Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL PENELITIAN

Hubungan Tingkat Pengetahuan HIV dengan Sikap Terhadap


Penggunaan Kondom pada Wanita Pekerja Seks di Wilayah
Mauk

Peneliti:

Pembimbing:
Dr. dr. Shirley I. Moningkey, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
2017

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Hubungan Tingkat Pengetahuan HIV dengan Sikap Terhadap Penggunaan

Kondom pada Wanita Pekerja Seks di Wilayah Mauk

PERIODE 27 FEBRUARI 2017 22 APRIL 2017

Disusun oleh
Andre Farnandes (07120120011)
Dylan Hadi (071201200)

Telah disetujui untuk diajukan di Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan


Masyarakat
Sebagai salah satu persyaratan Pendidikan Profesi Kedokteran Umum

Disetujui oleh:
Tangerang, 20 April 2017

Pembimbing,

Dr. dr. Shirley Ivonne Moningkey, M. Kes dr. David Setiawan

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
Hubungan Tingkat Pengetahuan HIV dengan Sikap Terhadap Penggunaan
Kondom pada Wanita Pekerja Seks di Wilayah Mauk. Adapun penelitian ini
dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat untuk Yudisium Program Studi Profesi Dokter.
Penelitian ini dilakukan selama kegiatan kepaniteraan Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Mauk sejak tanggal 27 Februari 2017 sampai 22 April
2017. Melalui serangkaian bimbingan dan pengarahan sebelum dan selama
kepaniteraan ini berlangsung, kami mencoba menyusun dan menyajikan penelitian
tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan HIV dengan Sikap Terhadap Penggunaan
Kondom pada Wanita Pekerja Seks di Wilayah Mauk, Tangerang.
Penelitian ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan, serta kerjasama dalam
hasil penelitian ini. Kami juga ingin secara khusus mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Dr. dr. Shirley I. Moningkey, M. Kes, selaku dosen pembimbing


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan dalam menyusun
dan melaksanakan penelitian ini.
2. dr. David Setiawan, selaku Kepala Puskesmas Mauk, yang telah
memberikan kami kesempatan berpartisipasi dalam pelayanan dan
melakukan observasi dalam seluruh program di Puskesmas Mauk serta
turut membimbing dalam pelaksanaan penelitian ini.
3. Staff Puskesmas Mauk yang telah memberikan kontribusi selama kami
menjalani Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
Mauk.
4. Kepada seluruh pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
penelitian ini.
Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna serta
membutuhkan masukan dan saran agar dapat menjadi lebih baik lagi. Oleh karena
itu, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dalam
penyusunan penelitian ini serta selama menjalankan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Mauk. Kami mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan penelitian ini agar dapat menjadi
lebih baik dan berguna.

Mauk, 20 April 2017

3
Penulis

4
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DENGAN SIKAP
TERHADAP PENGGUNAAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKS
DI WILAYAH MAUK

PERIODE 27 FEBRUARI 2017 22 APRIL 2017


Dylan Hadi1, Andre Farnandes1
ABSTRAK
Pada tahun 2016 diperkirakan sekitar 36.7 juta orang di dunia terinfeksi
oleh virus HIV, dan 1,1 juta orang didunia meninggal akibat hiv. Sekitar 5.1 juta
orang di asia pasifik dilaporkan terinfeksi HIV dengan Indonesia menyumbang
sekitar 690.000 orang dengan HIV. Kasus baru HIV pada provinsi banten
meningkat setiap tahunnya. Ditemukan 263 kasus baru pada tahun 2010-2011.
Studi yang dilakukan merupakan studi observasional dengan pendekatan
studi crossectional. Sampel yang diambil adalah responden wanita pekerja seks
yang bekerja di lokaliasi yang terdapat di wilayah mauk. Setelah dilakukan
pembagian subjek menurut gender dan pekerjaan, dikumpulkan data demografis
dari subjek lalu diberikan kuisioner yang berisi tentang pengetahuan HIV dan
sikap subjek terhadap kondom. Lalu dilakukan studi crossectional.
Hasil 82 responden menunjukkan karakteristik (umur, pendidikan), dari
responden didapatkan tingkat pengetahuan yang baik memiliki sikap setuju
terhadap penggunaan kondom (83,4%) dibandingkan dengan kelompok dengan
tingkat pengetahuan buruk (34,9%).
Diharapkan dapat dilakukan lebih banyak penyuluhan kedepannya untuk
meningkatkan pengetahuan tentang HIV untuk mencegah resiko penularan
HIV/AIDS.

5
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DENGAN SIKAP
TERHADAP PENGGUNAAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKS
DI WILAYAH MAUK

PERIODE
Dylan Hadi1, Andre Farnandes1
ABSTRACT

6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
ABSTRAK..............................................................................................................4
ABSTRACT............................................................................................................5
DAFTAR ISI...........................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................9
1.1 Latar Belakang..........................................................................................9
1.1. Perumusan...............................................................................................11
1.2 Pertanyaan penelitian..............................................................................11
1.3 Tujuan Khusus dan Umum......................................................................11
1.3.1 Umum..................................................................................................11
1.3.2 Khusus.................................................................................................11
1.4 Manfaat....................................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12
2.1 HIV/AIDS...............................................................................................12
2.2 Situasi HIV dan AIDS di Indonesia 1987 2006...................................17
2.3 Kecenderungan dimasa depan.................................................................19
2.4 6 Millenium Development Goals............................................................20
BAB III Kerangka Teori, Kerangka Konsep, Hipotesis,..................................22
dan Definisi Operasional....................................................................................22
3.1 Kerangka teori.........................................................................................22
3.2 Kerangka konsep.....................................................................................23
3.3 Hipotesis..................................................................................................23
3.4 Definisi operasional.................................................................................24
BAB IV Metode Penelitian..................................................................................25
1. Kriteria inklusi.....................................................................................25
2. Kriteria eksklusi...................................................................................25
3. Data yang dikumpulkan dari anamnesis..............................................27
4. Instrumen yang digunakan...................................................................27
5. Cara pengumpulan data.......................................................................27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................31
5.1 Hasil Analisis...........................................................................................31
5.1.1 Data Deskriptif....................................................................................31
5.1.2 Analisis Bivariat..................................................................................32

7
5.1.3 Analisis Multivariat.............................................................................33
5.2 Pembahasan Hasil...................................................................................34
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................35
6.1 Kesimpulan..............................................................................................35
6.2 Saran........................................................................................................35
6.2.1 Untuk Peneliti Selanjutnya..................................................................35
6.2.2 Untuk Puskesmas.................................................................................35
6.2.3 Untuk Lintas Sektoral..........................................................................36
6.2.4 Untuk Masyarakat................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37

8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah penyakit HIV/AIDS di ibaratkan seeprti fenomena gunung es
dimana hanya tampak puncaknya saja. Seperti halnya penyakit HIV/AIDS,
hanya tampak kasus yang dilaporkan saja. Menurut Jount United Nations
Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) di seluruh dunia pada tahun 2016,
diperkirakan 36.7 juta penduduk (1% total populasi dunia berumur 15-49)
terinfeksi oleh HIV. Dipekirakan 1.1 juta orang meninggal akibat HIV pada
tahun 2015. Diperkirakan pada benua asia dan pasifik memiliki 5.1 juta orang
dilaporkan positif oleh HIV, menyumbang 13.9% dari total penduduk dunia
yang terinfeksi HIV (UNAIDS, 2016). Di Indonesia, UNAIDS melaporkan
sekitar 690.000 orang terinfeksi oleh HIV dan diperkirakan 250.000 orang
diantaranya adalah wanita berumur 15 tahun keatas (UNAIDS 2014). Pada
tahun 2013, Terdapat 14 propinsi yang memiliki angka prevalensi tertinggi.
Lima propinsi yang menempati urutan teratas adalah: Daerah Khusus Ibukota
(DKI) Jakarta 2.101 kasus, papua (tanpa Irjabar) 788 kasus, Jawa Tengah 746
kasus, Jawa Barat 636 kasus, dan Bali sebanyak 249 kasus. Penderita paling
banyak pada usia 20-29 tahun (ditjen PPM dan PL Depkes RI, 2006).
Sedangkan menurut perhitungan epidemiologi diperkirakan terdapat 200.000-
250.000 kasus di Indonesia dan yang beresiko tertular diperkirakan sebanyak
12-15 juta orang (Depkes, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa remaja
memiliki risiko tinggi dalam penularan HIV/AIDS karena kecenderungan
melakukan hubungan seks pada usia muda ketika saluran vagina belum
matang dan jaringannya mudah terluka sehingga mudah terinfeksi,
ketidakstabilan emosi, serta kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai
HIV/AIDS merupakan fenomena yang banyak ditemui di masyarakan umum.
Pada tahun 2011 di Provinsi banten ditemukan penderita HIV/AIDS baru
sebanyak 488 kasus, angka ini meningkat bila dibandingkan pada tahun 2010
di Provinsi banten ditemukan penderita HIV/AIDS baru sebanyak 263 kasus,
dengan kasus yang ditangani sebanyak 246 kasus (94%) (DINKES, 2011).
9
Untuk mendukung pembenahan masalah HIV/AIDS, Indonesia turut
menandatangani Millenium Development Goals (MGDs). Tujuan
Pembangunan Milenium adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala
negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)
yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan
untuk dicapai.
Pada penelitian ini lebih difokuskan pada masalah HIV/AIDS yang
terkandung dalam tujuan MDGs yang ke-2. Pada tujuan MDGs yang ke-6
terdapat 3 buah target agar tujuan tersebut tercapai, yaitu 1) prevalensi HIV
dari total populasi, 2) penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko
tinggi, dan 3) proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki
pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS.
Berbagai upaya telah dijalankan untuk mengurangi stigma dan
diskriminasi terhadap ODHA dan keluarganya, dan masih terus berlangsung.
Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan peningkatan pemahaman
mengenai HIV/AIDS di kalangan masyarakat termasuk mereka yang bekerja
di unit-unitpelayanan kesehatan (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional,
2003) Data terjadinya diskriminasi terhadap ODHA yang dilaporkan dari hasi
survei ASIA Pasific Network of people living with HIV/AIDS tahun 2002 di
beberapa negara termasuk Indonesia berupa diskriminasi di tempat kerja,
dalam keluarga dan di sector kesehatan (Arifin A. 2006). Tidak tersedianya
informasi yang benar dan akurat mengenai kesehatan reproduksi, memaksa
remaja begerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri termasuk
pelajaran seks dari internet. Hasilnya remaja pada generasi sebelumnya yang
masih tabu dan malu-malu sekarang menjadi lebih agresif dan sudah mulai
melakukan hubungan seksual di usia muda (PAD Surakarta, 2008). Selain data
tentang pengetahuan, juga dikumpulkan data tentang faktor yang menjadi
dasar dalam menerima pengetahuan seperti umur, jenis kelamin/sex,
Pendidikan, pekerjaan. Pertanyaan peneliti adalah seberapa besarkan tingkat
pengetahuan masyarakat di daerah mauk, Indonesia terhadap HIV/AIDS dan
bagaimana hubungannya dengan sikap terhadap penggunaan kondom.

10
1.1. Perumusan Masalah
Sampai saat ini penelitian yang ada antara tingkat pengetahuan dengan sikap
mengenai penyakit HIV masih terbatas, dan sampai saat ini belum dilakukan
penelitian pada populasi di kecamatan Mauk. Dengan demikian studi ini
bertujuan untuk memberikan informasi terhadap tingkat pengetahuan dan
sikap populasi terhadap kondom pada wanita pekerja seks di Kecamatan
mauk.
1.2 Pertanyaan penelitian
1. Hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap HIV/AIDS dan sikap
terhadap penggunaan kondom.
1.3 Tujuan Khusus dan Umum
1.4 Umum
Untuk mengetahui angka kejadian HIV/AIDS pada wanita pekerja seks di
kecamatan mauk
1.5 Khusus
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap terhadap penggunaan
kondom terhadap HIV/AIDS pada wanita pekerja seks di kecamatan
mauk
1.6 Manfaat
1. Bagi pasien
Mengetahui lebih banyak akan pengetahuan dan sikap terhadap
penggunaan kondom pada HIV/AIDS
2. Bagi klinisi
Memberikan perhatian akan populasi resiko tinggi terhadap pengetahuan
dan sikap terhadap penggunaan kondom mereka akan HIV/AIDS
3. Bagi puskesmas
Menyediakan sarana dan prasarana akan penyuluhan tentang HIV/AIDS
pada wanita pekerja seks
4. Bagi keilmuan
Menambah kepustakaan tentang tingkat pengetahuan dan sikap populasi
pada wanita pekerja seks terhadap HIV/AIDS

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang ditularkan
melalui darah, secara tipikal ditularkan melalui hubungan seksual, pengguna
jarum intravena yang bergantian, dan transmisi dari ibu ke anak (MTCT),
yang dapat terjadi pada saat proses persalinan atau saat menyusui. Penyakit
HIV disebabkan oleh infeksi virus HIV-1 atau HIV-2, yakni retrovirus, famili
Retroviridae, genus Lentivirus, dikemukakan oleh Lac Montagnier, seorang
ilmuwan perancis (Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari
seorang penderita dengan gejala limfadenopati, sehingga pada saat itu dikenal
dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV).
HIV dan AIDS adalah masalah darurat global. Di seluruh dunia lebih
dari 20 juta orang meninggal sementara 40 juta orang telah terinfeksi.1 HIV
dan AIDS merupakan salah satu ancaman terbesar terhadap pembangunan
sosial ekonomi, stabilitas dan keamanan pada negara-negara berkembang. HIV
dan AIDS telah menyebabkan kemiskinan yang semakin parah. Fakta yang
lebih memprihatinkan adalah bahwa di seluruh dunia setiap hari virus HIV
menular kepada sekitar 2000 anak di bawah 15 tahun, terutama berasal dari
penularan ibu-bayi, menewaskan 1400 anak di bawah 15 tahun, dan
menginfeksi lebih dari 6000 orang muda dalam usia produktif antara 15-24
tahun yang juga merupakan mayoritas dari orang-orang yang hidup dengan
HIV dan AIDS (ODHA).
Pada tahun 2008, diperkirakan 33.4 juta penduduk (1% total populasi
dunia berumur 15-49 tahun) terinfeksi oleh HIV. Diperkirakan 2 juta orang
meninggal akibat HIV pada tahun 2008. Pada tahun 2013, di Indonesia
terdapat 14 propinsi yang memiliki angka prevalensi tertinggi. Saat ini
dilaporkan adanya pertambahan kasus baru setiap 2 jam, dan setiap hari
minimal 1 pasien meninggal karena AIDS di Rumah Sakit Ketergantungan
Obat dan di Rumah Tahanan. Dan di setiap propinsi ditemukan adanya ibu
hamil dengan HIV dan anak yang HIV atau AIDS.
Gejala infeksi HIV pada awalnya sulit dikenali karena seringkali mirip
dengan penyakit ringan sehari-hari seperti flu dan diare sehingga penderita
12
tampak sehat. Terkadang dalam 6 minggu pertama setelah kontak penularan
timbul gejala tidak khas berupa demam, rasa letih, sakit sendi, sakit menelan
dan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah telinga, ketiak dan
selangkangan. Gejala ini biasanya sembuh sendiri dan sampai 4-5 tahun
mungkin tidak akan memunculkan gejala. Pada tahun ke 5 atau ke 6
tergantung masing-masing penderita, mulai timbul diare berulang, penurunan
berat badan mendadak, sering sariawan di mulut dan pembengkakan di daerah
kelenjar getah bening. Kemudian tahap lebih lanjut akan terjadi penurunan
berat badan secara cepat (>10%), diare terus menerus lebih dari 1 bulan
disertai panas badan yang hilang timbul atau terus menerus.
Secara umum, tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang
sudah sampai pada tahapan AIDS adalah:
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat
Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan)
Diare berkepanjangan (lebih dari satu bulan)
Sedangkan gejala-gejala tambahan berupa:
Batuk berkepanjagan (lebih dari satu bulan)
Kelainan kulit dan iritasi (gatal)
Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan
Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, seperti di
bawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha.

Perbedaan antara HIV dan AIDS, yaitu:


A. HIV adalah Human Immuno Deficiency Virus, suatu virus yang
menyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan menurunnya
kekebalan/ daya tahan tubuh, sehingga mudah terserang
infeksi/penyakit.
B. AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu timbulnya
sekumpulan gejala penyakit yang terjadi karena kekebalan tubuh
menurun,oleh karena adanya virus HIV di dalam darah
Infeksi HIV/AIDS berbahaya, karena telah banyak pengidap HIV/AIDS yang
meninggal
Gejala muncul setelah 2 - 10 tahun terinfeksi HIV.
Pada masa tanpa gejala sangat mungkin menularkan kepada orang lain.
Setiap orang dapat tertular HIV/AIDS.
Belum ada vaksin dan obat penyembuhnya.
13
Perjalanan Penyakit dan Gejala yang Timbul
Dalam masa sekitar 3 bulan setelah tertular, tubuh belum membentuk
antibodi secara sempurna, sehingga tes darah tidak memperlihatkan
bahwa orang tersebut telah tertular HIV. Masa 3 bulan ini sering
disebut dengan masa jendela
Masa tanpa gejala, yaitu waktu (5 - 7 tahun) dimana tes darah sudah
menunjukkan adanya anti bodi HIV dalam darah, artinya positif HIV,
namun pada masa ini tidak timbul gejala yang menunjukkan orang
tersebut menderita AIDS, atau dia tampak sehat.
Masa dengan gejala, ini sering disebut masa sebagai penderita AIDS.
Gejala AIDS sudah timbul dan biasanya penderita dapat bertahan 6
bulan sampai 2 tahun dan kemudian meninggal

Pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan adalah tes darah dimana


dapat menggunakan pemeriksaan ELIS, Western Blot, atau menggunakan rapid
test. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan jumlah CD4
untuk menentukan resiko infeksi oportunistik, juga kategori menurut jumlah
CD4+. Pada Juni 2014, Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
menganjurkan rekomendasi baru untuk pemeriksaan HIV di laboratorium
yakni mengurangi masa yang dibutuhkan untuk mendiagnosis infeksi HIV
sampai 3-4 minggu lebih cepat. Alogaritmanya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
- Diagnosis dimulai dengan pemeriksaan generasi keempat yang
mendeteksi HIV pada darah lebih cepat daripada pemeriksaan
antibody yakni pemeriksaan protein virus HIV-1 p24 antigen yang
muncul sebelum antibody muncul
- Jika pemeriksaan ini positif, dilakukan immunoassay untuk
membedakan antara antibody HIV-1 maupun HIV-2, hasil yang dapat
didapatkan lebih cepat dibandingkan yang dapat dilakukan oleh
Western Blot.
- Jika pasien dengan hasil positif, pada pemeriksaan awal namun
negative atau hasil pemeriksaan kedua tidak dapat ditentukan,

14
dilakukan pemeriksaan nuclei pada HIV-1 untuk memastikan apakah
ada infeksi.
Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan untuk menghitung kecepatan
replikasi virus, yang biasanya dikenal juga dengan Viral Load, yang biasanya
didapatkan pada kelenjar getang bening dibandingkan pada darah.
Pemeriksaan kuantitatif amplifikasi virus RNA menggunakan pemeriksaan
amplifikasi rancangan asam nukleat (NASBA), Reverse-Transcription
polymerase chain reaction (RT-PCR), atau penggunaan dengan teknologi yang
kurang lebih sama. Pemeriksaan kuantitatif tidak seharusnya menjadi alat
diagnose karena seringkali terdapat positif palsu yang di laporkan pada
beberapa literature. Dengan pemberian terapi, seringkali kecepatan replikasi
tidak dapat ditentukan akibat tertekan. Pada waktu yang sama, jumlah CD4
akan naik dan resiko akan infeksi oportunisik dan kematian menurun.
Penghentian total replikasi masih dianggap tidak mungkin dilakukan dan
mungkin tidak butuh untuk dilakukan.
Pada pasien dengan positif infeksi HIV, dilakukan pemeriksaan
penunjang lanjutan yang meliputi:
- Pemeriksaan Purified Protein Derivative (PPD) pada kulit untuk
tuberculosis
- Pemeriksaan Cytomegalovirus
- Pemeriksaan Sifilis
- Pemeriksan amplifikasi cepat untuk infeksi gonokokal dan klamidia
- Serologi Hepatitis A, B, dan C
- Antibodi anti-toksoplasma
- Pemeriksaan mata
CDC membagi HIV menjadi 3 kategori, yakni Kategori A, B dan C.
Kategori A adalah untuk pasien-pasien dengan infeksi HIV yang bersifat
asimptomatik. Kategori B adalah infeksi HIV dengan gejala yang memiliki
asosiasi dengan menurunan jumlah sel T, seperti kandidiasis orofaring,
leukoplakia oral, ITP, demam, diare yang menetap lebih dari 1 bulan, neuropati
perifer, herpes zoster. Kategori C adalah infeksi HIV dengan infeksi-infeksi
oportunistik. Pembagian HIV lain adalah kategori menurut jumlah hitung CD4,
yakni kategori A1, B1, dan C1 adalah jumlah CD4 lebih dari 500/ L. Kategori

15
A2, B2 dan C2 adalah jumlah CD4 antara 200-400 L Kategori A3, B3, dan
C3 adalah jumlah CD4 kurang dari 200 L
Terapi pada infeksi HIV diberikan menurut tingkat dari peyakit dan
adanya infeksi oportunis. Secara umum, target terapi adalah untuk mencegah
adanya penurunan sistem imun ke titik dimana dapat terjadi infeksi oportunis
dapat terjadi. Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) adalah metode
utama untuk mencegah adanya penurunan sistem imun. Sebagai tambahan,
adanya profilaksis untuk infeksi oportunis yang spesisik dapat diberikan pada
beberapa kasus. Pemeberian jangka panjang HAART yang baik akan
menghasilkan perbaikan dari jumlah CD4 dan perbaikan atas respon imun, dan
sel T. Pemberian terapi adalah spesifik umur, dimana terdapat acuan menurut
anak, dewasa muda, dewasa, maupun pasien-pasien geritatri. Kelas-kelas
antiretroviral yang tersedia adalah Nucleoside reverse transcriptase inhibitors
(NRTIs), Protease Inhibitor (PIs), Nonnucleoside reverse transcriptase
inhibitors (NNRTIs), Fusion Inhibitors, CCR5 co-receptor antagonists, HIV
integrase strand transfer inhibitors. Regimen menurut INSTI adalah sebagai
berikut:
- Dolutegravir/abacavir/lamivudine untuk pasien dengan HLA-
B*5701 negatif
- DTG+Tenofocir Disoproxil fumarate/emtricitabine
- Elvitegravir/cobicistat/TDF/FTC-untuk pasien dengan pre=ART
CrCl>70 mL/min
- Raltegravir + TDF/FTC
Pemilihan regimen dilakukan secara individual menurut hal-hal berikut:
- Efekasi virology
- Toksisitas
- Keterbatasan obat
- Frekuensi pemberian obat
- Potensial interaksi obat
- Kekebalan obat
- Faktor pemberat
Dilakukan juga pencarian dan tatalaksana faktor-faktor pemberat
seperti hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, penyakit tulang, dyslipidemia,
defisiensi vitamin D, penyakit ginjal, penyakit hati, gangguan lemak, asidosis
laktat, disfungsi seksual, maupun depresi. Terapi tambahan juga termasuk

16
adalah terapi-terapi infeksi oportunis, terapi lipodystrophy, terapi supresif
HSV-2, dan terapi diare akibat HIV.
2.2 Situasi HIV dan AIDS di Indonesia 1987 2006
Sejak 1987, jumlah kasus HIV dan AIDS dalam kurun waktu 13 tahun
yang semula meningkat perlahan-lahan, mulai 2000 menunjukkan
peningkatan yang sangat tajam. Untuk mengembangkan kebijakan strategi,
situasi dibagi dalam dua periode.1
Situasi 1987 2002

Pada 10 tahun pertama periode ini peningkatan jumlah kasus HIV dan
1
AIDS masih rendah. Pada akhir 1997 jumlah kasus AIDS kumulatif 153
kasus dan HIV positif baru 486 orang yang diperoleh dari serosurvei di
daerah sentinel. Penularan 70% melalui hubungan seksual berisiko. Sejak
akhir 2002 terlihat kenaikan yang sangat tajam dari jumlah kasus AIDS dan
di beberapa daerah pada sub-populasi berisiko tinggi angka prevalensi sudah
mencapai 5%, sehingga sejak itu Indonesia dimasukkan kedalam kelompok
negara dengan epidemi terkonsentrasi. Jumlah kasus yang dilaporkan pada
2002 menjadi 1016 AIDS dan 2552 HIV positif. Jumlah ini jauh lebih rendah
bila dibandingkan dengan estimasi Departemen Kesehatan bahwa pada 2002
terdapat 90.000 120.000 kasus. Peningkatan yang pesat itu disebabkan
penularan melalui penggunaan jarum suntik tidak steril di sub-populasi
pengguna napza suntik (penasun) sementara penularan melalui hubungan
seksual berisiko tetap berlangsung.

Situasi 2003 2006

Pada akhir 2003 jumlah kasus AIDS yang dilaporkan bertambah 355
sehingga total berjumlah 1371, semantara jumlah kasus HIV positif
bertambah 168 sehingga total berjumlah 2720.1 Pada akhir 2003 terdapat 25
provinsi melaporkan kasus AIDS. Penularan di sub-populasi penasun
meningkat menjadi 26%. Peningkatan jumlah kasus AIDS terus terjadi,
17
dimana pada akhir Desember 2004 berjumlah 2682, pada akhir Desember
2005 naik hampir dua kali lipat menjadi 5321 dan pada akhir September 2006
jumlah kasus sudah menjadi 6871. Semua angka kasus tersebut berdasarkan
laporan oleh 32 dari 33 provinsi. Estimasi 2006 jumlah orang yang terinfeksi
HIV diperkirakan mencapai 169.000 216.000 orang. Data hasil surveilans
sentinel Departemen Kesehatan menunjukkan terjadinya peningkatan
prevalensi HIV positif pada sub-populasi berperilaku berisiko, dikalangan
penjaja seks (PS) tertinggi 23% dan di kalangan penasun 48% dan pada
penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebesar 68%. Peningkatan
prevalensi HIV positif terutama terjadi di kota-kota besar, sementara
peningkatan prevalensi di kalangan PS terjadi di kota-kota besar dan kecil
bahkan di pedesaan, terutama di Provinsi Papua dan Irian Jaya Barat. Di
kedua provinsi terakhir ini epidemi sudah cenderung menyerang populasi
umum yang terlihat dari kasus-kasus yang ditemukan di kalangan ibu rumah
tangga baik di kota maupun di pedesaan. Distribusi usia penderita AIDS
pada 2006 memperlihatkan tingginya persentase jumlah usia muda dan
jumlah usia anak. Penderita dari golongan usia 20-29 tahun mencapai 55%,
dan bila digabung dengan golongan usia sampai 49 tahun, maka angka
menjadi 89%. Sementara persentase anak 5 tahun kebawah mencapai 1%.
Diperkirakan pada 2006 sebanyak 4360 anak tertular HIV dari ibunya yang
HIV positif dan separuhnya telah meninggal.

2.3 Kecenderungan dimasa depan


Kecenderungan Epidemi dan perilaku

Para ahli epidemiologi Indonesia memproyeksikan bila tidak ada


peningkatan upaya penanggulangan yang berarti, maka pada 2010 jumlah

18
kasus AIDS menjadi 400.000 orang dengan kematian 100.000 orang, dan
pada 2015 menjadi 1.000.000 orang dengan kematian 350.000 orang. 1
Kebanyakan penularan tetap terjadi pada sub-populasi berperilaku berisiko
kepada isteri atau pasangannya. Diperkirakan pada akhir 2015 akan terjadi
penularan HIV secara kumulatif pada lebih dari 38,500 anak yang dilahirkan
dari ibu yang HIV positif.
Kecenderungan di atas disebabkan meningkatnya jumlah berbagai
sub-populasi berperilaku berisiko terutama penasun yang terlihat dari
estimasi sub-populasi risiko tinggi pada 2006, dan karena masih adanya
stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Faktor-faktor penyebab lainnya
adalah resistensi terhadap obat anti retroviral (ARV) lini pertama, surveilans
ARV belum berjalan baik, dan penyediaan ARV lini kedua belum mencukupi.
Kecenderungan respons

Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya


peningkatan upaya penanggulangan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia.1
Respons harus ditujukan untuk mengurangi semaksimal mungkin
peningkatan kasus baru dan kematian.
Salah satu langkah strategis yang akan ditempuh adalah memperkuat
Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat. Anggaran dari sektor
pemerintah diharapkan juga akan meningkat sejalan dengan kompleksitas
masalah yang dihadapi. Sektor-sektor akan meningkatkan sumber daya dan
cakupan program masingmasing. Masyarakat sipil termasuk Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) akan meningkatkan perannya sebagai mitra
pemerintah sampai ke tingkat desa. Sementara itu mitra internasional
diharapkan akan tetap memberikan bantuan teknis dan dana.

2.4 6 Millenium Development Goals


Tujuan Pembangunan Milenium adalah Deklarasi Milenium hasil
kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa

19
delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015.6 Targetnya adalah
tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015.
Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia
yang terurai dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta
ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan
September 2000 tersebut.
Setiap negara yang berkomitmen dan menandatangani perjanjian
diharapkan membuat laporan MDGs. Pemerintah Indonesia melaksanakannya
dibawah koordinasi Bappenasdibantu dengan Kelompok Kerja PBB dan telah
menyelesaikan laporan MDG pertamanya yang ditulis dalam bahasa
Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk
menunjukkan rasa kepemilikan pemerintah Indonesia atas laporan tersebut.
MDGs mempunyai beberapa tujuan yang telah disepakati yaitu 1)
Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, 2) Mencapai Pendidikan Dasar
untuk Semua, 3) Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan, 4) Menurunkan Angka Kematian Anak, 5) Meningkatkan
Kesehatan Ibu, 6) Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular
Lainnya, 7) Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan 8) Membangun
Kemitraan Global untuk Pembangunan.6
Pada laporan evaluasi ini, difokuskan pada tujuan MDGs ke-6 yakni:
Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya. Pada poin
ini, terdapat beberapa target agar tujuan tersebut tercapai.
Target 6A: Mengendalikan Penyebaran HIV/AIDS dan menurunnya
jumlah kasus baru hingga tahun 2015
6.1 Prevalensi HIV dari total populasi (persen)
6.2 Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi
6.3 Proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan
komprehensif tentang HIV/AIDS
BAB III
Kerangka Teori, Kerangka Konsep, Hipotesis,
dan Definisi Operasional
20
3.1 Kerangka teori

Gender, Pendidikan,
Pekerjaan

Tingkat
Sosial Pengetahuan Penyuluhan
Ekonomi terhadap HIV/AIDS
Pendapatan HIV/AIDS

Sikap
Terhadap
Pengguna
an
Kondom

Perilaku/Stigm
a terhadap
HIV/AIDS

21
3.2 Kerangka konsep

Tingkat pengetahuan HIV Sikap terhadap penggunaan kondom

Bagan 2. Kerangka
Konsep
Keterangan:
: Variabel independen
: Variabel dependen
: Variabel perancu yang akan
dikontrol dengan cara
3.3 Hipotesis
Terdapat kesesuaian antara tingkat pengetahuan
HIV dengan sikap terhadap penggunaan kondom.

22
3.4 Definisi operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Skala


Pengukuran
Pengukuran
Pengetahuan Tingkat Kuesioner Tingkat Nominal
HIV pengetahuan yang sudah pengetahuan
tentang tervalidasi Baik : 60%
penyakit HIV pertanyaan
dijawab
dengan benar
Buruk : <60%
pertanyaan
dijawab
dengan benar
Sikap Sikap Kuesioner Sikap Nominal
terhadap terhadap yang sudah terhadap
penggunaan penggunaan tervalidasi kondom
kondom kondom Sangat tidak
setuju
Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju

Tabel 1. Definisi Operasional

23
BAB IV
Metode Penelitian

A. Desain Studi
Penelitian adalah studi observasional dengan pendekatan berupa cross
sectional study.
B. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di lokalisasi dalam daerah Kecamatan Mauk
periode 21 Maret 2017 s.d. 22 April 2017.
C. Populasi penelitian
Populasi target adalah pekerja seks komersil di daerah kecamatan mauk.
Sampel penelitian adalah pasien-pasien yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi.
D. Kriteria inklusi dan eksklusi

1. Kriteria inklusi

Peserta yang sudah menyetujui untuk mengikuti penelitian

2. Kriteria eksklusi

E. Besar Sampel
a. Desain studi
Berdasarkan hipotesis dan tujuan, penelitian ini dapat diklasifikasikan
sebagai studi analitik komparatif kategorik yang tidak berpasangan.
Dengan demikian, rumus perhitungan sampel yang sesuai adalah:

24
Z = 1,96 (hipotesis dua arah)
Z = 1,96 (hipotesis dua arah)
Z = 0,84
P2 = 0,21
P1 = 0,41
P1 P2= 0,2
P = 0,31
Q1 = 0,59
Q2 = 0,79
Q = 0,69

Jadi, n1 = n2 = 82 sampel

Berdasarkan perhitungan di atas, maka perkiraan sampel minimal


untuk mencari hubungan tingkat pengetahuan sikap HIV dengan sikap
terhadap kondom adalah 82 orang subyek.
b.

25
F. Instrumen dan cara penelitian

3. Data yang dikumpulkan dari anamnesis

a) Identitas Pasien
b) Sosiodemografi
c) Pengetahuan pasien terhadap HIV
d) Sikap Pasien terhadap penggunaan kondom

4. Instrumen yang digunakan

Kuisioner yang akan mengkaji tingkat pengetahuan HIV dan sikap


terhadap kondom

5. Cara pengumpulan data

a) Peserta yang menyetujui untuk mengikuti penelitian pada daerah


lokalisasi di dearah kecamatan Mauk akan dipilih secara konsekutif
hingga jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi.

b) Subjek yang dikumpulkan merupakan subjek yang memenuhi kriteria


inklusi dan eksklusi. Apabila sesuai maka subjek akan diberikan
penjelasan sesuai protokol dan dimintakan persetujuannya untuk ikut
dalam penelitian. Apabila setuju, prosedur pengambilan sampel
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1) Pihak peneliti mengambil data yang diperlukan untuk menilai
tingkat pengetahuan dan sikap terhadap penggunaam kondom.
2) Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam database penelitian
berdasarkan setiap nomor subjek dan diikutkan dalam analisis
data.

26
G. Alur penelitian
PERSIAPAN PENELITIAN

Subjek Setuju atas Penelitian

ANAMNESIS OLEH PENELITI

KRITERIA INKLUSI
KRITERIA EKSKLUSI

EKSKLUSI
SAMPEL
Menilai tingkat pengetahuan HIV dan sikap terhadap kondom

TABULASI DATA

ANALISIS DATA

HASIL PENELITIAN

Bagan 3. Alur Penelitian

27
H. Analisis data
Pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan kuisioner .
Tabulasi dilakukan dengan menggunakan program pengumpulan data
elektronik Microsoft Excel 2010, sedangkan analisis data menggunakan
program SPSS 20.
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara tingkat
kolesterol dengan jangka panjang rawat inap pada pasien DBD dilakukan
dengan uji chi square dalam menentukan signifikasi dan crude ods ratio.).
Semua komponen bermakna akan dianalisa multivariat menggunakan regresi
logistik untuk mencari Adjusted Odds Ratio (AOR).
Sikap Terhadap
Tingkat kondom
Total
pengetahuan Tidak Setuju Sangat P
HIV Setuju Setuju Value
n n % n % n %
Baik

Buruk

Total

Tabel 3. Dummy Table


I. Etika
Pada setiap subyek penelitian akan dilakukan penjelasan secara lisan
atau tertulis mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur penlitian, dimana
setelahnya subyek penelitian akan diminta persetujuannya secara tertulis untuk
bersedia ikut dalam penelitian (formulir terlampir). Penelitian ini melibatkan
pengambilan data demografik, Tingkat pengetahuan dan sikap terhadap
kondom yang dinilai melalui kuesioner. Data yang diperoleh akan
dicantumkan kerahasiaannya dengan tidak mencantumkan nama pasien pada
formulir penelitian. Selain itu, data yang dimasukkan ke dalam database
penelitian tidak mencantumkan nama dan dikategorikan berdasarkan nomor
subjek penelitian.

28
J. Jadwal Penelitian
Bulan (2017)
Kegiatan
Maret April
Penyelesaian proposal penelitian
Pengumpulan sampel
Analisis data dan presentasi
Tabel 4. Jadwal Penelitian
K. Anggaran Penelitian
Harga satuan Biaya
No. Komponen Satuan Jumlah
(Rp.) (Rp.)
Pembuatan
1 proposal eksemplar 9.000 5 45.000
penelitian
Fotokopi
2 Lembar 250 120 30.000
kuesioner
Biaya tak terduga 10 %
Total 82.500

Tabel 5. Anggaran Penelitian

29
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Analisis

Variabel N %
Usia
18 - 19 tahun 16 18,6
20 25 tahun 25 29,6
26 30 tahun 15 17,4
31 36 tahun 23 26,7
37 42 tahun 5 5,4
43 45 tahun 2 2,3
Pendidikan
SD 13 15,1
37 43,1
SMP
SMA 36 41,8
Tingkat Pengetahuan
Baik 30 34,8
Buruk 56 65,2
Sikap Kondom
Tidak setuju 39 45,3
47
54,7
Setuju

Total 86 100

Tabel 6. Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian ini, didapatkan total 86 subjek . Kelompok Usia


terbagi mejadi beberapa kategori yakni usia 18-19 tahun sebanyak 16 orang
(18,6%), usia 20-25 tahun sebanyak 25 orang (29,6%) , usia 26-30 tahun
sebanyak 15 orang (17,4%), 31-36 tahun sebanyak 23 orang (26,7%), usia 37-
42 tahun sebanyak 5 orang (5,4%), 43-45 tahun sebanyak 2 orang (2,3%). Di
antara 86 subjek, terdapat 13 orang (15,1%) dengan tingkat pendidikan SD
dan 37 orang dengan tingkat pendidikan SMP (43,1%), serta 36 orang dengan
tingkat pendidikan SMA (41,8%). Dari tingkat pengetahuan ditemukan bahwa
30 orang memiliki tingkat pengetahuan baik (34,8%), dan 56 orang (65,2%)
30
memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari 86 subjek bila dinilai dari sikap
terhadap penggunaan kondom bahwa 39 orang tidak setuju (45,3%), dan 47
orang setuju (54,7%)
5.2 Analisis Bivariat

a) Hubungan Tingkat Pengetahuan HIV dengan sikap terhadap


penggunaan kondom
Tingkat Sikap Total AOR P
Penget terhadap Valu
ahuan penggunaan e
HIV kondom
Tidak Setuju
Setuju
n % n % n %
Baik 5 16 2 83 3 1 1,501 0,02
,6 5 ,4 0 0
0
Buruk 3 60 2 39 5 1
4 ,7 2 ,3 6 0
0

Tabel 7. Hasil analisa chi square antara Tingkat pengetahuan HIV dengan sikap
terhadap penggunaan kondom

Hasil analisis Tingkat pengetahuan HIV dengan Sikap terhadap


penggunaan kondom menunjukkan bahwa dari 86 subjek terdapat 30 subjek
(34,8%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 56 subjek (65,2%) dengan
tingkat pengetahuan buruk. Dari 30 subjek dengan pengetahuan HIV yang
baik, 5 subjek (16,6%) memiliki sikap tidak setuju dengan penggunaan
kondom dan 25 subjek (83,4%) setuju dengan penggunaan kondom,
sedangkan dari 56 subjek pengetahuan buruk, 34 subjek (60,7%) memiliki
sikap tidak setuju dengan penggunaan kondom dan 22 subjek (39,3%)
memiliki sikap setuju terhadap penggunaan kondom. Hasil uji statistik
menunjukkan nilai statistik Chi-Square dengan p-value sebesar 0.02 yang
berarti berhubungan (p <0.05). Didapatkan OR 1,501 dengan IK 95% 1,493-
6,542.

31
5.3 Analisis Multivariat

95% CI
P
Variabel COR AOR Batas Batas
value
bawah atas
Tingkat
Pengetahua 1,501
1,486 0,02 1.753 1.249
n

Usia 0,14
0,12 0.237 0.037 0.009
Tingkat 0,246
0.236 0,32 0.090 0.042
Pendidikan
Tabel 8. Hasil analisis multivariat regresi logistik

Berdasarkan hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik,


didapatkan tingkat pengetahuan HIV berhubungan signifikan dengan sikap
terhadap penggunaan kondom (p=0,02). Tingkat pengetahuan memiliki
Adjusted Odds Ratio (AOR) 1,501 dengan IK 95% (1.753-1.249). di lain
pihak, usia dan tingkat pendidikan memiliki hubungan yang tidak signifikan
dengan sikap terhadap kondom dengan usia memiliki nilai (p=0.237) dan
memiliki Adjusted Odds Ratio (AOR) 0.14 dan tingkat pendidikan memiliki
nilai (p=0.237) dan memiliki AOR 0.14

5.4 Pembahasan Hasil


Tingkat pengetahuan HIV berhubungan signifikan dengan sikap
terhadap penggunaan kondom (p=0.02). Subjek dengan tingkat pengetahuan
baik mempunyai kemungkinan (odds) 1,501 kali lipat untuk memiliki sikap
setuju terhadap penggunaan kondom dibandingan dengan subjek dengan
tingkat pengetahuan buruk. Studi ini menambah hasil positif terhadap
hubungan Tingkat pengetahuan HIV dengan sikap terhadap penggunaan
kondom.
32
Berdasarkan hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik
ditemukan bahwa selain tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan usia
tidak memiliki hubungan signifikan dengan sikap terhadap kondom.

33
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Mauk
periode Maret hingga April 2017 mengenai hubungan Tingkat pengetahuan
HIV dengan sikap terhadap penggunaan kondom, maka dapat disimpulkan
kelompok dengan tingkat pengetahuan yang baik mempunyai kecenderungan
untuk memiliki sikap setuju terhadap penggunaan kondom (83,4%)
dibandingkan kelompok dengan tingkat pengetahuan buruk (34,9%). Terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan HIV dengan sikap terhadap penggunaan
kondom.

6.2 Saran
6.2.1 Untuk Peneliti Selanjutnya
Pada penelitian sejenis yang lebih lanjut dapat dipertimbangkan
penggunaan faktor penyerta yang lebih banyak, terutama dipertimbangkan
faktor budaya dan kepercayaan.
1 Untuk Puskesmas
Untuk Puskesmas terkait, yang dalam hal ini adalah Puskesmas Mauk
kami menyarankan untuk tenaga kesehatan untuk sering mengadakan
penyuluhan kepada populasi wanita pekerja seks komersil agar mereka dapat
lebih mengerti tentang risiko penularan penyakit HIV dan mengajarkan cara
mencegah penularan tersebut, selain itu karena mayoritas subjek memiliki
sikap tidak setuju terhadap penggunaan kondom maka disarankan juga untuk
lebih mengenalkan dan memfasilitasi penggunaan kondom kepada para
wanita pekerja seks komersil tersebut, sehingga penularan HIV dapat lebih
dikendalikan dan menurunkan angka kejadian HIV.

34
6.3 Untuk Lintas Sektoral
Melibatkan peran aktif lintas sektoral seperti kelurahan serta pemuka
agama untuk menjadi kader serta melibatkan kader-kader yang sudah ada
untuk lebih rutin dan berkompeten dalam kegiatan puskesmas terkhusus
kegiatan Penyuluhan berupa edukasi mengenai resiko penyakit HIV dan cara
pencegahannya kepada para masyarakat dan terutama populasi berisiko seperti
wanita pekerja seks.

6.4 Untuk Masyarakat


Untuk lebih peduli terhadap Penyakit HIV dan cara penularannya.
Pada masyarakat dengan populasi berisiko (misal: homoseksual, wanita
pekerja seks komersil,) untuk lebih sering menggunakan kondom untuk
mecegah terjadinya penularan HIV

b.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Kah Sin Cho. UNAIDS Country director for Indonesia. Available at


http://www.unaids.org/en/regionscountries/countries/indonesia/ Accessed
on 1 April.
2. Global AIDS Response Progress Reporting (GARPR) 2016; UNAIDS
2016 estimates. Available at:
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/global-AIDS-update-
2016_en.pdf. Accessed on 1 April.
3. National AIDS Commision. Global AIDS Response Progress Reporting.
Indonesia Country Progress Report 2014. Available at:
http://www.unaids.org/sites/default/files/country/documents/IDN_narrativ
e_report_2014.pdf. Accessed on 1 April.
4. Z. Djoerban, S. Djauri. Infeksi tropical. Hiv aids. Buku ajar Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Edisi IV. Jilid III. Hal. 1803-1807.
5. Prof. Dr. Sofyan Ismael, Sp. A (K). Antiretroviral. Pedoman nasional
pelayanan kedokteran. Tatalaksanan hiv/aids. 2011. Hal 47-67.
6. HIV Discussion. HIV webstudy. Available at:
http://depts.washington.edu/hivaids/initial/case1/discussion.html.
Accessed on 1 April.
7. Mitchell. H. Katz, MD, Andrew R. Zolopa, MD. HIV Infection and Aids.
2009 Current Medical Diagnosis dan Treatment. McGaw Hill, 48th ed. Hal.
1176-1205.
8. Quinn TC, Wawer MJ, Sewankambo N and others. Hiv. Scribd. Available
at: http://www.scribd.com/doc/40951928/Hiv. Accessed on 2 march.
9. Mansjoer, Arif M. Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). In
Triyanti Kuspuji, editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI; 2000. Hal 162-163
10. Lan, Virginia M. Human Immunodeficiency Virus (HIV) and Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS). In: Hartanto H, editor.
Patofisiologi: Konsep Klinis proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: ECG
2006. Hal . 224.

36
11. Merati, Tuti P.Respon Imun Infeksi HIV. In : Sudoyo Aru W: editor. Buku
ajar ilmu penyalit dalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI: 2006. Hal 545-6
12. Strategi Nasional (STRANAS 2007-2010). STRATEGI NASIONAL
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 2007-2010. http:// spiritia. or. id/
Dok/ stranas 07-10. pdf. Diunggah 1 A1pril 2017
13. Kemenkes. (2011). Statistik Kasus HIV-AIDS di Indonesia. http://www.
spiritia.or.id/ stats/ statcurr. php? lang = id & gg = 1. Diunggah 1 April
2017
14. Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman Nasional Perawatan,
Dukungan dan Pengobatan Bagi ODHA. Jakarta. Yayasan Layak.
15. KPA Nasional. (2010). Laporan KPA Nasional Tahun 2010. http://www.
Aids indonesia. or. id/ laporan-kpa-nasional-tahun 2010.html. Diunggah 2
April 2017
16. Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta ; Salemba Medika.
17. WHO, 2004. The Millennium Development Goals for Health: A review of
the indicators, Jakarta, World Health Organization.
18. UNAIDS/NAC 2006. A review of vulnerable populations to HIV and AIDS
in Indonesia. Jakarta , UNAIDS and National AIDS Commission.
19. KPA 2006. Country Report on the Follow-up to the Declaration of
Commitment on HIV/AIDS (UNGASS), Periode Laporan 2004-2005.
20. Human Development Report 2014, http://hdr.undp.org/en/mediacentre,
Diunggah 1 April 2017.
21. Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, DEPKES RI, Macro Internasional,
2013. Indonesia Demographic and Health Survey 2012, Calverton,
Maryland, USA : BPS dan Macro Internasional.

37

Anda mungkin juga menyukai