: Arif Fuadianto
NIM
: 09619024
Jurusan
: Arsitektur
Mungkin seharusnya bukan hal yang sulit bagi saya untuk membuat peta
mental (Mapping Map) perjalanan saya dari kampus saya di Politeknik Negeri
Samarinda menuju ke tempat tinggal saya di daerah Loa Bakung mengingat hampir
setiap hari saya melewati rute tersebut berulang-ulang. Namun ternyata selama ini
saya masih kurang memperhatikan situasi rute yang saya lalui. Untuk itu saat
pulang kuliah kemarin saya mencoba untuk mengendarai motor saya lebih lambat
untuk melihat dan kembali mengingat rute tersebut.
Berawal dari jalan Cipto Mangunkusumo yang merupakan jalur utama di
Samarinda Seberang kita akan menuju jembatan Mahakam. Jalur ini cukup padat
namun tidak sampai macet karena ini merupakan salah satu jalur utama Balikpapan
Samarinda dan sebaiknya. Dari kampus menuju jembatan Mahakam biasanya pada
pagi hari hingga sore hari kita akan melewati beberapa orang yang berdiri di tengah
jalan sambil membawa jala meminta sumbangan pembangunan mesjid dan
beberapa drum yang menandakan agar kendaraan yang melintasi untuk berhatihati dan memberikan sumbangan. Namun menurut saya masih banyak cara lain
untuk meminta sumbangan dibandingkan harus dengan cara ini karena selain
mengganggu lalu lintas juga membahayakan si peminta sumbangan tersebut
Memasuki jembatan mahakam inilah titik rawan macet apalagi jam masuk
kerja dan pulang kerja. Mungkin memang jembatan Mahakam sudah terlalu sempit
untuk menampung arus kendaraan yang harus melewati sungai Mahakam.
Jembatan Mahakam ini akan membuat orang dari luar Samarinda merasa sudah
benar benar sampai di Samarinda. Tidak heran jembatan inilah yang merupakan
ikon dan menjadi identias kota Samarinda. Saat melewatinya kita juga dapat
melihat keindahan pemandangan sungai terbesar di Indonesia ini.