Anda di halaman 1dari 10

Nama

: Yusak
PANCASILA
SEBAGAI
DASAR
N.I.M : 215097

NILAI PENGEMBANGAN ILMU

DAFTAR ISI
A) PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBAGAN ILMU.................................2
a) Nillai Ketuhanan Pancasila............................................................................2
b) Dasar Pengembangan Ilmu...........................................................................3
c) Hubungan Nilai Ketuhanan dengan Dasar Pengembangan Ilmu..................3
B) NILAI KEMANUSIAAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU...............6
a) Nilai Kemanusiaan........................................................................................6
b) Hubungan Nilai Kemanusiaan Dengan Ilmu Pengetahuan............................6
c) Manfaat ilmu Bagi Kemanusiaan...................................................................8

A) PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBAGAN ILMU


Peranan sila pertama sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dalam
kegiatan belajar-mengajar siswa akan diajarkan berbagai macam ilmu mulai dari
penjaskes, Pkn (pancasila dan Kewarganegaraan), kesenian, biologi, fisika dan
lainnya salah satunya agama.Dalam pendidikan agama akan dibahas lebih
dalam lagi mengenai ajaran agama tentunya sesuai dengan agama yang dianut
oleh masing-masing siswa.
Sehingga ditegaskan bagi setiap warga Indonesia terutama bagi warga yang
sudah berkeluarga itu mengharuskan anak-anak untuk bersekolah, karena
sekolah sebagai salah satu sarana untuk pengembangan diri. Tetapi masih saja
banyak warga Indonesia yang tidak menjalankan perintah ini dengan alasan tidak
mampu dalam membiayai anaknya. Oleh sebab itu keseimbangan antara
pendidikan dunia maupun agama itu sangatlah berarti dalam kehidupan setiap
manusia. Sehingga dengan tolak ukur bahwa pendidikan itu sangat penting bagi
suatu bangsa maka pemerintahan melaksanakan sekolah gratis wajar 9 tahun.
Hal tersebut tidak lepas dari sumber daya manusianya yang berkualitas.
Sehingga peran pendidikan sangat penting karena sebagai sarana dalam
mengembangkan potensi dari setiap warga Negara. Peran dari bidang
pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas serta
menjadikan siswanya memiliki akhlak yang baik.
a) Nillai Ketuhanan Pancasila
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta.
Dengan nilai ini menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius
bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga memiliki arti adanya pengakuan
akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama,
tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.
Secara umum dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini :
Merupakan bentuk keyakinan yang berpangkal dari kesadaran manusia sebagai
makhluk Tuhan.
Negara menjamin bagi setiap penduduk untuk beribadah menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.

Tidak boleh melakukan perbuatan yang anti ketuhanan dan anti kehidupan
beragama.
Mengembangkan kehidupan toleransi baik antarintern maupun antara umat
beragama.
Mengatur hubungan Negara dan agama, hubungan manusia dengan Sang
Pencipta, serta nilai yang menyangkut hak asasi yang paling asasi.
Sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai Pancasila sila Ke-1, antara lain :
Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hormat-menghormati dan bekerja sama dengan pemeluk agama lain.
Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaann masing-masing.
Tidak memaksakan salah satu agama kepada orang lain.
b) Dasar Pengembangan Ilmu
Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan
martabatnya maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil
kreativitas rohani manusia.Unsur jiwa (rohani) manusia meliputi aspek akal, rasa,
dan kehendak. Akal merupakan potensi rohani manusia dalam hubungan dengan
intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral
(etika). Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan iptek dalam
rangka untuk mengolah kekayaan alam yang sediakan oleh Tuhan yang Maha
Esa. Oleh karena itu tujuan essensial dari Iptek adalah demi kesejahteraan umat
manusia, sehingga Iptek pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh
nilai. Dalam masalah ini Pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai bagi
pengembangan Iptek demi kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan Iptek
sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral Ketuhanan dan
kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila yang sila-silanya merupakan
suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi sistem etika pengembangan
Iptek.

c) Hubungan Nilai Ketuhanan dengan Dasar Pengembangan Ilmu


Secara historis, epistomologis Pancasila terbentuk dari akulturasi budaya yang
telah

berlangsung

ratusan

abad.

Akulturasi

budaya

ini

meliputi

juga

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di nusantara. Ilmu


pengetahuan dan teknologi berkembang seiring sejalan dengan masuknya
agama Hinddu-Buddha, Islam hingga bangsa Eropa. Atau secara garis besar,
perkembangan iptek di nusantara banyak dipengaruhi dari India, Timur Tengah,
Cina, Jepang dan Eropa, selain dari nusantara sendiri. Dalam akulturasi ini, alih
iptek memerlukan landasan epistomologis sebagai sesuatu yang dilakukan oleh
pebelajar iptek. Penentuan objek materi ilmu dalam kerangka sudut pandang
pendekatan pencerdasan kehidupan bangsa akan menentukan pemberlakuan
metode penelitian, teknik penelitian, dan analisa keilmuan tentang objek.
Proses akulturasi setiap individu warga kebudayaan Indonesia berhadapan
dengan perangkat item-traits-traits complex-cultural activities dunia. Hal ini
menunjukkan tingkat keterpelajaran individu teruji untuk memilih atau tidak
memilih salah satu perangkat item-traits-traits complex-cultural activitiesdunia.
Proses akulturasi ini melibatkan kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan akan
tunduk pada hukum-hukum keilmuan pendidikan dan juga melibatkan ilmu-ilmu
bantu yang memiliki prinsip dan teori sendiri.
Pendekatan pencerdasan kehidupan bangsa sebagai awal epistemologi
Pancasila telah dihadapkan pada berbagai cabang ranting dan tangkai ilmu
empiris analitis, ilmu historis hermenutis, dan ilmu-ilmu kritis. Ketiga ilmu tersebut
telah sedemikian maju dan berkembang secara pesat. Epistemologi Pancasila
menerima strategi trikon dan menggunakan pendekatan pencerdasan kehidupan
bangsa sebagai awal pengembangan epistemologi Pancasila dalam menghadapi
kemajuan ilmu- ilmu empiris analitis, ilmu historis hermenutis, dan ilmu-ilmu kritis.
Selain itu, epistemologi Pancasila juga menerima strategi akulturasi dalam
pengembangan ilmu dengan menggunakan paradigma baru. Terkait paradigma
baru tersebut adalah terterimanya empat gaya pemikiran dan penyikapan dalam
melakukan

ilmu

pengetahuan.

Gaya

pemikiran

dan

pengerjaan

ilmu

pengetahuan merupakan langkah awal pengerjaan atau pemberlakuan obyek


materi ilmu. Uji kritis tentang paradigma-paradigma penelitian masih harus
dilakukan oleh setiap peneliti ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
sesuai keahlian.

Manusia mencari kebenaran lewat filsafat dan penyelidikan secara ilmiah.


Pencarian

kebenaran

pada

hakekatnya

berfungsi

sebagai

pemenuhan

kebutuhan rokhani (hasrat ingin tahu), karena manusia senantiasa (a priori)


mencari kebenaran demi tuntutan dan tujuan rokhaninya. Secara hierarikis
kebenaran dan ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :
1. Kebenaran, pengetahuan indera, melalui pengalaman pancaindra
2. Kebenaran ilmiah, sebagai tingkat lanjut dari pengamatan pengalaman
(dengan metode apapun)
3. Kebenaran filsafat sebagai puncak dan prestasi pemikiran murni manusia
untuk menembus tapal batas fisika dan metafisika
4. Kebenaran religious sebegai kebenaran mutlak fundamental yang hakiki
merupakan puncak dan batas tertinggi jangkauan akal budi kepribadian manusia.
Kebenaran religious berwatak supranatural dan supra rasional. (Teliti karya
Laboratorium Pancasila 1986 dalam Syam, 2006).
Keempat tingkat kebenaran ini menunjukkan dimensi kesemstaan, alam, budaya,
agama dan Tuhan sebagai dunia kepribadian martabat manusia. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi menunjukkan kemampuan pribadi manusia unggul
berkat potensi yang dikembangkannya. Manusia harus dapat mendayagunakan
iptek dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia, mengembangkan dan
melestarikan peradaban, merupakan tanggung jawab moral manusia(Syam,
2006).
Proses pengembanga iptek secara normatif dan teoritis ilmiah adalah lewat
kelembagaan pendidikan formal. Kelembagaan pendidikan merupakan tempat
untuk proses belajar dan proses penelitian pengembangan iptek. Kelembagaan
pendidikan

harus

melakukan

rekonstruksi

sistem

pengetahuan

dalam

kebudayaan Indonesia. Pengembangan iptek merupakan tujuan bangsa


Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alenia 4, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai bangsa yang besar, tiap warga
negara terutama para ilmuwan dan cendikiawan harus memilki budaya
mengembangkan dan menciptakan pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat
bagi kemaslahatan umat manusia.

B) NILAI KEMANUSIAAN SEBAGAI DASAR


PENGEMBANGAN ILMU
a) Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
Secara Umum dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini :
Merupakan bentuk kesadaran manusia terhadap potensi budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma kebudayaan pada umumnya.
Adanya konsep nilai kemanusiaan yang lengkap, adil dan bermutu tinggi karena
kemampuannya berbudaya.
Manusia Indonesia adalah bagian dari warga dunia, meyakini adanya prinsip
persamaan harkat dan martabat sebagai hamba Tuhan.
Mengandung nilai cinta kasih dan nilai etis yang menghargai keberanian untuk
membela kebenaran, santun, dan menghormati harkat kemanusiaan
Sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai pancasila sila ke-2. Antara lain :
Mengakui persamaan derajat, harkat, dan martabat manusia.
Saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Tidak semena-mena kepada orang lain.
Suka memberi bantuan kepada korban bencana alam.

b) Hubungan Nilai Kemanusiaan Dengan Ilmu Pengetahuan


Pada masa lampau kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
belum dapat dirasakan. Ilmu sama sekali tidak memberikan pengaruhnya
terhadap masyarakat. Ungkapan Aristoteles tentang ilmu Umat manusia
menjamin urusannya untuk hidup sehari-hari, barulah ia arahkan perhatiannya
kepada ilmu pengetahuan. (Van Melsen,1987).

Dewasa ini ilmu menjadi sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, seolaholah manusia tidak dapat hidup tanpa ilmu pengetahuan. Kebutuhan yang
sederhanapun sekarang memerlukan ilmu, misalnya kebutuhan sandang,
papan ,dan papan sangat tergantung dengan ilmu. Maka kegiatan ilmiah dewasa
ini berdasarkan pada dua keyakinan berikut.
1.

Segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah, bukan saja

untuk mengerti realitas dengan lebih baik, melainkan juga untuk menguasainya
lebih mendalam menurut segala aspeknya.
2.

Semua aspek realitas membutuhkan juga penyelidikan primer, seperti air,

makanan , udara, cahaya, kehangatan, dan tempat tinggal tidak akan cukup
untuk penyelidikan itu. (Van Melsen,1987)
Dengan demikian, ilmu pada dewasa ini mengalami fungsi yang berubah secara
radikal, dari tidak berguna sama sekali dalam kehidupan praktis menjadi tempat
tergantung kehidupan manusia. Oleh karena itu keterkaitan ilmu dengan
kemanusiaan sangatlah erat hubungannya dan tidak dapat dipisahkan sendirisendiri. Hal ini disebabkan ilmu tanpa manusia tidak akan berkembang pesat
sampai sekarang ini dan manusia tanpa ilmu juga tidak dapat hidup untuk proses
pemenuhan kebutuhan yang kompleks.
Walaupun pada zaman dahulu sering kita ketahui dalam sejarah peradaban
manusia saat itu memanfaatkan ilmu hanya untuk berperang dan menguasai
daerah jajahan baru sehingga peran serta ilmu itu sendiri jauh dari harapan
manusia dalam segi nilai dan moralitas. Dan inilah yang mengubah pemikiran
manusia saat ini untuk mencapai hakekat daripada keilmuan itu.
Kita ketahui juga ilmu saat ini berkembang dengan pesat yang mempengaruhi
reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi, ilmu bukan saja
menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan kemungkinan mengubah
hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan ilmu bukanlah sarana yang
membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan
hidup itu sendiri.
Dengan ilmu manusia dapat memanfaatkan segala sesuatu didasari nilai yang
positif sehingga dalam kehidupan bersosialnya dapat terjalin hubungan yang
serasi, seimbang, selaras.

c) Manfaat ilmu Bagi Kemanusiaan


Ilmu pada dasarnya mengungkap realitas sebagaimana adanya.Hasil-hasil
kegiatan keilmuan memberikan alternatif kepada manusia untuk mengambil
suatu keputusan yang menurut dirinya menjadi keputusan yang terbaik,
walaupun nantinya keputusan itu dianggap kurang tepat oleh manusia lain. Akan
tetapi hakikat kebenaran pastinya akan dimanfaatkan oleh manusia secara
umum karena sifat daripada kebenaran yang mengungkap adalah waktu.
Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang mempelajari alam sebagaimana
adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya: untuk apa
sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan ? dimana batas wewenang penjelejahan
keilmuan? Kearah mana pengembangan keilmuan harus diarahkan? Pertanyaan
ini jelas tidak merupakan urgensi ilmuwan seperti Copernicus, Galileo, dan
ilmuwan seangkatannya, namun bagi ilmuwan yang hidup dalam abad kedua
puluh yang telah mengalami dua kali perang dunia dan hidup dalam bayangan
perang dunia ketiga, pertanyaan-pertanyaan tidak dapat dielakkan. Dan untuk
menjawab pertanyaan ini maka ilmuwan berpaling kepada hakikat moral.
Banyaknya kejadian yang melanda umat manusia dewasa ini, manusia semakin
menyadari bahwa manfaat ilmu sangat penting membentuk etika, moral, norma,
dan kesusilaan.
Arti kesusilaan menurut Leibniz filsuf pada zaman modern berpendapat bahwa
kesusilaan adalah hasil suatu menjadi yang terjadi di dalam jiwa.
Perkembangan dari nafsu alamiah yang gelap sampai kehendak yang sadar,
yang berarti sampai kesadaran kesusilaan yang telah tumbuh lengkap,
disebabkan oleh aktivitas jiwa sendiri. Apa yang benar-benar kita kehendaki telah
terkandung sebagai benih di dalam nafsu alamiah yang gelap. (Harun
Hadiwijoyo, 1990, hlm. 44-45). Oleh karena itu, tugas kesusilaan pertama ialah
meningkatkan perkembangan itu dalam diri manusia sendiri. Kesusilaan hanya
berkaitan dengan batin kita.

DAFTAR PUSTAKA
http://satriomeison.blogspot.co.id/2015/06/pancasila-sebagai-dasar-nilai.html
http://www.balairungpress.com/2012/03/peran-pancasila-dalam-pengembangan-ilmupengetahuan-di-indonesia/
https://puputmelati301.wordpress.com/nilai-pancasila/
http://annisawityasiwi.blogspot.co.id/2015/12/makalah-pancasila-sebagai-dasar-nilai.html
https://jokosambung.wordpress.com/2011/06/11/hubungan-antara-ilmu-dan-kemanusiaan/

Anda mungkin juga menyukai