Anda di halaman 1dari 25

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Jl. TerusanArjuna No.6 Kebun Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus :
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA - JAKARTA
Periode 27 Juli 03 Oktober 2015

Nama Mahasiswa

: Angela Merici Sengo Bay

NIM

: 112014267

Dokter Pembimbing : dr. Riza Mansyoer, Sp.A

I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. S.R.M

Tanggal Lahir (Umur) : 11 Juli 2013


Umur

: 2 tahun 0 bulan 23 hari

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jl. Warokas 4 Gang 3 No.46

Suku Bangsa

: Sunda

Agama

: Islam

Pendidikan

:-

Tanggal masuk RS

: 04 Agustus 2015

IDENTITAS ORANG TUA


Ayah

Nama lengkap : Tn. SB

Umur

Suku Bangsa : Sunda

Alamat

: 29 tahun

: Jl. Warokas 4 Gang 3 No.46


1

Tanda Tangan :

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: Karyawan

Penghasilan

: Rp. 3.000.000,-/ bulan

Hubungan dengan orang tua: Anak Kandung

Ibu

Nama lengkap : Ny. R.K

Umur

Suku Bangsa : Sunda

Alamat

: Jl. Warokas 4 Gang 3 No.46

Agama

: Islam

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Penghasilan

:(-)

: 24 tahun

Hubungan dengan orang tua: Anak Kandung

II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien pada Kamis, 6 Agustus2015, pukul 09.00 WIB.

Keluhan Utama
Kejang sejak 1 jam SMRS
Keluhan Tambahan
Demam sejak 1 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Satu jam SMRS, pasien mengalami kejang. Saat kejang, mata pasien mendelik ke atas,
tangan pasien gemetar seperti orang menggigil, tubuh dan kaki pasien kaku.Kejang
berlangsung selama kurang lebih 1-2 menit.Saat kejang pasien dalam keadaan tidak
sadar.Pasien tidak muntah saat sedang kejang.Setelah kejang berhenti, pasien langsung
lemas.Kejang terjadi satu kali dan tidak ada kejang berulang.Kejang didahului oleh
demam.Akhirnya orang tua pasien memutuskan membawa pasien ke UGD RSUD Koja untuk
mendapatkan pertolongan.Kejang didahului oleh demam sejak 1 hari SMRS. Demam yang
dirasakan naik perlahan-lahan, demam yang dirasakan turun sebentar kemudian demam
2

kembali.Demam tidakdisertai batuk dan pilek.Tidak ada mual dan muntah. Tidak ada
mimisan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Sepsis

(-)

Meningoencephalitis (-)

Kejang Demam

(+)

Tuberkulosis (-)

Pneumonia

(-)

ISK

(-)

Asma

(-)

Alergic Rhinitis

(-)

Amoebiasis

(-)

Polio

(-)

Difteri

(-)

Sindrom Nefrotik

(-)

Diare akut

(-)

Diare kronis

(-)

Disentri

(-)

Kolera

(-)

Tifus abdominalis

(-)

DHF

(-)

Cacar air

(-)

Campak

(-)

Batuk rejan

(-)

Tetanus

(-)

Glomerulonephritis(-)

Lain-lain:

Batuk pilek (+)

Penyakit Jantung Bawaan(-)


Operasi (-)

Kecelakaan(-)

Os sempat kejang 1 kali pada umur 7 bulan.


RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Penyakit

Ya

Tidak

Alergi

Asma

Tuberkulosis

Hipertensi

Diabetes

Kejang Demam

Epilepsi

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


Kehamilan
Perawatan antenatal : Teratur ke puskesmas tiap bulan
Penyakit kehamilan

: Febris, trombositopenia

Kelahiran
Tempat kelahiran

: RSUD Koja

Penolong persalinan : Dokter


Cara persalinan

: Sectio cecaria atas penyulit ketuban pecah dini


3

Hubungan

Masa gestasi

: kurang bulan (35 minggu)

Keadaan bayi

: Berat badan lahir

: 2100 gram

Panjang badan lahir : 42 cm


Lingkar kepala

: Ibu pasien tidak ingat

Nilai APGAR

:ibu pasien tidak ingat

Kelainan bawaan

: Tidak ada

RIWAYAT PERKEMBANGAN
Sektor personal sosial :
-

Berusaha menggapai mainan = usia 6 bulan

Tepuk tangan = 7 bulan

Sektor motor halus adaptif:


-

Mengambil kubus = 7 bulan

Memegang dengan ibu jari dan jari = 8 bulan

Sektor bahasa:
-

Mengoceh = sekitar 9 bulan

Memanggil papa mama 1 tahun

Sektor motor kasar:


-

Tengkurap = 4 bulan

Merangkak = 6 bulan

Duduk = 8 bulan

Berdiri = - bulan

Berjalan = - bulan

RIWAYAT IMUNISASI
Imunisasi dasar sudah, imunisasi lengkap belum

Waktu Pemberian
Imunisasi Dasar

Booster

Bulan

Tahun

Imunisasi
0
BCG
DPT

I
I

II

III

12

18

Polio (OPV)

Hepatitis B

II

III

II

IV
III

Campak

Riwayat Nutrisi

Susu

: ASI sampai usia 2 tahun

Makanan padat

: pada usia 7 bulan pasien sudah mulai makan

Makanan sekarang

: nafsu makan menurun ketika pasien sakit

Variasi

: bervariasi

Jumlah

: 1 mangkok kecil

Frekuensi

: 3 kali/hari

Riwayat sosial personal

Lingkungan tempat tinggal pasien cukup bersih. Dengan keadaan rumah yang bersih,
tidak lembab, ventilasi udara baik dan sinar matahari dapat masuk dengan cukup.

Higienitas keuarga cukup baik. Pasien aktif berinteraksi dengan lingkungan


sekitarnya. Pasien tinggal bersama ayah dan ibu.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal:6 Agustus 2015, pukul 09.00 WIB

PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda-tanda vital

Frekuensi Nadi

: 120 x / menit (kuat)

Suhu

: 38,3o C

Frekuensi Nafas : 30x / menit

Data Antropometri

Berat badan

: 9kg
5

Tinggi badan

: 80 cm

Statusgizi

Lingkar Kepala

: 46 cm

Lingkar Dada

: 46 cm

Lingkar Lengan

: 13 cm

BB/U = 9 / 12,1 = 73,4 %

gizi kurang

TB/U = 80 / 86 = 95%

baik

BB/TB = 9 / 11 = 81%

gizi baik

Pemeriksaan Fisik Sistematis


Kepala
Bentuk dan ukuran :normocephal
Rambut dan kulit kepala : rambut berwarna hitam, distribusi rambut normal, kulit kepala
normal
Mata: pupil bulat,isokor, diameter 2mm/2mm, sklera ikterik -/-, conjungtiva anemis -/Telinga: sekret -/-, serumen -/Hidung: sekret -/-, napas cuping hidung (-)
Bibir: sianosis (-), mukosa lembab
Mulut: langit-langit intak, caries gigi (-)
Lidah: lidah kotor (-), deviasi (-)
Tonsil: tonsil hiperemis (-), T1-T1 tenang
Faring: faring hiperemis (-)
Leher
Trakea di tengah, pembesaran kelenjar getah bening (-), tidak teraba tiroid
Thorax
Inspeksi

: gerakan dada simetris, retraksi (-)

Palpasi

: fremitus taktil simetris

Perkusi

: sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Jantung


Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: ictus cordis teraba

Perkusi

: tidak ada pembesaran jantung

Auskultasi : BJ I-II reguler, murni, gallop (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi

: bentuk abdomen datar

Palpasi

: supel, turgor kulit baik, nyeri tekan (-), pembesaran hati (-), pembesaran limpa
(-), pembesaran ginjal (-)

Perkusi

: terdengar timpani di seluruh permukaan abdomen

Auskultasi : bising usus (+) normal


Anus dan rectum
Anus (+)
Genitalia
Rugae baik, tidak ada phimosis, tidak ada tanda peradangan
Anggota gerak
Tonus : normotonus
Sendi :
Kekuatan:

+5
+5

Sianosis

+5

Edema:

+5

Capillary Refill Time : <2


Tulang belakang
Tulang belakang normal dan lurus, tidak terdapat benjolan, gibbus (-)
Kulit
Kulit normal, tidak terdapat lesi di kulit
Rambut
Pertumbuhan rambut merata, rambut berwarna hitam
Kelenjar Getah Bening
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Pemeriksaan Neurologis
Tingkat kesadaran : GCS 15
Delirium: tidak ada
Tidak ada tremor, korea, ataksia
7

Rangsang meningeal: kaku kudu (-), Kernig (-), Brudzinsky (-), Laseque (-)
Saraf kranialis I-XII kesan dalam batas normal
Refleks patologis: babinsky -/-

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 3 Agustus 2015
Darah Rutin
Hemoglobin

: 12,8 g/dL (11,5-14,5)

Jumlah Leukosit

: 14,33 /L (4,00-12,00)

Hematokrit

: 37% (33-43)

Jumlah Trombosit

: 374.000 /L (182-369)

Kimia Klinik
Glukosa sewaktu

: 71 mg/dL (<200)

Elektrolit
Natrium

: 143 mEq/L (135-147)

Kalium

: 3.75 mEq/L (3,5-5,0)

Klorida

: 104 mEq/L (96-108)

RESUME
Anak perempuan berusia 2 tahundengan berat badan 8 kg dan tinggi badan 83 cm dengan
status gizi kurang datang dengan keluhan kejang 1 jam SMRS. Saat kejang, mata pasien
mendelik ke atas, tangan pasien gemetar seperti orang menggigil, tubuh dan kaki pasien
kaku.Kejang berlangsung selama kurang lebih 1-2 menit.Saat kejang pasien dalam keadaan
tidak sadar.Pasien tidak muntah saat sedang kejang.Setelah kejang berhenti, pasien langsung
lemas.Kejang terjadi satu kali dan tidak ada kejang berulang.Kejang selalu didahului dengan
demam.Demam terjadi 1 hari SMRS.Demam yang dirasakan naik perlahan-lahan, demam
yang dirasakan turun sebentar kemudian demam kembali.Pasien memiliki riwayat kejang
demam sewaktu berusia 7 bulan.Riwayat imunisasi lengkap dan teratur. Pemeriksaan fisik
HR: 120x/m, RR: 30x/m dan T:38,3C, Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb 12,8 g/dL, Ht
37%,leukosit 14,33/mm3, trombosit 374.000/mm3, GDS 71 mg/dL, Na 143 mEq/L dan K
3,75 mEq/L, Cl 104mEq/L.
8

DIAGNOSIS
Kejang demam sederhana
Dasar diagnosis :
Os kejang selama 1-2 menit
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
Kejang tonik klonik tanpa didahului adanya kejang parsial
Kejang didahului demam

Infeksi bakteri akut


Dasar diagnosis :
Demam sudah 1 hari SMRS, pola demam naik perlahan-lahan dan turun sebentar
kemudian naik lagi
Ditemukan pada pemeriksaan laboratorium leukosit meningkat

Gizi kurang
Dasar diagnosis:
Pemeriksaan fisik didapatkan gizi kurang
Anak terlihat kurus
Tidak ada tanda-tanda edema atau penyakit serius lainnya

DIAGNOSIS BANDING
Kejang demam kompleks
Epilepsi

PENATALAKSANAAN
IVFD Asering 900 cc/24jam
Ceftizoxime 2x200 mg (iv)
Valepti ??? 2 x 2,5 cc
Stesolid supp 5 mg (kalau perlu)
PCT syr3x1/2 cth
Pamol supp 125 mg

EDUKASI
Untuk masalah kejang demam
1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.
2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek
samping

Beberapa Hal Yang Harus Dikerjakan Bila Kembali Kejang


a. Tetap tenang dan tidak panik.
b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
d. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
e. Tetap bersama pasien selama kejang.
f. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
g. Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.

PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal 5 Agustus 2015 jam 07.00
S : Demam masih naik turun dan tidak ada kejang.Mual dan muntah (-). Batuk dan pilek (). Kondisi anak sudah mulai membaik.Nafsu makan menurun.BAB dan BAK lancar.
O : Keadaan umum: tampak sakit ringan
Kesadaran: compos mentis (GCS 15)
TTV: Frekuensi nadi 126x/m, frekuensi pernapasan 34x/m, suhu 38,1C
Kepala: normosefal
Mata: SI -/-, CA -/Hidung: sekret (-), nafas cuping hidung (-)
10

Mulut: mukosa lembab, sianosis (-)


Paru: suara napas vesikuler +/+, Wh-/-, Rh-/Jantung: BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: lembut, BU (+) normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ
di abdomen
Ekstremitas: akral hangat, sianosis (-), CRT <3
A :Kejang demam sederhana perbaikan
Infeksi bakteri akut perbaikan
Gizi kurang
P :IVFD Asering 8cc/menit
Ceftizoxime 2x200mg (iv)
Ranitidin 2x9mg (iv)
Paracetamol drop 3x1cc
Diazepam 3x1mg

Tanggal 6Agustus 2015 jam 07.00


S : Demam dan kejang tidak ada. Batuk dan pilek (). Kondisi anak makin membaik.Nafsu makan baik, BAB dan BAK lancar.
O : Keadaan umum: tampak sakit ringan
Kesadaran: compos mentis
TTV: Frekuensi nadi 110x/m, frekuensi pernapasan 30x/m, suhu 37,1C
Kepala: normosefal
Mata: SI -/-, CA -/Hidung: sekret (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut: mukosa lembab, sianosis (-)
Paru: suara napas vesikuler +/+, Wh-/-, Rh-/Jantung: BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: lembut, BU (+) normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ
di abdomen
Ekstremitas: akral hangat, sianosis (-), CRT <3
Pemeriksaan neurologis:
Rangsang meningeal: kaku kuduk (-), Kernig (-), Brudzinsky (-), Laseque (-)
Refleks patologis: refleks Babinsky -/A : Kejang demam sederhana perbaikan
11

Infeksi bakteri akut perbaikan


Gizi kurang
P : Terapi lanjut
boleh pulang
kontrol ke poliklinik anak

12

Tinjauan Pustaka

KEJANG DEMAM
Pengertian
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal
di atas 38C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada 2-4%
anak berumur 6 bulan - 5 tahun.1 Puncak umurnya mulainya adalah sekitar 14-18 bulan dan
insiden mendekati 3-4% anak kecil.2Kejang demam berdasarkan definisi dari The
International League Against Epilepsy adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh
lebih dari 38,4C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada
anak berusia di atas 1 tahun tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.1 Anak yang
pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk
dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain, misalnya infeksi SSP
atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.1,2

Epidemiologi

2-5% pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahundi negara industri

7% pada negara-negara berkembang di Asia.

70-75% kejang demam sederhana

20-25% kejang demam kompleks

5% gejala kejang demam

Kemungkinan berulang

<12 bulan probabilitas 50% untuk mengalamikejang kedua.

>12 bulanprobabilitas menurun hingga 30%.

Lebih banyak terjadi pada pria


Kejang demam sangat tergantung umur,

85% kejang pertama < 4 tahun (17-23 bulan).

DiAmerika Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2-5%.Di Asia prevalensi
kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan diEropa dan di Amerika. Di
Jepang kejadian kejang demam berkisar 8,3% - 9,9%. Prognosis kejang demam baik, kejang
13

demam bersifat benigna. Angka kematian hanya 0,64 % - 0,75 %.Sebagian besar penderita
kejang demam sembuh sempurna, sebagian kecil berkembang menjadi epilepsi sebanyak 27%. Empat persen penderita kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah
laku dan penurunan tingkat intelegensi.3

Etiologi
Etiologi dan pathogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi
umur anak, tinggi dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang. Faktor
hereditas juga mempunyai peran yaitu 8-22% anak yang mengalami kejang demam
mempunyai orang tua dengan riwayat kejang demam pasa masa kecilnya.3
Semua jenis infeksi bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam
dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam
adalah infeksi saluran pernafasan atas terutama tonsillitis dan faringitis, otitis media
akut(cairan telinga yang tidak segera dibersihkan akan merembes ke saraf di kepala pada otak
akan menyebabkan kejang demam), gastroenteritis akut, exantema subitum dan infeksi
saluran kemih. Selain itu, imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) juga dapat
menyebabkan kejang demam.

Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam:1
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum, tonik-klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak
berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh
kejang demam.
2. Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan kompleks merupakan kejang demam dengan salah satu ciri berikut
ini yaitu: kejang lama >15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum
didahului kejang parsial, dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

14

Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan
air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular

Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya

Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan


Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme

basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %.
Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
neurotransmitter dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat.
Manifestasi klinik
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaandengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan olehinfeksi diluar susunan saraf pusat,
misalnya tonsilitis, otitis media akut,bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang
15

biasanya terjadi dalam24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat
bangkitandapat berbentuk tonik klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Postur tonik
(kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama10-20 detik),
gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat danberirama, biasanya berlangsung
selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit,gigi atau rahangnya terkatup rapat,
inkontinensia (mengeluarkan air kemihatau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan,
apneu (henti nafas),dan kulitnya kebiruan. Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang
berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit
kemudiananak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Kejang demamyang
berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkangejala sisa. Tetapi
kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) sangatberbahaya dan dapat menimbulkan
kerusakan permanen dari otak.4,5

Diagnosis
Diagnosis kejang demam dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyakit-penyakit
lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat, perubahan
akut pada keseimbangan homeostasis, air dan elektrolit dan adanya lesi structural pada
system saraf, misalnya epilepsi. Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini.
1.

Anamnesis
-

waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang

sifat kejang (fokal atau umum)

Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)

Kesadaran

sebelum

dan

sesudah

kejang

(menyingkirkan

diagnosis

meningoensefalitis)
-

Riwayat demam ( sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau
naik turun)

Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)

Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai


demam atau epilepsi)

Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)

Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

Trauma kepala

16

2.

Pemeriksaan fisik
-

Tanda vital terutama suhu

Manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang multifokal yang


berpindah-pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya
kelainan struktur otak.

Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi,


henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya
negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya
perdarahan intraventikular.

Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan
yang disebabkan oleh trauma. Ubun ubun besar yang tegang dan membenjol
menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan
oleh pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan
kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau
fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi
pada ibu.

Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial
yang mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.

Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan


subdural atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.

Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam


(ISPA, OMA, GE)

Pemeriksaan refleks patologis

Pemeriksaan

tanda

rangsang

meningeal

(menyingkirkan

diagnosis

meningoensefalitis)

3.

Pemeriksaan laboratorium
-

Darah tepi lengkap

Elektrolit, glukosa darah. Diare, muntah, hal lain yang dapat mengganggu
keseimbangan elektrolit atau gula darah.

Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal untuk mendeteksi gangguan metabolisme

Kadar TNF alfa, IL-1 alfa & IL-6 pada CSS, jika meningkat dapat dicurigai
Ensefalitis akut / Ensefalopati.

17

4.

Pemeriksaan penunjang
-

Lumbal Pungsi jika dicurigai adanya meningitis, umur kurang dari 12 bulan
sangat dianjurkan, dan umur di antara 12-18 bulan dianjurkan.

EEG, tidak dapat mengidentifikasi kelainan yang spesifik maupun


memprediksi terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat dipertimbangkan
pada KDK. Tetapi beberapa ahli berpendapat EEG tidak sensitif pada anak < 3
tahun.

CT-scan atau MRI hanya dilakukan jika ada indikasi, misalnya: kelainan neurologi fokal
yang menetap (hemiparesis) atau terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial.

Diagnosis Banding
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan
apakah penyebab kejang itu di dalam atau diluar susunan saraf pusat.Kelainan di dalam otak
biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak, dan lain-lain.oleh sebab
itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak.
Menegakkan diagnosa meningitis tidak selalu mudah terutama pada bayi dan anak
yang masih muda.Pada kelompok ini gejala meningitis sering tidak khas dan gangguan
neurologisnya kurang nyata.Oleh karena itu agar tidak terjadi kekhilafan yang berakibat fatal
dapat dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal yang umumnya diambil melalui pungsi
lumbal.Baru setelah itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam
atau epilepsi yang dprovokasi oleh demam.6
Tabel Diagnosa Banding
No

Kriteri Banding

Kejang

Epilepsi

Meningitis

Demam
1.

Kejang

Ensefalitis

Pencetusnya

Tidak

berkaitan Salah

demam

dengan demam

gejalanya demam

2.

Kelainan Otak

(-)

(+)

(+)

3.

Kejang berulang

(+)

(+)

(+)

4.

Penurunan kesadaran

(+)

(-)

(+)

18

satu

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:1
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau keadaan lain,
misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam.Pemeriksaan laboratorium yang
dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.
2. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6-6,7%. Pada
bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis
karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu, pungsi lumbal dianjurkan pada:
a. Bayi (kurang dari 12 bulan) sangat dianjurkan dilakukan
b. Bayi 12-18 bulan dianjurkan
c. Anak umur >18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak peru
dilakukan pungsi lumbal.
3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi tidak dapat memprediksikan berulangnya kejang atau
memperkirakan kemungkinan terjadinya epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya, tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan

pada

keadaan kejang demam yang tidak khas, misalnya kejang demam kompleks pada anak usia
lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.
4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas
indikasi, seperti kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI,
dan papiledema.

Prognosis
Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis

19

Kejadian

kecacatan

sebagai

komplikasi

kejang

demam

tidak

pernah

dilaporkan.Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal. Penelitian lain


secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus dan kelainan
ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau
fokal.1
Kemungkinan mengalami kematian
Kematian karena kejang demam belum pernah dilaporkan.1
Kemungkinan berulangnya kejang demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang
demam, adalah:1
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya
10-15%.Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar adalah pada tahun pertama.

Faktor risiko terjadinya epilepsi


Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi epilepsi
adalah:1
1. Kelainan neurologis atau kelainan perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi ada orangtua atau saudara kandung.
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi hingga 46% dan
kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkian epilepsi.Kemungkinan
menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.

Tata laksana saat kejang


Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah
berhenti.Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan
kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah
20

0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 12 mg/menit atau dalam waktu 35 menit,
dengan dosis maksimal20 mg. Obat praktis dan dapat diberikan oleh orangtua atau di rumah
adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5
mguntuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari
10 kg. Atau Diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis
7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Bila setelah pemberian Diazepam rektal kejang belum
berhenti,dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan intervalwaktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian Diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang
tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20mg/kg/kali
dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin
kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang
berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang
demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.1
Pemberian obat pada saat demam
Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang
demam,

namun

para

ahli

diIndonesia

sepakat

bahwa

antipiretik

tetap

dapat

diberikan.DosisParacetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4kali sehari


dan tidak lebih dari 5 kali.Dosis Ibuprofen 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun jarang,
asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari18
bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan.1
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saatdemam menurunkan resiko
berulangnya kejang pada 30% -60%kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5
mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5C. Dosis tersebut cukup tinggi danmenyebabkan
ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin
dan fenitoin pada saatdemam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.1
Pemberian Obat Rumat
Indikasi Pemberian obat Rumat
Pengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkanciri sebagai berikut (salah
satu):1
- kejang lama >15 menit
21

- adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental dan hidrocephalus.
- kejang fokal
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:1
- kejang berulang dua kaliatau lebih dalam 24 jam
- kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
- kejang demam 4 kali per tahun.
Jenis Antikonvulsan untuk Pengobatan Rumat
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hariefektif dalam menurunkan risiko
berulangnya kejang.Berdasarkanbukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan
penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengomatan rumat diberikan
terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek.Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat
menimbulkan gangguanperilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus.Obat pilihan saatini
adalah asam valproat.Pada sebagian kecil kasus, terutama yangberumur kurang dari 2 tahun
asam valproat dapat menyebabkangangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40
mg/kg/hari dalam2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.Pengobatan
rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudiandihentikan secara bertahap selama 12 bulan.5.7

ANALISIS KASUS

Anak perepmpuan dengan status gizi kurang datang ke RSUD KOJA dengan keluhan
kejang 1 jam SMRS. Saat kejang, mata pasien mendelik ke atas, tangan pasien
gemetar seperti orang menggigil, tubuh dan kaki pasien kaku. Kejang berlangsung
selama kurang lebih 1-2 menit.

Saat kejang pasien dalam keadaan tidak sadar. Setelah kejang berhenti, pasien
langsung lemas. Kejang terjadi satu kali dan tidak ada kejang berulang.

Kejang selalu didahului dengan demam. Demam terjadi 1 hari SMRS. Demam yang
dirasakan naik perlahan-lahan.

Pasien memiliki riwayat kejang demam sewaktu berusia 7 bulan.

Riwayat imunisasi lengkap dan teratur. Pemeriksaan fisik HR: 120x/m, RR: 30x/m
dan T:38,3C.

22

Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb 12,8 g/dL, Ht 37%, leukosit 14,33/mm3,


trombosit 374.000/mm3, GDS 71 mg/dL, Na 143 mEq/L dan K 3,75 mEq/L, Cl
104mEq/L.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan penyingkiran diagnosis banding dari anamesis,


pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan:
-

Pada 1 jam SMRS, pasien mengalami kejang. Saat kejang, mata pasien
mendelik ke atas, tangan pasien gemetar seperti orang menggigil, tubuh dan
kaki pasien kaku. Kejang berlangsung selama kurang lebih 1-2 menit. Saat
kejang pasien dalam keadaan tidak sadar.

Setelah kejang berhenti, pasien langsung lemas. Kejang terjadi satu kali dan
tidak ada kejang berulang. Kejang didahului oleh demam.

Kejang didahului oleh demam sejak 1 hari SMRS. Demam yang dirasakan
naik perlahan-lahan. Demam juga disertai batuk dan pilek.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan:


-

Peningkatan suhu yaitu 38,3

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan:


-

Peningkatan Leukosit : 14,33 /L (4,00-12,00)

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rectal di atas 38C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada
2-4% anak berumur 6 bulan - 5 tahun.1 Puncak umurnya mulainya adalah sekitar 14-18 bulan
dan insiden mendekati 3-4% anak kecil.2Kejang demam berdasarkan definisi dari The
International League Against Epilepsy adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh
lebih dari 38,4C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada
anak berusia di atas 1 tahun tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.1 Anak yang
pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk
dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain, misalnya infeksi SSP
atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam

23

Kejang Demam Sederhana menurut kriteria Livingstone :


Kejang bersifat umum
Lamanya kejang berlangsung singkat ( < 15 menit)
Usia waktu kejang demam pertama kali muncul < 6 tahun
Frekuensi serangan 1-4 kali dalam satu tahun
EEG normal

Infeksi bakteri akut


Dasar diagnosis :

Demam sudah 1 hari SMRS, pola demam naik perlahan-lahan dan turun sebentar
kemudian naik lagi

Ditemukan pada pemeriksaan laboratorium leukosit meningkat

Gizi kurang
Dasar diagnosis:

Pemeriksaan fisik didapatkan gizi kurang

Anak terlihat kurus

Tidak ada tanda-tanda edema atau penyakit serius lainnya

Prognosis pada pasien ini adalah bonam karena terapi berhasil dan tidak ditemukan adanya
komplikasi.

24

DAFTAR PUSTAKA
1. Widodo DP. Konsensus tata laksana kejang demam. Dalam: Gunardi H, Teheteru ES,
Kurniati N, Advani N, Setyanto DB, Wulandari HF, penyunting. Kumpulan tips pediatri.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia;2008.h.193-203.
2. Wahab AS, Noerhayati, Soebono H, Suanrto, Sunartini, Juffrie M. Ilmu kesehatan anak
Nelson. Jakarta: EGC;2000.h.2059-60.
3. Soetomenggolo TS, Ismael S. Buku ajar neurologi anak. Jakarta : IDAI ;19991.h.244-53.
4. Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3, Edisi 15.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000; XXVII : 2059 2060.
5. Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran
No. 27. 1982 : 6 8.
6. Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, EGC, 2000. Hal
2059-2067.
7. Pusponegoro HD, Widodo DP, Sofyan I. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta. 2006 : 1 14.

25

Anda mungkin juga menyukai