Anda di halaman 1dari 14

III.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Perkebunan pisang PT Nusantara Tropical Farm (NTF) terletak di


Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur,
Propinsi Lampung. Kebun PT NTF terletak pada posisi 5o0352LS dan
105o4108BT koordinat 105o30--105o45 Bujur Timur dan 05o00--05o15 Lintang
Selatan, , dengan ketinggian tempat 50 m di atas permukaan laut (dpl), berjarak lebih
kurang 146 km dari Kota Bandar Lampung. Peta Kabupaten Lampung Timur
disajikan pada Gambar 5.
Lahan perkebunan PT NTF sebelah Utara berbatasan dengan Taman Nasional Way
Kambas dan Rantau Jaya-Sukadana; sebelah Barat berbatasan dengan Surabaya UdikSukadana; sebelah Selatan berbatasan dengan Rajabasa Lama-Labuhan Ratu dan
(Way Mati, Jati Puro)-Sukadana; dan sebelah Timur berbatasan dengan Way Kambas.
Peta lokasi perkebunan pisang Cavendish PT NTF disajikan pada Gambar 6.
Menurut Ansyori (2009), perkebunan pisang Cavendish PT NTF memiliki tekstur
tanah umumnya didominasi oleh fraksi pasir dan liat dengan kandungan debu yang
rendah. Kandungan pasir lebih dari 50% dengan kelas tekstur liat berpasir pada
horison permukaan dan lempung liat berpasir pada horison di bawahnya.

48

Gambar 5. Peta Kabupaten Lampung Timur


Sumber : Ansyori (2009).

49

Gambar 6. Peta lokasi Perkebunan Pisang Cavendish PT NTF


Sumber : NTF (2014, tidak dipublikasikan).

50

50

Data curah hujan bulanan perkebunan pisang PT NTF dari tahun 20042013 disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Curah Hujan Bulanan pada Tahun 2004--2013 (mm)
Bulan
Tahun
Jan

Feb

Mar

Apr

May

2004

640,1

343,2

365,4

229,6

195,6

41,7

167,0

39,5

47,4

59,3

91,6

489,0

2005

313,1

306,6

467,0

147,1

202,1

139,0

164,0

34,8

0,3

95,0

144,8

199,2

2006

368,4

376,8

357,7

191,6

122,9

81,5

39,6

0,5

5,1

39,6

84,1

388,1

2007

376,2

459,4

224,9

235,7

59,7

197,4

100,3

42,8

8,6

40,1

120,0

294,2

2008

235,6

225,5

314,8

243,2

78,5

65,1

8,5

88,5

183,1

128,3

405,0

525,6

2009

340,2

432,8

308,2

286,5

141,0

128,2

60,8

49,3

26,6

112,9

337,4

133,5

2010

482,0

412,8

404,3

160,2

257,2

237,3

393,2

228,7

161,0

355,9

200,0

346,5

2011

426,4

269,0

436,3

319,7

125,1

121,1

133,7

0,0

22,1

119,3

165,5

226,4

2012

331,7

230,2

188,7

108,8

158,5

48,0

50,2

0,0

0,0

112,0

108,7

272,7

2013

359,4

219,1

305,4

203,1

186,0

51,2

318,9

29,6

57,0

60,1

182,7

407,3

387,3

327,5

337,3

212,6

152,7

111,1

143,6

51,4

51,1

112,2

184,0

328,2

Rata-rata

Sumber: NTF (2013, tidak dipublikasikan)

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

51

Dua puluh tujuh situs pengambilan sampel tanah dan akar tanaman pisang Cavendish
diambil dari 27 blok yang terpilih dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Blok yang Terpilih Dalam Pengambilan Sampel Tanah dan Akar
Ulangan / Nama Blok
Umur
Tanaman
I
II
III
T1
14B01
13A01
11 E01
L1
T2
12B04
12B01
14A01
T3
11D02
11D04
11C01
T1
51406
24B03
31A03
L2
T2
40903
8B03
1A03
T3
40901
8A01
40804
T1
40703
51301
40702
L3
T2
83703
83806
62601
T3
72704
30301
72701
Keterangan: L1= Umur lahan 35 tahun, L2 = Umur lahan 1012 tahun,
L3 = Umur lahan 1719 tahun, T1= Umur tanaman 13 bulan,
T2 = Umur tanaman 46 bulan, T3 = Umur tanaman 79 bulan
Umur
Lahan

Identifikasi nematoda dilaksanakan di Laboratorium Arthropoda Fakultas Pertanian


Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai
dengan Juli 2014.
3.2

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tanah dan akar, kantong plastik
transparan, plastik es balon, karet gelang, spidol, kertas label, aquades, larutan
Golden X (campuran aquades, formalin, gliserin), kertas tisue, dan air. Sedangkan
peralatan yang digunakan adalah cangkul yang telah dimodifikasi seperti sekop,
meteran, nampan, gelas ukur, pisau, corong plastik, rak kayu, neraca elektrik digital,
botol suspensi nematoda, termometer, botol semprot, ember, kompor, panci,
mikroskop stereo binokuler dan compound, hand counter, pipet, tabung reaksi,
pengait nematoda, kaca preparat, cover glass, cawan petri, dan alat tulis menulis.

52

3.3

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survei pada perkebunan


pisang yang memiliki umur lahan dan umur tanaman serta klon pisang yang berbedabeda. Data hasil survei disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
3.4

Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penentuan Lokasi dan Sampling


Pemilihan dan penentuan lokasi penelitian menggunakan teknik purposive sampling
pada perkebunan pisang Cavendish di PT NTF Lampung Timur. Pengambilan sampel
dilakukan pada tanaman pisang Cavendish dengan rentang umur penggunaan lahan
dan rentang umur tanaman berbeda. Sampel tanah diambil dari tiga rentang umur
lahan (L) yaitu: 35 tahun (L1), 1012 tahun (L2), dan 1719 tahun (L3) pada tiga
rentang umur tanaman pisang Cavendish (T), yaitu: 13 bulan (T1), 46 bulan (T2),
dan 79 bulan (T3). Jadi seluruhnya ada 9 kombinasi umur lahan dengan umur
tanaman pisang (Tabel 9). Untuk setiap kombinasi umur lahan dan tanaman ini dipilih
tiga situs pengambilan sampel sebagai ulangan.
Tabel 9. Kombinasi Umur Penggunaan Lahan dengan Umur Tanaman Pisang
Cavendish
Umur Penggunaan
Lahan (Tahun)
3--5 (L1)
10--12 (L2)
17--19 (L3)

Umur Tanaman Pisang Cavendish (Bulan)


1--3 (T1)
4--6 (T2)
7--9 (T3)
T1L1
T2L1
T3L1
T1L2
T2L2
T3L2
T1L3
T2L3
T3L3

Keterangan:
L1= umur lahan 35 tahun ; L2 = umur lahan 1012 tahun ;
L3 = umur lahan 1719 tahun; T1= umur tanaman 13 bulan;
T2= Umur tanaman 46 bulan; T3 = Umur tanaman 79 bulan.

53

Situs pengambilan sampel berupa lahan berukuran 50 m x 50 m yang ditanami pisang


berjarak tanam 2,0 m x 2,5 m dengan umur tanaman dan umur lahan tertentu. Pada
setiap situs pengambilan sampel diambil 5 subsampel tanah dan akar tanaman pisang
secara diagonal, 1 subsampel terdiri dari 6 tanaman pisang, seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengambilan 5 subsampel tanah dan akar secara diagonal pada lahan
berukuran 50 m x 50 m

Keterangan:

= Lahan berukuran 50 m x 50 m
= subsampel pengamatan terdiri dari 6 tanaman pisang
= Tanaman pisang dengan jarak tanam 2,0 m x 2,5 m

Tiap subsampel tanah dan akar diambil dari 6 lubang berukuran sekitar
20 cm x 20 cm x 20 cm, dengan jarak 10 cm dan 50 cm dari pohon pisang Cavendish
secara bersilang dengan mata cangkul yang telah dimodifikasi seperti sekop
(Gambar 8 dan 9). Subsampel tanah atau akar dicampur menjadi sampel komposit
untuk tiap satu situs pengambilan sampel. Sampel tanah dan akar masing-masing
dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label. Sampel tanah atau akar
dihindarkan dari dedahan sinar matahari langsung.

54

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 8. (a) Jarak lubang 10 cm dan (b) 50 cm dari pohon pisang, (c) lubang
berukuran sekitar 20 cm x 20 cm x 20 cm, dan (d) cangkul yang telah
dimodifikasi seperti sekop.

50 cm
10 cm

2,5 m

2m

Gambar 9. Enam titik lubang pengambilan subsampel tanah dan akar tanaman pisang
secara bersilang
Keterangan:

= Titik lubang pengambilan sampel tanah dan akar berukuran


sekitar 20 cm x 20 cm x 20 cm
= Tanaman pisang

55

Pada tiap kombinasi umur tanaman dan umur lahan diambil 3 situs pengambilan
sampel sebagai ulangan, sehingga seluruhnya ada 27 sampel tanah dan 27 sampel
akar.

3.4.2 Ekstraksi Nematoda

Ekstraksi nematoda dilakukan untuk mengetahui populasi nematoda yang berada


dalam tanah dan di dalam jaringan akar. Nematoda diekstraksi dengan menggunakan
metode corong Baerman yang dimodifikasi (Gambar 10). Sampel tanah diukur
volumenya dengan gelas ukur sebanyak 200 ml dan sampel akar ditimbang sebanyak
50 g berat basah. Akar dipotong 0,5 cm dengan menggunakan pisau. Selanjutnya
sampel tanah atau akar diletakkan ke dalam corong plastik yang telah dilapisi dengan
kertas tisue pada saringan yang berdiameter 8 cm (Gambar 10 d) . Sebelumnya ujung
corong plastik telah diberi kantong plastik es balon dan diikat dengan karet gelang
dan ditulis kode sampelnya dengan spidol (Gambar 10 a), lalu diberi air hingga
mencapai permukaan saringan yang ada pada corong plastik dan membasahi kertas
tisuenya (Gambar 10 b & c). Setelah 3 hari kemudian dilakukan pemanenan
nematoda dengan cara suspensi nematoda yang sudah tertampung dalam kantong
plastik es balon dilepas ikatannya dari ujung corong plastik lalu ujung kantong plastik
tersebut diikat dengan karet gelang.

56

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 10. Corong Baermann yang dimodifikasi, (a) Ujung corong diikat dengan
kantong plastik es, (b) permukaan corong dilandasi saringan kawat yang, (c)
dilapisi kertas tisue, dan (d) akar tanaman pisang yang telah dipotong-potong
sebanyak 50 g diletakkan di kertas tisue yang telah dibasahi.

3.4.3 Fiksasi Nematoda

Menurut Hopper (1970, dalam Susilo dan Karyanto, 2005) fiksasi merupakan metode
yang dilakukan untuk mengawetkan nematoda dengan menambahkan larutan fiksasi
(larutan Golden X) ke dalam suspensi sehingga nematoda berada pada 3% formalin.
Nematoda dalam botol suspensi dimatikan terlebih dahulu dengan air hangat bersuhu
50oC dengan cara merendam botol suspensi nematoda dalam air mendidih. Setelah
mencapai 50oC, botol diangkat dan didinginkan selama 1 hari. Setelah dingin volume
suspensi dikurangi menjadi 10 ml dengan cara disedot hati-hati dengan pipet dari
bagian atas larutan untuk meminimalkan kehilangan nematoda yang mengendap di
bagian bawah botol. Suspensi nematoda dalam botol ini kemudian dituangkan ke

57

dalam tabung reaksi dan didiamkan selama 1 hari agar nematoda turun ke dasar
tabung reaksi, lalu volume suspensi dikurangi lagi menjadi 3 ml dengan cara disedot
hati-hati dengan pipet dari bagian atas. Suspensi kemudian ditambah larutan Golden
X (8% formalin + 2% gliserin + 90% aquades) hingga volume suspensi menjadi
10 ml.

3.4.4 Penghitungan Populasi Nematoda


Kelimpahan seluruh nematoda dihitung dengan cara mengambil suspensi nematoda
yang telah diawetkan dengan larutan Golden X sampai sebanyak 5 ml kemudian
dituang ke cawan petri bergaris, penghitungan dilakukan berulang dua kali sampai
seluruh suspensi habis. Nematoda dihitung di bawah mikroskop stereo binokuler
pada perbesaran 40 kali dengan menggunakan handcounter.
3.4.5 Identifikasi Nematoda
Identifikasi nematoda dilakukan terhadap 50 nematoda yang diambil secara acak
untuk setiap sampel. Satu persatu nematoda dikait dan diamati di bawah mikroskop
stereo binokuler, sekitar 1015 nematoda diletakkan pada kaca preparat, diberi
setetes larutan Golden X kemudian ditutup dengan cover glass. Nematoda diamati dan
diidentifikasi berdasarkan ciri morfologinya di bawah mikroskop compound dengan
perbesaran 100400 kali. Nematoda diidentifikasi sampai pada tingkat genus
dengan bantuan buku Mai dan Lyon (1975); Goodey (1963).
Nematoda kemudian dikelompokkan ke dalam nematoda hidup bebas dan nematoda
parasit tumbuhan berdasarkan struktur stomanya. Nematoda hidup bebas tidak
memiliki stilet sedangkan nematoda parasit tumbuhan memiliki stilet. Pengelompokan
ini juga dapat diketahui dari nama genusnya.

58

3.5

Pengamatan Faktor Lingkungan di Kebun Pisang Cavendish

Variabel lingkungan yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar air tanah, suhu
tanah, C organik tanah, dan pH tanah. Seluruh variabel lingkungan itu diamati pada
setiap titik sampel tanah di sekitar perakaran tanaman pisang Cavendish.
Kadar air tanah dihitung dengan cara menimbang tanah yang masih basah seberat
10 g dengan neraca elektrik digital, lalu tanah dikeringkan dalam oven listrik dengan
suhu 105oC sampai tanah kering mencapai berat yang konstan, lalu dihitung kadar air
tanahnya yaitu:
Kadar air tanah =

x 100%.

Suhu tanah diukur menggunakan termometer pada saat pengambilan sampel tanah
yang berada di lubang galian sedalam 20 cm. Pengukuran C organik tanah dilakukan
di laboratorium PT Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, sedangkan pengukuran
pH tanah dengan pH meter dilakukan di laboratorium PT NTF Lampung Timur.
3.6

Analisis Data

1.6.1 Menghitung Kerapatan Populasi Absolut, Frekuensi Absolut, dan


Nilai Prominence
Kerapatan populasi absolut nematoda dihitung dengan cara menghitung jumlah suatu
genus nematoda tertentu dari 200 ml sampel tanah atau dalam 50 g sampel akar.
Frekuensi absolut nematoda dihitung dengan cara menghitung berapa sampel tanah
atau akar yang mengandung nematoda tertentu pada seluruh sampel tanah atau akar.
Nilai Prominence dihitung dengan mengalikan nilai kerapatan populasi absolut
dengan akar dari frekuensi absolut, dengan rumus:

59

(a) Kerapatan Populasi Absolut (KPA) :


KPA (tanah) =

dan KPA (akar) =

(b) Frekuensi Absolut (FA) :


FA = x 100%

(c) Nilai Prominence (D)


D = KPA x

Keterangan : KPA = Kerapatan populasi Absolut, FA = Frekuensi Absolut,


D = Nilai Prominence, n = Suatu Genus Nematoda,
S = Seluruh Sampel, dan s = Sampel yang Mengandung Nematoda

1.6.2 Melakukan Uji F


Faktor umur penggunaan lahan yang terdiri dari 3 taraf dan faktor umur tanaman pisang
Cavendish yang terdiri dari 3 taraf diuji pengaruhnya terhadap kelimpahan enam genus
nematoda parasit tumbuhan yang memiliki nilai Prominence paling tinggi menggunakan
uji F (analisis of varians) pada taraf 5% dan 1% dengan percobaan faktorial dalam
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sedangkan faktor klon yang terdiri dari 3 taraf
dianalisis tersendiri menggunakan RAL dengan ulangan yang berbeda. Perbedaan nilai
tengah diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
1.6.3 Menghitung Koefisien Determinasi Hubungan Antara Faktor Lingkungan
dengan Kelimpahan Nematoda Tanaman Pisang Cavendish
Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kadar air tanah, suhu
tanah, C organik tanah, dan pH tanah dengan kelimpahan enam nematoda parasit
tumbuhan yang memiliki nilai Prominence tertinggi dan menghitung koefisien
determinasi (R2) model kuadratik untuk mengetahui seberapa besar sumbangan

60

keragaman faktor lingkungan tersebut terhadap kelimpahan nematoda parasit tumbuhan


pada pertanaman pisang Cavendish. Wallace (1971) melaporkan bahwa model
hubungan persentase telur Meloidogyne javanica yang menetas dengan konsentrasi
oksigen dalam tanah mengikuti model kuadratik.

Anda mungkin juga menyukai