Anda di halaman 1dari 4

A.

PATOFISIOLOGI glaukoma
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada
keadaan fisiologis pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan
dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, sclera spur, garis
Schwalbe dan jonjot iris. Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik
posterior oleh badan siliar, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar
dari bola mata melalui trabekula meshwork ke canalis schlemm.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan
aliran keluar humor aqueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior
(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor aqueus ke sistem drainase
(glaukoma sudut tertutup).
Pada glaukoma sudut terbuka kelainan terjadi pada jaringan trabekular, sedangkan
sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intra okuler meningkat karena adanya
hambatan outflow humor aqueus akibat kelainan pada jaringan trabekular.
Pada glaukoma sudut tertutup, jaringan trabekular normal sedangkan tekanan
intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata,
sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan
seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yang sempit (tertutup).

Gambar 1. Patofisiologi glaukoma.


B. GEJALA DAN TANDA
Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena berkembang tanpa ditandai
dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma tidak
menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya diketahui di saat
penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan.
Pada fase lanjut glaukoma, gejala-gejala berikut mungkin timbul:
-

Hilangnya lapang pandang perifer

Sakit kepala

Penglihatan kabur

Melihat pelangi bila melihat sumber cahaya.


Pada glaukoma sudut terbuka akan terjadi penglihatan yang kabur dan penurunan
persepsi warna dan cahaya. Terjadi penurunan luas lapang pandang yang progresif. Yang
pertama hilang adalah lapang pandang perifer yang pada akhirnya hanya akan
menyisakan penglihatan yang seperti terowongan (tunnel vision). Penderita biasanya
tidak memperhatikan kehilangan lapang pandang perifer ini karena lapang pandang
sentralnya masih utuh.
Pada glaukoma sudut tertutup dapat terjadi gejala nyeri, sakit kepala, nausea, mata
merah, penglihatan kabur dan kehilangan penglihatan.

C. DIAGNOSIS
1. Funduskopi.
Untuk melihat gambaran dan menilai keadaan bagian dalam bola mata terutama saraf
optik.
2. Tonometri.
Pemeriksaan untuk mengukur tekanan bola mata, baik dengan alat kontak
(menyentuh bola mata) maupun non kontak.
3. Gonioskopi.
Adalah pemeriksaan untuk menilai keadaan sudut bilik mata, adakah hambatan
pengaliran humor aquous.
4. Perimetri.
Pemeriksaan lapang pandangan dengan komputer, untuk mendeteksi atau menilai
hilangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf penglihatan. Pemeriksaan lengkap
ini hanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita glaukoma saja.
5. Tes provokasi
a. Untuk glaukoma sudut terbuka
i. Tes minum air
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian
disuruh minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraokuler diukur
setiap 15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih
dianggap mengidap glaukoma.
ii. Pressure congestion test
Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60 mmHg, selama 1 menit.
Kemudian ukur tensi intraokulernya. Kenaikan 9 mmHg atau lebih
mencurigakan, sedang bila lebih dari 11 mmHg pasti patologis.
iii. Kombinasi test minum dengan pressure congestion test
Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestion test.
Kenaikan 11 mmHg mencurigakan, sedangkan kenaikan 39 mmHg atau
lebih pasti patologis.
iv. Tes steroid

Diteteskan larutan dexamethasone 3-4 dd gt 1 selama 2 minggu. Kenaikan


tensi intraokuler 8 mmHg menunjukkan glaukoma.
b. Untuk glaukoma sudut tertutup
i. Tes kamar gelap
Orang sakit duduk di tempat gelap selama 1 jam, tak boleh tertidur. Di
tempat gelap ini terjadi midriasis, yang mengganggu aliran cairan bilik
mata ke trabekulum. Kenaikan tekanan lebih dari 10 mmHg pasti
patologis, sedang kenaikan 8 mmHg mencurigakan.
ii. Tes membaca
Penderita disuruh membaca huruf kecil pada jarak dekat selama 45 menit.
Kenaikan tensi 10-15 mmHg patologis.
iii. Tes midriasis
Dengan meneteskan midriatika seperti kokain 2%, homatropin 1% atau
neosynephrine 10%. Tensi diukur setiap jam selama 1 jam. Kenaikan 5
mmHg mencurigakan sedangkan 7 mmHg atau lebih pasti patologis.
Karena tes ini mengandung bahaya timbulnya glaukoma akut, sekarang
sudah banyak ditinggalkan.
iv. Tes bersujud (prone position test)
Penderita disuruh bersujud selama 1 jam. Kenaikan tensi 8-10 mmHg
menandakan mungkin ada sudut yang tertutup, yang perlu disusun dengan
gonioskopi. Dengan bersujud, lensa letaknya lebih ke depan mendorong
iris ke depan, menyebabkan sudut bilik depan menjadi sempit.

Anda mungkin juga menyukai

  • Metode
    Metode
    Dokumen4 halaman
    Metode
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Erisipelas
    Erisipelas
    Dokumen12 halaman
    Erisipelas
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Veruka Plana
    Veruka Plana
    Dokumen22 halaman
    Veruka Plana
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • KEPUTIHAN
    KEPUTIHAN
    Dokumen3 halaman
    KEPUTIHAN
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Warna Rambut
    Warna Rambut
    Dokumen2 halaman
    Warna Rambut
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Macam Macam Cairan Infus Dan Indikasi
    Macam Macam Cairan Infus Dan Indikasi
    Dokumen9 halaman
    Macam Macam Cairan Infus Dan Indikasi
    Sutjipto Wijono
    Belum ada peringkat
  • Torsio Testis
    Torsio Testis
    Dokumen7 halaman
    Torsio Testis
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Perbedaan Torsio Testis Dan Orchitis
    Perbedaan Torsio Testis Dan Orchitis
    Dokumen2 halaman
    Perbedaan Torsio Testis Dan Orchitis
    Khairunnisa Esam
    100% (1)
  • Kanitis
    Kanitis
    Dokumen2 halaman
    Kanitis
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Pneumothoraks Ui
    Pneumothoraks Ui
    Dokumen8 halaman
    Pneumothoraks Ui
    Audria Graciela
    Belum ada peringkat
  • MDRTB 2
    MDRTB 2
    Dokumen13 halaman
    MDRTB 2
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • MDRTB Referat
    MDRTB Referat
    Dokumen17 halaman
    MDRTB Referat
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • MDRTB Referat
    MDRTB Referat
    Dokumen16 halaman
    MDRTB Referat
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Pneu
    Pneu
    Dokumen9 halaman
    Pneu
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Trauma Thorax
    Trauma Thorax
    Dokumen42 halaman
    Trauma Thorax
    Melly Yusfarinaa Kai
    Belum ada peringkat
  • Kanga Ru
    Kanga Ru
    Dokumen7 halaman
    Kanga Ru
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • LAPJAG
    LAPJAG
    Dokumen13 halaman
    LAPJAG
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Imunisasi PDF
    Ringkasan Imunisasi PDF
    Dokumen9 halaman
    Ringkasan Imunisasi PDF
    Nurima Ulya Dwita
    100% (1)
  • Pneumothoraks Ui
    Pneumothoraks Ui
    Dokumen8 halaman
    Pneumothoraks Ui
    Audria Graciela
    Belum ada peringkat
  • Sepsis Berat Dan Syok Septik Insidensy
    Sepsis Berat Dan Syok Septik Insidensy
    Dokumen6 halaman
    Sepsis Berat Dan Syok Septik Insidensy
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • 4 4 5
    4 4 5
    Dokumen6 halaman
    4 4 5
    Krisna Ponggalunggu
    Belum ada peringkat
  • Preparat Besi 2
    Preparat Besi 2
    Dokumen7 halaman
    Preparat Besi 2
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • REFERAT MDRTB Upl
    REFERAT MDRTB Upl
    Dokumen19 halaman
    REFERAT MDRTB Upl
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Transfusi
    Transfusi
    Dokumen3 halaman
    Transfusi
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Transfusi Darah
    Transfusi Darah
    Dokumen3 halaman
    Transfusi Darah
    Arti Tyagita Kusumawardhani
    Belum ada peringkat
  • CA Laringss
    CA Laringss
    Dokumen10 halaman
    CA Laringss
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Glomerulonefritis Akut Pada Anak 2
    Penyakit Glomerulonefritis Akut Pada Anak 2
    Dokumen10 halaman
    Penyakit Glomerulonefritis Akut Pada Anak 2
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Referat Pneumocystic Carinii Pneumoni
    Referat Pneumocystic Carinii Pneumoni
    Dokumen1 halaman
    Referat Pneumocystic Carinii Pneumoni
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • TUBERKULOSIS
    TUBERKULOSIS
    Dokumen2 halaman
    TUBERKULOSIS
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Depress
    Depress
    Dokumen12 halaman
    Depress
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat