PENDAHULUAN
Pneumonia
merupakan
penyebab
utama
morbiditas
dan
1,4
klinis
dan
memudahkan
dalam
menentukan
kemungkinan
jenis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Paru-paru normal bersifat ringan, lunak dan menyerupai spons.
paru kiri dan kanan terpisah oleh jantung dan pembuluh besar dalam
mediastinum medius. Paru-paru berhubungan dengan jantung dan trakhea
melalui struktur dalam radix pulmonis. Radix pulmonis adalah daerah
peralihan pleura visceralis ke pleura parietalis yang menghubungkan facies
mediastinalis paru-paru dengan jantung dan trakea.
Hilum pulmonis berisi bronchus principalis, pembuluh pulmonal,
pembuluh bronkial, pembuluh limfe, dan saraf yang menuju ke paru-paru
atau sebaliknya.
Fissura horizontalis dan fissura oblique pada pleura visceralis
membagi paru-paru menjadi lobus-lobus. Paru kanan terbagi menjadi 3
lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Sedangkan
paru kiri terbagi menjadi 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior.
Setiap lobus terdiri dari beberapa segmen.
Lobus superior :
Segmen Apical
Segmen Posterior
Segmen Anterior
Lobus Medius :
Segmen Lateralis
Segmen Medialis
Lobus inferior :
Segmen Apicobasalis
Segmen Mediobasal
Segmen anterobasal
Segmen Laterobasal
Segmen posterobasal
Paru-paru kiri :
Lobus Superior
Segmen apicoposterior
Segmen anterior
Lingula
Segmen Superior
Segmen inferior
Lobus inferior
Segmen apicobasal
Segmen antero medio basal
Segmen laterobasal
Segmen posterobasal
DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus terisi
oleh cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke
dalam interstitium. Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan
dengan
proses
infeksi
akut
pada
bronkus
(biasa
disebut
bronchopneumonia).
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).
Peneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak
termasuk, sedangkan keradangan paru yang disebabkan oleh penyebab non
infeksi (bahan kimia, radiasi, obat-obatan dan lain-lain) lazimnya disebut
pneumonitis.
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari
pneumonia, dan hal ini berdampak kepada obat yang akan diberikan.
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu
bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti
(community-acquired) yang diderita oleh masyarakat luar negeri banyak
disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit
(nosokomial-acquired) banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan
pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir
ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri
yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti
adalah bakteri Gram negatif. 1,2
Tabel 1.1 Penyebab paling sering pneumonia yang di dapat di masyarakat
(komunitas) dan nosokomial (rumah sakit)3
Lokasi Sumber
Masyarakat
(community-
Penyebab
Streptococcus pneumoniae
acquired)
Mycoplasma pneumoniae
Haemophilus pneumoniae
Rumah sakit (hospital-acquired)
Chlamydia pneumoniae
Basil usus gram negatif
(misal,
PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme
di paru. Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila
terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat
berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru
sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan
merusak
permukaan
epitel
saluran
napas.
Ada
beberapa
cara
Inokulasi langsung
10
Hematogenik
Penyebaran langsung
Terjadi
infeksi
dalam
alveoli,
membran
paru
mengalami
KLASIFIKASI
Berdasarkan klinis dan epidemiologi
- Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP)
- Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP)
- Pneumonia pada penderita immunocompromised Host
- Pneumonia aspirasi
Berdasarkan lokasi infeksi
-
Pneumonia lobaris
11
GEJALA KLINIS
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia.
Gejala-gejala meliputi:
Demam dan menggigil akibat proses peradangan
12
Batuk yang sering produktif dan purulen walaupun dapat juga non
produktif
Sputum berwarna merah karat atau kehijauan dengan bau khas
Sesak, berkeringat, nyeri dada
Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila
infeksinya serius
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut
bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam,
menggigil, suhu tubuh kadang-kadang melebihi 400C, sakit tenggorokan,
nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau
purulen, kadang-kadang berdarah. 8,15
DIAGNOSIS
Seringkali bentuk pneumonia mirip meskipun disebabkan oleh
kuman yang berbeda. Diagnosis pneumonia didasarkan kepada riwayat
penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisis yang teliti, dan pemeriksaan
penunjang.
Anamnesis
Ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang
berhubungan dengan faktor infeksi.
Evaluasi faktor pasien/predisposisi, misal PPOK (Haemophilus
influenzae),
penurunan
imunitas
(kuman
gram
pneumoniae,
Mycoplasma pneumoniae)
Usia pasien, misal bayi
Haemophilus
(virus),
muda
negatif),
komunitas
influenzae,
(Mycoplasma
13
American
Thoracic
Society
merekomendasikan
posisi
PA
eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak lebih opaq
pada foto Roentgen. Jika kelainan ini melibatkan sebagian atau seluruh
lobus disebut lobaris pneumoniae, sedangkan jika berupa bercak yang
mengikutsertakan
alveoli
secara
tersebar
maka
disebut
bronchopneumoniae. 16,19
Adapun gambaran radiologis foto thorax pada pneumonia secara
umum antara lain: 16-19
Perselubungan padat homogen atau inhomogen
Batas tidak tegas, kecuali jika mengenai 1 segmen lobus
Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru
mengecil. Tidak tampak deviasi trachea/ septum/ fissure atau
seperti pada atelektasis.
a. Air bronchogram sign adalah bayangan udara yang terdapat di
dalam
15
I.
Pneumonia Lobaris19
Berikut ilustrasi progresifitas konsolidasi pada pneumonia lobaris :
(Courtesy of C. Isabela S. Silva, MD, PhD)
16
17
pneumonia.
Akan
tetapi,
CT-scan
merupakan
pilihan
yang
II.
19
III.
Pneumonia Interstisial
Umumnya jenis pneumonia intersisial ini disebabkan oleh virus. Infeksi
dari virus berawal dari permukaan dengan terjadinya kerusakan silia sel goblet
dan kelenjar mukus bronkioli, sehingga dinding bronkioli menjadi edematous.
Juga terjadi edema di jaringan interstisial peribronkial. Kadang-kadang alveolus
20
Corakan
bronkovaskular
IV.
21
V.
Pneumonia Aspirasi
Pneumonia aspirasi adalah masuknya benda atau zat asing, padat atau cair
ke dalam saluran pernafasan, inhalasi uap atau asap. Pneumonia ini biasanya juga
disebabkan oleh adanya flora orofaring normal yang teraspirasi ke dalam saluran
napas.26
PNEUMONIA ASPIRASI
22
Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri. Leukosit
normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikooplasma atau pada
infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respon leukosit. Leukopenia
menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman
gram negative. 1,8
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal, bronkoskopi.
Kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN yang kemungkinan
merupakan penyebab infeksi. Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama
pra terapi dan bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya.
1,8
23
komuniti ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat
progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini 2 :
a.
b.
c.
d.
Batuk-batuk bertambah
Perubahan karakteristik dahak / purulen
Suhu tubuh > 38oC (aksila) / riwayat demam
Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas
bronkial dan ronki
o
Ditambah 2 diantara kriteria berikut: suhu tubuh > 38 C , sekret
purulen dan leukositosis 5,15
PATOLOGI ANATOMI
Pada masa praantibiotik, pneumonia pneumokokkus mengenai seluruh
atau hampir seluruh lobus dan berkembang melalui empat stadium : kongesti,
hepatisasi merah, hepatisasi abu-abu, dan resolusi. Terapi antibiotik dini
mengubah atau menghentikan perkembangan ini, sehingga jika pasien meninggal,
kelainan anatomik yang tampak saat autopsi mungkin tidak sesuai dengan stadium
klasik. 27
a. Kongesti (4-12 jam pertama), pada stadium ini, lobus yang terkena
menjadi berat, merah, sembab akibat adanya eksudat serosa masuk ke
dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) lobus paru tampak merah dan
bergranula karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi
alveoli.
24
c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru-paru menjadi kering, abu-abu, dan padat,
karena sel darah merah mengalami lisis sementara eksudat fibrinosa
menetap dan mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
DIAGNOSIS BANDING
1. Efusi Pleura
Merupakan suatu kondisi dimana terdapat akumulasi cairan dalam
cavum pleura yang dapat disebabkan oleh banyak kelainan dalam paru.
Pada pemeriksaan foto thorax rutin tegak, cairan pleura tampak
25
Persamaan :
-
Perbedaan :
-
26
Pada pneumonia khas dapat ditemukan air bronchogram sign, jika proses
perselubungannya telah mengisi sampai 1 lobus parenkim paru
2. Atelektasis
Berarti alveoli mengempis (kolaps). Hal ini dapat terjadi pada satu tempat
yang terlokaslisir di paru, pada seluruh lobus, atau pada seluruh paru.
Penyebab yang paling sering adalah obstruksi saluran napas dan
berkurangnya surfaktan pada cairan yang melapisi alveoli. Karena
mengalami hambatan/obstruksi, sehingga aerasi paru dapat berkurang.
Pada gambaran radiologisnya akan memberikan bayangan densitas yang
lebih tinggi.16
ANTARA ATELEKTASIS DAN PENUMONIA
Persamaan ;
-
Perbedaan :
27
3. TBC Paru
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan
oleh
Mycobacterium
tuberculosis.
Basil
tuberkel
ini
menyebabkan reaksi jaringan yang aneh dalam paru, antara lain (1) daerah
yang terinfeksi diserang oleh makrofag dan (2) daerah lesi dikelilingi oleh
jaringan fibrotik untuk membentuk yang idsebut tuberkel. Proses
pembentukan dinding ini membantu membatasi penyebaran basil tuberkel
dalam paru dan oleh karena itu ia merupakan bagian dari proses protektif
melawan infeksi. Tetapi hampir 3% dari seluruh penderita tuberculosis,
jika tidak diobati, maka tidak akan terbentuk proses pembatasan ini
sehingga akan menyebar ke seluruh lapangan paru, menyebabkan
kerusakan jaringan dan pembentukan kavitas abses yang besar. Sehingga
gambaran radiologi yang khas yang sering ditemukan di masyarakat dapat
berupa TBC paru aktif, TBC paru lama aktif, dan TBC paru lama tenang.
Gambaran bercak berawan serta cavitas pada TBC paru biasanya
menempati lapangan atas paru.4,14,16,18
ANTARA TBC PARU DAN PENUMONIA
28
Persamaan :
-
Perbedaan :
-
Pada TBC paru khas tampak bercak berawan pada lapangan paru atas, dan
adanya garis-garis fibrotik dan kasifikasi jika sudah masuk dalam masa
penyembuhan
4. Tumor paru
Tumor paru menyerupai banyak jenis penyakit paru lain dan tidak
mempunyai awitan yang khas. Tumor paru seringkali menyerupai
pneumonitis yang tidak dapat ditanggulangi. Namun secara radiologik,
gambaran tumor paru ini sangat khas menyerupai nodul yang berbentuk
koin (coin lesion). Pemeriksaan Tomografi Komputer dapat memberikan
informasi lebih banyak. Penilaian pada massa primer paru berupa besarnya
densitas massa yang dapat memberi gambaran perselubungan yang
inhomogen pada massa sifat ganas atau homogen pada massa jinak, tepi
massa tidak teratur/spikul pada massa ganas, dan batas rata pada massa
jinak. 3,4,16
ANTARA TUMOR PARU DAN PENUMONIA
29
Persamaan :
-
Perbedaan :
-
Batas dari bayangan dari massa tumor tampak tegas, sedangkan bayangan
pada pneumonia tampat tidak tegas, kecuali jika mengenai 1 lobus yang
disebut dengan pneumonia lobaris
Tanda air brochogram sign tidak akan ditemukan pada gambaran radiologi
tumor paru.
Untuk memastikan lebih jauh lagi maka pada klinis tumor paru tidak harus
ada riwayat demam, sedangkan pada pneumonia harus ditemukan riwayat
demam. 4,8,16
PENATALAKSANAAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme
dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu : 2
1. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia.
3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.
30
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara
umum pemilihan antibiotik berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 1.2 Terapi Empirik Antibiotik Awal Untuk Pneumonia Nosokomial
atau Pneumonia Berhubungan Dengan Ventilator yang Tidak Disertai Faktro
Resiko Untuk Patogen Resisten Jamak, Onset Dini pada Semua Tingkat
Berat Sakit
Patogen Potensial
Streptococcus pneumonia
Haemophilus influenza
Moksifloksasin, atau
Ciprofloksasin
Ampisilin/sulbaktam atau
Ertapenem
marcescens)
Catatan : Karena Streptococcus pneumonia yang resisten penisilin semakin sering terjadi
maka, levofloksasin, moksifloksasin lebih dianjurkan. 1,2
kasus
empiema.1,15
PENCEGAHAN
Untuk pneumonia komunitas (community-acquired), dapat dicegah dengan
pemberian vaksinasi pada penghuni rumah jompo atau rumah penampungan
penyakit kronik dan usia > 65 tahun, sedangkan pencegahan pada pneumonia
nosokomial (hospital-acquired) ditujukan kepada upaya program pengawasan dan
pengontrolan infeksi termasuk pendidikan staf pelaksana, pelaksanaan teknik
isolasi, dan praktek pengontrolan infeksi. Salah satau contoh tindakan
pencegahannya yaitu berupa pembatasan pemakaian selang nasogastrik atau
endotrakeal atau pemakaian obat sitoprotektif sebagai pengganti antagonis H2 dan
antacid.1
BAB III
KESIMPULAN
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Pneumonia merupakan proses konsolidasi rongga udara akibat rongga
udara alveolar terisi dengan eksudat inflamatori yang disebabkan oleh adanya
infeksi. Didefinisikan pula sebagai peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran
gas setempat. Serta menimbulkan angka kesakitan yang tinggi, dengan gejalagejala batuk, demam, dan sesak nafas.
Faktor resiko yang berkaitan dengan pneumonia yang disebabkan oleh
mikroorganisme adalah usia lanjut, penyakit jantung, alkoholisme, diabetes
32
33
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Dahlan, Zul. Pneumonia. In: Sudoyo, Aru W dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi Kelima. Jakarta: Interna Publishing. 2009; hal 2196200, 2203-05
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komuniti. Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2003; hal 2-6
Wilson, M Lorraine. Penyakit Pernapasan Restriktif. In: Price, Sylvia A.,
Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Edisi 6 Volume 2. Jakarta. Penerbit EGC.
2003; hal 804-806
Corr, Peter. Fot Thorax normal dan Infeksi Paru. In: Ramadhani, Dian.,
Dwijayanthi, Linda., Dharmawan, Didiek. Mengenali Pola Foto-Foto
Diagnostik (terjemahan dari Patterm Recognation in Diagnostic Imaging).
Jakarta: Penerbit EGC. 2010; hal 28, 33-5
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Nosokomial. Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2003; hal 2-5
Djojodibroto, Darmanto. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta.
Penerbit EGC. 2007; hal 136-142
Kasper L, Dennis et all. Pneumonia in Harrisons Principles of Internal
Medicine 17th Edition. United States of America: McGraww Hill Companies,
Inc. 2008; Chapter 251
Wilson, Walter R., Sande, Mele A. Tracheobronchitis and Lower
Respiratory Tract Infections. In: Wilson, Walter R et all. Current Diagnosis
and Treatment in Infectious Disease. United States of America: McGraww
Hill Companies, Inc. 2001; Part 10
Ellis, Harold. Clinical Anatomy. USA. BlackWell Publishing. 2006; page
20, 23-4
34
10.
35