Anda di halaman 1dari 4

Epidemiologi

Walaupun tidak ada statistic epidemiologi mengenai glaukoma fakomorfik, glaukoma


sudut tertutup yang dikarenakan katarak hipermatur lebih umum terjadi pada negara dengan
tingkat prevalensi katarak yang lebih tinggi namun metode pembedahannya belum cukup siap.
Glaukoma dapat terjadi pada ras apapun, jenis kelamin apapun, dan lebih sering ditemukan pada
pasien usia lanjut dengan katarak senilis, namun juga dapat terjadi pada pasien usia muda yang
menderita katarak traumatika atau katarak intumesen yang berkembang secara cepat.
Gejala2
Gejala subyektif glaukoma fakomorfik :

Nyeri kepala mendadak

Mata merah

Pandangan kabur dan melihat bayangan seperti pelangi di sekitar cahaya

Mual dan muntah

Penurunan tajam penglihatan yang telah dialami sejak sebelum serangan akut
glaukoma

Gejala obyektif glaukoma fakomorfik :

Tingginya tekanan intraokuler (TIO) lebih dari 35 mmHg

Pupil mid dilatasi, ireguler.

Edema kornea

Injeksi konjungtiva dan silier

Bilik mata depan yang dangkal, <2mm

Letak lensa yang lebih ke depan

Ketebalan lensa setidaknya 5mm

Pembentukan katarak yang tidak sama pada kedua mata


Penyebab2
Beberapa faktor predisposisi glaukoma fakomorfik adalah:

Katarak intumesen

Katarak traumatika

Perkembangan katarak senilis yang cepat

Glaukoma fakomorfik lebih umum terjadi pada mata hiperopik dengan lensa yang
besar/cembung dan sudut bilik mata yang dangkal. Serangan akut sudut tertutup dapat dicetuskan
oleh dilatasi pupil pada penerangan suram. Dilatasi sampai midposisi meregangkan iris perifer
sehingga iris terdorong ke depan, dan terjadi kontak dengan jaringan trabekular, sehingga
terbentuk blokade pupil. Sudut tertutup juga dapat dicetuskan oleh tekanan dari posterior lensa
dan pembengkakan lensa. Kelemahan zonular akibat dari ekfoliasi, trauma atau faktor usia juga
berperan dalam menyebabkan glaukoma fakomorfik.
Diagnosis Banding5

Glaukoma sudut tertutup akut

Glaukoma fakolitik

Glaukoma iris plateau

Glaukoma akibat tumor intraokuler

Glaukoma akibat uveitis

Pemeriksaan Penunjang5
Pemeriksaan tonometri
1. Tonometri Schiotz
Penderita tidur terlentang dan diberi anestesi lokal pada kedua mata.

Penderita menatap lurus ke depan dan kelopak mata difiksasi agar tetap terbuka
dengan menarik palpebra ke arah tepi.

Tonometer diturunkan oleh tangan satunya sampai ujung cekung laras menyentuh
kornea. Dengan gaya yang ditetapkan dengan beban terpasang, tonjolan plunger
berujung tumpul menekan pada kornea dan sedikit melekukkan pusat kornea.
Tekanan kornea sebanding dengan TIO, akan mendesark plunger ke atas.
Tekanan membuat jarum penunjuk skala bergeser. Makin tinggi TIO makin besar

tahanan kornea terhadap indentasi, makin tinggi pula pula geseran plunger untuk
menaikkan gaya pada kornea. Kalibrasi dilakukan dengan meletetakkan tonometer
pada benda yang mirip dengan kornea yang akan menghasilkan angka 0
Nilai: Pembacaan skala dikonversikan pada table tonometer schoitz untuk mengetahui tekanan
bola mata dalam mmHg. Pada tekanan lebih dari 20mmHg dicurigai glaucoma, jika lebih dari 25
mmHg pasien menderita glaucoma.
2.

Tonometri Non-Kontak.

Udara dihembuskan ke kornea.

Udara yang terpantul dari permukaan kornea akan mengenai membrane penerima
tekanan pada alat.

3. Tonometri Aplanasi Goldman

Mata yang akan diperiksa diberi anastesi topical pantocain 0.5%

Pada mata tersebut ditempelkan kertas flouresein yaitu pada daerah limbus inferior. Sinar
oblik warna biru disinarkan dari slit lamp kedasar telapak prisma tonometer Aplanasi
Goldmann

Pasien diminta duduk dan meletakkan dagunya pada slitlamp dan dahinya tepat
dipenyangganya.

Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan 10mmHg

Telapak prisma aplanasi didekatkan pada kornea perlahan lahan

Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah lingkaran pada kornea yang telah
diberi flouresein terlihat bagian luar berhimpit dengan bagian dalam

Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang member gambaran
setengah lingkaran yang berhimpit. Tekanan tersebut merupakan TIO dalam mmHg.

Nilai : dengan tonometer Aplanasi, jika TIO > 20 mmHg sudah dianggap menderita glaucoma.
4. Tonometri Digital Palpasi

Mata ditutup

Pandangan kedua mata menghadap kebawah

Jari-jari yang lain bersandar pada dahi dan pipi pasien

Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea bergantian

Satu telunjuk mengimbangi saat telunjuk lain menekan bola mata

Nilai : didapat kesan berapa ringannya bola mata ditekan. Tinggi rendahnya tekanan dicatat
sebagai berikut : N : normal, N+1 : agak tinggi, N+2 : lebih tinggi lagi, N-1 : lebih rendah dari
normal dst.
Gonioskopi
Berguna untuk mengetahui sudut bilik mata depan tertutup. Gonioskopi adalah tes yang
menempatkan lensa kontak yang berisi cermin pada mata. Cermin itu memungkinkan dokter
melihat dari samping mata untuk memeriksa apakah sudut di mana iris bertemu kornea terbuka
atau tertutup. Hal ini membantu dokter memutuskan apakah jenis glaukoma adalah sudut terbuka
atau sudut tertutup.

Anda mungkin juga menyukai

  • Metode
    Metode
    Dokumen4 halaman
    Metode
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Erisipelas
    Erisipelas
    Dokumen12 halaman
    Erisipelas
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Veruka Plana
    Veruka Plana
    Dokumen22 halaman
    Veruka Plana
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • KEPUTIHAN
    KEPUTIHAN
    Dokumen3 halaman
    KEPUTIHAN
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Warna Rambut
    Warna Rambut
    Dokumen2 halaman
    Warna Rambut
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Macam Macam Cairan Infus Dan Indikasi
    Macam Macam Cairan Infus Dan Indikasi
    Dokumen9 halaman
    Macam Macam Cairan Infus Dan Indikasi
    Sutjipto Wijono
    Belum ada peringkat
  • Torsio Testis
    Torsio Testis
    Dokumen7 halaman
    Torsio Testis
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Perbedaan Torsio Testis Dan Orchitis
    Perbedaan Torsio Testis Dan Orchitis
    Dokumen2 halaman
    Perbedaan Torsio Testis Dan Orchitis
    Khairunnisa Esam
    100% (1)
  • Kanitis
    Kanitis
    Dokumen2 halaman
    Kanitis
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Pneumothoraks Ui
    Pneumothoraks Ui
    Dokumen8 halaman
    Pneumothoraks Ui
    Audria Graciela
    Belum ada peringkat
  • MDRTB 2
    MDRTB 2
    Dokumen13 halaman
    MDRTB 2
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • MDRTB Referat
    MDRTB Referat
    Dokumen17 halaman
    MDRTB Referat
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • MDRTB Referat
    MDRTB Referat
    Dokumen16 halaman
    MDRTB Referat
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Pneu
    Pneu
    Dokumen9 halaman
    Pneu
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Trauma Thorax
    Trauma Thorax
    Dokumen42 halaman
    Trauma Thorax
    Melly Yusfarinaa Kai
    Belum ada peringkat
  • Kanga Ru
    Kanga Ru
    Dokumen7 halaman
    Kanga Ru
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • LAPJAG
    LAPJAG
    Dokumen13 halaman
    LAPJAG
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Imunisasi PDF
    Ringkasan Imunisasi PDF
    Dokumen9 halaman
    Ringkasan Imunisasi PDF
    Nurima Ulya Dwita
    100% (1)
  • Pneumothoraks Ui
    Pneumothoraks Ui
    Dokumen8 halaman
    Pneumothoraks Ui
    Audria Graciela
    Belum ada peringkat
  • Sepsis Berat Dan Syok Septik Insidensy
    Sepsis Berat Dan Syok Septik Insidensy
    Dokumen6 halaman
    Sepsis Berat Dan Syok Septik Insidensy
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • 4 4 5
    4 4 5
    Dokumen6 halaman
    4 4 5
    Krisna Ponggalunggu
    Belum ada peringkat
  • Preparat Besi 2
    Preparat Besi 2
    Dokumen7 halaman
    Preparat Besi 2
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • REFERAT MDRTB Upl
    REFERAT MDRTB Upl
    Dokumen19 halaman
    REFERAT MDRTB Upl
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Transfusi
    Transfusi
    Dokumen3 halaman
    Transfusi
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Transfusi Darah
    Transfusi Darah
    Dokumen3 halaman
    Transfusi Darah
    Arti Tyagita Kusumawardhani
    Belum ada peringkat
  • CA Laringss
    CA Laringss
    Dokumen10 halaman
    CA Laringss
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Glomerulonefritis Akut Pada Anak 2
    Penyakit Glomerulonefritis Akut Pada Anak 2
    Dokumen10 halaman
    Penyakit Glomerulonefritis Akut Pada Anak 2
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Referat Pneumocystic Carinii Pneumoni
    Referat Pneumocystic Carinii Pneumoni
    Dokumen1 halaman
    Referat Pneumocystic Carinii Pneumoni
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • TUBERKULOSIS
    TUBERKULOSIS
    Dokumen2 halaman
    TUBERKULOSIS
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat
  • Depress
    Depress
    Dokumen12 halaman
    Depress
    Khairunnisa Esam
    Belum ada peringkat