A. IDENTITAS PASIEN
Ny. T, 33 tahun, seorang wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga datang ke RS
pada tanggal 26 maret 2013 yang beralamatkan di Layungsari, Cianjur. Ny. T sudah
menikah, dan sudah memiliki 2 orang anak.
Sejak timbul keluhan, pasien masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa, namun 5 hari
SMRS pasien sudah tidak bisa melakukan aktivitasnya lagi.
Data ini semuanya didapatkan dari pasien sendiri.
B. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Keluar bintil-bintil merah di kemaluan sejak 3 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
3 minggu SMRS pasien mengeluh di daerah kemaluannya keluar bintil-bintil kecil
berwarna merah berisi cairan bening. Keluhan ini disertai rasa gatal. Awalnya bintil-bintil
ini sedikit, namun semakin hari semakin banyak dan semakin meluas. Pasien menyangkal
menggaruk-garuk kemaluannya karena takut semakin meluas lagi. 1 minggu SMRS
keluhan semakin terasa gatal dan mulai terasa perih, terutama jika bintil-bintil tersebut
pecah. Bintil-bintil menyebar semakin luas sampai ke daerah anus, bokong dan mulai
masuk ke lubang kemaluan. Pasien mengaku tidak bisa duduk dan sulit tidur terlentang
karena terasa perih. Pasien hanya bisa tidur dengan posisi miring. 5 hari SMRS pasien
berobat ke puskesmas kemudian diberi obat salep yang dioleskan di daerah kemaluannya.
Setelah memakai obat itu pasien merasa semakin perih dan panas. Demam disangkal,
BAK dan BAB seperti biasa tidak ada keluhan. Keluhan batuk-batuk masih ada,
berdahak. Muncul kadang-kadang. Karena sudah tidak kuat menahan perih dan panas di
daerah kemaluannya lagi akhirnya pasien pergi ke UGD RSUD cianjur. Saat di UGD
pasien diberi obat kompres di kemaluannya. Setelah itu keluhan yang dirasakan sudah
mulai berkurang.
Pada tahun 2010, pasien didiagnosa terkena penyakit HIV/AIDS. Pasien didiagnosa HIV
setelah dilakukan pemeriksaan VCT di dinas kesehatan. Pemeriksaan VCT dilakukan atas
saran dokter karena suami pertama pasien juga didiagnosa HIV yang saat itu sering sakitsakitan dan keluar-masuk RS. Suami pertama pasien bekerja sebagai supir truk antar
daerah dan jarang pulang ke rumah. Dari suami pertama pasien memiliki 2 orang anak.
Yang pertama berusia 13 tahun dan yang kedua berusia 5 tahun. Kedua anak pasien juga
dilakukan tes screening HIV dan hasilnya negative. Namun dokter menyarankan agar
kedua anaknya dilakukan pemeriksaan screening setiap 3 bulan sekali. Namun, hal itu
tidak dilakukan oleh pasien. Tidak lama berselang, suami pertama pasien meninggal
dunia. Sejak pasien didiagnosa HIV, pasien rutin mengkonsumsi ARV sampai saat ini.
Dan sejak itu pasien sering mengeluhkan demam tidak jelas dan BB menurun. Tahun
2012 pasien menikah lagi dengan seorang laki-laki yang bekerja sebagai supir angkutan
umum. Suami keduanya mengetahui keadaan pasien yang memiliki penyakit HIV, oleh
karena itu setiap berhubungan menggunakan kondom. Suami kedua-nya juga sudah
dilakukan screening dan hasilnya negative.
9 bulan SMRS pasien mengeluh timbul benjolan di leher kanan dan kiri yang awalnya
terasa sakit. Benjolan semakin lama semakin membesar. Keluhan juga disertai dengan
batuk-batuk lama, demam yang sering hilang timbul, nafsu makan menurun, sering
berkeringat malam, BB menurun. Akhirnya pasien berobat ke dokter dan didiagnosa TB
paru setelah dilakukan cek dahak dan rontgen dada. Setelah pasien mengkonsumsi OAT
selama 6 bulan, kemudian dilakukan rontgen ulang dan hasilnya pasien harus
mengkonsumsi OAT selama 3 bulan lagi karena belum tuntas. Saat ini pasien
mengkonsumsi OAT bulan ke-8 dan obat ARV. Benjolan dileher masih ada tapi sudah
mulai mengecil dan sudah tidak terasa sakit.
Masa kanak-kanak : campak (-), rubella (-) , gondok (-), batuk rejan (-) , cacar air (-) ,
demam rematik (-), demam berdarah (-), dan polio (-) tidak jelas
Dewasa : diabetes mellitus (-), hipertensi (-), hepatitis (-), asma (-)
Riwayat hipertensi, CAD, kadar kolesterol tinggi, stroke, diabetes, penyakit ginjal atau
tiroid, keganasan, arthritis, TBC, asthma atau penyakit paru, sakit kepala, kejang,
penyakit mental, bunuh diri, kecanduan alkohol atau narkoba, dan alergi pada keluarga
tidak jelas
Riwayat Pengobatan:
OS sedang mengkomsumsi OAT bulan ke-8 dan konsumsi ARV sejak tahun
2010
Riwayat Alergi:
Alergi cuaca, debu, makanan dan obat disangkal
Riwayat Psikososial :
Agama : islam
Keadaan keuangan : -
Kegiatan sehari-hari : bekerja dirumah sebagai IRT seperi membersihkan rumah, mencuci
dsb.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital:
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi
: 68 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,4 oC
Keadaan umum
Ny. T usia 33 tahun dengan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran
pasien Compos mentis dan kooperatif saat di anamnesis.
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
Sklera ikterik (-|-) konjungtiva anemis (-|-) reflex pupil (+/+) isokor
Mulut
bibir lembab, stomatitis (+), mukosa mulut normal, perdarahan gusi (-)
leher
Pembesaran KGB (-) massa di leher kanan-kiri (+), diameter 4/3cm, lunak,
permukaan rata, mobile, nyeri (-). Glandula tiroid normal
Thorax Paru
Bentuk thorak simetris, tdk ada benjolan di supraklavikula, tidak ada retraksi pada
supraklavikular dan tidak ada kontraksi inspirasi sternomastoideus, frekuensi
napas normal, Bunyi paru vesikuler +/+, ada bunyi paru tambahan crackles di
paru kanan-kiri.
Sistem kardiovaskular
Ictus kordis tidak terlihat tetapi teraba di ICS 5. batas jantung kanan pada linea
parasternalis dextra, batas jantung kiri atas pada ICS II linea parasternalis sinistra,
batas kiri bawah pada ICS V linea midclavikularis sinistra, bunyi s1 dan s2
terdengar baik. Tidak ada bunyi murmur atau bunyi tambahan
Abdomen
Supel, tidak teraba pembesaran hepar dan lien, tidak teraba massa, terdengar
timpani pada 4 kuadran abdomen, BU (+) normal.
Ekstremitas bawah
Persarafan
Status mental : -
Saraf cranial : -
Saraf motorik : -
Sensorik : -
Refleks : -
Genitalia
Terlihat adanya vesikel merah pada vulva-perineum, berisi cairan bening dan
beberapa terlihat seperti pus, sebagian sudah ada yang pecah dan terlihat kering.
Resume
Anamnesis:
Wanita usia 33 tahun datang ke RSUD Cianjur dengan keluhan terdapat vesikel
kemerahan kecil di daerah kemaulannya sejak 5 hari SMRS. Keluhan disertai rasa perih,
gatal dan panas. Vesikel semakin lama menyebar kearah anus sampai bokong. Pasien
tidak bisa duduk dan tidur terlentang. Pasien sudah pernah memakai obat yang diberi dari
Puskesmas namun tidak ada perubahan. Saat ini pasien sedang mengkonsumsi ARV sejak
didiagnosis HIV tahun 2010 dan sedang dalam pengobatan TB bulan ke-8.
Pemfis:
KU : keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran pasien Compos mentis dan
kooperatif saat di anamnesis.
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 68 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,4 oC
Mulut : stomatitis (+)
Leher : Pembesaran KGB (-) massa di leher kanan-kiri (+), diameter 4/3cm, lunak,
permukaan rata, mobile, nyeri (-).
Thorax Paru : Bentuk thorak simetris, tdk ada benjolan di supraklavikula, tidak ada
retraksi pada supraklavikular dan tidak ada kontraksi inspirasi sternomastoideus,
frekuensi napas normal, Bunyi paru vesikuler +/+, ada bunyi paru tambahan crackles di
paru kanan-kiri.
Genitalia : Terlihat adanya vesikel berkelompok merah pada vulva-perineum, berisi
cairan bening dan beberapa terlihat seperti pus, sebagian sudah ada yang pecah dan
terlihat kering.
DAFTAR MASALAH
1. Folliculitis a/r vaginalis dengan HIV
2. TB paru dalam terapi OAT dengan HIV
ASSESSMENT
1. Folliculitis a/r vaginalis dengan TB paru
Atas dasar :
S : Ny. T, 33 tahun, keluar bintil-bintil kecil di kemaluan berwarna merah berisi cairan
bening. Keluhan ini disertai rasa gatal. Awalnya bintil-bintil ini sedikit, namun semakin
hari semakin banyak dan semakin meluas, terasa gatal, perih dan panas.
O : terdapat vesikel berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa, berisi cairan
jernih, dan beberapa berisikan pus. Beberapa terlihat sudah pecah dan ditutupi krusta.
Bagaimana assessment pada folliculitis?
Folliculitis is among the most prevalent dermatologic disorders in patients with HIV
infection and is seen in 20% of patients. It is more common in patients with CD4+ T
cell counts <200 cells/L. Pruritic papular eruption is one of the most common pruritic
rashes in patients with HIV infection.
Follicillitis merupakan suatu peradangan pada folikel rambut yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus. Penyebab peradangan rambut dapat berakibat dari gesekan saat
mencukur, atau memakai baju, keringat berlebih, kondisi kulit yang mengalami inflamasi.
Orang-orang yang rentan DM, leukemia, HIV, obesitas, pengobatan antibiotik dan
kortiosteroid jangka panjang.
Tanda dan gejala :
Keadaan umum baik
Dapat berupa papul atau pustul merah kecil yang berkelompok yang berkembang di
sekitar folikel rambut
Blister berisi pus yang telah pecah dan ditutupi krusta
Kulit merah
Gatal
Tanda dan gejala pada pasien mendukung kea rah follikulitis.
Predileksi :
o Wajah
o Area janggut
o Kulit kepala
o Leher
o Betis
o Badan
o Daerah pantat daerah predileksi pada pasien
Terapi :
Topikal
o Eritromicin topikal : ointment 2% (25g)
Sistemik
o Ciprofloxacin : 500 mg per oral 12 jam atau 400 mg IV 12 jam untuk 7-14 hari
o Dicloxacillin : 125-500 mg per oral tiap 6 jam
ASSESSMENT
2. TB paru dalam pengobatan dengan HIV
Atas dasar :
S : Ny. T, 33 tahun, mengaku sedang dalam pengobatan TB paru bulan ke-8. Keluhan
batuk-Batuk masih ada, berdahak, tapi muncul kadang-kadang.
O : TD: 100/60 mmHg, RR : 20x/m, pada auskultasi paru ditemukan crackles di kedua
lapang paru.
HIV dan TB merupakan kombinasi penyakit mematikan. HIV akan melemahkan sistem
imun. Apabila seseorang dengan HIV positif kemudian terinfeksi kuman TB, maka
akan berisiko untuk sakit TB lebih besar dibanding dengan HIV negatif.
Tuberkulosis merupakan penyebab kematian utama pada penderita HIV.
Gambaran TB-HIV
Dahak mikroskopis
TB ekstraparu
Mikobakterimia
Tuberkulin
Foto toraks
Adenopati
hilus/mediastinum
Efusi pleura
Stadium HIV-AIDS
Infeksi dini
(CD4
>200/mm3)
Sering positif
Jarang
Tidak ada
Positif
Reaksi TB,
kavitas di
puncak
Tidak ada
Infeksi lanjut
CD4<200/mm3
Tidak ada
Ada
Sering negatif
Umum/banyak
Ada
Negatif
Tipikal primer TB
milier/interstisial
Ada
pada stadium ini penderita mungkin tidak bergejala atau hanya menunjukkan gejala-gejala
infeksi pada umumnya.
Stage I
penderita asimptomatik ditambah hasil perhitungan sel T CD4+ yang 500 sel/L dan juga
ditemukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara general.
Stage II
mulai menunjukkan gejala ringan di beberapa sistem organ seperti sistem pencernaan dan
sistem pernapasan, ditambah perhitungan sel T CD4+ berjumlah 500-350 sel/L.
Stage III
gejala semakin jelas terlihat dengan munculnya infeksi kronik yang tidak sembuh dan ditambah
hasil perhitungan sel T CD4+ berjumlah 350-200 sel/L.
Stage IV
gejala yang timbul menjadi sangat berat, bertambah banyak, dan semakin parah, diserta hasil
perhitungan sel T CD4+ yang 200 sel/L.
Pada pasien sudah masuk pada stage 2, karena sudah menimbulkan gejala pada sistem
pernapasan.
Dosis
300 mg 2x/hr atau 400mg 1x/hr
250 mg 1x/hr (BB<60kg)
150 mg 2x/hr atau 300 mg 1x/hr
40 mg 2x/hr (30 mg 2x/hr bila BB<60kg)
300 mg 2x/hr
300 mg 1x/hr
600 mg 1x/hr
200 mg 1x/hr untuk 14 hari kemudian 200
mg 2x/hr
800 mg/100 mg 2x/hr
400 mg/100 mg 2x/hr
1250 mg 2x/hr
1000 mg/100 mg 2x/hr atau 1600 mg/200
mg 1x/hr
Kapsul 100 mg, larutan oral 400 mg/5ml
AZT-3TC-NVP
AZT-3TC-EFV
D4T-3TC-NVP
D4T-3TC-EFV
Paduan pengobatan
ARV pada waktu TB
didiagnosis
2 NRTI + EFV
2 NRTI + NVP
Lini kedua
2 NRTI + PI
Teruskan dengan 2
NRTI + EFV
Ganti dengan 2 NRTI +
EFV atau ganti dengan
2 NRTI + LPV/r
Ganti ke atau teruskan
(bila sementara
menggunakan) paduan
mengandung LPV/r