Anda di halaman 1dari 4

1.

Dokter Terbang (rs apung)


dr. Riny Sari Bachtiar, MARS Koordinator Flying Doctors (Dokter
Terbang) doctorSHARE

dr Riny menggeluti dunia kesehatan sejak tahun 2012 dan sejak tahun 2014
bergerak untuk aksi medis yang bersifat sosial. Hingga akhirnya tahun ini dia
menjadi
inisiator
dari
'dokter
terbang'.
"Awal mula muncul ide dokter terbang atau flying doctor itu karena kami di
doctorSHARE sudah punya program dokter apung. Tetapi program itu lebih
sering ditujukan untuk masyarakat pesisir di selurus Indonesia. Suatu saat kita
ke Papua dan melihat masyarakat pesisir di sana bukan penduduk asli Papua,
kebanyakan adalah pendatang dari pulau-pulau sekitar
2. Robin Lim

Robin Lim adalah bidan lulusan dan berkewarganegaan Amerika tapi punya
kepedulian yang besar terhadap perempuan-perempuan miskin yang melahirkan
di Indonesia.
Robin Lim telah membantu ribuan perempuan Indonesia yang miskin agar
mengalami kehamilan yang sehat dan melayani persalinan dengan gratis. Berkat
jasanya sosialnya, wanita ini pun dimenangkan CNN Hero 2011.
Melalui klinik kesehatannya Yayasan Bumi Sehat, Robin Lim yang sering
dipanggil oleh penduduk setempat dengan Ibu Robin, menawarkan perawatan
gratis untuk prenatal care, pelayanan persalinan bantuan medis di Indonesia,
dimana banyak keluarga yang tidak mampu.

3. Dr. Tigor Silaban

Tigor adalah dokter langka di Indonesia. Di saat para dokter ingin bekerja
di kawasan yang sudah tersentuh pembangunan dan kecanggihan
teknologi, dia malah memilih bertugas di Pedalaman Oksibil, Puncak Jaya,
Papua. Dia di sana sejak tahun 1979. Keterbatasan alat kesehatan di
Papua

jaman

dulu

tidak

membuatnya

mengeluh.

Di

tengah

keterbatasannya itu, Tigor tetap melakukan operasi besar. Mulai dari


operasi melahirkan sampai operasi tumor. Banyak kisah yang diceritakan
Tigor, semua kisah mengerikan dan menggelitik.
Sebab tindakan operasi yang dia lakukan selama di pedalaman Papua
tidak lazim. Namun Tigor mengklaim keselamatan pasien nomor satu.
Makanya selama 34 tahun aktif menjadi dokter, tidak ada satu pasien pun
yang meninggal di meja operasinya. "Karena nggak banyak dokter yang
memilih untuk praktik di perdalaman. Kebanyakan di kota. Temen-temen
saya bilang, lu dokter gila, gue nggak habis pikir," cerita Tigor. Selain
pengalaman seru menjadi dokter di pedalaman Papua yang masih
perjaka, Tigor juga bercerita tentang operasi-operasi ala pedalaman
Papua yang belum ada listrik. Bahkan dia harus berjalan bermingguminggu dari kampong ke kampong untuk mengobati penduduk.

4. Marcellius Wellip

Marcellinus Wellip yang dijuluki sang mantri dari hutan distrik Towe, Papua. Pria
ini membaktikan diri sebagai perawat atau mantri di Puskesmas distrik Towe
yang
berada
di
tengah
hutan
tropis
pedalaman
Papua.
Dia rela melepaskan jabatannya sebagai Kepala Tata Usaha Puskesmas Arso,
Keerom, Papua demi membantu 1.900 jiwa dengan berjalan kaki menembus
hutan Papua selama 1-2 hari.
"Mengajarkan pada masyarakat bagaimana cara mandi, sikat gigi, mengganti
dan mencuci pakaian, buang air pada tempatnya dan tidak meludah pinang di
sembarang tempat bukan main susahnya," kisah Marsellinus.

5. Carlos Ferrandiz (Harapan Project)

Carlos Ferrandiz, pria berusia 36 tahun berkebangsaan Spanyol yang telah


bekerja 7 tahun sebagai pengacara di perusahaan hukum ternama. Pada tahun
2011 dia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan tinggal di Indonesia
untuk mendedikasikan hidupnya untuk Harapan Project di Sumbawa.
Berawal dari keinginanya membantu masyarakat sekitar yang kurang memadahi
dari segi pendidikan, Harapan project yang ia kembangkan seorang diri juga

bergerak membantu masyarakat yang membutuhkan biaya pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai