5 Tahun 1999
1. Draft RUU Awal
Pasal 26
Setiap pelaku usaha dilarang memiliki saham pada beberapa perusahaan
sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada
pangsa pasar yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan yang
memiliki kegiatan usaha yang sama pada pangsa pasar yang sama,
sehingga berakibat terhadap penguasaan pangsa pasar lebih dari 30%
2. Penjelasan Pansus mewakili DPR tenntang RUU usul Inisiatif larangan
praktek monopoli
Selain adanya pengaturan terhadap perjanjian yang dilarang dan kegiatan
usaha yang dilarang, Rancangan Undang-Undang ini juga memberikan
pengaturan terhadap perilaku usaha yang masih memerlukan penilaian
untuk menentukan apakah perbuatan itu termasuk kategori yang dilarang
atau tidak, yaitu dalam bentuk posisi dominan, seperti jabatan rangkap,
pemilikan saham, penggabungan, konsolidasi dan peleburan. (hlm 121)
Bagian ketiga tentang Pemilikan Saham (Pasal 26)
Memuat larangan bagi pelaku usaha untuk memiliki atau menguasai
saham atas beberapa perusahaan atas bidang yang sama sehingga
menguasai pangsa pasar lebih dari 30% (hlm 129)
3. Matrik Daftar Inventarisasi Masalah ( D I M ) (Penjelasan RUU) (hlm.
407)
Pasal 26: Undang-undang ini melarang keras bagi setiap pelaku usaha
untuk memiliki atau menguasai saham atas beberapa perusahaan atas
bidang yang sama sehingga menguasai pangsa pasar lebih dari 30%
Permasalahan: Yang perlku dihindari adalah pemilikan saham di beberapa
perusahaan dalam bidang yang sama yang mengakibatkan terganggunya
persaingan usaha. Untuk itu telah ada penyempurnaan pada batang tubuh
Usulan pemerintah: cukup jelas
DIM
oleh
pemerintah
(Menteri
perindustrian
dan
berbagai masukan yang bernilai serta pendapat dalam pembahasan Pansus. RUU
ini berorientasi kepada pendekatan perubahan perilaku usaha, yang bertitik tolak
kepada pendekatan perubahan perilaku pelaku usaha yang mempengaruhi
perubahan struktur pasar ke arah yang lebih terbuka, demokratis, tanpa adanya
berbagai hambatan barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan praktek
monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
Saudara pimpinan dewan dan hadirin yang saya hormati,
Undang-undang ini juga mengatur tentang berbagai kegiatan pelaku usaha yng
dilarang dan penggunaaan posisi dominan, yang termasuk ke dalam kategori
ketentuan yang bersifat rule of reason. Kegiatan yang dilarang di dalam UU ini
adalah: Monopoli, Monopsoni, Penguasaan Pasar, Persekongkolan antar pelaku
usaha, yang dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.
Disamping itu, perilaku usaha yang dapat mengakibatkan praktek monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat dilarang seperti; dalam penggunaan posisi
dominan, jabatan rangkap serta penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
saham badan usaha laon.
Perubahan perilaku sebagaimana kami telah uraikan diatas, diharapkan dapat
berjalan seirama dengan perubahan struktur pasar yang merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan dalam RUU ini. Oleh sebab itu, RUU ini secara tegas
menginginkan dan mengamanatkan terjadinya perubahan struktur pasar yang
bersifat monopolistik dan oligopolistik, yang artinya pelaku usaha dilarang
melakukan penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa
yang apat mengakibatkan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak
sehat. Perilaku ini mengakibatkan pelaku usaha lain yang signifikan dan sangat
potensial tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang atau jasa yang
sama atau sejenis.
Perubahan struktur pasar yang demikian sangat diperlukan antara lain dengan
pengaturan pembatasan terhadap penguasaan pangsa pasar atas satu jenis barang
atau jasa tertentu yang diperlukan sebagai dugaan awal terhadap pelaku usaha
apakah telah melakukan praktek monopolistik dan atau persaingan usaha tidak
sehat
Maka dalam RUU ini, pelaku usaha yang patut diduga atau dianggap melakukan
penguasaan atas produksi dan/atau pemasararan satu jenis barang atau jasa
tertentu apabila:
Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
Penguasaan pangsa pasar 50% atau lebih oleh satu pelaku usaha atau satu