Referat
Referat
PENDAHULUAN
Obat-obatan golongan amphetamine merupakan substansi urutan kedua yang
digunakan secara luas setelah cannabis di Amerika Serikat, Asia, Inggris,
Australia, dan beberapa negara di Eropa Barat. Metamphetamine merupakan
turunan amphetamine yang lebih banyak digunakan dalam beberapa tahun terakhir
ini. Methamphetamine adalah bentuk poten dari amphetamine. Methamphetamine
digunakan secara inhalasi, dihisap, atau diinjeksikan secara intravena. Efek
fisiologik bertahan hingga berjam-jam dan berefek sangat kuat.[1]
Tipe amphetamine terbanyak yang tersedia dan digunakan di Amerika Serikat
adalah dextroamphetamine (Dexedrine), methamphetamine (Desoxyn), campuran
garam dextroamphetamine-amphetamine (Adderall), dan metilphenidate yang
merupakan senyawa mirip amphetamine (Ritalin). Amphetamine termasuk dalam
golongan
zat
analeptik,
simpatomimetik,
stimulan
dan
psikostimulan.
sindrom
ketergantungan
menurut
Griffith
dan
Edwards.
obat
dideskripsikan
sebagai
kecanduan.
Hal
ini
menyebabkan
kerusakan
signifikan
yang
16
dengan
adanya
gangguan
depresif
dan
[4]
B. EPIDEMIOLOGI
Stimulan tipe amphetamin digunakan secara luas di seluruh dunia.
Amphetamine sulphate (benzedrine) pertama kali disintesis pada tahun 1887
dan pertama kali digunakan secara klinis pada tahun 1932 sebagai obat
inhaler untuk terapi kongesti nasal dan asma. Pada 1937, sediaan tablet
amphetamine
sulphate
diperkenalkan
sebagai
terapi
narkolepsi,
Indikasi terbaru
penggunaan amphetamine yang telah disetujui oleh FDA (Food and Drug
Administration) hanya terbatas pada ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorders) dan narkolepsi, meskipun demikian amphetamine juga digunakan
sebagai terapi obesitas, depresi, distimia, sindrom kelelahan kronik, AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome), demensia, dan neurasthenia. [1]
Diperkirakan sekitar 3.4 sampai 20.7 juta pengguna amphetamine pada
Asia Timur dan Asia Tenggara, dimana sekitar 1,4% dari keseluruhannya
merupakan orang berusia 15-64 tahun. Pengguna methamphetamine
meningkat drastis di China dalam beberapa tahun terakhir, dimana pada
tahun 2001 terdapat 160.000 pengguna dan di tahun 2010 pengguna
amphetamine meningkat hingga 430.000 orang.[6]
Jumlah pengguna amphetamine di tiga belas daerah bagian di Amerika
Serikat adalah 55 per 100.000 penduduk. Penggunaan amphetamine terjadi di
semua kelompok sosial ekonomi dan meningkat pada orang kulit putih.
Karena amphetamine merupakan obat yang dapat diresepkan untuk indikasi
tertentu, amphetamine banyak disalahgunakan oleh banyak orang. Menurut
DSM-IV-TR, prevalensi ketergantungan dan penyalahgunaan amphetamine
sekitar 1.5% dimana rasio pria banding wanita sama. Penyalahgunaan
amphetamine berkaitan erat dengan terjadinya tindakan kriminal. [1]
C. GEJALA KLINIS
18
Pada
orang
yang
sebelumnya
belum
pernah
menggunakan
Ketika terjadi keadaan putus zat dari suatu zat psikoaktif maka akan
terjadi reaksi negatif akibat penghentian penggunaan zat tersebut. Pada
keadaan putus zat, salah satu gejala yang muncul adalah craving. Craving
merupakan gejala umum yang dijumpai pada keadaan putus zat
amphetamine. Craving bersifat tidak konstan. Gejala craving biasanya lebih
berat pada kurang dari satu jam pertama. Craving biasanya dipicu oleh
munculnya ketidaknyamanan fisik maupun psikologik. Gejala craving
biasanya semakin hilang saat seseorang semakin lama sudah tidak
menggunakan zat tersebut. Gejala-gejala yang timbul saat sedang mengalami
craving dapat berupa gangguan kardiovaskular, sistem saraf pusat, dan
sistem respirasi. [3, 9]
III.
HUBUNGAN
OLAHRAGA
TERHADAP
CRAVING
PADA
PENYALAHGUNAAN METHAMPHETAMINE
Aktivitas fisik adalah segala pergerakan tubuh yang menggunakan energi yang
dihasilkan oleh otot skeletal. Penggunaan energi tersebut dapat dinilai dalam
satuan kilokalori. Contoh aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari adalah
kegiatan okupasional, olahraga, kegiatan membersihkan rumah, dan aktivitas
lainnya. [10]
Semua bentuk amphetamine secara cepat dapat menyebabkan peningkatan dan
mempertahankan kadar neurotransmitter, terutama dopamin yang berperan dalam
hal memori, perhatian, perilaku, dan timbulnya perasaan menyenangkan.
Penggunaan amphetamine secara reguler dan jangka panjang, menyebabkan
berkurangnya neurotransmitter sehingga terjadi penurunan berat badan, dehidrasi,
penurunan nafsu makan atau malnutrisi, masalah ginjal, perubahan mood
termasuk depresi dan anxietas, paranoid, gangguan tidur kronik, perubahan
struktur dan fungsi otak yang menyebabkan gangguan ingatan, berpikir, emosi,
gangguan untuk membuat keputusan, gangguan dalam menilai realita(psikosis)
dan ketergantungan terhadap methaphetamine. [7]
Bukti terbaru menunjukkan bahwa paparan oleh methamphetamine bersifat
neurotoksik dan penelitian neuroimaging membuktikan bahwa penggunaan jangka
panjang methamphetamine pada manusia menyebabkan kerusakan neural yang
luas. [2]
Methamphetamine merupakan obat psikostimulan yang berperan pada sistem
saraf pusat melalui mekanisme non eksositotik sehingga terjadi pelepasan
20
cedera
struktural,
penyalahgunaan
obat-obatan
terlarang.
Olahraga
mampu
KESIMPULAN
Craving adalah keinginan kuat untuk merasakan kembali efek dari zat
psikoaktif. Craving timbul akibat relaps setelah lama berhenti menggunakan zat
tersebut. Craving dulunya dikenal sebagai ketergantungan fisiologik. Craving
merupakan gejala umum yang dijumpai pada keadaan putus zat.[5]
Salah satu golongan obat yang sering disalahgunakan adalah golongan
amphetamine. Obat ini mampu menimbulkan ketergantungan sehingga mampu
menimbulkan keadaan putus zat dan menimbulkan gejala craving. [1, 3]
22
penyalahgunaan
obat-obatan
terlarang.
Olahraga
mampu
obat-obatan
tersebut
ditemukan
penurunan
penggunaan
methamphetamine. [15]
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Sadock, B.J., Substance and Related Disorders, in Kaplan & Sadock's Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry2007, Lippincott Williams &
Wilkins: New York. p.408-413.
Barr, A.M., The Need for Speed: An Update on Methamphetamine Addiction. Journal
of Psychiatry Neuroscience, 2006. 31(5): p. 301-13.
Durand, V.M., Substance-Related and Impulse-Control Disorders, in Essensials of
Abnormal Psychology2013, Wadsworth Cengage Learning: USA. p. 371-5.
Kay, J., General Approaches to Substance and Polydrug Use Disorders, in Essensials
of Psychiatry2006, John Wiley & Sons Ltd: England. p. 409-11.
23
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Cam, J., Mechanisms of Disease :Drug Addiction. New England Journal of Medicine,
2003. 349(10): p. 975-986.
Shen, W., Negative Moods Correlate with Craving in Female Methamphetamine
Users Enrolled in Compulsory Detoxification. Substance Abuse Treatment,
Prevention, and Policy 2012. 7(44): p. 1-8.
N, J.L.a.L. Treatment Approaches For Users of Methamphetamine. 2008. 3-4.
Jett, K.P., Methamphetamine Treatment: A Practitioners Reference, 2007, California
Department of Alcohol and Drug Programs: Los Angeles. p. 5;21-3.
Berigan, T.R., Treatment of Methamphetamine Cravings with Bupropion: A Case
Report. Journal of Clinal Psychiatry, 2001. 3(6): p. 267-268.
Caspersen, C.J., Physical Activity, Exercise, and Physical Fitness: Definitions and
Distinctions for Health-Related Research. Public Health Journal, 1985. 100(2): p.
126-30.
Mandyam, C.D., Methamphetamine Self-Administration and Voluntary Exercise Have
Opposing Effects on Medial Prefrontal Cortex Gliogenesis. Neuroscience Journal,
2007. 27(42): p. 11442-50.
Geday, J., Functions of the Medial Frontal Cortex, in Faculty of Health Sciences2009,
Aarhus University: Denmark. p. 8.
Trivedi, M.H., Stimulant Reduction Intervention using Dosed Exercise (STRIDE) CTN 0037: Study protocol for a randomized controlled trial. Trials Journal, 2011.
12(1): p. 1-15.
MarkA.Smith, Exercise as A Potential Treatment for Drug Abuse: Evidence From
Preclinical Studies. Frontier in Psychiatry, 2012. 2(82): p. 1-10.
Karila, L., Pharmacological Approaches to Methamphetamine Dependence: a
Focused Review. British Journal of Clinical Pharmacology, 2009. 69(6): p. 578-92.
24