Oleh :
Dimas Kurniawan
NIM : G3A 015 024
A. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah salah satu penyakit renal tahap akhir.
CKD merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan elektrolit yang menyebabkan uremia atau retensi urea
dan sampah nitrogen (Sudoyo & dkk, 2012)
CKD adalah penyakit ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh
secara total seperti sediakala. CKD adalah penyakit ginjal tahap ahir yang
dapat disebabakan oleh berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang
menyebabkan uremia (Corwin, 2008)
B. Etiologi
Adapun sebab sebab gagal ginjal kronik yang sering ditemukan dapat dibagi
menjadi 8 golongan yaitu, sebagai berikut:
1. Penyakit glomerulus primer : penyakit glomerulus akut termasuk
gromerulone
frintis
progresif
cepat,
penyebab
terbanyak
adalah
C. Patofisiologi
Proses terjadinya CKD adalah akibat dari penurunan fungsi renal, produk
akhir metabolisme protein yang normalnya diekresikan kedalam urin
tertimbun dalam darah sehingga terjadi uremia yang mempengarui sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka setiap gejala semakin
meningkat. Sehingga menyebabkan gangguan kliren renal. Banyak masalah
pada ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi,
sehingga menyebabkan penurunan klirens subtsansi darah yang seharusnya
dibersihkan oleh ginjal. Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dapat
dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaaan kliren
kreatinin. Menurunya filtrasi glomelurus atau akibat tidak berfungsinya
glomeluri klirens kreatinin. Sehingga kadar kreatinin serum akan meningkat
selain itu, kadar nitrogen urea darah (NUD) biasanya meningkat. (Corwin,
2008)
Kreatinin serum merupakan indikator paling sensitif dari fungsi renal karena
substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. NUD tidak hanya
dipengarui oleh penyakit renal tahap akhir, tetapi juga oleh masukan protein
dalam diet, katabolisme dan medikasi seperti steroid Penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi
cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk
mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit
ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan
cairan dan elektrolit sehari hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering
tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal
jantung kongesti, dan hipertensi. (Muttaqin, 2011)
Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan
kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai
kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan
hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan
natrium, yang semakin memperburuk status uremik. Asidosis metabolik
terjadi akibat ketidakmampuan ginjal mensekresikan muatan asam (H+) yang
D. Manifestasi Klinis
1. Kardiovaskuler :
a. Hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari
aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron.
b. Gagal jantung kongestif.
2. Edema pulmoner, akibat dari cairan yang berlebih.
3. Dermatologi seperti Pruritis, yaitu penumpukan urea pada lapisan kulit.
4. Gastrointestinal seperti anoreksia atau kehilangan nafsu makan, mual
sampai dengan terjadinya muntah.
5. Neuromuskuler seperti terjadinya perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi, kedutan otot sampai kejang.
6. Pulmoner seperti adanya seputum kental dan liat, pernapasan dangkal,
kusmol, sampai terjadinya edema pulmonal.
7. Muskuloskletal seperti terjadinya fraktur karena kekurangan kalsium dan
pengeroposan tulang akibat terganggunya hormon dihidroksi kolekalsi
feron. (Muttaqin, 2011)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis didapatkan warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, dan myoglobin. Berat jenis <1,020 menunjukkan
penyakit ginjal, pH urine >7,00 menunjukkan ISK, NTA, dan GGK.
Osmolalitas kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan keruskan ginjal dan
rasio urine:serum sering 1 : 1.
2. Pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin. Terdapat peningkatan yang
tetapdalam BUN dan laju peningkatannya bergantung pada tingkat
katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal, dan masukan protein.
Serum kreatinin meningkat pada kerusakan glomerulus. Kadar kreatini
serum bermanfaat dalam pemantauan fungsi ginjal dan perkembangan
penyakit.
pelepasan
kalium
seluler
kedalam
cairan
tubuh,
F. Pathways Keperawatan
Pra Renal : kehilangan vol.
cairan, penurunan vol.
efektif pembuluh darah,
redistribusi cairan, dll
Iskemia
Post Renal :
obstruksi ureter
bilateral, obstruksi
uretra.
mengaktifasi sistem
renin-angiotensin
Aliran darah
Nefrotoksi
Kerusakan glomerulus
Peningkatan pelepasan
NaCl ke makula densa
Obstruksi
tubulus
Ultrafiltrasi
glomerulus
Kebocoran
filtrat
Penurunan
GFR
Gagal
Ginjal
Respon psikologis
cemas
Ekskresi
kalium
Metabolit pada
jaringan otot
Edema paru
Asidosis metabolik
Ketidakseimbangan
elektrolit
Peningkatan kelelahan
otot, kram otot
Resiko
Ketidakseimbangan
elektrolit
kelemahan fisik
Respon nyeri
Nyeri
Akut
c. Circulation
Sirkulasi yang adekwat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan
pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi
tergantung dari fungsi sistem kardiovaskuler. Status hemodinamik
dapat dilihat dari :
1) Tingkat kesadaran
2) Nadi
3) Warna kulit
4) Pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri
karotis dan arteri femoral
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar.
2. Pengkajian Sekunder
a. Pengkajian Anamnesis
Pengkajian pada jenis kelamin, pria mungkin disebabkan oleh
hipertrofi prostat. Pada wanita, infeksi saluran kemih yang berulang
dapat menyebabkan GGA, serta pada wanita yang mengalami
perdarahan pasca melahirkan. Keluhan utama yang sering adalah
terjadi penurunan produksi miksi. Keluhan lai yang mungkin
didapatkan adalah nyeri, demam, reaksi syok, atau gejala dari penyakit
yang ada sebelumnya (prerenal).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit
terutama pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan
berapa lama keluhan penurunan jumlah urine output dan apakah
penurunan jumlah urine output tersebt ada hubungannya dengan
predisposisi penyebab, seperti pasca-perdarahan setelah melahirkan,
diare, muntah berat, luka bakar luas, cedera luka bakar, setelah
mengalami episode serangan infark, adanya riwayat minum obat
tingkat
kesadaran
(azotemia,
ketidakseimbangan
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan penurunan
ekskresi kalium
b. Cemas berhubungan dengan prognosis penyakit
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan retensi cairan
intersisil dari edema paru dan respon asidosis metabolik
d. Nyeri akut berhubungan dengan kram otot
(Herdman & Kamitsuru, 2015)
tentang
masalah
dan
perasaan
tentang
pasien
memahami
untuk
berbagai
mengidentifikasi
perubahan
akibat
cara-cara
penyakit
untuk
dan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. J. (2008). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doengos, M. E. (2005). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosa Keperawatan, Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Muttaqin, A. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi NANDA & NIC NOC. Yogyakarta:
Mediaction.
Sudoyo, A., & dkk. (2012). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.