Anda di halaman 1dari 18

1.

IDENTITAS PASIEN
2. ANAMNESA
3. PEMERIKSAAN FISIK
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5. RESUME
6. DIAGNOSIS KERJA
7. DIAGNOSIS BANDING
8. TATALAKSANA
9. PROGNOSIS
10. TINJAUAN PUSTAKA
11. ANALISA KASUS
12. REFERENSI

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien
: Tn. A. M.
b. Jenis Kelamin
: Pria
c. Tanggal Lahir
:
d. Usia
: 45 Tahun
e. Pekerjaan
: Swasta (Event Organizer)
f. Agama
: Islam
g. Pendidikan
: S1
h. Alamat
: Gang Haji Karang Tengah, Pondok Labu, Jakarta Selatan
i. Masuk RSMC
: 25 Juni 2016
j. Di Rawat
: Bangsal Cempaka Atas RSMC
k. Jaminan
: BPJS-KIS
ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 29 Juni 2016 pukul
12.00 WIB.
Keluhan Utama
Demam sejak 12 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Mual dan muntah sejak 2 hari SMRS. nafsu makan menurun.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Tn A. datang ke UGD Rumah Sakit Marinir Cilandak pada tanggal 25
Juni 2016 dengan keluhan mual dan muntah sejak 2 hari SMRS. Pasien mengaku
tidak pernah mengukur demam karena tidak mempunyai termometer. Pasien mengaku
demamnya hilang timbul, jamnya tidak menentu, namun pasien kerap merasa panas
dan meriang. Pasien tidak mengeluhkan batuk, pilek, maupun nyeri menelan selama
demam. Pasien menyangkal adanya keringat pada malam hari. Pasien mengaku
adanya penurunan berat badan sejak tahun 2013 yakni sebanyak 12 kilo sejak 3 tahun
belakangan. Pasien menyangkal adanya sesak, bunyi mengi, bengkak, pusing
berputar, maupun sakit kepala. Pasien juga menyangkal adanya mual muntah sampai
2 hari SMRS. Pasien mual dan muntah sejak 2 hari SMRS, isi air liur, tidak ada darah,
tidak ada makanan, leher tidak terasa asam, kerongkongan tidak terasa terbakar,
pasien juga mengaku tidak bisa makan, minum maupun mengkonsumsi obat-obatan,
namun pasien menyangkal adanya sakit tenggorokan, sariawan, maupun nyeri
menelan. Pasien menyangkal adanya BAB encer dengan lendir maupun darah. Pasien
mengaku ia berkemih seperti biasa, tidak sering, warna kuning pekat, tidak sakit, tidak
menetes. Pasien mengaku telah mengunjungi UGD RS Fatmawati sebanyak 2 kali

selama demam. Kunjungan pertama pada hari ketiga demam, pasien diperiksakan
darah rutin dan tipes dan pasien dinyatakan normal dan dilakukan rawat jalan dengan
RS Fatmawati, diberikan obat lambung dan obat demam. Pada kunjungan kedua yakni
pada hari ke 6 demam dengan hasil laboratorium normal. Pasien mengaku mempunyai
riwayat penyakit gula terkontrol sejak tahun 2013, mengkonsumsi obat secara rutin
yang diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit fatmawati, secara
rutin setiap 2 minggu melakukan pengecekan gula darah di apotik karena tidak
mempunyai alat pengecekan gula sendiri, dan kontrol untuk obat gula setiap 1 bulan.
Pasien mengkonsumsi 2 jenis obat gula dari awal sampai di rawat di rumah sakit.
Pasien menyangkal pernah dirawat inap sebelumnya, pasien juga menyangkal gula
darah sewaktu yang diperiksanya tidak pernah lebih dari 300mg/dl selama 3 tahun,
tidak mengalami pusing-pusing, mata berkabut, kesulitan dalam melihat, rasa kebas
jika menapak, luka-luka di kaki maupun tangan yang tidak dapat sembuh. Pasien
mengaku awalnya pasien memiliki sakit darah tinggi, dan rutin mengkonsumsi obatobatan darah tinggi secara rutin. Pasien menyangkal pernah mengalami serangan
jantung atau nyeri dada sebelumnya. Pasien juga mengaku memiliki asam urat yang
kambuh sekali-sekali, juga mengkonsumsi obat-obatan untuk asam urat.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal pernah mengalami gejala serupa. Pasien mengaku
perawatan ini adalah rawat inap pertama yang pernah ia alami. Pasien mengaku
mempunyai riwayat penyakit hipertensi, penyakit gula, dan penyakit asma. Pasien
secara rutin mengkonsumsi obat-obatan hipertensi dan obat-obatan gula. Pasien
mengaku penyakit asma yang dia derita ada sejak kecil hingga remaja dan tidak
pernah lagi serangan sejak remaja hingga dewasa. Serangan asma kembali sejak 3
tahun yang lalu. Pasien mengaku serangan asma yang ia alami tidak lebih dari 2 kali
selama 1 bulan. Faktor pencetusnya adalah dingin atau stress yang berlebihan. Pada
saat serangan pasien mengkonsumsi ventolin untuk mengurangi sesak dan gejala.
Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit flek paru, alergi terhadap makanan
maupun obat-obatan. Pasien juga menyangkal pasien memiliki riwayat penyakit
jantung koroner, riwayat cuci darah sebelumnya, riwayat sakit kuning, maupun
riwayat keganasan.
Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengaku ibu pasien dan kakak laki-laki pasien memiliki penyakit
asma. Pasien menyangkal adanya riwayat hipertensi atau riwayat penyakit jantung
koroner di keluarga. Pasien juga menyangkal orang tua pasien mempunyai riwayat
penyakit gula. Pasien mengaku kedua orang tua pasien masih ada dan tidak sakitsakitan. Pasien juga menyangkal adanya penyakit flek paru di keluarga.
Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku pasien memiliki kebiasaan gaya hidup yang buruk sejak ia
remaja. Pasien mengaku merokok sejak ia kuliah, diawali dengan 1 bungkus per hari
(LA Mild, nikotin: 1,5 mg). Pasien juga mengaku sering mengkonsumsi bir sejak
kuliah, juga sering berpesta ke klub malam pada saat kuliah. Pasien mengakui
menggunakan obat-obatan jenis ekstasi dan ganja, namun pasien menyangkal adanya
menggunakan obat-obatan lain seperti obat-obatan injeksi dan sebagainya. Pasien juga
mengakui pasien melakukan seks bebas pada saat remaja, kerap berganti-ganti
pasangan.
Setelah kuliah, pasien bekerja di suatu perusahaan swasta mengatur acara.
Pasien mulai merokok 3-4 bungkus rokok setiap harinya, pasien juga secara rutin
mengkonsumsi bir pada saat bekerja. Pasien berkata pekerjaannya menuntut beliau
untuk 4-5 hari tidak tidur selama bekerja demi mengejar tenggat waktu pekerjaan.
Selama bekerja, pasien lebih memilih mengkonsumsi makanan cepat saji tanpa
mengenal jam. Pasien juga mengaku pasien mempunyai kebiasaan untuk berpesta di
klub malam minimal 2 kali dalam seminggu dan mengkonsumsi minuman keras jenis
whisky dan menggunakan obat-obatan seperti ekstasi selama berpesta. Pasien mulai
berhenti dan meninggalkan gaya hidup seperti ini sejak pasien berumur 30 tahun.
Pasien sudah berhenti minum-minuman keras, berhenti merokok sejak 3 tahun
yang lalu, dan mempunyai pola makan dan diet yang lebih baik daripada sebelumnya.
Pasien juga mengaku sudah berhenti untuk berpesta di klub-klub malam.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama seorang istri dan 2 anak pasien. Anak pertama berumur
15 tahun dan sedang duduk di bangku SMP, dan anak kedua duduk di bangku SD.
Pasien tidak bekerja kepada suatu perusahaan tetap melainkan pasien bekerja lepas
dengan pendapatan lebih dari 10 juta per bulan jika mendapatkan pekerjaan banyak.
Keluarga pasien termasuk golongan ekonomi menengah.
Riwayat Lingkungan

Lingkungan

sekitar

pasien

dan

teman-teman

pasien

mempunyai

kecenderungan untuk merokok, minum-minuman beralkohol, dan mempunyai gaya


hidup dan pola tidur yang kurang sehat, walaupun pasien mengaku sudah tidak
mengikuti gaya hidup tersebut.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Berat Badan

: 63 Kg

Tinggi Badan

: 168 cm

Indeks Massa Tubuh :


Kesan

Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah

: 150/100

Nadi

: 128 kali per menit, kuat, reguler, isi penuh, simetris

Pernafasan

: 24 kali per menit, torakoabdominal, kussmal (-)

Suhu

: 37 oC per aksila

Bagian Tubuh

Hasil

Pemeriksaan
Normochepali (Tidak terdapat deformitas)
Rambut berwarna hitam, pertumbuhan merata, tidak mudah rontok
Konjunctiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), conjungtivitis (-)
RCL (+/+) ; RCTL (+/+)
Pupil bulat isokhor (+/+) 3mm/3mm
Edema periorbital (-/-), secret purulent (-/-)

THT

Nafas cuping hidung (-)


Daun telinga simetris, nyeri tekan tragus (-/-)
Tidak ada sekret / darah yang keluar dari telinga
Tonsil T1/T1 Tenang, Uvula berada di tengah, faring Hiperemis (-)

Mulut

Bibir simetris, warna pink, dan tidak sianotik.

Leher

Pembesaran kelenjar getah bening (-), Nyeri tekan (-)


Pembesaran tiroid (-)
Kaku kuduk (-)

Kepala
Mata

JVP 5+1cm

Thorax

Simetris (+/+) , Retraksi (-), pelebaran sela iga (-) Spider nevi (-)

Jantung

Inspeksi
o Scar (-), diskolorasi (-), iktus kordis tidak terlihat
Perkusi :
o Batas kiri jantung ICS 5 anterior Sinistra
o Batas kanan jantung ICS 4 parasternal dextra
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari lateral midclavicula sinistra,

Paru-Paru

Abdomen

Ektrimitas

IV.

tidak kuat angkat, thrill (-), wave (-)


Auskultasi : S1/S2, regular Murmur (-), Gallop (-)
Inspeksi
o Gerak simetris pada saat statis dan dinamis
Palpasi
o Taktil Fremitus simetris
o Tidak teraba massa
Perkusi
o Sonor di seluruh lapang paru
o Batas paru hati ICS 5 Midclav dextra
Auskultasi
o BND Vesikuler (+/+)
o Wheezing (-/-)
o Ronchi (-/-)
Inspeksi : datar, supel, scar (-), diskolorasi (-), caput medusa(-)
Ausukltasi : BU (+) peristaltik 18x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi :
o Dinding perut: Supel, Datar, Nyeri Tekan (-)
o Hati: tidak teraba
o Limpa: Tidak teraba
o Ginjal: ballotemen (-/-)
o Nyeri ketok CVA: (-/-)
o Shifting Dullness: (-)
Akral hangat , edema (-), CRT < 2s, clubbing finger (-), ROM dbn
Massa otot simetris
Kekuatan otot simetris
Kebas (-/-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium tanggal 25 Juni 2016
Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Hb

12.1

12 16gr/dL

Ht
Leukosit
Trombosit
Glukosa Sewaktu
Glukosa Puasa
Glukosa Darah 2 PP
HbA1c
Kolesterol Total
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
Na+
K+
ClSGOT
SGPT
Ureum
Creatinine
Asam Urat

36
11.600
428.000
115
169

138
4.2
5
7.440
39.4
130.5
99.1
27.1

37-54%
5.000-10.000/ul
150.000-400.000/ul
< 200 mg/dl
<70-105 mg/dl
<120 mg/dl
<200 mg/dl
P: 25-55 W: 45-65
<130 mg/dl
mmol/L
mmol/L
mmol/L
50-70%
25-40%
2-6%
mmol/L

Irama
: Sinus
HR
: 125 bpm
Axis
: Normo Axis
P Wave
:
PR Interval : 0.12s
QRS Complex :
ST Segmen :
T Wave
:

Hasil Radiologi
Foto Thorax AP: Posisi Asimetris
Cor
: Ukuran membesar (CTR: 53%), Cephalisasi (-)
Pulmo : Tidak tampak infiltrate di kedua lapang paru. Corakan bronkovaskuler
bertambah dengan penebalan peribronchial di daerah perihiler dan paracardia
kanan. Hilus kanan normal, kiri lobulated
Sinus Costrophrenicus tajam
Diafragma baik
Tulang-tulang intak
Kesan: - Kardiomegali tanpa bendungan paru
- Gambaran Bronchitis

V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.

RESUME
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
PROGNOSIS
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seorang
yang disebabkan oleh adanya peningkatan glukosa darah akibat penurunan sekresi
insulin yang progresif. Diabetes mellitus berhubungan dengan resiko arterosklerosis
dan merupakan predisposisi untik terjadinya kelainan mikrovaskular seperti
retinopati, nefropati dan neuropati. Data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa
proporsi diabetes di Indonesia pada tahun 2013 meningkat hampir dua kali lipat
dibandingkan tahun 2007. Proporsi diabetes mellitus di Indonesia sebesar 6,9%,
toleransi glukosa terganggu (TGT) sebesar 29,9% dan glukosa darah puasa (GDP)
terganggu sebesar 36,6%. Proporsi penduduk di pedesaan yang menderita diabetes
mellitus-hampir sama dengan penduduk di perkotaan. Prevalensi diabetes mellitus
meningkat dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen (2013).
Penyakit diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat
mengakibatkan

terjadinya

berbagai

penyulit

menahun,

seperti

penyakit

serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai,


gangguan pada mata, ginjal dan syaraf. Penyandang diabetes mellitus mempunyai
resiko 2 kali lebih besar untuk mengalami penyakit jantung koroner, dan penyakit
pembuluh darah otak, 5 kali lebih mudah menderita ulkus/gangrene, 7 kali lebih
mudah mengidap gagal ginjal terminal, dan 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan
akibat kerusakan retina daripada pasien non diabetes. Usaha untuk menyembuhkan
kembali menjadi normal sangat sulit jika sudah terjadi penyulit, karena kerusakan
yang terjadi umumnya akan menetap. Usaha pencegahan diperlukan lebih dini untuk
mengatasi penyulis tersebut dan dihaarpkan akan sangat bermanfaat unyuk
menghindari terjadinya berbagai hal yang tidak menguntungkan.
Etiologi dan Faktor Resiko
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes mellitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolic dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut
WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes mellitus merupakan sesuatu yang tidak dapat
dituangkan dalam satu jawaban yang jelas singkat tapi secara umum dapat dikatakan
sebagai suatu kumpulan problema anatomic dan kimiawi yang merupakan akibat dari
sejumlah faktor dimana di dapat defisiensi insulin absolut atau relative dan gangguan
fungsi insulin.
Klasifikasi
1. Diabetes Mellitus tipe 1: akibat rusaknya sel beta, yang akan menyebabkan
defisiensi insulin absolut

2. Diabetes mellitus tipe 2: hilangnya sekresi insulin yang progresif yang akan
menyebabkan resisten insulin
3. Gestasional Diabetes: diagnosis diabetes pada trimester kedua atau ketiga dari
kehamilan
4. Diabetes spesifik, seperti sindrom diabetes monogenic (diabetes neonatal),
penyakit endokrin yang berhubungan dengna pancreas (cystic fibrosis), diabetes
akibat obat-obatan atau kimia (glucocorticoid, terapi pada HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ)
Faktor resiko:
- Inaktivitas fisik
- Keluarga tingkat pertama dengan diabetes
- Ras dengan resiko tinggi
- Ibu yang melahirkan bayi >9 lbs atau didiagnosis dengan diabetes gestasional
- HDL-C <35 mg/dl dengan atau tanpa TG >250 mg/dL
- Hipertensi (>140/90 mmHg atau dengan terapi)
- HbA1c >5,7%, IGT, atau IFG pada pemeriksaan sebelumnya
- Kondisi yang mempunyai asosiasi dengan resistensi insulin; obesitas parah,
akantosis nigricans, PCOS
- Sejarah penyakit kardiovaskular
Epidemiologi
Pada studi yang dilakukan oleh AHA selama sepuluh tahun terakhir, terlihat
adanya kemajuan secara stabil pada proporsi pasien dengan diabetes yang di obati
dengan statin dan mencapai rekomendasi angka dari HbA1c, tekanan darah, dan LDL,
namun sekitar 33-49% dari total pasien masih belum dapat mencapai target dari
glikemi, tekanan darah atau kontrol kolesterol, dan hanya 14% dari total pasien yang
dapat mencapai target ketiga variable tersebut.
Patofisiologi
Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis
tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan giagnosis DM,
pemerksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzizmatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (Whole
blood), vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angkaangka kriteria diagnostic yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan
untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler.
1. Diagnosis diabetes mellitus
Berbagai kelihan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti
tersebut d bawah ini:

a. Keluhan klasik DM berupa: polyuria, polydipsia, polifagia dan


penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
b. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritrus vulvae pada wanita
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan
klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200mg/dL
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Kedua, dengan pemeriksaan
glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh
pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis DM.
Ketiga dengan TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75g glukosa lebih
sensitive dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa,
namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTTGO sulit untuk dilakukan
berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan.
2.
Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes, yang meliputi:
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hiduo,
dan mengurangi resiko komplikasi akut
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara
komprehensif. Langkah-langkah Penatalaksanaan umum:
1. Evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama
a. Riwayat Penyakit
Gejala yang dialami oleh pasien
Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah.
Faktor resiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung koroner,
obesitas, dan riwayat penyakit keluarga (termasuk penyakit DM dan
endokrin lain).
Riwayat penyakit dan pengobatan.
Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan dan status ekonomi
b. Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan
Pengukuran tekanan darah, nadi, rongga mulut, kelenjar tiroid, paru dan
jantung

Pemeriksaan kaki secara komprehensif


c. Evaluasi Laboratorium
HbA1c diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun pada pasienyang
mencapai sasaran terapi dan yang memiliki kendali glikemil stabil dan 4
kali dalam 1 tahun pada pasien dengan perubahan terapi atau yang tidak
mencapai sasaran terapi
Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan.
d. Penapisan Komplikasi
Penapisan komplikasi harus dilakukan pada setiap penderita yang baru
terdiagnosis DMT2 melalui pemeriksaan:

Profil lipid dan kreatinin serum


Urinalisis dan albumin urin kuantitatif
Elektrokardiogram
Foto sinar-X dada
Funduskopi dilatasi dan pemeriksaan mata secara komprehensif oleh

dokter spesialis mata atau optometris.


Pemeriksaan kaki secara komprehensif setiap tahun untuk mengenali
faktor resiko prediksi ulkus dan amputasi: inspeksi, denyut pembuluh
darah kaki, tes monofilament 10g, dan Ankle Brachial Indez (ABI).

Langkah-langkah Penatalaksanaan Khusus


Penatalaksanaan DM dimulai dengan pola hidup sehat, dan bila perlu dilakukan
intervensi farmakologis dengan obat antihiperglikemia secara oral dan/atau suntikan
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan intervensi
pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM
secara holistik
2. Terapi Nutrisi Medis
Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penutun glukosa darah atau insulin
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hati dan latihan jasmani secara teratur (3-5 hari seminggu
selama sekitar 30-45 menit,dengan total 150 menit per minggu, dengan jeda antar
latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turur. Latihan jasmani yang dianjutkan
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobic dengan intensitas sedang (50-70%

denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara 220-usia pasien.
4. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk
suntikan.
a. Obat Antihiperglikemia Oral
1) Pemacu Sekresi Insulin: Sulfonilurea dan Glinid
1. Sulfonilurea: Obat golongan ini mempunyai efek utama memacu
sekresi insulin oleh sel beta pancreas.
2. Glinid: Obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonylurea, dengan
penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Obat ini
dapat mengatasi hiperglikemia postprandial.
2) Peningkatan Sensitivitas terhadap Insulin: Metformin dan Tiazolindion
1. Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukola
hati (gluconeogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa perifer.
Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus
DMT2.
2. Tiazolindion merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator
Activated receptor Gamma (PPAR-y), suau reseptor inti termasuk di
sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini mempunyai efek enurunkan
resistensi inslin dengan jumlah protein pengangkut glukosa,
sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Obat ini
dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung (NYHA FC
III-IV) karena dapat memperberat edema.retensi cairan. Hati-hati
pada gangguan faal hati dan bila diberikan perlu pemantauan faal
hari secara berkala. Obat yang masuk dalam golongan ini adalah
Pioglitazone
3) Penghambat Absorbsi Glukosa: Penghambat Glukosidase Alfa
Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbs glukosa dalam usus
halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah
sesudah makan. Penghambat glukosidase alfa tidak digunakan bila GFR
<30ml/min/1,73m2, gangguan faal hati yang berat, irritable bowel
syndrome
4) Penghambat DPP-IV
Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim DPP-I-V
sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang
tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1 untuk meningkatkan sekresi

insulin dan menekan sekresi glucagon bergantung kadar (glucose


dependent).
5) Penghambat SGLT-2
Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral
jenis baru yang menghambat reabsorpsi glukosa di tubuli distal ginjal
dengan cara menghambat transporter glukosa SGLT-2. Obat yang
termasuk golongan ini antara lain: Canagliflozin, Empagliflozin,
Dapagliflozin, Ipragliflozin.
Golongan Obat
Sulfonilurea
Glinid
Metformin

Cara Kerja Utama

Efek Samping

Utama
Meningkatkan sekresi BB naik
Hipoglikemia
insulin
Meningkatkan sekresi BB naik
Hipoglikemia
insulin
Menekan profuksi
Dispepsoa, diare,

Penurunan HbA
(%)
1,0-2,0%
0,5-1,5%
1,0-2,0%

glukosa hati &

asifosis laktat

Penghambat Alfa-

menambah
Menghambat

Flatulen, tinja

0,5-0,8%

Glukosa
Tiazolindion

absorpso glukosa
Menambah

lembek
Edema

0,5-1,4%

sensitivitas terhadap
Penghambat DPP-

insulin
Meningkatkan sekresi Sebah, muntah

IV

insulin, menghambat

Penghambat SGLT-

sekresi glukagon
Menghambat

reabsorpsi glukosa di

ISK

0,5-0,8%

0,5-0,9%

tubuli distal ginjal


b. Obat Antihiperglikemia Suntik
1) Insulin
Jenis Insulin

Awitan(onset)

Kerja Cepat (Rapid-Acting) (Insulin Analog)


Insulin Lispro
5-15 menit
(Humalog)
Insulin Aspart
(Novorapid)
Insulin Glulisin (Apidra)

Puncak

Lama

Efek

Kerja

1-2 jam

4-6 jam

Kemasan

Pen/cartridge
Pen, Vial
Pen

Kerja Pendek (Short-Acting) (Insulin Manusia, Insulin Reguler)


Humulin R
30-60 menit
2-4 jam
Actrapid
Sansulin
Kerja Menegah (Intermediate-Acting)(Insulin Manusia, NPH)
Humulin N
1,5-4 jam
4-10 jam
Insulatard
Insuman Basal
Kerja Panjang (Long-Acting) (Insulin Analog)

6-8 jam

Vial,
Pen/cartridge

8-12 jam

Vial,
Pen/cartridge

Hampir tanpa

12-24 jam

Pen

puncak
Kerja Ultra Panjang (Ultra Long-Acting) (Insulin Analog)
Degludec (Tresiba)
30-60 menit
Hampir tanpa

Sampai 48

Insulin Glargine (Lantus)


Insulin Detemir (Levemir)

1-3 jam

puncak
Campuran (Premixed) (Insulin Manusia)
70/30 Humulin (70% NPH,
30-60 menit

jam

3-12 jam

30% reguler)
70/30 Mixtard (70% NPH,
30% reguler)
Campuran (Premixed, Insulin Analog)
75/25 Humalogmix (75%

12-30 menit

1-4 jam

protamin lispro, 25% lispro)


70/30 Novomix (70%
protamine aspart, 30% aspart)

2) Agonis GLP-1/Incretin Mimetic


Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan pendekatan
baru untuk pengbatan DM. Agonis DLP-1 dapat bekerja sebagai
perangsang penglepasan insulin yang tidak menimbulkan hipoglikemia
ataupun peningkatan berat badan yang biasanya terjadi pada pengobatan
insulin maupun sulfonylurea. Agonis GLP-1 bahkan mungkin
menurunkan berat badan. Efek samping yang timbul pada pemberian
obat ini antara lain rasa sebah dan muntah
c. Terapi Kombinasi
Terapi dengan obat antihiperglikemia oral kombinasi baik secara terpisah
ataupun fixed dose combination dalam bentuk tablet tunggal, harus
menggunakan duamacam obat dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada
keadaan tertentu dapat terjadi sasaran kadar glukosa darah yang belum
tercapai, sehingga perlu diberikan kombinasi tiga obat antigiperglikemia oral
dari kelompok yang berbeda atau kombinasi obat antigiperglikemia oral
dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis dimana insulin

tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga obat


antihiperglikemia

oral

dapat

menjadi

pilihan.

Kombinasi antihiperglikemia oral kombinasi dan insulin yang banyak


dieprgunakan adalah kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin basal
(insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang, yang diberikan pada
malam hari menjelang tidur. Pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat
mencapai kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup
kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan
sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan
menilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. Pada keadaan dimana
kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali meskipun sudah
mendapat insulin basal, maka perlu diberikan terapi kombinasi insulin basal
dan prandial, serta pemberian obat antihiperglikemia oral dihentikan.
Jika target terapi tidak terpenuhi, wajib untuk mencari bukti-bukti atau eviden
XI.
XII.

Komplikasi
ANALISA KASUS
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai