Anda di halaman 1dari 4

1.

Pendahuluan
Permasalahan mengenai aborsi sampai kini masih sering mencuat. Seiring
dengan maraknya pergaulan bebas, aborsi semakin semarak pula. Apa sih sebenarnya
aborsi itu? Aborsi adalah penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum)
yang telah dibuahi dalam rahim (uterus). Secara umum, aborsi diartikan sebagai
pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik
disengaja maupun tidak. Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi
terjadi secara alami tanpa intervensi tindakan medis, dan aborsi yang direncanakan
dimana melalui tindakan medis dengan obat-obatan saja atau tindakan bedah, atau
tindakan lain yang menyebabkan pendarahan lewat vagina.
Aborsi adalah kaitannya dengan Hak Asasi Manusia. Pengertian HAM
menurut Pasal 1 (1) UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.

2. Pembahasan
Istilah aborsi sudah tidak asing lagi bagi kita. Aborsi dilakukan oleh seorang
wanita hamil, baik yang sudah menikah maupun belum. Banyak alasan mengapa
wanita hamil melakukan aborsi. Di antara alasan tersebut adalah karena tidak ingin
memiliki anak, tidak memiliki cukup uang untuk merawat, atau karena tidak ingin
memiliki anak tanpa ayah. Alasan yang lain, seperti usia yang masih terlalu muda
(terutama mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak
anak. Data studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998)
menunjukkan bahwa 93 % kasus aborsi dilakukan karena alasan-alasan yang sifatnya
untuk kepentingan pribadi, seperti yang disebutkan sebelumnya. Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP) mengkualifikasikan perbuatan aborsi tanpa alasan
medis (provokatus kriminalis) sebagai kejahatan terhadap nyawa. Agar dapat
membahas secara detail dan cermat mengenai aborsi provokatus kriminalis, perlu

diketahui bagaimana konstruksi hukum yang berakitan dengan tindakan aborsi


sebagai kejahatan yang ditentukan dalam KUHP. Pasal 346 : Seorang wanita yang
sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain
untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Pasal 347 : (1)
Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan
sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun . (2)
Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 349 : Jika seorang dokter, bidan atau juru obat
membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau
membantu melakukan salah satu kejahatan diterangkan dalam pasal 347 dan 348,
maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Berdasarkan keempat pasal tersebut diatas maka berarti bahwa apapun
alasannya diluar alasan medis perempuan tidak boleh melakukan tindakan aborsi.
Dengan kata lain paradigma yang digunakan adalah paradigma yang mengedepankan
hak anak (pro life). Oleh karena itu dalam KUHP tindakan aborsi dikualifikasikan
sebagai kejahatan terhadap nyawa. Adapun yang dapat dikenai sanksi pidana
berkaitan dengan perbuatan aborsi adalah perempuan yang menggugurkan
kandungannya itu sendiri dan juga mereka yang terlibat dalam proses terjadinya
aborsi seperti dokter, bidan atau juru obat. Persoalannya adalah bagaimana ketentuanketentuan tersebut dapat ditegakkan dengan baik sehingga dapat menjerakan dan
meminimalisasikan para peliku kejahatan aborsi tersebut. Karena pada kenyataannya,
di Indonesia masih banyak kasus aborsi yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Mereka yang melakukan tindak aborsi berkeyakinan bahwa ketika kandungan
baru berumur tiga atau empat minggu belum terdapat kehidupan pada enbrio. Jadi,
menggugurkan kandunggan ketika usia kandungan masih muda itu tidak melanggar
HAM, karena mereka tidak membunuh. Padahal, kalau kita lihat masalah ini dari
sudut pandang medis, pada saat umur kandungan 3 minggu, zigot hasil pembuahan

sudah mulai menempel pada endometrium (dinding uterus). Kemudian mingguminggu selanjutnya sudah terjadi proses pembentukan organ-organ dan struktur
anatomi lainnya.
Di Indonesia, aborsi dilarang karena dianggap melanggar hak asasi manusia,
yaitu hak untuk hidup. Tindakan aborsi ini dianggap sama dengan pembunuhan.
Mengapa? Dalam ilmu biologi, disebutkan bahwa embrio terbentuk karena ada
pertemuan sel sperma dan sel telur. Sel sperma yang melebur dengan sel telur akan
membentuk zigot. Sel zigot kemudian membelah menjadi morula, morula menjadi
blastula, dan kemudian menjadi gastrula. Gastrula ini yang kemudian berkembang
menjadi embrio. Lalu, kehidupan janin itu mulai dari mana? Sebenarnya, sel sperma
dan sel telur itu sendiri merupakan sel hidup, sehingga mulai dari awal pembuahan
pun, sudah dapat dikatakan ada kehidupan.
Hak-hak yang diatur dalam UU no 39 tahun 1999 adalah hak untuk hidup, hak
berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh
keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak
turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, dan hak anak. Hak untuk hidup pasal 14
mencantumkan larangan pembunuhan. Aborsi adalah pembunuhan, itu artinya aborsi
dilarang. Bahkan perbuatan aborsi dikategorikan sebagai tindak pidana sehingga
kepada pelaku dan orang yang membantu melakukannya dikenai hukuman.
Dalam pandangan agama pun, aborsi adalah tindakan yang dilarang. Agama Islam,
misalnya, dalam salah satu firman Allah: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan oleh Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar. Aborsi yang disengaja termasuk membunuh yang di haramkan oleh Allah.
Quran surat Albaqarah ayat 183 menerangkan bagaimana proses penciptaan manusia.
Proses yang dijelaskan di sini sama dengan penjelasan ilmiah dari dunia kedokteran.
Jadi, menggugurkan kandungan dilarang dalam agama Islam. Dalam ajaran Kristen
pun, tidak jauh berbeda. Gereja melarang tindakan aborsi karena ajaran gereja
meyakini embrio adalah manusia seutuhnya.
Meskipun alasan mengapa aborsi dilarang sudah jelas, namun bagi mereka
yang berkepentingan melakukan tindak aborsi tetap mempunyai dalih. Bukankah
menggugurkan kandungan itu hak bagi individu yang mempunyai kandungan? Kalau

ada larangan, berarti larangan itu yang melanggar HAM. Mari kita lihat, batasan
HAM menurut Undang-Undang. Pasal 28J (1) menyebutkan bahwa setiap orang wajib
menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pasal 28J (2) disebutkan: Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
Undang-Undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis. Jadi, meskipun kita punya hak untuk
menggugurkan kandungan, kita juga dibatasi oleh hak janin untuk hidup. Pasal 28A
menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya. Karena telah dijelaskan tadi bahwa embrio atau janin adalah
manusia juga, maka mereka juga mempunyai hak untuk hidup.

3. Kesimpulan
Secara ilmiah dan menurut ajaran agama, embrio ataupun janin adalah
makhluk hidup yang mempunyai kehidupan. Jadi, menggugurkan kandungan berarti
pembunuhan. Hukum di Indonesia pun secara tegas menyatakan larangan terhadaap
tindakan aborsi. Tentunya, aborsi yang di maksud di sini adalah aborsi yang tanpa
alasan medis. Jika seorang perempuan tidak mampu mempertahankan kehamilannya
karena adanya vonis dari dokter terhadap kcschatan dan keselamatan nyawanya
ataupun bayinya, secara hukum Indonesia dibenarkan dan mendapat perlindungan
hukum sebagaimana telah diatur dalain pasal 15 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992.

Anda mungkin juga menyukai