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, Dua jenis bahan iritan, maka
dermatitis kontak iritan juga ada dua macam yaitu dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis
kontak iritan kronis. Dermatititis kontak iritan akut. Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena
kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya
sebatas daerah yang terkena, berbatas tegas. Pada umumnya kelainan kulit muncul segera,
tetapi ada segera, tetapi ada sejumlah bahan kimia yang menimbulkan reaksi akut lambat
4

misalnya podofilin, antralin, asam fluorohidrogenat, sehingga dermatitis kontak iritan akut
lambat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau lebih.
Dermatitis kontak iritan kronis atau dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh
kontak dengan iritan lemah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma
mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun, pelarut,
tanah, bahkan juga air). Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi oleh karena kerjasama
berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis
iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah
berhari-hari, berminggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga waktu
dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting.
Dermatitis iritan kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering
ditemukan lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas.
Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya
pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen. Ada
kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan
oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian. Banyak
pekerjaan yang beresiko tinggi yang memungkinkan terjadinya dermatitis kontak iritan
kumulatif, misalnya mencuci, memasak, membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja di
bengkel dan berkebun.4

Working Diagnosis
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan
bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dermatitis kontak merupakan reaksi inflamasi
kulit terhadap unsur unsur fisik, kimia, atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi
yang sering bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan
yang iritatif atau alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh kontak dengan suatu
zat tertentu, ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas.4
Dermatitis kontak terbagi 2 yaitu dermatitis kontak iritan (mekanisme non
imunologik) yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara kimiawi atau fisik merusak
kulit tanpa dasar imunologik, biasanya terjadi sesudah kontak pertama dengan iritan
sedangkan dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik) merupakan reaksi
hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan bahan alergik. Berdasarkan
kasus, dapat disimpulkan bahwa working diagnosis dalam kasus ini adalah dermatitis kontak
iritan.
Diagnosis dermatitis kontak iritan (DKI) didasarkan anamnesis yang cermat dan
pengamatan gambaran klinis. DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat
sehingga penderita pada umumnya masih ingat apa yang terjadi penyebabnya. Sebaliknya,
DKI kronis timbulnya lambat serta mempunyai variasi gambaran klinis yang luas, sehingga
adakalanya sulit dibedakan dengan dermatitis kontak alergik.
5

Differensial Diagnosis1
Dermatitis Kontak Alergik
Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah dermatitis yang disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas tipe lambat terhadap bahan-bahan kimia yang kontak dengan kulit dan dapat
mengaktivasi reaksi alergi. DKA bisa terjadi disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel
pada kulit dan terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen
serta melibatkan mekanisme imunologik. Untuk membedakannya dengan DKI, diperlukan uji
tempel dengan bahan yang dicurigai.
Dermatitis Venenata
Dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam hari
(dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih setelah esok harinya, pada awalnya terlihat
eritema dan sorenya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.
Patofisiologi1
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak
lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan
berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen
inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan
membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan
menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen
dan sistem kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang
akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets
yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen
dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratinosit dan keluarnya
mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik
sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan
lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor
kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai efek pada
terjadinya kerusakan tersebut.

Pemeriksaan Penunjang3
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan integument yaitu :
a)

Biopsi kulit

Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil contoh jaringan dari kulit yang
terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau infeksi
yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b)

Uji kultur dan sensitivitas

Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada
kulit.Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten pada
obat obat tertentu. Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil
eksudat pada lesi kulit.
c)

Pemeriksaan Darah

Hb, leoukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin.
d) Uji tempel
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi. Untuk mengetahui apakah lesi
tersebut ada kaitannya dengan faktor imunologis, mengidentifikasi respon alergi. Uji ini
menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi
local yang ditimbulkan. Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasilnya positif.
Penatalaksanaan5
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik
adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi
individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit. Pengobatan
yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.
Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan
dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi
kering. Makin akut penyakit, makin rendah persentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres,
bila subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin), bila kronik berikan
salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim
atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.

Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya


adalah :
1.

Kortikosteroid

Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLADR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga
menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T dihambat. Efek
imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis kontak.
Jenis yang dapat diberikan adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid.
Cara pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat
dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup dengan film plastik selama
6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit
dan erupsi akneiformis.
2.

Radiasi ultraviolet

Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan


menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat
mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul
permukaan sel langerhans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji
antigennya. Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi
peradangan dan imunitis. Secara imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan
epidermis, menurunkan jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi
mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui mekanisme yang
diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans akan sangat berkurang
jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1
pada keratinosit dan sel Langerhans.
3.

Siklosporin A

Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas kontak


pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek minimal, mungkin
disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
4.

Antibiotika dan antimikotika

Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E. coli,
Proteus dan Candida sp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika
(misalnya gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
5.

Imunosupresif topikal

Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan SDZ
ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui penurunan
sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain.
Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek
8

samping sistemik. SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti
inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid
klobetasol-17-propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%.
Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan penggunaan secara topikal
sama efektifnya dengan pemakaian secara oral.
Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga pada
kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya adalah :
1. Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada yang
berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang
berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin,
SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
2. Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular atau intravena.
Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki
kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita ulkus peptikum, diabetes
dan hipertensi. Efek sampingnya terutama pertambahan berat badan, gangguan
gastrointestinal dan perubahan dari insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan
menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel
Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNFa dan MCAF.
3. Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong dan menghambat
produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit,
makrofag dan keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1.
Komplikasi
Antara komplikasi dari dermatitis kontak iritan adalah DKI dapat meningkatkan
sensitasi pengobatan topikal. Terus komplikasi tersering dalam penyakit kulit adalah lesi kulit
bisa mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh kuman Staphylococcus aureus.
Neurodermatitis sekunder (liken simpleks kronis) bisa terjadi terutama pada pekerja yang
terpapar iritan di tempat kerjanya atau dengan stres psikologik. Selain itu hiperpigmentasi
atau post inflamasi pada area terkena DKI dan jaringan parut bisa muncul pada paparan bahan
korosif atau ekskoriasi.

Prognosis
Prognosis baik pada individu non atopi dimana DKI didiagnosis dan diobati dengan baik.
Individu dengan dermatitis atopi rentan terhadap DKI. Bila bahan iritan tidak dapat
disingkirkan sempurna, prognosisnya kurang baik, dimana kondisi ini sering terjadi pada DKI
kronis yang penyebabnya multifaktor.
Kesimpulan
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada selsel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Dermatitis kontak iritan ini disebabkan
oleh terpapan oleh zat-zat kimia seperti sabun, detergen, dan pembersih lainnya serta bahanbahan industri, seperti petroleum, klorinat hidrokarbon, etil, eter, dan lain-lain. Dermatitis
kontak iritan ini dapat dicegah yaitu dengan cara membilas kulit dengan air dan gunakan
sabun ringan jika dermatitis karena kontak dengan suatu zat. Usahakan mencuci untuk
menghapus banyak iritan atau alergen dari kulit Anda. Pastikan untuk membilas sabun
sepenuhnya dari tubuh.

Daftar Pustaka

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2010

2. Fishers Contact

Dermatitis. Ed Rietschel RL, Fowler JF. Lippincott Williams &

Wilkins; 2001

3.

Habif TP. Contact dermatitis and patch testing. In: Habif TP, ed. Clinical
Dermatology. 5th ed. Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2009:chap 4

4.

Siregar RS. Saripati penyakit kulit. Edisi 2. Jakarta: ECG;2004.


5. Daniel J Hogan. Irritant Contact Dermatitis. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1049353-overview#aw2aab6b2b5 22 April
2015.

10

Anda mungkin juga menyukai